Sungguh Pilu, Jadi Pasien RSJ Akibat Gagal Pemilu
Tinta Media - Tidak lama lagi Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi, mengapa disebut pesta? Sebab para calon-calon penguasa akan dengan royal mengeluarkan seluruh hartanya untuk menarik simpati masyarakat, mulai dari mengadakan penyuluhan, layanan kesehatan gratis, bantuan sembako, semenisasi jalan, penyebaran spanduk atau baliho yang di pasang sebanyak mungkin di pinggiran jalan, dan tak lupa pula printilan atribut seperti kaos bergambar caleg, bendera, di tambah lagi biaya transportasi, konsumsi, juga upah untuk para tim sukses.
Dari CnbcIndonesia.com ternyata modal menjadi calon legislatif ini mulai dari ratusan juta hingga milyaran, sangat fantastis sekali. Oleh sebab itu jika calon legislatif tidak jadi menang, maka milyaran modal yang sudah keluar akan melayang begitu saja, maka akan sangat mungkin mereka ini mengalami stres parah hingga gangguan mental, yang mengharuskan mereka mendapat pelayanan dari rumah sakit jiwa.
Dari Detik News (26/01/2024). Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Abdul Aziz meminta Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk menyediakan layanan konseling dan fasilitas kesehatan kejiwaan untuk para calon anggota legislatif yang mengalami stres akibat gagal terpilih. Aziz juga mengingatkan pihak RSJ untuk menyiapkan berbagai fasilitas sebagai antisipasi jika ada caleg yang mengalami gangguan kejiwaan.
Berlomba Mencari Jabatan Tinggi dalam Demokrasi
Sistem saat ini memperbolehkan penguasa yang sudah memiliki jabatan untuk kembali mencalonkan diri untuk jabatan yang lebih tinggi, tanpa memperhatikan lagi kondisi masyarakat yang sedang di pimpin apakah sudah sejahtera atau masih membutuhkan pertolongan. Padahal dalam Islam pemimpin memiliki tanggung jawab besar untuk amanah yang di pikulnya, pemimpin bertugas mengatur, mengurusi, melindungi, dan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat.
Dalam sistem demokrasi, pemimpin daerah bebas meninggalkan jabatannya yang artinya melepaskan amanah dan tanggung jawabnya terhadap rakyat yang sedang dia pimpin. Bisa kita lihat bahwa aturan bisa di buat sesuai dengan kepentingan. Beginilah jika memakai hukum buatan manusia, mereka membuat hukum yang bisa berubah-ubah sesuai dengan keinginan dan kepentingannya, bukan untuk kepentingan masyarakat.
Dilihat dari ramai nya para pejabat daerah yang mencalonkan diri sebagai caleg membuktikan bahwa partai akan mendapat keuntungan besar jika kadernya terpilih menjadi anggota legislatif. Belum lagi adanya fasilitas luar biasa yang akan di dapat jika berhasil duduk di kursi legislatif, sebab selain gaji pokok, ada banyak tunjangan juga fasilitas lainnya yang akan di nikmati setiap bulan selama menjabat.
Dari beberapa alasan di atas saja sudah jelas bahwa tujuan utama mereka menjadi caleg adalah untuk memenuhi kepentingan pribadinya, meraih kekuasaan dan keuntungan materi sebanyak-banyaknya, jikalau pun ada yang tulus berjuang demi rakyat maka akan kalah telak jika bersaing dengan yang lain.
Kepemimpinan dalam Islam
Dalam Islam setiap pemimpin bertanggung jawab atas rakyatnya, oleh karena itu pemimpin wajib mengayomi, mengurusi, dan melindungi umat. Negara wajib memenuhi segala kebutuhan pokok masyarakatnya, baik primer maupun sekunder, negara juga wajib memberikan jaminan rasa aman terhadap masyarakat dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.
Dalam sejarah Islam, kursi pemimpin adalah hal yang sangat di takuti sebab akan bertanggung jawab atas segala macam hal yang terjadi dalam kehidupan masyarakatnya di hadapan Allah Swt. Seperti saat Khalifah Abu Bakar Siddiq meninggal dunia, dan di gantikan oleh Umar bin Khattab, maka Umar berkata bahwa jabatan ini merupakan beban yang sangat berat untuknya.
Itu sebabnya pemimpin dalam negara Islam sangat berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan dan dalam membuat kebijakan, juga dalam memutuskan perkara hukum. Dalam masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab beliau senang berjalan-jalan bersama ajudannya sambil menyamar pada malam hari untuk melihat kehidupan umat secara langsung, suatu haru beliau menemukan seorang ibu yang memasak batu sebab tidak ada apa pun yang bisa di makan oleh ia dan anak-anaknya.
Umar langsung mengambil sekarung gandum di Baitul maal dan mengangkat nya sendiri untuk di berikan kepada sang ibu dan melarang ajudannya membantu sebab kelak di akhirat ini akan menjadi tanggung jawabnya. Pernah juga ketika ada keledai yang terperosok jurang akibat jalanan rusak yang berlubang, Umar langsung menangis sambil memerintahkan untuk memperbaiki jalan tersebut.
Khatimah
Dalam negara Islam setiap pemimpin akan menjalankan amanah nya sebaik mungkin, dan tidak akan mengutamakan kepentingan pribadinya di atas kepentingan masyarakat. Pemilihan pemimpin dalam Islam juga memiliki syarat-syarat yang harus terpenuhi, bukan hanya dengan suara terbanyak seperti dalam sistem demokrasi.
Beginilah sistem kepemimpinan dalam Islam, jadi pemimpin tidak akan mudah meninggalkan jabatannya hanya untuk mengejar keuntungan yang lebih tinggi, sehingga masyarakat akan merasakan ketenangan dan ketenteraman dalam kehidupan. Namun hal ini tidak akan pernah terwujud dalam sistem demokrasi yang rusak, melainkan hanya bisa terwujud dalam sistem Islam yang menerapkan syariat Islam secara kaffah.
Wallahu A'lam Bisshowab.
Oleh: Audina Putri
( Aktivis Muslimah Pekanbaru)