UIY: Ada Dua Faktor Pemicu Orang Bunuh Diri
Tinta Media -- Menyoroti banyaknya kasus bunuh diri, Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan ada dua faktor pemicu mengapa orang bunuh diri.
“Kita bisa melihat setidaknya ada dua pemicu yaitu faktor eksternal dan faktor internal,”tuturnya di Fokus To The Point: Orang Tua Khawatir, Bunuh Diri Marak! Melalui kanal UIY Official, Senin (4/12/2023).
Ia melanjutkan, faktor eksternal turut berpengaruh terhadap ketahanan mental. “Kehidupan yang serba materialistik, hedonistik, pencitraan yang begitu rupa, dia terima melalui media khususnya media sosial itu kan sangat masif,” bebernya.
Di media sosial itu, ucapnya, orang menggambarkan kehidupan yang serba enak, liburan, makanan, rumah, keluarga.
“Ini akan memberikan pengaruh kepada seseorang tentang bagaimana citra diri yang itu berpengaruh ter hadap harapan-harapan dia di masa yang akan datang. Sementara kehidupan riil dirinya tidak seperti itu, sehingga terjadi gap antara realitas dengan keinginan,” bebernya.
Menurutnya, gap ini tidak jadi soal jika mempunyai jalan untuk mencapai cita-cita itu.
“Jika dia punya jalan maka gap itu lambat laun akan menipis sampai akhirnya cita-cita tercapai. Tapi jika tidak punya jalan, maka gap itu akan terus menggantung dan berpengaruh kepada dirinya seolah-olah kehidupan itu tidak mungkin berubah, tidak akan mungkin bisa mencapai apa yang dia inginkan, apalagi kalau mentalitas tidak dibentuk, pada titik ini bunuh diri bisa terjadi,” ulasnya.
UIY menjelaskan, mentalitas yang dimaksud yaitu ketahanan di dalam penderitaan, ketahanan di dalam menjalani kesulitan saat berusaha, ketahanan untuk menghadapi tantangan, merupakan faktor internal yang mempengaruhi seseorang dalam hidup.
Lemahnya mentalitas generasi saat ini menurutnya, karena generasi sekarang adalah generasi yang sudah lepas dari persoalan dasar yang tidak dialami sebagaimana kakek moyangnya yang lahir tahun 60-an atau 70-an.
“Saya lahir tahun 60 itu masih merasakan kesusahan. Jangan lagi makan mewah sekedar makan biasa saja tidak mudah, berpakaian tidak mudah, apalagi membayangkan bisa liburan kesana-kemari. Saya masih mengalami periode sekolah nyeker (tanpa alas kaki). Nah generasi sekarang sudah tidak lagi mengalami situasi itu, segalanya serba mudah,” bebernya.
Terakhir UIY menjelaskan, situasi sekarang telah membawa generasi kepada suatu kehidupan beyond challenging (melampaui tantangan). “Ditambah mindset yang salah tentang hidup, membuat generasi menjadi lemah,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun.