Tinta Media: elnino
Tampilkan postingan dengan label elnino. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label elnino. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 September 2023

El Nino di Tengah Kapitalisme- Sekularisme





Tinta Media - El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) yang berdampak pada iklim dan cuaca di beberapa wilayah dunia, termasuk di Indonesia. Efek fenomena El Nino ini sudah sangat dirasakan oleh sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk di Kabupaten Bandung. Beberapa situ di wilayah Kabupaten Bandung ini mengalami penyusutan debit air, di antaranya Situ Cileunca yang menjadi sumber bahan baku air bersih bagi warga Kabupaten Bandung. 

Hal ini dibenarkan oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, Uka Suska. Ia mengatakan, bahwa penyusutan debit air terjadi karena panas matahari yang sangat menyengat, sehingga air cepat menguap. Selain itu, ia khawatir jika penyusutan ini terus berlanjut maka distribusi air bersih untuk warga akan terganggu. (JabarEkspres.com)

Dampak kekeringan pun mengakibatkan berkurangnya pasokan air bersih. Seperti di Desa Bojong Mangu, Kecamatan Pameungpeuk, sebanyak 400 KK mengalami krisis kekurangan air bersih. Untuk itu, BPBD Kabupaten Bandung melakukan upaya dalam mengatasi hal tersebut, dengan melakukan pendistribusian air bersih untuk warga Desa Bojong Mangu. 

Lebih miris lagi adalah yang menimpa warga Kampung Cina, Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek. Sudah dua bulan ini mereka menggunakan air yang terkontaminasi limbah pabrik dari Sungai Cilanang, karena mengalami kekeringan. Warga terpaksa menampung air sungai untuk kemudian diolah dan digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. 

Mereka mengatakan bahwa menggunakan air limbah tersebut karena tidak ada pilihan lagi. Salah satu warga mengatakan jika kekeringan ini sudah dua tahun dialami oleh warga Kampung Warung Cina. Ia juga mengatakan bahwa setiap kemarau tiba, wilayahnya pasti terimbas kekeringan. 

Kekeringan semakin parah ketika pabrik-pabrik yang mengelilingi pemukiman warga melakukan pengeboran untuk memenuhi kebutuhan air pabrik. Ia juga menyebutkan, meski sudah dua tahun mengalami musim kemarau dengan kekeringan, terapi belum ada bantuan air bersih untuk warga. (Kompas.com)

Kekeringan dan krisis air bersih merupakan fenomena yang sering terjadi ketika musim kemarau tiba. Apalagi, kali ini ditambah adanya fenomena El Nino yang menyebabkan intensitas curah hujan menjadi sangat rendah sehingga musim kemarau kali ini lebih kering dari kemarau biasanya. 

Namun, bencana kekeringan ini tidak akan berimbas parah apabila pemerintah memiliki kebijakan yang preventif dalam menghadapi fenomena alam apa pun yang berpeluang menimbulkan bencana, semisal kekeringan akibat kemarau yang berkepanjangan seperti yang terjadi saat ini. 

Pemerintahan yang menerapkan sistem kapitalisme liberalisme telah memberikan kebebasan kepemilikan dan pengelolaan SDA kepada para pemilik modal (kapitalis). Hal tersebut menjadikan eksplorasi dan eksploitasi SDA menggila tanpa mempertimbangkan akibat  yang ditimbulkan, baik kepada manusia ataupun alam sekitarnya. 

Fakta tata kelola berbasis kapitalis liberalis telah melahirkan segudang persoalan yang memberikan efek buruk pada ekosistem lingkungan, termasuk kekeringan ekstrem yang menimbulkan kekurangan air. Misalnya, penguasaan dan pengelolaan sumber daya air oleh pihak swasta yang menjadikan masyarakat menengah ke bawah sangat kesulitan mendapatkan layanan air bersih. Padahal, air merupakan kebutuhan utama yang sangat vital bagi masyarakat.

Pengalihfungsian lahan hutan yang tidak tepat guna, menjadikan bangunan atau infrastruktur juga dapat memengaruhi kondisi cadangan air di dalam tanah.

Sistem pengelolaan limbah yang buruk juga menjadi salah satu faktor penyebab kelangkaan air bersih. Limbah produksi yang di buang begitu saja ke sungai dapat menyebabkan pencemaran air sungai sehingga ketika ketersediaan air bersih mulai langka, maka air sungai yang sudah terkontaminasi limbah menjadi pilihan untuk digunakan.  

Kekeringan juga mengancam sektor pertanian, terutama pertanian dengan sistem tadah hujan sehingga mengancam ketahanan pangan.

Itulah realita saat ini yang menjadikan fenomena El Nino semakin mempersulit kehidupan masyarakat.

Islam sebagai dien yang sempurna dalam mengatur seluruh aspek kehidupan, memiliki konsep yang sahih, termasuk dalam menjaga ekosistem atau alam, dalam tata kelola SDA.

Terkait SDA ini, Rasulullah saw. bersabda:

"Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal, yaitu padang rumput, air, dan api." 
(HR. Abu Dawud dan Ahmad  )

Ketiga hal tersebut termasuk ke dalam harta milik umum dan tidak boleh dikuasai oleh individu, baik dalam kepemilikan maupun pengelolaannya.

Negara bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan rakyat, termasuk dalam kesediaan air. Sumber air akan dikelola negara dengan baik, sehingga akan menghasilkan air yang bersih serta berkualitas untuk didistribusikan secara gratis kepada rakyat.  

Kemudian, negara juga akan mengatur dan membatasi tata kelola hutan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan sehingga dapat mencegah kerusakan ekosistem.

Dalam pengelolaan limbah, negara akan memberikan aturan untuk pengelolaan limbah agar tidak mencemari lingkungan. Apabila ada pabrik atau perusahaan yang melanggar, akan diberikan sanksi yang tegas.

Untuk memenuhi kebutuhan air bagi rakyat dan mencegah terjadinya krisis air, negara akan membangun bendungan-bendungan yang dapat menampung air ketika musim kemarau tiba.

Demikianlah Islam mengatur setiap persoalan yang terjadi  secara tuntas serta dapat mewujudkan kemaslahatan bagi manusia maupun lingkungan. Semua itu dapat terwujud hanya dengan penerapan sistem Islam di bawah naungan Khilafah. Wallahu alam bi shawab.

Oleh: Dini A Supriyatin, 
Sahabat Tinta Media
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab