Demokrasi Elit, Rakyat Melilit
Tinta Media - Miris! Dalam sistem demokrasi saat ini, kekuasaan sering kali menjadi tujuan utama. Seperti yang dikatakan oleh Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), prinsip utama politik adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan kelompok, dengan tujuan akhir menguasai kekuasaan dengan cara apa pun.
Adi Prayitno menyoroti panas dinginnya hubungan PKS dan Anies yang terlihat pecah dalam konsistensi Pilgub Jakarta 2024. Beliau berkomentar, "Kesimpulan politik kita sederhana: jangan pernah baper, jangan dibawa ke hati. Hari ini lawan, besok bisa kawan." (Minggu, 11/08/2024).
Ironisnya, dalam Pilkada Jakarta 2024, parpol di Koalisi Indonesia Maju (KIM) mengungkapkan bahwa penentuan calon kepala daerah akan dilakukan oleh para ketua umum. Seperti yang kita ketahui, KIM merupakan koalisi yang mengusung presiden dan wakil presiden yang telah terpilih. Bahkan, menurut Felia, di beberapa daerah kekuasaan politik lokal sering terkonsentrasi pada segelintir keluarga atau kelompok elite tertentu yang memiliki jaringan politik dan ekonomi yang kuat. Hal ini menciptakan apa yang disebut sebagai oligarki lokal.
Padahal, kedaulatan partai seharusnya ada di tangan anggota, bukan hanya di tangan segelintir kelompok elite. Partai politik seharusnya menyambung aspirasi rakyat agar tidak sekadar pragmatis dalam mengejar kekuasaan.
Seperti yang telah dikatakan oleh para ahli, asas batil demokrasi memberikan kedaulatan hukum di tangan manusia. Segala cara dilakukan demi kemenangan, yang sering kali didukung oleh dana besar untuk membeli suara rakyat.
Namun, dalam Islam, politik memiliki sistem yang benar dan sahih, yakni khilafah yang berasal dari Rasulullah saw. Dalam pandangan Islam, politik bermakna ria'ayyah su'unil ummah (mengurus urusan umat). Syaikh Ahmad 'Athiyah menyatakan, bahwa politik bermakna memelihara, mengurus, dan memperhatikan urusan rakyat.
Islam juga menetapkan bahwa kekuasaan harus menerapkan syariat Islam secara kafah. Politik dalam Islam memiliki makna yang khas terkait dengan mengurus urusan umat sesuai syariat.
Rasulullah saw. bersabda, "Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah. Dan kekuasaan itu adalah amanah, dan kekuasaan tersebut pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya dan melaksanakan kewajibannya pada kekuasaan itu." (HR. Muslim)
Wallahualam bissawab.
Oleh: Alda
(Aktivis Dakwah, Kontributor TOS, Founder @kata_langitkuu)