Marak Anak Durhaka, Pertanda Apa?
Tinta Media - Anak durhaka bukan hanya ada dalam cerita legenda. Di era modern, dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, fenomena anak durhaka semakin meresahkan. Bukan hanya dengan menelantarkan orang tua di panti jompo, bahkan dengan mengakhiri hidup orang tua.
Sepekan ini saja, ada dua kejadian yang menunjukkan kedurhakaan anak kepada orang tua. Dua putri berusia belasan tahun di Duren Sawit, Jakarta Timur telah membunuh ayahnya karena ketahuan mencuri uang dan dimarahi. Kejadian kedua terjadi di Lampung. Seorang laki-laki membunuh ayahnya yang stroke karena kesal. Ia tidak mau mengantar ayahnya ke kamar mandi.
Bayangkan, semudah itu mereka membunuh orang tua, dengan gelap mata tanpa hati nurani. Orang tua yang menyayangi mereka, membesarkan, merawat dengan keringat, darah, dan air mata. Tapi apa balasannya?
Kehidupan sekuler menciptakan manusia-manusia yang semakin jauh dari agama. Anak yang seharusnya memiliki rasa kasih sayang kepada orang tuanya menjadi sosok yang menakutkan. Mereka merasa bebas melakukan apa pun, membentak, melawan, bahkan membunuh orang tua.
Kehidupan kapitalisme yang berorientasi materi telah menjadikan kenikmatan jasadiyah sebagai prioritas. Maka, anak-anak memilih untuk menikmati hidup daripada harus berbakti kepada orang tua. Miris!
Fenomena ini menjadi bahan renungan bagi kita bersama, sebagai orang tua dan bagian masyarakat yang hidup dalam sistem sekuler.
Bertolak belakang dengan sistem sekuler kapitalis, sistem Islam tegak untuk memanusiakan manusia, karena begitulah Allah me-nash-kan. Dengan sistem pendidikannya, Islam mampu membentuk anak didik memiliki ketakwaan kepada Allah.
Yang termasuk dalam karakter bertakwa adalah mampu menahan amarah. Jangankan membentak orang tua, menjawabnya dengan nada kasar "ah" adalah salah satu bentuk melawan orang tua. Ini termasuk melanggar hukum Allah.
Sistem Islam menegakkan hukum yang bersifat menjerakan, sehingga mampu mencegah manusia melakukan kriminalitas, termasuk pembunuhan. Jangankan pembunuhan luar biasa kepada orang tua sendiri, seseorang akan menerima balasan setimpal (qisas) saat melukai orang lain.
Maka, tak ada jalan lain. Mari kita hentikan fenomena anak durhaka ini hanya dengan cara penerapan Islam kaffah. Wallahu a'lam bissawab.
Oleh: Khamsiyatil Fajriyah
Pengajar di Ponpes Nibrosul Ulum, Siwalan Panji Sidoarjo