Tinta Media: cara islam
Tampilkan postingan dengan label cara islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cara islam. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 Oktober 2024

Cara Islam Menanggulangi Bencana Gempa Bumi


Tinta Media - Pasca gempa berkekuatan 5,0 magnitudo yang mengguncang Desa Cihawuk, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, sejumlah rumah warga mengalami kerusakan. 
Bakal Calon Wakil Gubernur Jawa Barat, Ilham Akbar Habibie, mengungkapkan bahwa Kertasari merupakan salah satu wilayah yang sangat rawan gempa, sehingga penting adanya regulasi untuk membangun rumah yang tahan gempa.
Adapun di desa ini terdapat 388 rumah yang rusak akibat gempa, dengan rincian 82 bangunan rusak berat, 150 rumah rusak sedang, dan 156 rumah rusak ringan.

Musibah gempa Kertasari berdampak begitu besar. Ratusan korban mengalami luka-luka dan kehilangan tempat tinggal sehingga terpaksa mengungsi.
Tidak optimalnya pemerintah dalam mengurusi korban gempa sangat terlihat, apalagi persoalan utama adalah rumah tinggal. Seharusnya pemerintah bergerak cepat untuk menyelesaikannya, mengingat Kertasari adalah sesar gempa. Sebab, pemerintah adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam pencegahan dan penanggulangan segala sesuatu yang berbahaya bagi masyarakat.

Sistem kehidupan sekuler yang diterapkan negara hanya mencetak pemerintah yang terbiasa melakukan kelalaian. Karakter buruk ini tidak dapat dipisahkan dari cacat bawaan sistem yang diterapkan. Karakter sistem politik demokrasi dengan sistem kehidupan sekuler ibarat dua sisi pada mata uang, tidak terpisahkan satu sama lain. Keduanya saling mendukung sebagai pelaksana kebatilan.

Ini sangat berbeda dengan sistem Islam. Penanganan bencana alam mengharuskan adanya manajemen agama yang jitu. Merujuk pada manajemen bencana dalam sistem Khilafah Islamiyah, ditemukan tiga kondisi penanganan, yaitu penanganan prabencana, saat terjadi bencana, dan sesudah bencana. 

Ilustrasi sederhana penanganan bencana yang dilakukan Khilafah Islamiyah dapat dilihat dari apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khaththab ketika menangani masa paceklik yang menimpa jazirah Arab. Khalifah benar-benar menjalankan fungsinya sebagai pengurus dan pelayan rakyat.

Khilafah akan mengerahkan segala potensi untuk mengurus rakyat yang terkena bencana. Oleh karena itu, di dalam anggaran dan pendapatan belanja negara terdapat pos pengeluaran yang dikhususkan untuk penanganan bencana yang mencakup pembiayaan segala bencana yang menimpa rakyat, seperti gempa, kelaparan, dan sebagainya.

Sumber dananya berasal dari pos fa'i, kharaj, dan pos kepemilikan umum. Jika anggaran tersebut tidak mencukupi alias negara mengalami devisit, kekurangan diambil dari kaum muslimin melalui pungutan pajak. Hal ini diperbolehkan sebab syariah telah memerintahkan kaum muslimin untuk memberi makan orang yang kelaparan, menolong orang yang kesulitan, dan menyelamatkan orang dari bahaya.

Bencana membutuhkan penanganan yang cepat, sehingga negara dituntut untuk mengumpulkan dana dengan segera. Namun, jika dikhawatirkan terjadi dampak buruk karena harus menunggu penarikan pajak tadi, maka terlebih dahulu negara dapat mencari pinjaman. Setelah itu, utang tersebut dilunasi dari pajak yang dipungut dari kaum muslimin. Demikianlah cara pemimpin Islam dalam menanggulangi bencana gempa. Wallahua'alam bishshswab.




Oleh: Rukmini
Sahabat Tinta Media

Selasa, 19 Desember 2023

MMC: Islam Memiliki Solusi Tuntas Menyelesaikan Bullying


 
Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menegaskan, Islam memiliki solusi tuntas menyelesaikan masalah bullying.
 
“Islam memiliki solusi tuntas untuk menyelesaikan problem bullying. Islam memandang bahwa negara adalah penanggung jawab utama pembentukan generasi berkepribadian mulia dan unggul,” ungkapnya dalam Serba-Serbi MMC: Bullying Makin meresahkan, Sistem Pendidikan Sekuler Gagal Melindungi Generasi, di kanal Youtube MMC, Sabtu (16/12/2023).
 
Dengan sistem pendidikan Islam yang diterapkan, lanjutnya, negara Islam yakni Khilafah akan mengedukasi rakyatnya berlandaskan akidah Islam agar memiliki kepribadian Islam.
 
“Inilah sistem pendidikan terbaik yang meyakinkan pada pelajar bahwa Allah adalah Al-Khalik Mudabir (Pencipta dan Pengatur) hingga mereka meyakini adanya hari pembalasan kelak. Keyakinan ini mampu mencegah pelajar melakukan kejahatan termasuk bullying karena keyakinannya pada pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak. Alhasil setiap berpikir dan bertingkah laku mereka akan menggunakan sudut pandang Islam. Mereka pun akan fokus untuk taat dan berupaya memberikan kontribusi untuk umat,” urainya.
 
 Individu dalam khilafah, terangnya, memahami betul bahwa dunia tempat singgah, sehingga akan mengejar eksistensi di hadapan Allah dengan banyak melakukan ketaatan, atau mengejar eksistensi akhirat.
 
“Bahkan mereka akan membuat Islam yang membawa rahmat ini eksis di dunia dengan aktivitas dakwah dan Jihad,” imbuhnya.
 
Narator menjelaskan, pendidikan dalam Islam hanya akan membuat generasi fokus menjadi ilmuwan yang karya-karyanya bermanfaat bagi umat, berdakwah untuk mencerdaskan umat, hingga berjihad di jalan Islam untuk menyebarluaskan Islam di bawah kepemimpinan Khalifah.
 
“Selain itu media dalam Islam hanya digunakan untuk edukasi dalam rangka meningkatkan ketakwaan individu. Media hanya berisi motivasi bagi setiap individu untuk semangat menjadi pribadi mulia setangguh generasi terdahulu atau syiar tsaqofah Islam,” paparnya.
 
 Jika dalam kondisi demikian masih ada yang melakukan bullying, ucapnya, maka negara akan memberlakukan sanksi berefek jera yakni zawajir sesuai sanksi Islam. Sanksi tersebut, sambungnya, akan membuat orang lain takut untuk melakukan kemaksiatan sekaligus berfungsi sebagai jawabir (penebus) dosa di akhirat.
 
“Kesempurnaan dan kebaikan aturan Islam membentuk generasi tentu membuat kita semakin rindu akan hadirnya kehidupan Islam di tengah-tengah kaum muslimin hari ini,” pungkasnya. [] Rini.

Rabu, 08 November 2023

TBC Membubung Tinggi, Begini Cara Islam Memberikan Solusi



Tinta Media - Indonesia saat ini menjadi negara dengan kasus penyakit tuberkulosis tertinggi di dunia. Artinya, penyakit tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat. Meningkatnya kasus TBC di Indonesia benar-benar telah menjadi fenomena gunung es. Jika salah satu anggota keluarga kena TBC, maka kemungkinan keluarga sekitarnya juga terinfeksi. 

Untuk memecahkan kasus gunung es yang tidak terdeteksi itu, pemerintah menerapkan kebijakan untuk melakukan skrining dan pelacakan kasus TBC seperti halnya kasus Covid-19. Kebijakan ini telah diterapkan oleh pihak Pemkot Jogjakarta bekerja sama dengan Zero UGM. Mereka melakukan layanan mobile screening untuk mendeteksi kasus-kasus TBC di Kota Jogjakarta. Sreening keliling dilakukan di wilayah-wilayah kecamatan dengan kasus TBC cukup tinggi. Layanan mobile screening ini menjadi yang pertama di Indonesia.

Mobile screening ini mendapat apresiasi dari pemerintah karena menjadi inovasi terdepan untuk melacak penyakit TBC secara aktif. Pemerintah berharap agar inovasi tersebut bisa mereplikasi dan menjadikan program pengentasan TBC di Indonesia sesuai dengan Perpres No. 67 Tahun 2021, Tentang Penanggulangan Tuberkulosis.

Setelah puluhan tahun berlalu, penanganan tuberkulosis malah semakin krisis dan kritis. Mirisnya, Indonesia saat ini menjadi bagian dari negara dengan penderita TBC tertinggi kedua di dunia. Fakta ini mengindikasikan bahwa kinerja petugas kesehatan di semua lini bekerja dengan "aktif", seolah menjadi "denial" (penolakan) atas kelalaian pemerintah terhadap meningkatnya kasus TBC dari tahun ke tahun. Fenomena TBC sudah menjadi gunung es, hanya sebagian saja yang bisa terdeteksi dari sekian banyaknya kasus yang terjadi. 

Penanganan kesehatan yang dilakukan pemerintah untuk masyarakat semakin jauh dari keberhasilan. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, fisik maupun nonfisik sangat buruk. Akibatnya, kemiskinan dan kesengsaraan melanda masyarakat. Kerusakan lingkungan, krisis air bersih, pencemaran udara, lingkungan kumuh, sanitasi buruk, semua ini menjadi faktor penyebab tingginya kasus TBC di Indonesia. 

Maka dari itu, jika saat ini pemerintah melakukan dan menerapkan kebijakan mobile screening guna mendeteksi gejala tuberkulosis sehingga bisa mengetahui siapa yang terjangkit virus agar segera ditangan. Tentunya, upaya ini hanya sebatas solusi pragmatis bagi masyarakat, yaitu solusi tanpa menyentuh akar permasalahan. 

Jelas bahwa kesehatan masyarakat itu berkolerasi dengan lingkungan itu sendiri. Lingkungan kumuh, sanitasi buruk, udara yang tercemar, dsb. Semua itu berkaitan dengan kemiskinan. Sementara, kemiskinan yang terjadi bukan tanpa sebab, tetapi sistemlah yang memiskinkan rakyat. 

Inilah buah pahit dari penerapan sistem kapitalisme sekularisme yang menjadikan aktivitas manusia berputar di sekitar nilai materi. Kesehatan pun saat ini dikapitalisasi. Pemerintah hanya menjadi regulator bagi oligarki dan rakyatnya sendiri. 

Lain halnya jika yang diterapkan adalah sistem Islam. Peran negara dalam sistem Islam adalah sebagai pelayan untuk mengurusi semua urusan rakyat. Begitupun dengan pengurusan kesehatan yang  merupakan kepentingan publik yang harus dipenuhi oleh negara. Semua dilakukan secara praktis dengan menerapkan sistem kesehatan Islam. Sebagaimana konsep Islam terhadap penanganan penyakit menular pada umumnya, yaitu pemutusan segera rantai penularan secara tuntas agar tidak terjadi penambahan angka kesakitan dan zero kematian 

Jika terjadi kasus baru, maka pemimpin dalam Islam akan melakukan pemutusan penularan secara total dan  terjadinya bahaya bagi pengidap maupun masyarakat luas. Kemudian, dilakukan pemisahan segera terhadap para pengidap TB di tempat-tempat perawatan kesehatan dan mengeluarkan orang yang berada di area terjangkit TB guna mencegah penyebaran virus TB. Jika TB dipandang sebagai perkara darurat kesehatan, khalifah akan menugaskan para pakar dan ahli bagi penanganan intensif, yakni dari segi pembuatan rancangan kekinian serta strategi pelaksanaannya agar persoalan segera teratasi tanpa menjadikan kehidupan masyarakat terhenti.

Sistem kesehatan Islam yang tangguh tentunya didukung oleh prinsip politik Islam yang menjamin akses setiap individu terhadap pelayanan kesehatan yang gratis dan berkualitas tinggi secara medis dan nonmedis. Mempersiapkan SDM yang memiliki kualitas dan kuantitas memadai. 

Begitu juga konsep pembiayaan kesehatan, seluruhnya diambil dari baitul mal dengan anggaran mutlak. Semua ini adalah upaya untuk menangani problem kesehatan yang terjadi di tengah masyarakat. 

Namun, jika menilik dari akar permasalahan kesehatan yang saat ini terjadi, maka jelas sistem Islam terlebih dahulu melakukan pencegahan akan timbulnya permasalahan. Caranya, dengan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, seperti sandang, pangan dan papan. Pembenahan tata kelola kota, sanitasi baik, serta menciptakan iklim cuaca sejuk dilakukan tanpa pencemaran udara 

Oleh sebab itu, satu-satunya paradigma untuk mengatur sistem kesehatan secara sahih adalah Islam. Jadi, sesuai peradaban dan politik kesehatan Islam yang mempunyai visi menyejahterakan seluruh alam. Namun, semua itu hanya ada pada sistem Islam yang berada di bawah satu institusi, yaitu Khilafah 'alaa minhajin annubuwwah. Wallahu'alam bishshawab.

Oleh: Tiktik Maysaroh
Aktivis muslimah Bandung

Jumat, 03 November 2023

Bagaimana Agar Korupsi Bisa Diatasi? Ini Jawabannya....


 
Tinta Media - Pengamat Politik Islam Dr. Riyan menyampaikan beberapa poin agar korupsi bisa diatasi.
 
Pertama, menjadi pejabat harus disadari sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.  dan manusia. Islam menegaskan setiap kita adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin. Faktor paling dasar dan fundamental adalah keimanan yang benar, yang mendorong orang mau dan sungguh-sungguh taat pada Allah Swt.,” tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (2/11/2023).
 
Kedua, sebutnya, setiap pejabat negara harus diberikan fasilitas yang memadai untuk dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Mulai dari gaji, tunjangan, kendaraan, rumah dan lain-lain, sehingga tidak ada alasan lagi untuk mencari tambahan diluar haknya dengan menerima suap, gratifikasi, dan sejenisnya.
 
Ketiga, pengawasan masyarakat, mekanisme pembuktian yang terbalik, penyitaan harta hasil korupsi, dan pemberian hukuman yang seberat-beratnya bila tetap terjadi pelanggaran.  Termasuk sampai hukuman mati bagi pelaku korupsi, apalagi dilakukan oleh pejabat negara atau pimpinan lembaga negara,” tandasnya.

Dalam Islam, imbuhnya,  fungsi hukuman menjadi pencegah (zawajir) agar orang lain tidak ingin melakukan hal yang sama, dan penebus (jawabir) di dunia dan akhirat.
 
“Keempat, hal ini semua akan terlaksana bila seluruh hukum Islam diterapkan secara kafah oleh negara dan seorang pemimpin (Khalifah),” cetusnya.
 
Sistem Islam, ucapnya,  akan mengantisipasi dalam bentuk menutup semua celah korupsi, memberikan dukungan atas prestasi bila amanah dalam tugas, sekaligus memberikan hukuman seberat beratnya bagi pelaku korupsi.
 
“Itu semua dengan jaminan yang berdimensi dunia dan akhirat,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun.
 
 
 
 
 
 

Indonesia Darurat Bullying, Nasib Remaja Kian Genting




Tinta Media - Bullying bukan masalah sepele, korban tidak hanya menanggung malu sebab dijadikan bahan hinaan, atau olokan oleh teman lain, tapi juga mendapat gangguan fisik, seperti yang terjadi pada anak kelas 2 SD di Gresik yang ditusuk matanya oleh kakak kelas menggunakan tusuk bakso sehingga mengalami kebutaan. Korban bully biasanya hanya diam karena diancam, karena pelaku memiliki kuasa, atau sudah sering melapor namun tak kunjung ada solusi dari guru atau pihak sekolah.

Saat ini bullying tak lagi memandang usia, mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, hingga ke jenjang Universitas pun bisa menjadi korban atau pelaku bullying. Baik sekolah negeri maupun berbasis islami tak luput dari kasus bullying. Mirisnya pelaku pun bukan hanya teman sebaya, namun juga dari kalangan guru disekolah. Akibatnya pun tak main-main, korban bisa mengalami trauma, depresi, hingga memilih jalan terakhir yaitu bunuh diri.

Dalam laman Republika.co.id (21/10/22), mantan ketua komisi perlindungan anak indonesia (KPAI), Assoc. Prof. Dr. Susanto, mengatakan untuk mengatasi masalah serius ini diperlukan peran lebih dari orangtua dan guru. Pelajar juga butuh kepemimpinan dalam upaya mengatasi kasus bullying disekolah atau madrasah agar dapat meminimalkan atau menghentikan kasus bullying.

Prof. Susanto juga telah meluncurkan Gerakan Pelopor Anti Bullying melalui olimpiade Anti Bullying tingkat nasional bagi pelajar tingkat SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA. Dan gerakan ini akan diselenggarakan oleh Sang Juara.

Penyebab Terjadinya Bullying

Dalam wilayah sekolah, kurikulum yang digunakan berasal dari sistem kapitalis - sekuler, inilah sebab sekolah menghasilkan minim generasi yang berkualitas dan paham dengan norma dan agama, sementara pendidikan islami justru dikurangi dan dijatah 2 jam saja setiap pekannya, pembahasan pun hanya mengenai ibadah saja, tak ada penjelasan mendetail mengenai akidah dan pengokohan iman pada anak, kecuali hanya sedikit sebagai formalitas. 

Adanya Senioritas dalam lingkungan sekolah sudah bukan rahasia lagi, kakak kelas bahkan teman sebaya yang lebih berkuasa pasti akan menindas, mengganggu teman yang lemah, atau karena merasa tersaingi, dan karena berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Kebijakan negara yang selalu mengutamakan keuntungan juga menjadi penyebab tekanan pada rakyat. Terjadinya kenaikan harga bahan pokok, lapangan pekerjaan sulit, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan, tentu membuat para orangtua semakin keras mencari nafkah demi tercukupinya kebutuhan keluarga, sehingga tak jarang mengorbankan waktu bersama keluarga. Padahal anak juga butuh kehadiran orangtua disisinya sebagai role model dan madrasah pertama yang sangat mempengaruhi terbentuknya karakter pada anak.

 Islam Membentuk Kepribadian Anak

Islam telah mewajibkan tugas pengasuhan dan pendidikan pertama pada ibu hingga anak mencapai usia tamyis (7-10th). Dan ayah bertugas untuk mencari nafkah, namun tetap harus berperan dan menjadi teladan bagi anak. Keluarga yang menerapkan syariat islam dalam kehidupan sehari-hari nya tentu akan menjadi kebiasaan baik yang akan dibawa anak hingga dewasa.

Peran lingkungan dan teman sebaya juga sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak. Terciptanya lingkungan masyarakat yang baik membutuhkan peran negara, sebab negara islam mengatur seluruh aspek kehidupan dengan syariat islam akan menciptakan kehidupan bermasyarakat yang adil, damai dan berkecukupan, sehingga terhindarlah dari masalah ekonomi dan kriminal, sebab semua ini saling berkaitan dan sumber utamanya karena tidak terpenuhi hak dan kebutuhan masyarakat, serta kurang tegasnya sanksi dalam menyelesaikan persoalan.

Di bidang pendidikan, sekolah dan guru harusnya menerapkan sistem pendidikan islami yang menyeluruh bukan hanya mengambil sebagian saja. Dan negara menjamin pelayanan pendidikan untuk masyarakat secara gratis dengan kualitas terbaik.

Negara juga mampu menghentikan dan menghilangkan setiap hal yang bisa merusak dan melemahkan akidah masyarakat, seperti narkoba, miras, juga tayangan tak bermoral di televisi maupun sosial media. Negara juga yang berhak memberikan sanksi dan edukasi pada pelaku bullying.

Khatimah

Saat ini kasus bullying semakin parah, pemerintah dan negara terus melakukan berbagai mekanisme demi menghentikan kenaikan jumlah korban, namun bullying masih saja terjadi, bahkan korban semakin mengalami dampak yang buruk hingga berakhir bunuh diri.

Hal ini menjadi bukti bahwa sistem saat ini tak mampu menghentikan bullying. Solusi terbaik untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menerapkannya syariat islam secara kaffah dalam naungan suatu negara islam, yang akan menjaga dan melindungi keamanan setiap jiwa rakyat, memenuhi kebutuhan pokok dan memudahkan lapangan pekerjaan untuk masyarakat, serta memberikan sanksi yang adil dan tegas pada pelaku kriminal.

Wallahu alam bisshawab.

Oleh : Audina Putri
Sahabat Tinta Media
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab