Tinta Media: bulan
Tampilkan postingan dengan label bulan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bulan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Maret 2024

Menyiapkan Diri Menyambut Bulan Suci


Tinta Media - Amr bin Qais rahimahulLaah, jika memasuki Bulan Sya’ban, ia segera menutup tokonya (menghentikan kegiatan bisnisnya). Ia lalu menyibukkan dirinya dengan banyak membaca al-Quran. Ia berkata:

طوبى لمن أصلح نفسه قبل رمضان (الحافظ إبن رجب الحنبلي، لطائـف المعـارف، ص١٣٨)

“Beruntunglah orang yang berusaha menata (menyucikan) jiwanya sebelum Ramadhan datang.” (Ibnu Rajab al-Hanbali, Lathaa’if al-Ma’aarif, hlm. 138).

Begitulah generasi salafush-shalih. Bagi mereka, bisnis duniawi–sekalipun mendatangkan keuntungan besar–tidak lebih penting daripada menyucikan jiwanya demi menyambut datangnya Bulan Ramadhan yang penuh berkah. Karena itu jauh-jauh hari mereka sudah memfokuskan diri untuk memperbanyak ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT. Di antaranya dengan memperbanyak membaca al-Quran sepanjang Bulan Sya’ban.

Bagi mereka, “perniagaan” pada Bulan Ramadhan tentu jauh lebih menguntungkan ketimbang perniagaan duniawi. Sebabnya, pada bulan inilah kesempatan untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.  Tentu dengan berusaha meraih sebesar-besarnya pahala melalui ragam amal shalih (shaum, shalat tarawih, tilawah al-Quran, mendalami agama, banyak bersedekah, menggiatkan dakwah, dll) selama Ramadhan, yang datang cuma setahun sekali.

Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. []


Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
( Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).


Minggu, 25 Februari 2024

Jangan Lewatkan Bulan Sya'ban



Tinta Media - Tidak diragukan lagi, Ramadhan memang bulan mulia. Namun demikian, Sya’ban, sebagai bulan sebelum Ramadhan, juga tak boleh dianggap sepele. Karena itu tidak selayaknya seorang Muslim mengabaikannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Bulan Sya’ban –bulan antara Rajab dan Ramadhan- adalah bulan di saat manusia lalai. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An-Nasa’i no. 2359. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Karena itu generasi shalafus-shalih banyak mengisi Bulan Sya’ban dengan banyak membaca al-Quran. Pada bulan ini mereka juga  mengeluarkan zakat, termasuk banyak berinfak dan bersedekah. Tujuannya, agar orang-orang fakir/miskin bisa punya bekal untuk menjalankan ibadah puasa pada Bulan Ramadhan. Tidak terlalu repot untuk mendapatkan makanan untuk sahur dan berbuka (Lihat: Ibnu Hajar, Fath al-Bari, 13/311).

Keistimewaan Sya’ban juga ada pada pertengahannya, yakni Nishfu Sya’ban. Diriwayatkan:

عَنْ مُعَاذِ بن جَبَلٍ عَن ِالنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: *يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

Dari Mu’adz bin Jabal bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh Allah memperhatikan hambanya (dengan penuh rahmat) pada malam Nishfu Sya’ban, kemudian Ia akan mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan musyahin (orang munafik yang menebar kebencian antar sesama umat Islam)” (HR Thabrani fi Al Kabir no 16639, Daruquthni fi Al Nuzul 68, Ibnu Majah no 1380, Ibnu Hibban no 5757, Ibnu Abi Syaibah no 150, Al Baihaqi fi Syu’ab al Iman no 6352, dan Al Bazzar fi Al Musnad 2389).

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Hadits yang menjelaskan keutamaan malam nisfu Sya’ban ada beberapa. Para ulama berselisih pendapat mengenai statusnya. Kebanyakan ulama mendhaifkan hadits-hadits tersebut. Ibnu Hibban menshahihkan sebagian hadits tersebut dan beliau masukkan dalam kitab shahihnya.” (Ibnu Rajab, Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 245).

Karena itulah, sebagian ulama mengisi Nishfu Sya’ban dengan ragam amal shalih.

Amaliah Malam Nishfu Sya’ban dilakukan pertama kali oleh para Tabi’in (generasi setelah Sahabat Nabi) di Syam Syria, seperti Khalid bin Ma’dan, Makhul, Luqman bin ‘Amir dan sebagainya, mereka mengagungkannya dan beribadah di malam tersebut. Dari mereka inilah kemudian orang-orang mengambil keutamaan Nishfu Sya’ban.” (Syaikh al-Qasthalani dalam Mawahib al-Ladunniyah II/259 yang mengutip dari Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Lathaif al-Ma’arif, hlm. 151).

Alhasil, yuk kita isi Bulan Sya’ban, termasuk Nishfu Sya’ban, dengan ragam amal shalih. Antara lain dengan memperbanyak membaca al-Quran, mengeluarkan zakat, memperbanyak infak dan sedekah untuk fakir/miskin, dll.

Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. []


Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab