Tinta Media: belum
Tampilkan postingan dengan label belum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label belum. Tampilkan semua postingan

Jumat, 06 September 2024

Gaza Belum Merdeka


Tinta Media - Perang yang terjadi antara Gaza, Palestina dengan Zionis Yahudi masih terus berkecamuk hingga saat ini. Sudah sejak 07 Oktober lalu perang dimulai, hingga kini sudah terhitung sepuluh bulan lebih, tetapi faktanya Gaza belum merdeka.

PBB blak-blakan ungkap fakta baru tentang perang di Gaza, Palestina. Mengutip laman CNBN INDONESIA pada 23 Agustus 2024, PBB mengabarkan perkembangan terkini di Gaza, Palestina bahwasanya wilayah itu masih terus menjadi sasaran serangan tentara Zionis. Pejabat tinggi kemanusiaan wilayah Palestina (Associated Prees) menyebut bahwa saat ini perintah evakuasi Zionis telah mengungsikan 90 persen dari 2,1 juta penduduk Palestina.

Hampir 40.000 warga Palestina telah tewas dalam serangan Zionis Yahudi di Gaza sejak 7 Oktober lalu. Sedangkan para Zionis mangaku kehilangan 329 tentara. Penduduk Gaza terjebak dan tidak memiliki tempat untuk pergi. Mereka terus diminta pindah ke lokasi-lokasi pengungsian yang tidak layak. Mereka telah kehilangan segalanya, sementara perundingan-perundingan damai untuk menghentikan serangan ini terus mengalami kegagalan. Nyatanya, perundingan damai tidak terealisasi hingga kini.

Gaza belum merdeka, hingga kini masih dalam penjajahan. Perang yang terjadi antara Palestina dengan para Zionis masih saja berkecamuk. Perjanjian damai yang dijanjikan PBB nyatanya tidak terealisasi. PBB nyatanya tidak berdaya dalam memberi perlindungan terhadap Palestina. 

Penerapan ideologi yang salah seharusnya menjadi koreksi bagi dunia. Harusnya mereka terdorong untuk mengganti ideologi yang rusak menjadi ideologi yang benar.

Idiologi yang diterapkan saat ini adalah idiologi kapitalisme yang membunuh  jutaan jiwa  di seluruh dunia. Peraturan-peraturan yang ada dalam sistem tersebut adalah peraturan yang berasal dari manusia. Wajar saja jika tidak bisa menjangkau manusia secara keseluruhan. Peraturan yang diterapkan dalam ideologi kapitalisme cenderung memberi manfaat pada segelintir orang dan menindas kebanyakan masyarakat. Ini menjadi bukti bahwasa sistem di dunia saat ini  adalah sistem rusak yang harus diganti. 

Para pemimpin muslim tak lagi peduli terhadap Gaza, bahkan mereka menjadi antek-antek musuh Islam. Hal ini mencerminkan betapa rusaknya kepemimpinan dunia Islam.

Genosida yang terjadi di Gaza adalah salah satu cermin perang ideologi. Dalam ideologi kapitalisme, menindas adalah keniscayaan, sedangkan dalam ideologi Islam, penindasan adalah perbuatan yang zalim, sehingga tidak boleh dilakukan, apalagi membunuh jiwa-jiwa yang tidak bersalah seperti yang dilakukan oleh penjajah Yahudi laknatullah.

Perang yang terjadi antara Palestina dan entitas Yahudi adalah perang antarnegara, yakni perang antara idiologi Islam (Palestina) dan kapitalisme (Yahudi) sehingga membutuhkan tegaknya negara ber-ideologi Islam, yaitu Khilafah yang akan mendorong adanya jihad (perang di jalan Allah).  

Jadi, solusi dari perang tersebut bukan perjanjian damai ataupun hanya sekadar memberi bantuan finansial kepada masyarakat Palestina, tetapi dengan mengirim pasukan ke Palestina untuk membantu mereka melawan para Zionis. Kekuatan harus dilawan kekuatan, tentara dilawan dengan tentara. Maka, harus ada kekuatan besar yang dihimpun oleh satu kepemimpinan Islam, yaitu  Khilafah. 

Untuk mewujudkan tegaknya khilafah dibutuhkan kesadaran yang sama pada setiap diri umat  Islam. Karena itu, keberadaan kelompok dakwah ideologis sangat dibutuhkan untuk menyadarkan umat bahwasanya Gaza butuh bantuan kita dan apa yang terterap dalam kehidupan saat ini adalah idiologi yang salah, idiologi yang berasal dari manusia, bukan berasal dari Allah. 

Allah berfirman dalam surah al-Maidah 50 artinya:

"Apakah (hukum) jahiliah yang mereka kehendaki? (hukum) siapakah yang lebih baik selain hukum Allah, bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?

Demikianlah apa yang diterangkan dalam ayat tersebut. Sudah seharusnya kita kembali pada hukum Allah Ta'ala.
Allahu a'lam bishawwab.



Oleh: Sarinah 
(Komunitas Literasi Islam Bungo)

Sabtu, 03 Februari 2024

Pengamat: Jika Al-Aqsa Belum Terbebas Seluruh Kaum Muslimin Berdosa



Tinta media - Pengamat Kebijakan Publik Dr. Faqih Syarif Hasyim, M.Si. menegaskan bahwa membebaskan Al-Aqsa dari penistaan Z1on1is Y4hudi menjadi kewajiban seluruh kaum muslimin. Jika Al-Aqsa belum terbebas seluruh kaum muslimin berdosa. 

“Kalau Al-Aqsa Palestina belum terbebas seluruh kaum muslimin di dunia ini masih berdosa. Dosa kifayahnya belum gugur dan bisa berubah menjadi fardhu ‘ain bagi kaum muslimin yang berada di sana. Negeri-negeri Islam yang dekat di sana dan memiliki pasukan wajib membebaskan Al-Aqsa,” ungkapnya di Kabar Petang: Wajib Membebaskan Al-Aqsha dari Cengkeraman Zionis! melalui kanal Youtube Khilafah News, Jumat (2/2/2024). 

Faqih beralasan, Masjidilaqsa adalah tempat yang memiliki banyak  keistimewaan bagi kaum muslimin. 

“Masjidilaqsa pernah menjadi kiblat pertama kaum muslim selama 16 bulan, kemudian Allah Swt. mengubah arah kiblat ke Makah. Kedua, Masjidilaqsa dan Syam Palestina adalah wilayah yang Allah berkati sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 1,” jelasnya. 

Ia mengutip pendapat Prof. Wahbah Az-Zuhailli dalam tafsirnya Al-Munir yang menyebut Syam Palestina adalah tanah suci yang telah Allah berkahi dengan banyaknya nabi yang diutus ke sana dan syariat yang dibawa oleh para nabi tersebut telah menyebar ke seluruh dunia. 

“Rasulullah pun juga mendorong kaum muslimin untuk beribadah di Masjidilaqsa karena besarnya keutamaan yang Allah limpahkan,” imbuhnya. 

Terakhir Faqih menyampaikan bahwa kemuliaan dan keberkahan yang Allah limpahkan kepada Masjidilaqsa, kepada Syam Palestina itu berlaku hingga hari kiamat. [] Irianti Aminatun
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab