Tinta Media: beban hidup
Tampilkan postingan dengan label beban hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label beban hidup. Tampilkan semua postingan

Rabu, 07 Februari 2024

Tingginya Beban Hidup Matikan Fitrah Keibuan



Tinta Media - Sering kita dengarkan  sebuah penggalan lagu, "Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia..." Sebuah ungkapan yang menggambarkan betapa besar kasih sayang ibu kepada anaknya. Dan sebaliknya betapa anak sangat mengagumi sosok ibunya yang penuh kasih sayang.

Tapi sungguh miris, saat ini betapa banyak kita temui ibu tega berbuat kekerasan kepada anaknya hingga berujung sampai hilangnya nyawa sang anak.

Seperti kabar dari Belitung, tepatnya di desa Membalong , seorang ibu rumah tangga berusia 38 tahun diduga membunuh dan membuang bayi yang baru lahir di kamar mandi. Kamis, 18 Januari 2024 ( Bangkapos.com ).

Alasan ibu yang tega menghabisi sendiri nyawa buah hatinya tersebut adalah karena tidak cukup biaya untuk membesarkan karena suaminya hanya seorang  buruh.
Hal serupa sebelumnya terjadi di Gunung Kidul. Seorang ibu membekap anaknya yang masih bayi hingga meninggal juga dengan alasan karena kesulitan ekonomi. Selasa, 7 November 2024 ( Radar Jogja ).

Hal apa yang bisa mematikan fitrah ibu yang seharusnya penuh cinta kasih pada anaknya? Padahal idealnya ibu yang mencintai anaknya akan menjaga anaknya selama 24 jam.
Ternyata semua fitrah keibuan itu akan padam saat seorang ibu dibenturkan dan harus menghadapi buruknya keadaan hasil dari sistem sekuler kapitalis.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi, yakni karena lemahnya ketahanan iman, tidak berfungsinya keluarga sehingga ibu juga terbebani pemenuhan ekonomi, lemahnya kepedulian masyarakat, dan tidak adanya jaminan kesejahteraan negara atas rakyat individu per individu.

Ibu masa kini adalah ibu yang mempunyai beban berat di pundaknya. Dalam sistem demokrasi ibu harus mengorbankan waktu dengan anaknya untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga yang semua serba mahal. Istri harus turut serta membantu suami mencari nafkah bahkan menggantikan peran suami sebagai tulang punggung keluarga.

Buah dari sebuah sistem yang tidak manusiawi, sistem yang mengesampingkan pemenuhan kebutuhan hidup umatnya. Negara tidak bisa menjadi penjaga dan pelindung bagi umatnya.

*Adakah solusi Islam untuk menyejahterakan ibu dan anak?*

Hal tersebut tentunya tidak akan pernah terjadi jika kita menerapkan sistem Islam yang diridhoi Allah Swt. dalam naungan khilafah.

Hukum asal seorang perempuan adalah : sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Perempuan merupakan kehormatan yang wajib dijaga.

Maka dalam sistem Islam tidak akan kita temui ibu yang lelah dan pusing dalam mencari nafkah. Karena sistem Islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan Ibu dan anak melalui berbagai mekanisme, baik jalur nafkah, dukungan masyarakat dan santunan negara.

Islam memiliki sistem ekonomi dan politik yang mampu mewujudkan kesejahteraan individu per individu, yang meniscayakan ketersediaan dana untuk mewujudkannya.
Ibu tidak harus mencari kesejahteraannya sendiri, sehingga bisa fokus menjalankan perannya dengan sebaik-baiknya sebagai ibu dan istri.

Wanita dalam Islam boleh bekerja karena untuk mengamalkan ilmu bagi kepentingan umat. Dengan catatan tanggung jawab sebagai istri dan ibu tetap terlaksana dengan baik.

Islam juga memerintahkan para ibu untuk mencari sebanyak-banyaknya tsaqofah Islam. Sebagai bekal dalam mendidik anaknya dan menjalani hidup yang diridhoi Allah swt.

Hanya dalam naungan khilafah ibu bisa fokus mencetak generasi cemerlang. Sistem ini telah terbukti bertahan sepanjang 13 abad lamanya. Dan telah menempatkan ibu dalam posisi yang sangat tinggi, karena berhasil mencetak anak-anak peradaban cemerlang yang sejarahnya telah tercatat dengan tinta emas. Sebagaimana Fatimah binti Ubaidilah Azdiyah ibunda Imam Syafi'i.

Kesejahteraan anak, ibu dan keluarga akan terwujud dalam sebuah sistem yang diridhoi Allah SWT yakni sistem Islam dalam naungan khilafah Islamiyah.

Waalahu a'lam bishawaab.

Oleh : Rahma
Sahabat Tinta Media 

Minggu, 04 Februari 2024

Faktor Beban Hidup, Mematikan Fitrah Keibuan



Tinta Media - Fitrahnya setiap ibu adalah mendambakan buah hati, apabila ibu tak kunjung hamil mereka akan ikhtiar dengan program hamil hingga bayi tabung. Tak dihiraukan lagi berapa banyak biaya yang dikeluarkan agar bisa hamil dan melahirkan anak. Namun banyak pula yang tak menginginkannya meskipun mereka hamil, justru terpaksa digugurkan atau dibunuh secara tragis. Memasuki awal tahun, berharap negeri ini baik-baik saja, sayang seribu sayang, kasus demi kasus kian terjadi. 

Akhir bulan ini digegerkan kasus ibu bunuh anak karena tidak sanggup membiayai kehidupan si bayi. Dikutip dari Bangkapos.com (23/1/24) bahwa insiden tragis di Desa Membalong, Kabupaten Belitung, seorang ibu rumah tangga berusia 38 tahun diduga membunuh dan membuang bayi yang lahir secara normal di kamar mandi. Kejadian itu terjadi pada Kamis, 18 Januari 2024, sekitar pukul 21.00 WIB. Motif dari tindakan mengerikan ini diduga terkait dengan faktor ekonomi, ibu tiga anak tersebut merasa terdesak secara finansial. 

Sistem kapitalisme secara tidak langsung sistem yang diterapkan sekarang mematikan fitrah ibu, yang seharusnya ibu itu menginginkan anak dan memiliki sifat penyayang. Tidak hanya itu, tugas ibu juga mengasuh, membesarkan serta mendidik, karena anak adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Namun fitrah keibuan kian terkikis oleh sistem kapitalisme, banyak dari ibu enggan punya anak karena khawatir dengan penghasilan keluarganya tak mencukupi kebutuhan anak karena mahalnya kebutuhan pokok dan biaya pendidikan. 

Banyak ayah yang kehilangan pekerjaannya, hasil kerja serabutan tak mencukupi kebutuhan keluarga. Sehingga sistem ini memaksa para ibu untuk kerja di luar rumah membantu perekonomian keluarga. Akhirnya anak bukan lagi menjadi takdir tapi pilihan, anak menjadi korban hidup atau mati. Na'udzubillahi mindzalik! 

Akhirnya sistem kapitalisme memberikan efek besar seperti lemahnya ketahanan iman keluarga, tidak berfungsinya peran keluarga, lemahnya kepedulian masyarakat, serta tidak ada jaminan kesejahteraan dari negara. 

Islam mempunyai aturan yang sempurna, termasuk masalah ekonomi. Ekonomi dikelola oleh negara dengan baik sehingga dapat menyejahterakan rakyat, mulai dari bahan pokok (sandang, papan dan pangan), para ayah diberikan pekerjaan dengan gaji yang setimpal sehingga ibu dengan fitrah keibuannya fokus menjadi ummu warabbatul bait dan ummu madrasatul ula. 

Visi misi akhirat dan tolok ukur halal haram diterapkan di setiap keluarga, serta masyarakat saling membantu dan mengingatkan. Negara pun bertanggungjawab atas setiap keluarga yang kurang mampu serta memberikan fasilitas pendidikan yang murah bahkan gratis untuk seluruh rakyat, semua itu hanya dapat terjadi dengan diterapkannya aturan Allah yakni Islam di muka bumi ini secara kaffah, sehingga setiap anak dijamin oleh negara dan lahirlah generasi Sholahuddin berikutnya, in syaa Allah. 

Wallahua'lam bisshawab

Oleh: Maula Riesna
Sahabat Tinta Media 

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab