Tinta Media: alasan
Tampilkan postingan dengan label alasan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label alasan. Tampilkan semua postingan

Senin, 26 Februari 2024

UIY: Umat Islam Tidak Punya Alasan untuk Ikut Sekuler



Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan, umat Islam tidak punya alasan untuk ikut sekuler. 

“Sesungguhnya umat Islam tidak punya alasan sedikit pun baik secara teologis, historis maupun empiris untuk ikut sekuler,” ungkapnya di Focus To The Point: Dua Kunci Eksistensi Umat, melalui kanal Youtube UIY Official Jumat (23/2/2024). 

Ia beralasan, umat Islam tidak punya masalah dengan otentitas Al-Qur’an, tidak punya masalah dengan rezim yang zalim, tidak ada masalah dengan temuan sains. Bahkan banyak temuan saintek diinspirasi dari pemahaman terhadap Al-Qur’an. 

“Ini berbeda dengan orang-orang selain Islam, khususnya Barat. Mereka melihat kenyataan bahwa sumber agama mereka yaitu Bibel, itu ada masalah dari sisi otentitasnya,” bandingnya.  

Otentitas Bibel ini, lanjutnya, sudah dibincangkan berpuluh tahun. “Buku  The Five Gospels  berisi rangkuman dari sebuah riset yang dilakukan oleh 80 ahli Teologi Kristen yang meneliti otentitas Injil. Mereka mendapati kesimpulan bahwa 80 – 82 % itu tidak sampai kepada apa yang mereka katakan sebagai Yesus,” bebernya. 

Oleh karena itu, lanjutnya, mereka menjumpai persoalan kedua yaitu teologis. “Trinitas itu baru dirumuskan pada konsilinesea tahun 300-an Masehi, tiga abad setelah Yesus. Ini membuat problem karena tidak mudah memahami Trinitas,” ungkapnya. 

Di samping itu, UIY juga memaparkan, bahwa Barat mengalami  trauma religiious rezim, ketika penguasa bersekutu dengan kaum agamawan memaksakan doktrin teologis. 

“Karena otentitas Injil dipertanyakan maka kemudian bertabrakan dengan temuan sains teknologi. Puncaknya ketika Galileo Galilei dan Copernicus. Ketika itu gereja memaksakan geosentris sementara Copernicus dan Galileo mendapati hasil pengamatannya itu bukan geosentris tapi heliosentris. Jadi bukan bumi yang menjadi pusat peredaran planet-planet tapi matahari. Dan memang itu yang terbukti,” ulasnya. 

Di sinilah, ucap UIY, Barat lalu berkesimpulan bahwa agama tidak mungkin dihilangkan, sehingga agama ditetapkan untuk mengatur urusan agama, sementara politik atau negara itu urusan politik. 

“Ini yang kemudian memunculkan pandangan sekularisme. Ini tidak dialami oleh umat Islam sehingga tidak ada alasan umat Islam meninggalkan syariat Islam,” pungkasnya.[] Irianti  Aminatun

Minggu, 11 Februari 2024

Menulis Itu Susah Tapi Bukan Alasan untuk Menyerah


 
Tinta Media - “Saya ingin bisa seperti orang lain, membuat tulisan opini dakwah tapi susah karena tidak bisa menulis,” itulah alasan yang sering kita dengar dari sebagian orang yang memiliki keinginan untuk berdakwah melalui tulisan tapi terkendala ketidakmampuan. Sehingga dengan alasan itu tidak sedikit yang kemudian berhenti untuk mencoba dan memulai untuk belajar membuat tulisan opini atau semacamnya. 

Aktivitas dakwah akan terus berlangsung sampai hari kiamat, sebagaimana pertempuran al-haq dan bathil yang senantiasa mengikuti keberlangsungannya. Dakwah merupakan amalan mulia yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaiyhi wassalam, tanpa dakwah mustahil Islam bisa tersebar hampir ke seluruh penjuru dunia dan sampai ke Bumi Nusantara. 

Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara dan gaya menyesuaikan dengan segmentasi dakwahnya. Secara umum, kita memahami bahwa dakwah itu merupakan aktivitas lisan padahal tidak demikian pada faktanya. 

Dakwah dimaknai sebagai ajakan atau seruan kepada orang lain, kepada masyarakat atau jamaah agar mau memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama dengan penuh kesadaran. Sehingga dengan dakwah yang dilakukan diharapkan akan bisa membangkitkan semangat berislam dengan lebih baik dan benar sesuai tuntunan. 

Dakwah selain disampaikan melalui lisan ternyata juga bisa disampaikan melalui tulisan sebagaimana Rasulullah SAW juga berdakwah melalui surat-surat yang dikirimkan ke para penguasa negeri-negeri jazirah arab ketika itu agar mau tunduk pada kekuasaan Islam. Bahkan seiring berkembangnya teknologi dan zaman, hari ini kita bisa melihat bagaimana dakwah mulai merambah di jejaring-jejaring media sosial baik secara visual ataupun audio visual. 

Berbicara terkait dakwah, Ustadz Ismail Yusanto pernah menyampaikan. “Jika kita bicara tentang dakwah, maka alat dakwah itu hanya ada dua, jika tidak lisan ya tulisan. Akan sangat bagus jika kita menguasai keduanya, lisannya tajam tulisannya luar biasa. Lisannya tajam setajam tulisannya, sebaliknya tulisannya tajam setajam lisannya. Jangan sampai kita tidak bisa kedua-duanya, kalau tidak bisa kedua-duanya minimal satu saja. Kalau tidak bicara maka menulislah!.” 

Yang tidak kalah penting untuk kemudian kita pahami adalah terkait dengan konten dakwah itu sendiri. Hari ini kondisi masyarakat khususnya umat Islam terus menerus mengalami kemunduran baik dari sisi moral (akhlak) individu, sosial, ekonomi bahkan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Maka penting untuk para Da’i untuk mulai menyampaikan berbagai kondisi tersebut dari sudut pandang Islam. Sehingga Islam tidak lagi sebatas disampaikan sebatas urusan akhlak dan ibadah, tapi lebih jauh lagi bagaimana kemudian Islam mampu memberikan solusi untuk urusan sosial, ekonomi, hukum, bahkan politik dalam konteks kekinian. 

Bila kita kembali kepada sejarah Islam, pasca diruntuhkannya Kekhilafahan pada tanggal 28 Rajab 1342 H yang bertepatan dengan 3 Maret 1924 M, Umat Islam telah mengalami kemunduran dalam berbagai bidang khususnya pemikiran. 

Berbagai Upaya untuk mengembalikan kejayaan dan kemuliaan Umat Islam telah dilakukan namun tak kunjung membuahkan hasil yang membahagiakan kecuali hanya dalam urusan-urusan yang sifatnya parsial. Hal ini tidak terlepas dari akibat mundurnya pemikiran kaum Muslimin secara umum, khususnya pemahaman akan pentingnya mengembalikan kembali kehidupan Islam di bawah Institusi kekhilafahan dan metode shahih untuk merealisasikannya. 

Salah satu cara yang ditempuh oleh Inggris yang bekerja sama dengan Mustafa Kemal Ataturk, salah seorang pengkhianat Islam saat berusaha menghancurkan kekhilafahan Islam Turki Utsmani adalah dengan terus memaksakan sekularisasi⁸ dalam berbagai pengaturan kehidupan. Sekularisasi hukum, pendirian lembaga-lembaga yang bekerja dengan menggunakan hukum positif dan menjauhkannya dari pengaturan Syari'ah Islam dalam segala bidang, sosial, budaya, politik bahkan ekonomi. 

Hal ini tentu harus mulai disadari oleh kita sebagai umat Islam terlebih para Da’i. Oleh karena itu, upaya penyadaran untuk mengembalikan pemahaman kaum Muslimin pada pemahaman Islam yang benar sangatlah penting dan wajib dilakukan oleh siapa saja yang telah mengazzamkan diri untuk berkontribusi dalam dunia pergerakan (Dakwah) agar umat Islam dan masyarakat secara umum tidak terus menerus berada dalam keterpurukannya. 

Maka, dakwah terkait Khilafah sebagai institusi pelaksana hukum-hukum Syari’ah harus terus digelorakan baik melalui dakwah lisan maupun tulisan. Sampaikan kepada umat bahwa Khilafah itu adalah Tajul Furudh (mahkota kewajiban) karena tanpa adanya Khilafah sebagaimana saat ini banyak hukum Syari’ah dalam bidang ekonomi, sosial, hukum terabaikan. 

Oleh karena itu agar kita bersemangat dalam berdakwah baik melalui lisan ataupun tulisan hendaknya kita kembali memahami keutamaan-keutamaan dalam amalan dakwah. Bagaimana kemudian Allah sudah memberikan banyak keutamaan didalamnya. Keduanya (Dakwah melalui ucapan ataupun tulisan) sama-sama berpahala dimata Allah SWT sebagaimana kaidah ushul fiqh menyatakan bahwa 𝑎𝑙-𝑘𝑖𝑡𝑎𝑏 𝑘𝑎𝑙 𝑘ℎ𝑖𝑡ℎ𝑎𝑏 yang bermakna Tulisan itu statusnya sama atau sebanding dengan ucapan. 

Jadi kalau masih merasa kesusahan dalam menulis opini dakwah, ingat kembali niat awal kita. Bahwa tulisan kita adalah untuk menyampaikan al-haq, niatkan untuk meraih keridhoan Allah, maksimalkan segenap kemampuan, teruslah belajar. Bicaralah atau menulislah (dakwah) agar umat yang mulia ini segera terbebas dari segala bentuk penjajahan dan mampu bangkit dari keterpurukan. 

Hayya ‘ala l-Falah !!


Oleh : Rahmat S. At-Taluniy
Sahabat Tinta Media 

Rabu, 07 Februari 2024

Inilah Alasan Agar Serius dalam Berdakwah



Tinta Media - Jika Anda mengira bahwa dakwah adalah kewajiban syekh, habib, ustaz atau kiai, Anda salah besar. Dakwah sejatinya kewajiban setiap muslim tanpa terkecuali. Bahkan karena hukumnya wajib, dakwah harus dilakukan secara serius. Tidak asal-asalan dan tidak main-main. 

Banyak kaum muslimin yang tidak tahu tentang kewajiban ini. Bahkan yang sudah tahu sekalipun terkadang tidak serius dalam melaksanakan dakwah. Tidak sedikit dari mereka yang mengesampingkan dakwah bahkan menyepelekan kewajiban dakwah ini. Dakwah hanya dilakukan ketika ada waktu luang dan waktu sisa dari kesibukan. Alasan demi alasan disuguhkan untuk melegitimasi ketidakseriusan dalam menjalankan amal dakwah. 

Ada dua alasan yang sebenarnya bisa kita hadirkan ketika kita bertekad serius dalam berdakwah. Pertama, senantiasa ingat bahwa Allah Swt. menciptakan langit dan bumi beserta isinya sangatlah serius. Menciptakan manusia dan makhluk lainnya begitu sempurna. Dari perkara yang kecil sampai perkara yang besar, tidak ada yang Allah ciptakan dengan asal-asalan. Semuanya begitu sempurna. Allah Swt. berfirman: 

 ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖ طِبَاقٗاۖ مَّا تَرَىٰ فِي خَلۡقِ ٱلرَّحۡمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٖۖ فَٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ هَلۡ تَرَىٰ مِن فُطُور 

"Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?" [Surat Al-Mulk: 3] 

Ayat di atas menunjukkan betapa Allah dalam menciptakan langit benar-benar rapi, tidak ada cacat sedikit pun. Allah Swt. tidak pernah main-main dalam ciptaan-Nya, maka sungguh mengherankan jika kemudian kita main-main atau asal-asalan dalam beramal. Asal-asalan dalam dakwah. Tidak bersungguh-sungguh dalam menunaikan kewajiban ini. Akal sehat mana yang kita gunakan saat kita menyepelekan kewajiban dari Allah ini? 

Akibat lebih jauh ketika kita asal-asalan dalam melaksanakan kewajiban adalah bisa mengundang murka Allah. Asal-asalan yang dimaksud adalah menjalankan kewajiban tanpa mengikuti aturan Allah. Ini jelas akan mengundang azab Allah. Allah sudah tunjukkan itu kepada kaum terdahulu. Ketika mereka asal-asalan bahkan menyimpang dari apa yang sudah Allah tetapkan. Kita telah mengetahui bagaimana Fir'aun dibinasakan. Kita juga tahu bagaimana Abu Lahab dan Abu Jahal dihinakan karena mereka main-main dengan apa yang sudah Allah tetapkan. Karena itulah tidak ada pilihan bagi kita dalam menjalankan ketaatan kepada Allah kecuali dengan serius dan bersungguh-sungguh. 

Kedua, Allah Swt. menegaskan kepada siapa saja untuk benar-benar memperhatikan bagaimana Allah menciptakan langit. Allah Swt. dalam lanjutan ayat berikutnya dari surat Al-Mulk: 

 ثُمَّ ٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ كَرَّتَيۡنِ يَنقَلِبۡ إِلَيۡكَ ٱلۡبَصَرُ خَاسِئٗا وَهُوَ حَسِيرٞ   

"Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih." [Surat Al-Mulk: 4] 

Dalam ayat ini Allah Swt. menegaskan bahwa manusia tidak pantas membalas kesempurnaan ciptaan Allah dengan asal-asalan. Melaksanakan perintah Allah dengan main-main tanpa kesungguhan. Termasuk salah satunya dalam melaksanakan kewajiban berdakwah. Karena kewajiban dakwah berkaitan erat dengan selamat dan celakanya manusia. Jika dakwah serius mengajak kepada kebenaran, maka banyak orang yang selamat. Namun jika sebaliknya, dakwah dilakukan secara asal-asalan, bisa menyebabkan banyak orang tersesat dan celaka. Dakwah yang dilakukan secara asal-asalan bukan mengantarkan manusia menuju petunjuk tapi malah menjauhkannya. Na'udzubillah. 

Inilah dua alasan yang mesti dihadirkan saat kita bertekad untuk mulai serius dalam berdakwah ataupun dalam melaksanakan ibadah yang lain. Dari sini tampak jelas bahwa membangun keseriusan dalam dakwah adalah perkara yang tidak bisa disepelekan. 

Wallahu a'lam bishshawab.

Oleh: Cicin Suhendi
Aktivis Dakwah Islam

Rabu, 15 November 2023

Sejarawan Ungkap Alasan Serangan Brigade Al-Qassam 7 Oktober Lalu


 
Tinta Media - Pakar Filolog sekaligus Sejarawan Salman Iskandar mengungkap alasan serangan Badai Al Aqsha yang dilancarkan sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam pada 7 Oktober lalu.
 
“Ini karena orang-orang Yahudi telah membuat kerusakan dan menajisi keberadaan Masjid Al-Aqsha sejak 13 hari sebelumnya,” ungkapnya dalam Bincang Hangat: Kupas Tuntas Krisis Palestina di kanal Youtube UIY Official, Ahad (12/11/2023).
 
Ia menjabarkan, pada akhir September, orang-orang Yahudi menutup akses untuk memasuki Baitul Maqdis atau Masjid Al-Aqsha. Tentara IDF (tentara Zionis Yahudi –red.) membuka gerbang-gerbang Masjid Al-Aqsha untuk dimasuki ribuan umat Yahudi.
 
“Mereka melakukan perayaan dengan meniup terompet dari tanduk binatang, sekaligus sebagai pernyataan bahwa Masjid Al-Aqsha telah mereka kuasai. Selama 13 hari, Masjid Al-Aqsha tidak diperkenankan untuk dimasuki peziarah ataupun umat muslim untuk menunaikan shalat di sana,” paparnya.
 
Ia melanjutkan, kaum Zionis menyatakan bahwa empat bulan setelah menguasai ini, Haikal Sulaiman the Temple of Solomon akan berdiri.
 
“Hal ini pun disikapi oleh para pejuang Hamas dengan serangan Badai Al-Aqsha untuk membersihkan dan menjawab kesewenang-wenangan Zionis yang mengotori kesucian Al-Aqsha. Apalagi, Yahudi merencanakan pada 8 Oktober mereka akan mengadakan perayaan terkait upaya meruntuhkan Al-Aqsha dan mencanangkan pembangunan The Temple of Solomon yang ketiga,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab