Tidak Ada Lawan Abadi dalam Politik
”Keep Your Friends Close But Your Enemies Closer"
“Tetap dekati kawan-kawanmu tetapi lebih dekatlah ke musuh-musuhmu"
Tinta Media - Saya patut menduga banyak masyarakat yang kecewa melihat tingkah pola politisi pasca pemilu. Ekspektasi berlebihan dalam politik sekuler seperti Peribahasa bagai pungguk merindukan bulan artinya "Mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi/mustahil untuk digapai atau diraihnya.
Dalam dunia politik sekuler sangat terang benderang dipertontonkan tanpa rasa malu sedikit pun untuk melakukan hal-hal yang tidak beretika, bermoral dan koruptif. Politik memang keras, sadis bahkan terkadang tidak bermoral dan berperikemanusiaan. Teman bisa saling “makan” apalagi lawan (Homo Homini Lupus).
Benar kata orang dalam berpolitik tidak ada teman dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. Dengan kata lain, dalam politik tidak ada musuh yang abadi dan tidak ada teman yang selamanya.
Peristiwa politik yang dipertontonkan kepada publik, semakin membuktikan bahwa setiap detik bisa saja berubah sehingga wajar saja publik meyakini partai- partai politik tanah sudah mengalami degradasi moral politik bukan lagi demi kemaslahatan rakyat dan kebaikan bersama melainkan kepentingan pribadi dan kelompok yang dikedepankan mengatasnamakan rakyat.
Kepentingan rakyat dan bangsa hanya sekedar menjadi jargon-jargon politik seperti “demi rakyat”, “demi kepentingan bangsa”, “demi kedaulatan” dan lain sebagainya.
pertanyaannya apakah benar bahwa hakikat para politisi untuk kesejahteraan rakyat atau sebaliknya merebut dan membagi- bagi kekuasaan itu kepada pribadi per pribadi serta kelompok kepentingan?
Sepertinya kita mesti memikirkan ulang, apakah politik sekuler masih layak untuk dipertahankan?
Demikian.
Oleh: Chandra Purna Irawan
(Ketua LBH Pelita Umat)