Tinta Media: Zuhud
Tampilkan postingan dengan label Zuhud. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Zuhud. Tampilkan semua postingan

Rabu, 08 Maret 2023

Ustazah L. Nur Salamah Jelaskan Makna Zuhud

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat, Ustazah L. Nur Salamah kembali menjelaskan tentang makna zuhud pada pembahasan pasal pertama yang menyinggung kewajiban mempelajari ilmu kondisi yang masih merujuk pada Kitab Adab Ta'limu Al-Muta'alim Thoriqotu Ta'alum, Sabtu (25/02/2023) di Batam.

"Dikatakan kepada Muhammad bin Hasan Rahimahullah, 'Kenapa Anda tidak menulis kitab tentang zuhud?' Beliau menjawab, 'Sesungguhnya aku telah menulis kitab tentang jual beli.' Maksudnya, orang yang zuhud adalah orang yang menghindarkan diri dari perkara syubhat dan makruh," ungkapnya.

Kaitannya dengan ilmu kondisi, lanjutnya, bahwa yang namanya ilmu kondisi itu tidak sebatas pada ibadah mahda (ibadah yang ada syarat dan rukunnya) saja. Seperti fiqih salat, zakat, shaum, maupun haji. Namun, lebih dari itu termasuk dalam urusan jual beli dan kegiatan muamalah yang lainnya harus terikat kepada hukum syara'.

Bunda, sapaan akrabnya memberikan contoh tentang implementasi dari sikap zuhud. "Bersikap zuhud bukan berarti tidak boleh kaya atau berpakaian compang-camping, memakai sepeda engkol kemana-mana, dan lain sebagainya. Namun makna zuhud di sini berarti meninggalkan perkara syubhat (samar-samar/ abu-abu) dan makruh," tegasnya.

Islam tidak menghalangi seorang muslim untuk kaya, terangnya, termasuk memiliki harta. Hendak membeli helikopter sekalipun, bukan masalah, jika dia mampu, dan keberadaan helikopt itu semakin menjadikan dirinya taat kepada Allah. Termasuk membeli rumah yang luas dan besar dengan tujuan rumah tersebut dapat digunakan untuk kajian, atau membeli mobil yang diniatkan untuk bisa lebih banyak membantu orang lain, itu tidak menjadi masalah. Hal tersebut tidak bisa dikatakan tidak Zuhud.

Dalam pembahasan ini, Bunda juga mendekatkan dengan fakta jual beli yang terjadi di tengah-tengah masyarakat pada era modern saat ini. Misalnya sistem COD, sistem talang kurir dan kreditan. Hal-hal seperti ini wajib kita ketahui ilmu fiqihnya agar muamalah kita lebih berkah.

"Kita singgung sedikit sistem jual beli saat ini. Contohnya sistem COD atau bayar di tempat, sah saja jika bukan kurir yang menalangi. Namun, jika kurir yang menalangi biaya pembelian konsumen maka ini diharamkan, karena telah terjadi multi akad alias lebih dari satu akad," jelasnya.

Karena, imbuhnya, kurir yang seyogianya hanya mengambil upah dari pekerjaannya mengantarkan barang, ini bisa menjadi pembeli karena menalangi pembayaran terlebih dahulu. Begitu pun dengan sistem kredit. Hukum asalnya mubah atau boleh, yang diharamkan adalah ada riba di dalamnya, misalanya ada embel-embel di pertengahan jalan berupa denda atau penambahan harga. Akad seperti ini wajib dihindari. 

Terakhir, ia menegaskan bahwa sikap zuhud tidak terbatas pada ibadah mahda saja, namun dalam seluruh amal perbuatan dalam seluruh aspek kehidupan.

"Begitu lah makna zuhud, tidak bisa diartikan secara sempit, atau wilayah ibadah saja. Namun lebih luas lagi dalam hal muamalah dalam seluruh aspek kehidupan harus bersikap zuhud," pungkasnya.[] Reni Adelina/Nai

Selasa, 13 Desember 2022

Zuhud dan Wara'

Tinta Media - Islam sebagai jalan hidup telah memberikan panduan lengkap lahir batin bagi manusia untuk meraih bahagia dunia akhirat. Termasuk konsep tentang cara manusia menghadapi dunia. Zuhud dan Wara' adalah salah satunya.

Amat penting bagi seorang muslim untuk memahami konsep Zuhud dan Wara' agar bersikap tepat terhadap kehidupan di dunia ini. Sehingga bisa fokus pada tujuan hidup dan tidak ribet atau sibuk dengan ujian dunia.

Ibnul Qayyim mendengar gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,

الزُّهْدُ تَرْكُ مَالاَ يَنْفَعُ فِي الآخِرَةِ وَالوَرَعُ : تَرْكُ مَا تَخَافُ ضَرَرَهُ فِي الآخِرَةِ

“Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk akhirat. Sedangkan wara’ adalah meninggalkan sesuatu yang membawa mudarat di akhirat.”

Ibnul Qayyim lantas berkata, “Itulah pengertian zuhud dan wara’ yang paling bagus dan paling mencakup.” (Madarij As-Salikin, 2:10, dinukil dari Minhah Al-‘Allam, 3:138)

Berarti zuhud adalah meninggalkan hal-hal yang melalaikan dari dari akhirat, beralih pada meninggalkan kesenangan duniawi dan sibuk pada dunia, lalu semangat menggapai akhirat serta mempersiapkan diri menuju negeri masa depan.

Termasuk dalam zuhud ini adalah meninggalkan yang haram dan makruh, juga meninggalkan hal mubah yang dapat melalaikan dari akhirat dan melalaikan dari melakukan amalan saleh.

Zuhud ini bukan berarti kita tidak boleh mengurus dunia yang bisa mengantarkan untuk taat kepada Allah. Zuhud bukan berarti kita harus tinggalkan kebiasaan dunia secara umum, seperti meninggalkan jual beli, bertani, dan bekerja. Boleh saja kita mencari dunia asalkan tidak melalaikan dari persiapan akhirat, hati tetap tidak penuh pada dunia, dan mengharap apa yang ada di sisi Allah. mencari dunia tapi tujuan nya akhirat. Mencari harta agar bisa memenuhi kewajiban nafkah itu mulia. Apalagi jika diberikan kelebihan dunia kemudian dihabiskan untuk membiayai perjuangan di jalan Allah maka itulah Zuhud. 

Zuhud bukanlah hidup miskin papa kemudian minta-minta harta kepada orang lain. Atau sok tidak suka harta padahal hatinya berharap akan harta dan mencintainya.

Ibnul Jalaa’ mengatakan, “Zuhud adalah memandang dunia itu akan fana, dunia itu kecil di matamu, sehingga jika di dunia, itu ditinggalkan begitu mudah.” (Bashair Dzawi At-Tamyiz, 3:139, dinukil dari Minhah Al-‘Allam, 3:137).

Para sahabat ridhwanullaah alayhim adalah contoh manusia Zuhud sebenarnya. Diantara mereka ada Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan, Tholhah bin Ubaidillah, Abu Bakar dll mereka semua orang kaya namun mereka tidak mencintai hartanya.

Harta tidak menghalangi mereka sedikitpun untuk berdakwah dan berjihad. Ketika perintah jihad datang maka semua perniagaan dan bisnis mereka tinggalkan untuk berangkat jihad. Ketika adzan terdengar maka mereka tinggalkan semua hartanya itu. Dan ketika seruan berinfak terdengar maka mereka bergegas-gegas menafkahkan hartanya hingga tak bersisa.

Di sisi lain mereka menjauhi namanya yang haram, makruh bahkan yang mubah. Jika mubah yang tak bermanfaat. Hidup mereka fokus untuk mencari ridho Allah SWT.

Itulah contoh sempurna tentang sikap Zuhud dan Wara'. semoga Allah mudahkan kita untuk Zuhud dan Wara'. Aamiin.[]

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Senin, 19 September 2022

Yakin dan Zuhud, Kunci Kemenangan

Tinta Media - Keberhasilan generasi awal Islam disebabkan mereka memiliki karakter layak untuk menang. Yang paling penting adalah yakin dan zuhud. 

Yakin akan kebenaran Islam. Yakin terhadap kebenaran aqidah Islam. Yakin akan benar syariat Islam. Yakin akan pertolongan Allah SWT. Yakin bahwa mereka pasti menang. Keyakinan yang bulat dan utuh kepada Islam melahirkan keikhlasan dan keikhlasan melahirkan kesungguhan. Sungguh sungguh siap berkorban dan menanggung seluruh konsekuensi nya. Sungguh sungguh merencanakan dan melaksanakan dakwah. Sungguh sungguh merencanakan dan melaksanakan jihad dan seterusnya. 

Kesungguhan inilah yang melahirkan para pejuang yang berani pol polan berkorban tidak setengah setengah. Disini lah ketika seluruh sebab keberhasilan sudah dilakukan dengan maksimal maka kemenangan menjadi akibat nya. Man jadda wajada. Begitulan sunnatullah bekerja. 

Sementara sikap zuhud melahirkan pribadi yang tangguh. Tak mempan rayuan dunia. Tak mempan bujukan untuk sekedar mampir rehat bersenang senang sepanjang perjalanan meski halal. Dunia hanyalah sarana berjuang. Bukan tujuan sama sekali. Pejuang seperti inilah yang akan pol polan berjuang tanpa ribet dengan urusan dunia. Andai dia kaya maka itu untuk berjuang. Andai dia miskin maka tak merasa gentar menantang dunia. 

Mengenai zuhud disebutkan dalam sebuah hadits,

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِىِّ قَالَ أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِى عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِىَ اللَّهُ وَأَحَبَّنِىَ النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ازْهَدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِى أَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّوكَ ».

Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula manusia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah dan selainnya. An Nawawi mengatakan bahwa dikeluarkan dengan sanad yang hasan)

Dalam hadits di atas terdapat dua nasehat, yaitu untuk zuhud pada dunia, ini akan membuahkan kecintaan Allah, dan zuhud pada apa yang ada di sisi manusia, ini akan mendatangkan kecintaan manusia. 

Jika para pejuang khilafah yakin dengan pertolongan Allah terhadap dunia maka tak ada manusia di kolong langit ini yang bisa mengalahkan mereka. Wallaahu a'lam. []

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab