Tinta Media: Zalim
Tampilkan postingan dengan label Zalim. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Zalim. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Februari 2024

Kemiskinan Ekstrem Buah Penerapan Sistem Zalim



Tinta Media - Kemiskinan menjadi persoalan dunia yang tidak kunjung usai. Di Indonesia sendiri, berdasarkan standar yang digunakan pemerintah, jumlah penduduk miskin mencapai 5,8 juta jiwa. Ini dicapai menggunakan basis perhitungan masyarakat miskin ekstrem dengan garis kemiskinan sebesar US$ 1,9 purchasing power parity (PPP) per hari. 

Padahal secara global, basis perhitungan orang yang dapat disebut sebagai miskin ekstrem adalah US$ 2,15 PPP per hari, atau setara dengan 6,7 juta orang penduduk miskin. Ini sebagaimana yang disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) / Kepala Bappenas Suharso Monoarfa saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin lalu (5/6/2023).

Baik standar kemiskinan oleh pemerintah atau pun global yang digunakan, jumlah kemiskinan di negeri ini tetap  tinggi. Anak-anak menjadi kalangan yang paling rentan merasakan dampaknya.

Secara global, kata Direktur Global Kebijakan Sosial dan Perlindungan Sosial UNICEF Natalia Winder Rossi, terdapat 333 juta anak yang terjerat dalam kemiskinan ekstrem, hidup dengan pendapatan kurang dari 2,15 dolar AS (Rp33.565) per hari, dan hampir satu miliar anak hidup dalam kemiskinan multidimensi.

Selain itu, sesuai laporan dari lembaga PBB dan badan amal Inggris Save the Children, setidaknya sebanyak 1,4 miliar anak usia di bawah 16 tahun di dunia tidak mendapatkan akses perlindungan sosial apa pun. Hal ini menjadikan anak-anak tidak mendapatkan gizi yang cukup, rentan terkena penyakit, dan terpapar kemiskinan.

Mirisnya melihat generasi saat ini hidup dalam kemiskinan yang menindas. Masa kecil generasi dirampas oleh penderitaan yang tidak seharusnya menimpa mereka. Tak jarang masa belajar dan bermain justru tergadaikan dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Bukan tanpa alasan. Orang tua dengan segala keterbatasannya dengan berat hati tidak dapat memenuhi setiap hak anak. Pekerjaan ala kadarnya dengan hasil apa adanya menjadi satu-satunya jalan yang dapat ditempuh untuk melanjutkan hidup keluarga. Miris sekali melihat masyarakat hari ini jauh dari kesejahteraan.

Lalu mengapa hal demikian dapat terjadi?

Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya alamnya yang luar biasa. Namun sayangnya, kekayaan yang ada tidak menjadikan rakyatnya menikmati kesejahteraan. Hal ini karena negara menerapkan sistem Kapitalis-Sekuler yang menerapkan aturan buatan manusia.

Dalam sistem kapitalis, negara hanya regulator pemenuh nafsu para oligarki. Aturan dibuat sedemikian rupa guna memudahkan mereka menguasai SDA dalam negeri. Mereka menghalalkan berbagai cara demi mencapai kepuasan. Asas manfaat jelas telah membutakan humanisme orang-orang berduit. Rakyat lah yang menjadi korban kebiadaban mereka.

Negara sangat abai terhadap rakyat, terlebih anak-anak. Kemiskinan yang merajalela telah merenggut hak-hak masyarakat. Seharusnya negara mewujudkan kesejahteraan di masyarakat. Kebutuhan berupa pendidikan, kesehatan, dan keamanan sudah semestinya menjadi tanggung jawab negara yang harus dipenuhi.

Berbeda cerita ketika hukum Islam yang diterapkan. Islam dengan seperangkat peraturannya mampu menciptakan kesejahteraan untuk seluruh alam. Bagaimana tidak, hukum Islam diciptakan langsung oleh Sang Khaliq Yang Maha Tahu segalanya, termasuk kehidupan manusia.

Islam memiliki solusi sistematis mengatasi kemiskinan ekstrem yang menjadi problem dunia saat ini. Dalam Islam, kepemilikan harta diatur menjadi kepemilikan pribadi, umum dan negara. Pengaturan seperti ini melarang terjadinya penyelewengan kepemilikan seperti yang terjadi di sistem Kapitalisme.

Selain itu, Islam juga mengatur aktivitas distribusi harta oleh individu, masyarakat dan negara. Negara memastikan terpenuhinya kebutuhan primer seluruh rakyat. Jaminan pendidikan, kesehatan dan keamanan diberikan oleh negara secara cuma-cuma, tanpa dipungut biaya. Tidak akan terjadi komersialisasi dan kapitalisasi dalam hal ini.

Dengan peraturannya yang sedemikian rupa, Islam akan mewujudkan kemakmuran di tengah masyarakat. Kemiskinan ekstrem dapat dicegah dan diatasi, sebab kesejahteraan adalah prioritas yang mesti diutamakan. Seluruh anak-anak akan mendapatkan hak mereka. Terpenuhinya kebutuhan gizi, pendidikan dan keamanan bukan lagi menjadi angan-angan masyarakat. Dalam Islam, generasi sangat diperhatikan sehingga tumbuh menjadi generasi yang kuat dan tangguh. 
Wallahua'lam.


Oleh : Khansa Nadzifah
Sahabat Tinta Media 

Rabu, 14 Februari 2024

Zalim, Pajak Akan Naik Lagi


Tinta Media - Zalim, sepertinya penguasa tak akan berhenti menekan rakyat dengan pajak sampai benar-benar tak berdaya. Wacana Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menaikkan pajak kendaraan bermotor Bahan Bakar Minyak (BBM) akan menambah beban rakyat Indonesia. Pasalnya, motor menjadi barang pokok masyarakat, terutama untuk kelas menengah ke bawah. Jadi, kenaikan pajak ini pasti akan menzalimi rakyat, meski alasan kenaikannya adalah untuk memperbaiki kualitas udara di Jabodetabek sebagaimana dilansir cnnindonesia.com (19/1/2024). Namun, benarkah kualitas udara di Jabodetabek bisa lebih baik setelah pajak naik? 

Alasan tersebut seolah mengada-ada, padahal pajak dan kualitas udara tidak ada hubungannya. Kalaupun ada karena diharapkan bisa mendorong masyarakat menggunakan kendaraan berbahan non-BBM, dampaknya sangat kecil. Hal itu karena penyebab buruknya udara bukan hanya kendaraan bermotor, tetapi juga adanya kebakaran hutan dan lahan gambut, asap industri, bahkan emisi gas rumah kaca dan yang lainnya. Jadi, kenaikan pajak dengan alasan untuk memperbaiki kualitas udara tidak masuk akal, apalagi tidak diimbangi dengan pengadaan kendaraan bermotor dengan bahan bakar non-BBM. 

Lepas dari kenaikan pajak kendaraan bermotor, ternyata pemerintah memang berencana menaikkannya dari 11% menjadi 12% di semua aspek. Pajak memang menjadi sumber pendapatan utama APBN Indonesia yang menjalankan sistem kapitalis. Itu artinya, pemerintah membiayai kepengurusan negara dan rakyat dengan pajak. Dengan kata lain, pemerintah lepas tanggung jawab dan menyerahkan semua kepengurusan kepada rakyat sendiri. Ini namanya zalim. 

Memungut pajak untuk melayani rakyat adalah kezaliman, kenapa? Jika diibaratkan pemerintah adalah kepala rumah tangga yang wajib membiayai kebutuhan keluarga, sekolah anak-anaknya, kesehatannya, gizi, pakaian, dan lain sebagainya, lalu semua anggota keluarga ditarik pajak untuk memenuhinya, ini kan aneh. Apalagi jika ada anggota keluarga yang masih anak-anak, lalu diminta untuk bisa membiayai kebutuhannya sendiri. Ia sendiri tidak berusaha menjalankan kewajiban sebagai kepala rumah tangga. Mestinya kepala rumah tangga mencari pemasukan dengan bekerja, mencari nafkah untuk keluarga. 

Nah, itulah yang terjadi pada negara-negara kapitalis, termasuk Indonesia saat ini. Negara menganggap bahwa hidup bukan untuk mengurus, membiayai, menafkahi rakyat, tetapi justru untuk memeras mereka dengan berbagai pungutan untuk kepentingan negara bahkan penguasa sendiri. 

Mestinya pemerintah berupaya mendapatkan pemasukan dari selain pajak, misalnya dari pengelolaan sumber daya alam, hutan, laut yang memang telah Allah berikan untuk kesejahteraan umat. Tidak seharusnya pemerintah menyerahkan pengelolaan SDA ke tangan swasta, apalagi asing. Pada akhirnya, para investor itulah yang mendapatkan keuntungan lebih besar dari pada negara dan rakyat Indonesia yang notabene sebagai pemilik. 

Jika SDA dikelola oleh negara dengan baik, rakyat tidak perlu dibebani pajak. Akan tetapi, begitulah hidup di negara yang menjalankan sistem kapitalis, sangat berbeda dengan sistem Islam. 

Dalam sistem Islam, memang dibolehkan pungutan pajak, tetapi dengan beberapa syarat. Pajak yang dibolehkan syari'ah harus memenuhi empat  kriteria (syarat) utama: 

Pertama, pajak dipungut hanya untuk melaksanakan kewajiban  syar’i yang menjadi kewajiban bersama antara kewajiban  negara (Baitul Mal) dan kewajiban kaum muslimin secara  umum. 

Kedua, pemungutan pajak bersifat temporal, tidak tetap, dan berkelanjutan, tetapi hanya ketika harta pada kas negara kosong atau tidak mencukupi kebutuhan. 

Ketiga, pajak hanya dipungut dari kaum muslimin, tidak  boleh dipungut dari warga nonmuslim. 

Keempat, pajak hanya dipungut dari warga yang mampu, tidak boleh dibebankan pada semua orang, apalagi rakyat miskin. 

Apabila negara menarik pajak tanpa memenuhi syarat di atas, misalnya untuk sesuatu yang tidak diwajibkan Allah, tidak ada dalil dari Al-Qur’an dan hadis, maka penguasa telah zalim terhadap rakyat. Hukumnya haram. 

Pelaku pemungutan pajak semacam ini kelak akan masuk neraka sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya, 

“Tidak akan masuk surga, siapa saja yang memungut pajak/cukai (yang tidak syar’i).” (HR. Ahmad dan Al-Hakim). 

Kesimpulannya, selama negara masih menjalankan sistem kapitalis, pajak akan diberlakukan secara zalim kepada semua individu rakyatnya. Jadi, jika ingin menjalani kehidupan Islam secara kaffah, maka harus diawali dengan menerapkan sistemnya oleh negara. Sudah saatnya sistem kapitalis demokrasi yang jelas nyata kezalimannya diganti dengan sistem Islam yang memang datang dari Allah dan pernah diterapkan dengan gemilang di masa Rasulullah, dilanjutkan era kekhilafahan. Allahu ‘alam bish shawab.


Oleh: R. Raraswati
(Aktivis, Penulis lepas) 

Jumat, 06 Oktober 2023

Tokoh Peduli Rempang: Tindakan Pemerintah Usir Penduduk Rempang, Zalim Luar Biasa

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mewakili para tokoh dari berbagai disiplin ilmu membacakan Press Release Tokoh Peduli Rempang.

“Tokoh peduli Rempang menyatakan, pertama, tindakan pemerintah mengusir penduduk pulau Rempang adalah tindakan zalim luar biasa yang sama sekali tidak boleh dilakukan,” tuturnya dalam video: Press Release Tokoh Peduli Rempang, di kanal UIY Official, Rabu (4/10/2023).

Ia melanjutkan, salah satu tujuan penting dari adanya negara adalah guna melindungi harkat martabat jiwa dan harta rakyatnya. Apalagi penduduk di pulau itu telah ada jauh sebelum negeri ini merdeka.

“Karena itu negara ini harus melindungi penduduk di sana, bukan malah digusur dengan alasan bahwa penduduk di situ tidak memiliki legalitas,” tandasnya.

Layak dipertanyakan pula, ucapnya, atas dasar apa korporasi swasta diberi hak penguasaan lahan di pulau itu. Bila hak itu didapat dari pemerintah mengapa pemerintah tidak memberikan hak kepada penduduk di pulau itu yang telah nyata ada secara turun-temurun di sana, bahkan jauh sebelum negeri ini merdeka.

“Kedua mendesak kepada pemerintah untuk membatalkan proyek Rempang Eco City karena proyek ini sarat masalah. Apalagi setelah terungkap sejumlah kebohongan publik. Sebelumnya dinyatakan bahwa Xin Yi grup asal Cina adalah perusahaan kaca terbesar di dunia, nyatanya bukan. sebelumnya juga dikatakan bahwa BP Batam telah mendapatkan hak pengelola lahan, nyatanya menurut menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) bahwa hak pengelolaan lahan Pulau Rempang untuk BP Batam masih dalam proses. Artinya BP Batam belum ada hak,” paparnya.

Menurutnya, untuk pembangunan pabrik kaca itu sesungguhnya hanya diperlukan lahan ratusan hektar saja, tapi mengapa harus diakupasi seluruh pulau Rempang yang luasnya lebih dari 17.000 hektar. “Untuk apa sebenarnya lahan seluas itu?” tanyanya.

Ia menambahkan, terungkap pula spekulasi bahwa di balik proyek ini ada kepentingan bisnis pribadi sejumlah pejabat tinggi negara yang didomplengkan kepada PSN (Proyek Strategis Nasional).

“Ketiga, kasus Pulau Rempang dan ribuan kasus agraria serupa di berbagai tempat di seluruh Indonesia, serta berbagai regulasi dan kebijakan pemerintah yang sangat kapitalistik membuktikan bahwa negeri ini telah jauh terperosok pada apa yang disebut korporatokrasi,” bebernya.

Dalam korporatokrasi, lanjutnya, bukan rakyat yang berdaulat, tapi pemilik modal. Dengan kekuatan modalnya para oligark mempengaruhi arah penyusunan regulasi dan arah kebijakan pemerintah seperti dalam kasus Pulau Rempang dan juga kasus-kasus di tempat lain.

“Bila keterperosokan ini tidak segera dihentikan, rakyat di negara yang mayoritas muslim ini akan makin menderita, sementara segelintir orang justru makin kaya raya,” tandasnya.

Keempat, sebutnya, semua fakta di atas membuktikan bahwa sistem sekuler liberal kapitalistik sangatlah berbahaya bagi masa depan kehidupan bangsa dan negara.
“Tak ada jalan lain bila diinginkan kebaikan bagi masa depan masyarakat dan negara ini haruslah diatur dengan sistem yang baik yang berasal dari Dzat Yang Maha Baik itulah Allah Swt.,” yakinnya.

Dengan penerapan syariah secara kafah di bawah naungan Daulah Khilafah, terangnya, diyakini kegiatan ekonomi termasuk kegiatan investasi, pemanfaatan lahan dan perlakuan terhadap rakyat juga kegiatan di bidang lain akan bisa diatur dengan sebaik-baiknya sebagaimana bisa dibuktikan secara empiris dan historis.

“Tanpa penerapan syariah secara kafah apalagi dibawah korporatokrasi , kezaliman, ketidakadilan dan kesengsaraan, pasti akan terus terjadi. Hal ini tidak boleh dibiarkan terus menerus terjadi,” jelasnya.

Kelima, sambungnya, oleh karena itu diserukan kepada seluruh umat Islam, utamanya para ulama, tokoh masyarakat, para cendekiawan, pelajar, mahasiswa, kaum buruh, petani, aparat dan lainnya untuk berjuang bau-bau bagi tegaknya syariah secara kafah dalam naungan Daulah Khilafah.

“Hanya dengan cara itu saja kerahmatan Islam berupa keadilan, kesejahteraan, kedamaian dan kebaikan lainnya bagi seluruh alam atau rahmatan lil ‘alamin serta terwujudnya negara yang baik yang penuh ampunan (baldah thayyibah warobul ghafur) akan bisa diwujudkan secara nyata,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun

Selasa, 26 September 2023

Tindakan Represif Aparat dan Ultimatum Pengosongan Pulau Rempang, BKLDK: Zalim!

Tinta Media - Sekretaris Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) wilayah Riau Teddy Panggabean mengungkapkan,  tindakan represif aparat dan ultimatum pengosongan Pulau Rempang  oleh pemerintah adalah perbuatan zalim dan berbahaya.

 

"Menurut syariat Islam,  dan Peraturan Perundang-undangan di Republik Indonesia dan prinsip Free Prior and Informant Consent ( FPIC),  tindakan represif aparat dan ultimatum pengosongan Pulau Rempang khususnya di wilayah 16 kampung tua oleh pemerintah adalah perbuatan zalim dan berbahaya," ujarnya saat menyampaikan salah satu poin pernyataan sikap dalam Aksi Damai Bela Rempang, Sabtu (23/9/2023) di kanal Youtube Dakwah Riau.

 

Dalam pernyataannya, ia mengungkapkan, berdasarkan bukti-bukti historis dan empiris di lapangan, penduduk Melayu Rempang bukanlah pendatang,  akan tetapi mereka adalah penduduk asli yang telah menempati wilayah tersebut sejak tahun 1719.

 

 "Mereka juga memberikan kontribusi terhadap Negara Republik Indonesia ini dengan ikut berjuang dalam perang Riau satu dan juga perang Riau dua," terangnya.

 

Seandainya penduduk Rempang hari ini, sambungnya, belum mempunyai sertifikat atas lahan tanah dan pekarangan maka itu adalah kelalaian daripada negara atas ketidakpedulian pemerintah terhadap urusan rakyatnya.

 

“Seandainya mereka berada dalam kawasan hutan, maka bukankah jutaan hektar kelapa sawit ilegal dan kawasan hutan akan diputihkan oleh pemerintah dengan alasan keterlanjuran," tegasnya.

 

 Terakhir Teddy menegaskan,  menolak mega proyek Rempang Eco City karena berpotensi mengorbankan kepentingan rakyat khususnya masyarakat  Pulau Rempang dan Galang.

 

“Menyerukan kepada seluruh masyarakat Melayu dan seluruh rakyat Indonesia untuk merapatkan barisan bersatu menentang segala bentuk neoimperialisme dan tidak membiarkan negara takluk pada oligarki," tutupnya.[] Muhammad Nur

Minggu, 17 September 2023

Om Joy: Penggusuran Warga Rempang, Jelas Itu Perbuatan Zalim

Tinta Media - Penggusuran Warga Rempang yang secara turun temurun telah mewarisi tanah Rempang jauh sebelum NKRI ada, oleh pemerintah (BP Batam) yang mengklaimnya sebagai tanah negara, dinilai Jurnalis Joko Prasetyo (Om Joy) sebagai perbuatan zalim.

“Warganya turun temurun mewarisi tanah tersebut jauh sebelum NKRI ada. Jadi, sejatinya tanah itu tanah mereka. Terus tiba-tiba, pemerintah dalam hal ini BP Batam mengklaim itu tanah negara, lalu dengan seenaknya menggusur penduduk setempat, jelas itu perbuatan zalim, haram!” tutur Om Joy, panggilan akrab Joko Prasetyo kepada Tinta Media, Jumat (15/9/2023).

Lebih zalimnya lagi, lanjut Om Joy, ternyata tanah tersebut untuk diserahkan kepada swasta bahkan asing untuk mengelola harta kepemilikan umum (milkiyyah ammah). "Haram berkali-kali lipat itu!” tegasnya.

Menurutnya, negara boleh saja mengelola itu semua. “Yang tidak boleh itu menggusur tanah yang ada penghuninya,” ucapnya.

“Apalagi digusur untuk kepentingan swasta dan asing dalam rangka mengelola kepemilikan umum yakni tambang pasir kuarsa dan pasir silika di empat pulau tersebut (Pulau Rempang, Pulau Galang, Pulau Dabo, dan Pulau Singkep),” tambahnya menjelaskan.
 
Jadi, menurutnya, yang semestinya mengelola kepemilikan umum tersebut adalah negara. Tidak boleh diserahkan kepada swasta apalagi asing penjajah Muslim Uighur yakni negara Cina. 

“Nah, ketika hendak mengelolanya, ternyata di atas tanah tersebut sudah bermukim warga setempat berkampung-kampung, maka diedukasi dan diminta kerelaannya untuk menjual ke negara dengan harga sesuai harga pasar untuk dijadikan harta kepemilikan umum,” jelasnya.

Kalau belum rela juga, Om Joy mengharamkan negara mengintimidasi/memaksa. “Negara harus tetap sabar mengedukasi hingga timbul kerelaan untuk menjualnya,” tuturnya. 

Jika warga mau menjual, Om Joy memisalkan harga tanah Rp1 juta per meter. “Itu misal aja ya. Eh, ternyata di bawah tanah tersebut ada diposit pasir kuarsa (bahan baku kaca, baterai, dll) yang jumlahnya melimpah. Lalu negara mau menambangnya, membuat industri hilirisasinya, maka negara tetap membeli tanah itu seharga Rp1 juta per meter (sesuai harga pasar), tidak boleh memaksa membelinya di bawah harga tersebut,” terangnya.
 
“Warga setempat juga tidak boleh menjual dengan harga di atas harga pasar dengan alasan di tanah tersebut mengandung tambang pasir kuarsa (silika),” tambahnya.

Selain itu, mesti diperhatikan pula, meski tanah dan rumahnya dijual dengan harga pasar, bukan berarti semua beres. Harus dipastikan pula di tempat barunya nanti mereka bisa tetap mencari penghidupan sebagaimana sekarang ini atau bahkan bisa lebih baik lagi. Karena tugas negara memang begitu dalam Islam, menjamin sandang, pangan, papan, keamanan, kesehatan, pendidikan seluruh rakyatnya.
 
Menurutnya, itu karena meski bahan tambang tersebut berada di perut bumi dari tanah yang dimilikinya, tambang tersebut bukan miliknya. “Tetapi milkiyyah ammah (kepemilikan umum) berupa deposit tambang pasir kuarsa (silika) yang jumlahnya melimpah,” paparnya.

Situs Sejarah

Terkait situs sejarah, Om Joy meminta tidak dihancurkan. Menurutnya, situs tersebut merupakan peninggalan sejarah yang menunjukkan Islam itu masuk ke Pulau Rempang sudah ratusan tahun lalu jauh sebelum ada Republik Indonesia. “Jadi, harus diupayakan agar penambangan dan industri hilirisasinya tidak menggusur situs sejarah,” pintanya.

“Pasti bisalah bila ada keseriusan yang sungguh-sungguh untuk melestarikan situs sejarah,” lanjutnya.

Proyek Oligarki

Om Joy melihat ada indikasi rezim menjalankan proyek oligarki. “Ya tentu saja, jelas sekali kok, di situ ada swasta Indonesia yang diberi kewenangan oleh pemerintah untuk mengelolanya, kemudian swasta tersebut menggandeng perusahaan asal negara Cina untuk mengelolanya,” paparnya.
 
“Jadi, tentu saja penggusuran tersebut memang untuk kepentingan para oligarki,” tegasnya.

Itulah sebabnya menurut Om Joy, mengapa pemerintah bersikukuh melanjutkan PSN dengan menggusur situs sejarah pulau Rempang dan pemukiman warga kampung tua yang sudah tinggal ratusan tahun di sana. “Karena pemerintah menandatangani perjanjian dengan pihak yang akan mengelolanya bahwa Rempang harus sudah clean and clear untuk dibangun pertambangan dan industri hirilisasi pasir kuarsa dan pasir silika untuk bahan baku baterai dan kaca oleh perusahaan dari negara Cina,” ungkapnya.

Ia mengira penjajahan telah berakhir 78 tahun silam, ternyata semakin menjadi dengan istilah investasi. “Saya baru tahu keindahan dan kekayaan alam Sangihe, Wadas, dan Rempang itu ketika mendengar berita rakyat setempat melawan aparat negara Pancasila karena menolak tanah airnya diperkosa oligarki,” ucapnya.

Menjaga Kedaulatan Negara

Kalau menjaga kedaulatan negara dari intervensi asing dengan istilah investasi, Om Joy mengatakan itu tugasnya khalifah. Karena khalifah bertugas untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah. “Nah, dalam pandangan Islam, tambang kuarsa dan tambang silika yang hasilnya melimpah, maka haram dikelola swasta apalagi asing, asing penjajah lagi, lebih haram lagi,” paparnya.
 
“Haram pula industri hilirisasinya dikelola selain oleh negara,” tegasnya.

Om Joy juga memisalkan edukasi yang bisa diberikan negara. “Negara bilang, 100 persen keuntungan dari tambang dan industri hilirisasi tersebut akan dikembalikan lagi kepada seluruh rakyat negara (bukan hanya di Pulau Rempang dan tiga pulau lainnya),” tuturnya memberikan gambaran.

Menurutnya, bentuknya bisa dibagi uangnya atau uangnya dialokasikan untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan. “Sehingga seluruh rakyat negara dapat mengakses pendidikan dan kesehatan sangat murah bahkan gratis,” jelasnya.

Edukasi tersebut menurutnya bukan janji kosong, tetapi memang begitulah Islam mengatur harta kepemilikan umum dan peruntukkannya. “Itu yang wajib dilakukan negara,” tegasnya. 

Adapun yang boleh dilakukan negara ketika mengedukasi penduduk setempat adalah dijanjikan mendapat prioritas untuk bekerja di tambang dan industri tersebut tetapi tetap harus menempuh prosedur lulus training. “Bila belum lulus, boleh ditraining ulang, misalnya,” paparnya.

“Sehingga peluang penduduk setempat untuk diterima kerja lebih banyak lagi tanpa mengabaikan profesionalitas,” lanjutnya.

Ia menegaskan bahwa sekali lagi itu memang tugasnya khalifah. Maka, wajar bila presiden tidak mau mengurusi masalah ini, dengan mengatakan hal itu diurusi oleh Polri.

“Menurut saya, itu suatu kemajuan dari seorang presiden daripada sekadar bagi-bagi sertifikat tanah seperti yang selama ini dibanggakan dan viral di medsos. Yang sebenarnya, dalam sistem yang berlaku sekarang pun bagi-bagi sertifikat tanah itu hanyalah tugas seorang lurah, bukan presiden,” pungkasnya.[] Raras

Senin, 10 April 2023

Kehancuran Suatu Negeri karena Kezaliman Penguasanya

Tinta Media - Sobat. Apa itu dzalim ? Dzalim adalah tabiat dan watak yang ada dalam diri manusia. Ini merupakan akhlak yang tercela dan sifat buruk yang dapat merusak agama, menghilangkan kebaikan, dan mendatangkan keburukan, bahkan bisa memutus tali silaturahmi.

Sobat. Secara bahasa dzalim adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya atau melakukan sesuatu yang tidak semestinya. Orang disebut dzalim jika melakukan sesuatu yang tidak wajar dari apa yang telah digariskan Allah dan rasul-Nya sehingga merugikan orang lain.

Semua manusia memiliki potensi untuk berbuat zalim. Itu karena manusia memiliki hawa nafsu. Contoh perbuatan dzalim adalah seorang penguasa yang selalu menekan bawahannya agar tetap pada posisinya. Menaikkan harga BBM yang lebih menyusahkan rakyat, Mengeluarkan Perppu Ciptaker yang lebih menguntungkan oligarki ketimbang rakyat banyak.

Dzalim adalah salah satu perbuatan yang diharamkan oleh Allah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Qudsi berikut.
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya aku telah mengharamkan zalim atas diri-Ku. Dan, aku jadikan perbuatan haram di antara kalian. Oleh karena itu, janganlah kalian saling berbuat dzalim.”

Sobat. bahwa Allah SWT akan menghajar habis-habisan sebuah kaum karena kezaliman, karena kedurhakaan yang dilakukan para penguasanya. Meskipun ibadah rakyat bagus-bagus, meskipun amal perbuatan mereka sesuai syari’ah agama, tapi kalau para pejabatnya banyak yang mengumbar nafsu, korup, berfoya-foya, maka itu berpotensi turunnya azab atas kaum tersebut.

Hal Ini dingatkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya :
وَإِذَآ أَرَدۡنَآ أَن نُّهۡلِكَ قَرۡيَةً أَمَرۡنَا مُتۡرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيۡهَا ٱلۡقَوۡلُ فَدَمَّرۡنَٰهَا تَدۡمِيرٗا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” ( QS. Al-Isra’ ( 17) : 16 )

Sobat. Kemudian Allah swt menjelaskan bahwa apabila Dia berkehendak untuk membinasakan suatu negeri, maka Allah swt memerintahkan kepada orang-orang yang hidup bermewah-mewah di negeri itu supaya menaati Allah. Maksudnya apabila suatu kaum telah melakukan kemaksiatan dan kejahatan secara merata, dan pantas dijatuhi siksaan, maka Allah swt karena keadilan-Nya, tidaklah segera menjatuhkan siksaan sebelum memberikan peringatan kepada para pemimpin mereka untuk menghentikan kemaksiatan dan kejahatan kaumnya dan segera kembali taat kepada ajaran Allah.

Akan tetapi, dari sejarah kita mengetahui bahwa orang-orang yang jauh dari hidayah Allah tidak mau mendengarkan peringatan itu, bahkan mereka menjadi pembangkang dan penentangnya. Allah lalu memusnahkan mereka dari muka bumi dengan berbagai azab, baik berupa bencana alam, maupun bencana-bencana lainnya. Itulah ketentuan Allah yang tak dapat dielakkan. Allah menghancurkan negeri itu sehancur-hancurnya, sehingga tidak ada sedikit pun yang tersisa, baik rumah-rumah maupun harta kekayaan mereka.

Pengertian pemimpin mutrafin tidak saja tertumpu kepada top leader, presiden, melainkan juga pada para pembantunya, menteri dan sebagainya. Kadang bupatinya bagus, tapi para kepala bagiannya brengsek.

وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا فِي كُلِّ قَرۡيَةٍ أَكَٰبِرَ مُجۡرِمِيهَا لِيَمۡكُرُواْ فِيهَاۖ وَمَا يَمۡكُرُونَ إِلَّا بِأَنفُسِهِمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ  

“Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.” ( QS. Al-An’am (6) : 123 )

Sobat. Sebagian penduduk Mekah telah sesat karena bujukan pembesar-pembesar mereka yang melakukan bermacam-macam kejahatan dan tipu daya. Hampir di setiap negeri dan kota besar terdapat beberapa pembesar yang korup dan jahat yang melakukan tipu daya. Telah menjadi sunatullah di dalam masyarakat bahwa setiap kali Allah mengutus seorang rasul di suatu tempat untuk memberi bimbingan kepada mereka selalu ada pembesar-pembesar yang memusuhi rasul itu serta pengikut-pengikutnya. 

Padahal rasul itu bermaksud mengadakan perbaikan dan pembenahan. Sering muncul di beberapa negeri dan kota besar, sejumlah tokoh yang ingin merebut kekuasaan dan menimbun kekayaan dengan berbagai macam cara. Bawahan mereka yang tidak sejalan dengan pembesar mereka merasa bingung dalam melaksanakan tugasnya. Mereka tidak sanggup mengikuti pemimpin-pemimpinnya yang korup dan menyeleweng. Dalam suasana kacau seperti itu, diperlukan adanya kebijaksanaan, keimanan yang kuat dan mental yang tinggi, sehingga tidak mudah dibawa arus kesesatan yang menyebabkan datangnya murka Allah.

Sobat. Yang dimaksud dengan pembesar-pembesar yang jahat ialah mereka yang menentang seruan agama dan memusuhi rasul-rasul serta pengikut-pengikutnya. Demikianlah keadaan negeri Mekah ketika diutusnya Nabi Muhammad. Keadaan serupa itu terus berulang di negeri-negeri lain. Para pembesar yang korup memusuhi rasul-rasul dan pengikut-pengikutnya yang menyampaikan ajaran agama. Pada hakekatnya mereka itu adalah penipu belaka, menipu dirinya sendiri, akan tetapi mereka tidak sadar.

Sobat. Telah menjadi sunatullah, bahwa suatu kejahatan akan membawa pada keburukan. Tiap-tiap tipu daya yang direncanakan terhadap hamba-hamba Allah yang saleh akhirnya menimpa diri pelakunya. Banyak peristiwa dalam sejarah manusia menunjukkan bahwa umat-umat yang menentang rasul-rasul dan para pengikutnya akhirnya dihancurkan oleh Allah dengan bermacam-macam azab, seperti bencana alam, dan lain-lain. Mereka melakukan tipu daya untuk menentang perbaikan akhlak dan moral manusia, karena terdorong oleh keinginan untuk menduduki jabatan-jabatan tinggi dan menuruti dorongan hawa nafsunya. Mereka tidak menyadari bahwa akibat perbuatan yang buruk itu akan menimpa diri mereka sendiri, karena mereka tidak memahami sunatullah tersebut.

Dalam ayat-ayat di atas, Allah memberikan ancaman kepada semua pembesar yang durhaka, Allah juga memberi motivasi kepada Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya untuk terus melakukan amal saleh karena dalam rangka melaksanakan tugas yang suci, mereka tidak boleh menghiraukan godaan dan rintangan yang timbul dari manapun datangnya.

Allah SWT Berfirman : 
إِنَّمَا ٱلسَّبِيلُ عَلَى ٱلَّذِينَ يَظۡلِمُونَ ٱلنَّاسَ وَيَبۡغُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّۚ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ  
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS. Ash-Shura (42) : 42 )

Sobat. Dalam ayat ini Allah menolak tuduhan kaum musyrik Mekah bahwa Muhammad saw itu mengada-adakan dusta terhadap Allah. Ini adalah perbuatan yang amat buruk. Seandainya Allah menghendaki, tentu Dia dapat mengunci mati hatimu karena perbuatan semacam itu, tidak dilakukan kecuali oleh orang musyrikin.

Tetapi sunah Allah telah berlaku dan akan terus berlaku bahwa Dia selalu menghancurkan dan menghapuskan yang batil serta menguatkan yang hak dan menanamkan hakikat yang hak itu di kalangan manusia sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Itulah sebabnya agama yang dibawa oleh Muhammad saw hari demi hari makin bertambah kuat dan mantap, makin tersebar luas, serta semakin bertambah banyak penganutnya.
Allah Maha Mengetahui semua yang tersimpan dalam hati, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya, maka segala sesuatu terjadi berdasarkan ilmu Allah yang amat luas, meliputi segala sesuatu. 

Oleh sebab itu tuduhan mereka terhadap Nabi Muhammad yang dianggap telah mengada-adakan kebohongan tentang Allah diketahui oleh-Nya dan telah dibuktikan ketidakbenarannya dalam ayat ini.

Sobat. Di sinilah pentingnya aktivitas dakwah Amar ma’ruf dan Nahi Munkar. Sebagaimana Allah SWT Berfirman :
ٱلَّذِينَ إِن مَّكَّنَّٰهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ أَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُاْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَمَرُواْ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَنَهَوۡاْ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۗ وَلِلَّهِ عَٰقِبَةُ ٱلۡأُمُورِ  
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” ( QS. Al-Hajj (22) : 41 )

Sobat. Kemudian Allah menerangkan sifat-sifat orang yang diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar itu. Mereka ialah para sahabat beserta Nabi Muhammad saw, yang kepada mereka Allah telah menjanjikan kemenangan. Jika kemenangan telah mereka peroleh, mereka tidak seperti orang-orang musyrik dan orang-orang yang gila kekuasaan tetapi mereka akan tetap melaksanakan:

1. Sholat pada setiap waktu yang telah ditentukan sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Mereka benar-benar telah yakin, bahwa salat itu tiang agama, merupakan tali penghubung yang langsung antara Allah dengan hamba-Nya, mensucikan jiwa dan raga, mencegah manusia dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar serta merupakan perwujudan takwa yang sebenarnya.

2. Mereka menunaikan zakat. Mereka meyakini bahwa di dalam harta si kaya terdapat hak orang-orang fakir dan miskin. Karena itu mereka dalam menunaikan zakat itu bukanlah karena mereka mengasihi orang-orang fakir dan miskin, tetapi semata-mata untuk menyerahkan hak orang fakir dan miskin yang terdapat dalam harta mereka. Jika mereka diangkat sebagai penguasa, mereka berusaha agar hak orang-orang fakir dan miskin itu benar-benar sampai ke tangan mereka.

3. Perintah untuk menyuruh manusia berbuat makruf dan mencegah perbuatan mungkar. Mereka mendorong manusia mengerjakan amal saleh, memimpin manusia melalui jalan lurus yang dibentangkan Allah. Mereka sangat benci kepada orang-orang yang biasa melanggar larangan-larangan Allah.

Amat benarlah janji Allah. Mereka memperoleh kemenangan yang telah dijanjikan itu. Mereka ditetapkan Allah sebagai pengurus urusan duniawi dan pemimpin umat beragama dengan baik. Dalam waktu yang singkat kaum Muslimin telah dapat menguasai daerah-daerah di luar Jazirah Arab.

Tindakan mereka sesuai dengan firman Allah:

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (Ali 'Imran/3: 110)

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku The Power of Spirituality

Sabtu, 11 Maret 2023

Hindari Perbuatan Zalim dan Kedurhakaan

Sobat. Dari Ibnu Abbas ra dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda, “ Ada enam golongan yang bakal masuk neraka karena enam perkara : Para Pemimpin Negara karena kesewenangan, orang-orang badawi karena fanatik kesukuan, orang-orang desa karena kebodohan, kepala-kepala daerah karena sombong, para pedagang karena berkhianat, dan para ulama karena dengki,”

Allah SWT mengingatkan kepada kita dan mengecam akan kedurhakaan dan kedzaliman sebagaimana firman-Nya :

ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ 

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar- Rum (30) : 41 )

Sobat. Dalam ayat ini diterangkan bahwa telah terjadi al-fasad di daratan dan lautan. Al-Fasad adalah segala bentuk pelanggaran atas sistem atau hukum yang dibuat Allah, yang diterjemahkan dengan "perusakan". 

Perusakan itu bisa berupa pencemaran alam sehingga tidak layak lagi didiami, atau bahkan penghancuran alam sehingga tidak bisa lagi dimanfaatkan. Di daratan, misalnya, hancurnya flora dan fauna, dan di laut seperti rusaknya biota laut. Juga termasuk al-fasad adalah perampokan, perompakan, pembunuhan, pemberontakan, dan sebagainya. 

Perusakan itu terjadi akibat prilaku manusia, misalnya eksploitasi alam yang berlebihan, peperangan, percobaan senjata, dan sebagainya. Prilaku itu tidak mungkin dilakukan orang yang beriman dengan keimanan yang sesungguhnya karena ia tahu bahwa semua perbuatannya akan dipertanggungjawabkan nanti di depan Allah.

Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa tidak seluruh akibat buruk perusakan alam itu dirasakan oleh manusia, tetapi sebagiannya saja. Sebagian akibat buruk lainnya telah diatasi Allah, di antaranya dengan menyediakan sistem dalam alam yang dapat menetralisir atau memulihkan kerusakan alam. Hal ini berarti bahwa Allah sayang kepada manusia. Seandainya Allah tidak sayang kepada manusia, dan tidak menyediakan sistem alam untuk memulihkan kerusakannya, maka pastilah manusia akan merasakan seluruh akibat perbuatan jahatnya. Seluruh alam ini akan rusak dan manusia tidak akan bisa lagi menghuni dan memanfaatkannya, sehingga mereka pun akan hancur. Allah berfirman:

Dan sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan apa yang telah mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa di bumi ini, tetapi Dia menangguhkan (hukuman)-nya, sampai waktu yang sudah ditentukan. Nanti apabila ajal mereka tiba, maka Allah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. (al-Fathir/35: 45)

Dengan penimpaan kepada mereka sebagian akibat perusakan alam yang mereka lakukan, Allah berharap manusia akan sadar. Mereka tidak lagi merusak alam, tetapi memeliharanya. Mereka tidak lagi melanggar ekosistem yang dibuat Allah, tetapi mematuhinya. Mereka juga tidak lagi mengingkari dan menyekutukan Allah, tetapi mengimani-Nya. Memang kemusyrikan itu suatu perbuatan dosa yang luar biasa besarnya dan hebat dampaknya sehingga sulit sekali dipertanggungjawabkan oleh pelakunya. Bahkan sulit dipanggul oleh alam, sebagaimana dinyatakan firman-Nya: 

Hampir saja langit pecah, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, (karena ucapan itu). (Maryam/19: 90)

Seluruh langit dan bumi adalah satu sistem yang bersatu di bawah perintah Allah. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa semua yang ada dalam sistem ini diberikan untuk kepentingan hidup manusia, yang dilanjutkan dengan suatu peringatan spiritual untuk tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain. 

Sebagai khalifah, manusia harus mengikuti dan mematuhi semua hukum Allah, termasuk tidak melakukan kerusakan terhadap sumber daya alam yang ada. Mereka juga harus bertanggung jawab terhadap keberlanjutan kehidupan di bumi ini. Bumi ditundukkan Allah untuk menjadi tempat kediaman manusia. Akan tetapi, alih-alih bersyukur, manusia malah menjadi makhluk yang paling banyak merusak keseimbangan alam. Contoh yang merupakan peristiwa-peristiwa alam yang terjadi di tanah air karena ulah manusia adalah kebakaran hutan dan banjir.

Dengan ditunjuknya manusia sebagai khalifah, di samping memperoleh hak untuk menggunakan apa yang ada di bumi, mereka juga memikul tanggung jawab yang berat dalam mengelolanya. Dari sini terlihat pandangan Islam bahwa bumi memang diperuntukkan bagi manusia. Namun demikian, manusia tidak boleh memperlakukan bumi semaunya sendiri. Hal ini ditunjukkan oleh kata-kata bumi (453 kali) yang lebih banyak disebutkan dalam Al-Quran daripada langit atau surga (320 kali). Hal ini memberi kesan kuat tentang kebaikan dan kesucian bumi. Debu dapat menggantikan air dalam bersuci. Nabi Muhammad saw bersabda:

Bumi diciptakan untukku sebagai masjid dan sebagai alat untuk bersuci. (Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah) 
Ada semacam kesakralan dan kesucian dari bumi, sehingga merupakan tempat yang baik untuk memuja Tuhan, baik dalam upacara formal maupun dalam perikehidupan sehari-hari.

Sobat. Dari Jabir ra bahwasanya dia berkata, “ Jauhi olehmu berlaku dzalim, karena kedzaliman itu menjadi kegelapan-kegelapan pada hari kiamat.” (Durratun Nasihin).

Sobat. Diriwayatkan dari Abu Bakar ash-Shidiq, ia berkata, “Kegelapan ada lima dan pelitanya juga ada lima :  
1. Cinta kepada dunia adalah kegelapan dan pelitanya adalah Takwa.
2. Dosa adalah kegelapan dan pelitanya adalah Taubat.
3. Kuburan adalah kegelapan dan pelitanya adalah kalimat Laa ilaaha illallah ( Tiada Tuhan selain Allah ).
4. Akherat adalah kegelapan dan pelitanya adalah amal sholeh.
5. Jembatan shirath adalah kegelapan dan pelitanya adalah keimanan atau keyakinan.

Sobat. Saydina Ali pernah berkata, “Agama dan dunia akan tetap tegak selama empat hal berikut ini masih tetap eksis: Pertama. Selama orang-orang kaya tidak kikir menginfakkan harta yang dianugerahkan kepada mereka. Kedua. Selama para ulama mengamalkan ilmunya. Ketiga. Selama orang-orang jahil tidak bersikap angkuh terhadap apa yang tidak mereka ketahui. Keempat. Selama kaum fakir miskin tidak menjual akherat mereka dengan dunia mereka.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual

Jumat, 20 Januari 2023

Buruh Direkrut dan Di-PHK Sesuai Kepentingan Industri, MMC: Kezaliman Sistem Kapitalisme

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menilai bahwa buruh direkrut dan di-PHK sesuai kepentingan industri adalah sebuah kezaliman yang lahir dari sistem kapitalisme.

"Posisi buruh sangat lemah dalam kontrak kerja. Mereka direkrut dan di-PHK sesuai dengan kepentingan industri. Ini adalah sebuah kezaliman yang lahir dari sistem kapitalisme," tuturnya dalam Serba-serbi MNC: Ngeri! PHK Mencapai 1,6 Juta, Kapitalisme Abaikan Hak-hak Pekerja, Senin (16/1/2023) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Ia menjelaskan bahwa kapitalisme memandang pekerja hanyalah salah satu bagian dari biaya produksi, sementara konsep kapitalisme harus menekan biaya dan beban produksi hingga seminim mungkin untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. "Alhasil, PHK akan selalu menjadi solusi yang diambil oleh pengusaha demi menyelamatkan perusahaannya," ungkapnya.

Ia memandang bahwa pengusaha tidak peduli dengan keberlangsungan kehidupan rakyat setelah menjadi pengangguran. Ini juga menunjukkan bahwa kapitalisme gagal menjamin dan melindungi hak-hak pekerja, karena asas kapitalisme bertumpu pada modal. "Mereka bisa meraup keuntungan sebanyak-banyaknya sekalipun harus mengabaikan hak orang lain," tukasnya.

"Parahnya, dalam kapitalisme negara hanya bertindak sebagai regulator yang justru membuat regulasi untuk membebaskan perusahaan bertindak semaunya," imbuhnya

Ia melihat bahwa negara dalam kapitalisme juga tidak menjamin terbukanya lapangan pekerjaan yang luas bagi individu rakyatnya terutama para pencari nafkah. "Berbeda dengan Islam. Negara dalam Islam wajib membantu rakyatnya mendapatkan pekerjaan yang layak," bebernya.

Ia melanjutkan bahwa kewajiban negara Islam atau khilafah memberikan pekerjaan bagi laki-laki yang mampu diwujudkan dengan memberikan jaminan pendidikan. Rakyat dalam khilafah akan mendapatkan pendidikan gratis hingga level perguruan tinggi. "Dengan begitu, rakyat dalam khilafah berkesempatan besar mengembangkan kualitas mereka, sehingga dapat membantu mereka mengusahakan pekerjaan yang lebih baik," paparnya.

"Untuk menjamin terbukanya lapangan pekerjaan bagi rakyatnya, khilafah akan menghindari liberalisasi investasi dan perdagangan yang memberikan mudarat bagi negara dan rakyat termasuk para pekerja," jelasnya.

Namun, lanjutnya, jika terdapat investasi yang tidak bertentangan dengan syariah Islam dan hal-hal menghantarkan kepada keharaman maka posisi investasi tersebut sama dengan pinjaman yang tidak menimbulkan bahaya. Dengan demikian, kebijakan investasi dan perdagangan dalam Islam akan mendukung terciptanya lapangan pekerjaan yang luas dan mendorong peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat sesuai dengan koridor syariah Islam. Hal ini didukung dengan penerapan konsep kepemilikan dalam Islam yang menempatkan sumber daya alam adalah milik rakyat sehingga haram dikuasai oleh pihak swasta asing. 

"Dengan aturan kepemilikan ini, negara menjadi satu-satunya pihak yang berkewajiban mengelolanya, membangun industri hingga menjadi lapangan kerja yang terbuka luas bagi rakyat sebab industri yang dibangun negara membutuhkan tenaga ahli dan terampil dalam jumlah besar," terangnya.

Inilah beberapa pandangan Islam mengenai ketenagakerjaan. Dengan penerapan syariah Islam dalam institusi khilafah Islam, persoalan ketenagakerjaan yang dihasilkan oleh sistem kapitalisme tidak akan terjadi negeri-negeri muslim.

"Dengan menerapan syariah Islam maka pihak pekerja dan pengusaha akan sama-sama mendapatkan keuntungan dan secara luas akan memberikan keberkahan dalam seluruh aspek kehidupan individu, masyarakat dan negara," pungkasnya.[] Ajira

Minggu, 16 Oktober 2022

Celaan terhadap Orang yang Membantu Orang Zalim

Tinta Media - Sobat. Siapa saja yang berbuat dzalim lebih-lebih para penguasa yang dengan kepongahannya mendzalimi rakyat apalagi mendzalimi orang mukmin maka mereka berarti telah menyakiti Allah dan layak diceburkan oleh Allah ke dalam neraka.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menyakiti seorang mukmin, maka sesungguhnya telah menyakiti aku. Dan barangsiapa menyakiti aku, maka sesungguhnya dia menyakiti Allah SWT. Dan barangsiapa menyakiti Allah SWT, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di Api neraka.” ( Durratun Nashihin )

Allah SWT berfirman :

وَلَا تَرۡكَنُوٓاْ إِلَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ ٱلنَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِنۡ أَوۡلِيَآءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (QS. Hud (11) : 113)

Sobat. Pada ayat ini, Allah swt menandaskan bahwa orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad dan menganut agamanya, supaya jangan sekali-kali cenderung kepada orang-orang zalim, yaitu musuh-musuh kaum Muslimin yang selalu menyakitinya dan orang-orang musyrik yang selalu berusaha mengembalikannya kepada kemusyrikan. Jangan sekali-kali minta bantuan dan pertolongan dari mereka, seakan-akan mereka telah dijadikan pemimpinnya, karena bila hal itu sudah sampai kepada derajat yang demikian, maka termasuklah orang-orang mukmin itu seperti mereka juga yang tidak akan mendapat petunjuk. 

Firman Allah:

۞يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ ٱلۡيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوۡلِيَآءَۘ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمۡ فَإِنَّهُۥ مِنۡهُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” ( QS. Al-Maidah (5) : 51 )

Sobat. Ayat ini melarang orang-orang yang beriman agar jangan menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman akrab yang akan memberikan pertolongan dan perlindungan, apalagi untuk dipercayai sebagai pemimpin. Selain dari ayat ini masih banyak ayat yang lain dalam Al-Qur'an yang menyatakan larangan seperti ini terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani. Diulangnya berkali-kali larangan ini dalam beberapa ayat dalam Al-Qur'an, menunjukkan bahwa persoalannya sangat penting dan bila dilanggar akan mendatangkan bahaya yang besar.

Larangan ini berlaku atas diri pribadi. Orang mukmin dilarang menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman yang akrab, tempat menumpahkan rahasia dan kepercayaan seperti halnya dengan sesama mukmin. Begitu juga, berlaku terhadap jamaah dan masyarakat mukmin, bahwa mereka dilarang untuk menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pembela, pelindung dan penolong, lebih-lebih dalam urusan yang berhubungan dengan agama. Kalau hanya untuk berteman biasa dalam pergaulan, apalagi dalam urusan-urusan keduniaan, Allah tidak melarangnya, asal saja berhati-hati dalam pergaulan, sebab bagi mereka sifat melanggar janji dan berbohong untuk mencari keuntungan duniawi adalah biasa saja. 

Hal yang seperti ini sudah diperlihatkan oleh Rasulullah ketika beliau berada di Medinah. Beliau mengadakan hubungan kerja sama dengan orang Yahudi dan Nasrani dan kadang-kadang mengadakan perjanjian pertahanan dengan mereka, bila hal itu dipandang ada maslahatnya bagi orang-orang yang beriman.

Orang Yahudi dan Nasrani itu rasa golongan dan kesukuan mereka sangat tebal. Karena itu walau bagaimanapun baiknya hubungan mereka dengan orang mukmin, sehingga suka mengadakan perjanjian untuk kerja sama dengan mereka tapi kalau akan merugikan golongan dan bangsanya, mereka tidak akan segan-segan berbalik ke belakang, mengkhianati janji dan memusuhi orang mukmin. Sesama mereka senantiasa tolong menolong, bersatu dalam menghadapi orang mukmin. Lahirnya baik, tapi batinnya selalu mencari kesempatan untuk menghancurkan orang-orang mukmin.

Akhir ayat ini menegaskan, bahwa barang siapa di antara orang-orang mukmin yang menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman akrabnya, maka orang itu termasuk golongan mereka, tanpa sadar, lambat laun orang itu akan terpengaruh, bukan akan membantu Islam, tetapi akan menjadi musuh Islam. Kalau dia telah menjadi musuh Islam, berarti dia telah menganiaya dirinya sendiri. Ketahuilah, bahwa Allah tidak akan memberi petunjuk orang-orang yang aniaya, kepada jalan yang benar untuk mencapai hidup bahagia di dunia dan akhirat.

Allah SWT Berfirman :

فَتَرَى ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ يُسَٰرِعُونَ فِيهِمۡ يَقُولُونَ نَخۡشَىٰٓ أَن تُصِيبَنَا دَآئِرَةٞۚ فَعَسَى ٱللَّهُ أَن يَأۡتِيَ بِٱلۡفَتۡحِ أَوۡ أَمۡرٖ مِّنۡ عِندِهِۦ فَيُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَآ أَسَرُّواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ نَٰدِمِينَ  

“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” (QS. Al-Maidah (5) : 52 )

Sobat. Ayat ini menerangkan kepada Muhammad, bahwa Nabi akan melihat orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit, yaitu orang-orang munafik yang lemah imannya, belum sampai ke tingkat yakin, seperti Abdullah bin Ubay dan lain-lain. Mereka itu lebih mendekatkan diri kepada orang Yahudi daripada kepada orang mukmin sendiri. 

Abdullah bin Ubay sebagai pemimpin orang munafik, sehari-hari lebih dekat hubungannya dengan orang Yahudi. Sedang orang-orang munafik yang lain, telah berani membuat perjanjian kerja sama, malahan lebih erat hubungan kerja samanya dengan orang-orang Yahudi. Seolah-olah mereka menggantungkan keselamatan mereka kepada orang-orang Yahudi, disebabkan ketakutan kalau-kalau orang-orang Yahudi nanti kuat dan berkuasa, mereka sendiri akan mendapat bahaya. 

Orang-orang munafik itu kurang yakin dengan kekuatan Nabi Muhammad saw, dan Muslimin yang akan dibantu oleh Allah dengan kemenangan dan kejayaan. Allah telah menjanjikan, bahwa setiap mukmin yang berjuang membela agama-Nya, akan dibantu dengan kekuatan dan kemenangan. Maka pada waktu itulah timbul penyesalan dari orang-orang yang ragu dan munafik dan terbukalah rahasia hatinya yang disimpannya selama ini.

Allah SWT berfirman :
لَقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ وَقَالَ ٱلۡمَسِيحُ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۖ إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ 
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.( QS. Al-Maidah (5) : 72 ).

Sobat. Allah menegaskan dengan sesungguhnya bahwa orang Nasrani adalah orang-orang kafir karena mereka berkeyakinan bahwa Allah adalah Isa Almasih anak Maryam. Pendirian inilah yang menjadikan mereka itu kafir dan sesat, karena mereka berlebih-lebihan memuji Isa a.s, sebagaimana orang Yahudi keterlaluan pula menghina Isa, terutama terhadap Maryam. 

Pendirian orang-orang Nasrani terhadap nabi Isa a.s. tersebut adalah suatu pendirian yang dianut oleh mayoritas golongan Nasrani dan siapa saja di antara mereka yang menyimpang dari pendirian tersebut dianggap murtad. Orang-orang Nasrani berpendirian bahwa Tuhan itu terdiri dari unsur-unsur yang mereka namakan tiga oknum, yaitu Bapak, Putra dan Rohulkudus. Isa adalah putra, Allah adalah Bapak yang menjelma pada anak yang merupakan Rohulkudus dan mereka adalah tiga kesatuan yang tidak terpisah-pisah. Dengan demikian Allah itu adalah Isa dan Isa itu adalah Allah. 

Pendirian mereka ini sangat menyimpang dari kebenaran, karena Isa sendiri berkata kepada Bani Israil supaya mereka menyembah Allah yaitu Tuhan bagi Isa dan Tuhan bagi Bani Israil. Jadi ayat ini jelas menunjukkan pengakuan langsung dari Isa bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Allah semata. Tegasnya seruan-seruan Nabi Isa kepada Bani lsrail seperti yang diterangkan oleh ayat ini untuk menegaskan agama Tauhid. Hal itu dapat dilihat di dalam kitab-kitab Injil yang asli. Dalam Perjanjian Baru, Markus xii. 28-30, ketika seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, "Hukum yang terutama ialah : Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap kekuatanmu." Begitu juga Matius iv.10, Yesus memarahi setan karena mau menyembah yang selain Allah, Lukas xviii. 19 dan Yohanes xx.17.

Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Isa dengan tegas berkata bahwa orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu baik dengan malaikat atau dengan bintang atau dengan batu, maka orang itu tidak akan mendapat surga dan tempatnya adalah di dalam neraka, karena orang yang mempersekutukan Allah itu adalah orang yang berbuat zalim kepada diri mereka itu sendiri yang karenanya tidak wajar mendapat pembelaan dari pertolongan Allah.

Sobat. Hamba yang paling disukai oleh Allah dan Rasul-Nya ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain, dan bahwa amal yang paling utama ialah menimbulkan rasa gembira pada hati orang mukmin, dengan cara menolak lapar darinya, atau menghilangkan kesusahannya, atau melunasi utangnya.

Dan barangsiapa berjalan menyertai saudaranya yang muslim dalam memenuhi hajatnya, maka seperti berpuasa serta I’tikaf selama satu bulan. Dan barangsiapa berjalan menyertai orang teraniaya yang ditolongnya,maka Allah akan memantapkan kedua telapak kakinya di atas shirath. Demikianlah ketika Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai hamba yang paling dicintai Allah SWT.

Dari Anas Ra bahwa dia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “ Barangsiapa mengalami waktu pagi sedang dia tidak berniat menganiaya seorang pun, maka diampunilah kejahatan yang telah dilakukannya . Dan Barangsiapa mengalami waktu pagi sedang dia berniat hendak menolong orang yang teraniaya dan memenuhi hajat orang muslim, maka dia memperoleh seperti pahala berhaji yang mabrur.” 

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Kamis, 13 Oktober 2022

YA ALLAH, JAGALAH PARA USTAZ DALAM LINDUNGAN DAN NAUNGANMU! HENTIKAN KEZALIMAN D3NSUS 88



"Assalamu'allaikum..Semoga sehaat dan dalam rahmadNya. Pak, kemaren sama petugasnya di bilang tidak boleh bawa makanan buat ustadz lagi. Istri ustadz Farid juga di bilang begitu. Kapan lagi keluarga bisa memberikan makanan enak buat ustadz? Di Cikeas ngga boleh...disini juga dilarang."

Tinta Media - Sesaat setelah penulis sampai rumah, sepulang dari Pengadilan Negeri Jakarta Timur membela Para Ustadz (Ustadz Farid Okbah, Ustadz Ahmad Zain an Najah dan Ustadz Anung al Hammat) pada Rabu (21/9), tiba-tiba ada pesan masuk di WA dari nomor yang tidak dikenal. Isinya sebagai berikut :

"Assalamu'allaikum..Semoga sehaat dan dalam rahmadNya. Pak, kemaren sama petugasnya di bilang tidak boleh bawa makanan buat ustadz lagi. Istri ustadz Farid juga di bilang begitu. Kapan lagi keluarga bisa memberikan makanan enak buat ustadz? Di Cikeas ngga boleh...disini juga dilarang"

Segera penulis menyadari, bahwa pesan tersebut dari salah satu istri para ustadz. Lalu penulis balas :

"Waalaikumsalam, insyaallah saat memberikan didampingi lawyer ya bu. semoga dimudahkan, amien"

Lalu pesan WA tersebut penulis teruskan kepada Bang Ismar selaku koordinator advokat, agar kalau penulis ada udzur bisa didampingi advokat lainnya. Apapun yang bisa penulis lakukan, sepanjang membantu para ustadz akan penulis lakukan.

Sebelumnya, penulis mendampingi Umi Jamilah, istri ustadz Farid Okbah untuk mengantarkan alat pemotong kuku dan kumis. Di Cikeas, para ustadz tidak mendapatkan kesempatan untuk menjalankan sunah fitrah, seperti memotong kuku dan kumis.

Penulis sempat menikmati minuman racikan Umi Jamilah. Nikmat, serasa ada kapulaganya.

Sayangnya, saat itu petugas pengadilan dan densus 88 berubah 'ganas' saat istri ustadz anung hendak bertemu, densus 88 tidak mengizinkannya. Sempat penulis cek cok dengan petugas pengadilan.

Para ustadz memang terlihat lebih kurus, tidak terurus karena memang berada di tahanan yang konon di Cikeas seperti di 'Guantanamo'. Bentuknya bangunan kontainer. Kami sulit menemui para ustadz.

Istri para ustadz berinisiatif, setiap sidang membawakan makanan untuk para ustadz. Selain untuk menunaikan kewajiban istri, juga untuk menghibur para ustadz agar meskipun hanya saat sidang, para ustadz mendapatkan makanan yang layak.

Sayang, pihak densus 88 menzalimi dengan tidak memberikan izin. Tidak tahu, apakah nanti setelah didampingi advokat masih dipersulit dan dihalangi lagi.

Ya Allah, sungguh zalim perlakuan densus 88 kepada para ustadz. Koruptor Aziz Syamsudin saja saat ditangkap KPK masih diberikan hak-hak hukumnya. Para Ustadz yang tidak pernah merugikan negara, malah membantu negara dengan mendidik umat, diperlakukan secara zalim. Astaghfirullah. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat, Tim Advokasi Bela Ulama Bela Islam

Senin, 26 September 2022

AK: Sungguh Zalim Perlakuan D3nsus 88 terhadap Para Ustaz!

Tinta Media - Ketua Koalisi Persaudaraan  Advokat dan Umat (KPAU) Ahmad Khozinudin (AK) melampiaskan kemarahannya atas kelakuan D3nsus 88 yang dinilainya sangat zalim terhadap para Ustaz.

“Sungguh zalim perlakuan densus 88 kepada para ustaz. Koruptor Aziz Syamsudin saja saat ditangkap KPK masih diberikan hak-hak hukumnya. Para ustaz yang tidak pernah merugikan negara, malah membantu negara dengan mendidik umat, diperlakukan secara zalim,” ungkapnya kepada Tinta Media, Sabtu (24/9/2022).

Ia menceritakan pernah mendampingi Umi Jamilah, istri ustadz Farid Okbah untuk mengantarkan alat pemotong kuku dan kumis. “Di Cikeas, para ustaz tidak mendapatkan kesempatan untuk menjalankan sunah fitrah, seperti memotong kuku dan kumis,” tutur AK.

“Sayangnya, saat itu petugas pengadilan dan d3nsus 88 berubah 'ganas' saat istri ustaz Anung hendak bertemu, d3nsus 88 tidak mengizinkannya. Saya sempat  cek cok dengan petugas pengadilan,” beber AK tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

AK mengatakan, para ustaz memang terlihat lebih kurus, tidak terurus karena memang berada di tahanan yang konon di Cikeas seperti di 'Guantanamo'. Bentuknya bangunan kontainer. "Kami sulit menemui para ustadz," ungkapnya. 

“Istri para ustaz berinisiatif, setiap sidang membawakan makanan untuk para ustaz. Selain untuk menunaikan kewajiban istri, juga untuk menghibur mereka agar meskipun hanya saat sidang, para ustaz mendapatkan makanan yang layak,” terang AK sedih.

Sayangnya, sambung AK, pihak d3nsus 88 menzalimi dengan tidak memberikan izin. “Tidak tahu, apakah nanti setelah didampingi advokat masih dipersulit dan dihalangi lagi,” tukasnya.

Karena itu, AK bertekad untuk membela para ustaz  (Ustaz Farid Okbah, Ustaz Ahmad  Zain an Najah dan Ustaz Anung al Hammat)  yang saat ini masih ditahan.

“Apapun yang bisa saya lakukan, sepanjang membantu para ustaz akan saya lakukan,” tekadnya memungkasi penuturan.[] Irianti Aminatun

Rabu, 07 September 2022

Urus SIM Harus Terdaftar BPJS, Om Joy: Kezaliman di Atas Kezaliman!

Tinta Media - Syarat pengurusan SIM dan STNK yang mengharuskan masyarakat memiliki kartu BPJS Kesehatan, dinilai Jurnalis Joko Prasetyo (Om Joy) sebagai kezaliman di atas kezaliman. 

"Dijadikannya keikutsertaan BPJS sebagai syarat mengurus SIM dan STNK merupakan kezaliman di atas kezaliman," tuturnya kepada Tinta Media, Jumat (2/9/2022).

Om Joy menilai hal ini sama sekali tidak dapat dibenarkan (bila dilihat dari sudut pandang Islam) karena memaksa umat Islam untuk bermaksiat dan semakin menambah sengsara rakyat saja. "Rezim negara Fansa Zila mestinya sadar mengapa banyak rakyat yang mayoritas Muslim dan sedikit di atas garis kemiskinan (sehingga tetap harus membayar premi bila ikut BPJS) tidak ikut serta BPJS Kesehatan," katanya. 

Menurutnya, setidaknya ada tiga alasan. 𝑷𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂, 𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒊𝒅𝒆𝒐𝒍𝒐𝒈𝒊𝒔. Kaum Muslim yang memahami hakikat BPJS merupakan asuransi, dan memahami akad dan bayar premi asuransi merupakan keharaman tentu saja berupaya keras untuk tidak ikut BPJS. "Karena mengikuti sesuatu yang diharamkan, sama saja dengan bermaksiat. Dan kesadaran ini insyaAllah semakin meningkat," ujarnya. 

𝑲𝒆𝒅𝒖𝒂, 𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒆𝒌𝒐𝒏𝒐𝒎𝒊. "BPJS Kesehatan untuk kelas III, kelas yang paling kecil bayar preminya. Per kepala per bulan itu preminya Rp35 ribu (aslinya Rp42 ribu, yang Rp7 ribu disubsidi negara). Kalau sekeluarga ada lima orang, berapa yang harus dibayar per bulan? Rp175 ribu! Angka yang sangat memberatkan, apalagi di tengah naiknya berbagai harga barang dan jasa, belum lagi akan terjadinya inflasi yang lebih parah akibat penaikan (ya penaikan, bukan kenaikan) harga BBM. Sedihnya, angka kemiskinan akan semakin meningkat," bebernya. 

𝑲𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂, 𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒎𝒃𝒊𝒏𝒂𝒔𝒊. Kombinasi antara alasan pertama dan kedua. "Dengan dijadikannya keikutsertaan BPJS sebagai syarat mengurus SIM dan STNK tentu saja membuat rakyat yang menghindari keharaman asuransi dan juga yang secara ekonomi berat membayar premi bahkan sekadar untuk kelas III, benar-benar merasa dizalimi," ungkapnya. 

Sekali lagi ia katakan, bahwa rezim negara Fansa Zila ini benar-benar zalim! "Bagaimana tidak, bila tidak bikin SIM dan STNK, nanti ketika mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya bisa ditilang. Bila bikin SIM dan STNK, jadi bermaksiat dan beban ekonomi semakin bertambah berat," geramnya.

Menurutnya, dengan menjadikan BPJS sebagai syarat pengurusan SIM dan STNK sama saja dengan memaksa rakyat untuk bermaksiat dan semakin menyengsarakan rakyat. "Bukan hanya di dunia ini, tetapi juga sampai di akhirat. Beginilah bila kita hidup di negara yang jauh dari penerapan syariat," tegasnya. 

Dalam pandangan syariat, kata Om Joy, sumber daya alam yang hasilnya berlimpah, seperti tambang emas, minyak, dan mineral serta energi lainnya yang hasilnya berlimpah itu termasuk kepemilikan umum (𝑚𝑖𝑙𝑘𝑖𝑦𝑦𝑎ℎ 𝑎𝑚𝑚𝑎ℎ), haram diserahkan kepada swasta, apalagi asing (asing penjajah lagi). 

"Negara wajib mengelolanya yang hasilnya dikembalikan kepada rakyat salah satunya dalam bentuk fasilitas kesehatan dan operasional kesehatan sehingga rakyat, baik kaya maupun miskin sama-sama berobat murah bahkan gratis," terangnya. 

Namun ia menyayangkan, negeri yang mayoritas Muslim ini tidak menerapkan syariat, tetapi malah menerapkan sistem kufur demokrasi yang merupakan pengamalan dari sila keempat Fansa Zila. 

"Dalam sistem kufur demokrasi, 𝑚𝑖𝑙𝑘𝑖𝑦𝑦𝑎ℎ 𝑎𝑚𝑚𝑎ℎ diprivatisasi. Sehingga dengan leluasa kafir penjajah Amerika Serikat dapat merampok tambang emas yang berlimpah di Papua, begitu juga kafir penjajah negara Cina bisa mengeruk dengan semena-mena batu bara di Kalimantan, nikel di Sulawesi. Belum lagi kafir penjajah lainnya, para oligarki, dan para oknum pejabat yang juga turut merampok 𝑚𝑖𝑙𝑘𝑖𝑦𝑦𝑎ℎ 𝑎𝑚𝑚𝑎ℎ. Dan, dalam pandangan demokrasi-Fansa Zila itu legal! Padahal jelas-jelas dalam pandangan Islam itu haram, ilegal, dan kriminal!" bebernya. 

Walhasil, kata Om Joy, negara Fansa Zila ini tidak memiliki biaya untuk membiayai kesehatan rakyatnya. "Namun, para penyelenggaranya yang mayoritas beragama Islam ini bukannya tobat kemudian menerapkan syariat, eh, malah menambah maksiat dengan memaksa rakyat untuk membiayai kesehatan dirinya sendiri dengan skema asuransi (yang jelas-jelas diharamkan Islam), dengan kedok gotong-royong. Padahal aslinya, menjamin kesehatan rakyat itu kewajiban negara," sesalnya.  

Sedangkan para aktivis Islam yang mendakwahkan kewajiban penerapan syariat Islam secara kaffah (yang di dalamnya termasuk kewajiban pengelolaan 𝑚𝑖𝑙𝑘𝑖𝑦𝑦𝑎ℎ 𝑎𝑚𝑚𝑎ℎ), lanjutnya, malah dipersekusi dan dikriminalisasi. Dan, kini kezalimannya semakin menjadi dengan menjadikan keikutsertaan BPJS sebagai syarat mengurusan SIM dan STNK. 

"Mau sampai kapan kita berdiam diri dizalimi bertubi-tubi seperti ini? Jangan lupa, berdiam diri atas kezaliman juga merupakan kezaliman. Karena melakukan amar makruf nahyi mungkar dan 𝑚𝑢ℎ𝑎𝑠𝑎𝑏𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑙 ℎ𝑢𝑘𝑘𝑎𝑚 (mengoreksi penguasa) merupakan kewajiban," pungkasnya.[] Achmad Mu’it 

Kamis, 26 Mei 2022

Nunggak BPJS Terancam Denda 30 juta Rupiah, Siyasah Institute: Ini Kezaliman Berlipat Negara pada Rakyat


Tinta Media - Ancaman denda 30 juta rupiah kepada peserta yang menunggak BPJS berdasar Perpres Nomor 64 tahun 2020 dinilai Direktur Siyasah Institute Iwan Januar sebagai bentuk kezaliman berlipat negara pada rakyat.

"Keputusan ini bukan saja kezaliman berlipat negara pada rakyat. Sudahlah berlepas tangan dari kewajiban menjamin kesehatan warga, mengancam dengan denda yang berat. Asuransi kesehatan rasa rentenir," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (26/5/2022).

Iwan mengatakan, meskipun ada Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang gratis, tapi tidak semua warga yang bisa mendapatkannya dan dibatasi jumlahnya.

Ia menilai Perpres ini tidak berkeadilan dan tidak berkemanusiaan. Negara tutup mata kalau pungutan BPJS menambah beban pengeluaran warga, sementara tingkat perekonomian warga tidaklah merata. "Namun tetap dipaksa bahkan diancam untuk ikut jadi peserta bila tidak maka akan dipersulit berbagai keperluan administrasi oleh negara," ujarnya.

"Untuk perusahaan saja BPJS sudah menambah beban mereka, terutama di masa krisis seperti sekarang," imbuhnya.

Ia menjelaskan bahwa beginilah negara yang menerapkan ideologi kapitalisme. Bukan melayani, negara malah memalaki rakyat. "BPJS adalah kapitalisasi hajat rakyat," terangnya.

"Beda dalam syariat Islam, dimana negara Khilafah bertanggung jawab penuh atas layanan kesehatan masyarakat," pungkasnya.[] Ajirah

Senin, 16 Mei 2022

Ustazah Najmah Sa'iidah: Kezaliman Rezim Semakin Tak Memihak Rakyat


Tinta Media  - Mubalighoh Nasional Ustazah Najmah Sa'iidah menyampaikan bahwa kezaliman yang dilakukan rezim negeri ini semakin tidak memihak rakyat.

"Nampak sangat jelas di hadapan kita, kezaliman yang dilakukan penguasa negeri ini semakin tidak memihak rakyat," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (12/05/2022)

Menurutnya, beban ekonomi rakyat semakin berat, persekusi terhadap para pembela Islam pun semakin terus digencarkan. Belum lagi pemikiran yang rusak dan merusak, bahkan tingkah laku menyimpang dibiarkan berkembang di negeri ini.

"Tentu saja, kita tidak boleh tinggal diam. Inilah kesempatan kita sesungguhnya untuk berbuat lebih banyak, untuk menyelamatkan umat negeri ini. Memang bukan hal yang mudah bagi kita, tapi juga bukan hal yang tidak mungkin bisa kita lakukan," ungkapnya.

Ia yakin, ketika umat Islam melakukannya secara bersama, bergandengan tangan saling bekerjasama yang satu dengan yang lain, insyaa Allah, amal ini akan membawa kepada disegerakannya datangnya pertolongan Allah.

"Tentu saja tidak cukup hanya kita memperbanyak ibadah mahdhah atau berdoa yang kencang mengetuk pintu langit. Harus lebih dari itu," tegasnya.

Ia menilai, amal yang penting lainnya  bahkan yang utama harus dilakukan adalah menerapkan hukum Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Karena, menurutnya, kezaliman rezim yang ada saat ini, bukan person semata, akan tetapi  akibat diterapkannya sistem yang rusak di negeri ini, yaitu sistem sekuler kapitalis yang memisahkan agama dari kehidupan, menjadikan manfaat sebagai asasnya, menafikan aturan Allah dan Rasul-Nya.

Ustazah Najmah memandang, bahwa jalan untuk melawan kezaliman saat ini adalah dengan meruntuhkan sistem sekuler kapitalis yang rusak ini dan menggantinya dengan sistem yang datang dari Al-Khalik Al-Mudabbir, Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur, yaitu sistem Islam.

Dan menurutnya, hal ini hanya bisa dilakukan dengan dakwah berjamaah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

"Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah SAW, adalah dengan membina orang-orang pilihan yang akan dijadikan kader dakwah, selanjutnya kader dakwah ini akan menjadi mutiara-mutiara umat yang gencar  mendakwahkan Islam ke tengah-tengah umat, mencerdaskan umat, sehingga mereka sadar bahwa umat Islam tengah dizalimi oleh sistem yang rusak," terangnya.

"Hal ini diiringi dengan penanaman sistem yang benar, yaitu sistem Islam beserta hukum-hukumnya dan menggambarkan bagaimana jika sistem Islam diterapkan secara sempurna," tandasnya.

Kemudian, lanjutnya, mengajak kaum Muslim untuk berislam kaffah. Bahwa menerapkan Islam adalah kewajiban dan menjadikan hukum-hukum Islam sebagai pijakan dalam menjalani kehidupan.

"Selanjutnya, akan muncul kerinduan untuk menerapakan Islam, tidak hanya untuk kehidupan pribadinya, tapi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dan pada akhirnya umatpun akan bersemangat, bahkan ingin menjadi garda terdepan bagi perjuangan untuk tegaknya syariat Islam. Inilah saatnya kita berbuat untuk Islam dan kaum muslimin," ajaknya.

"Semoga Allah segera memberikan pertolongan melalui kita dan untuk kita, umat Islam. Allahumma iftah lanaa wa iftah binaa bitafhbiiqi ahkamil Islam.., aamiin," pungkasnya. []'Aziimatul Azka

Jumat, 06 Mei 2022

Guru Luthfi: Hentikan Kezaliman Terstruktur Rezim dengan Dakwah Politik


Tinta Media  - Pengasuh Majelis Baitul Qur'an Tapin Guru H. Luthfi Hidayat menyatakan bahwa aktivitas untuk menghentikan kezaliman terstruktur rezim adalah dakwah yang memiliki warna politik.

"Dikarenakan persoalan kezaliman terstruktur dari rezim dan itu adalah aktivitas politik. Aktivitas kebijakan atas urusan rakyat. Oleh karenanya aktivitas untuk menghentikannya, dakwah yang dilakukan pun harus memiliki warna politik dalam arti pengurusan umat tersebut," tuturnya kepada Tinta Media dalam Wawancara Khusus Edisi Syawal 1443 H, Jum'at (6/5/2022).

"Aktivitas dakwah yang dilakukan adalah aktivitas pemikiran yang menjelaskan, mengkritisi setiap kebijakan zalim yang menyalahi syariat Allah dan nyata-nyata zalim," tambahnya.

Menurutnya, dakwah juga wajib dilakukan berjamaah. Karena demikian yang dicontohkan Baginda Rasulullah, mulai di Mekkah hingga Madinah saat mendapat pertolongan Allah SWT. "Rasul mencontohkan aktivitas dakwah itu adalah aktivitas jamaah," ujarnya.

Ia juga mengingatkan bahwa meski Ramadhan 1443 H telah berlalu, namun rasa haru, khawatir, dan sedih menyelimuti. "Rasa haru karena besar harapan kita segala amal ibadah kita, mulai dari Shaum, qiyamul Lailatul, shadaqah, infak serta amal ibadah lainnya kiranya diterima dan dilipatgandakan pahalanya di sisi Allah SWT," ucapnya.

"Khawatir jika ternyata dosa dosa kita tidak diampuni, pahala tidak diterima, dan --naudzubillah--, kita berlindung kepada Allah atas apa yang Baginda Rasulullah ingatkan, bahwa betapa rugi seseorang yang melewati Ramadhan, namun dosa-dosanya tidak dieliminasi oleh Allah SWT," bebernya.

"Sedih karena ragam keutamaan, berbagai bonus yang Allah berikan atas balasan amal tidak kita temukan lagi sesaat setelah Ramadhan 1443 H meninggalkan kita. Sedih kalau-kalau kita tidak berjumpa dengan Ramadhan berikutnya," imbuhnya.

Namun yang harus menjadi catatan penting bahwa, tutur Guru Luthfi, walaupun Ramadhan telah pergi, semangat ibadah jangan sampai ditinggalkan. "Shaum Ramadhan tetap kita biasakan dengan melakukan shaum Sunnah, mulai dari puasa Sunnah di bulan Syawal, dan kebaikan ibadah ini kita tetap lanjutkan dengan shaum Sunnah Senin Kamis, ataupun Shaum Sunnah Nabi Daud As," paparnya.

"Tahajjud kita pun juga tetap harus menjadi kebiasaan kita, jika perlu kita jaga hingga nanti Allah mempertemukan kita dengan Ramadhan 1444 H," bebernya.

"Demikian pula ibadah lain seperti shadaqah, infak dan nawafil lainnya, terus kita rawat hingga menjadi 'bi'ah', kebiasaan baik kita," tukasnya.

Menurutnya, para ulama menyebutkan bahwa indikator diterimanya ibadah sebelumnya adalah terwujud dengan diikutinya dengan ibadah dan ketaatan berikutnya secara berkesinambungan.

Ia pun mengutip hadist dari Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullah yang berkata, “Diantara tanda diterimanya amal shalih di bulan Ramadhan adalah keadaan seorang muslim setelahnya menjadi lebih baik daripada sebelum Ramadhan, karena kebaikan akan mengajak kepada kebaikan (selanjutnya) dan amal shalih akan mengajak pada amal shalih lainnya," ulasnya.

Ia menambahkan juga bahwa yang menjadi catatan penting, selain amal ibadah mahdhah demikian, di zaman yang penuh kezhaliman seperti saat ini, umat Islam juga penting mengutamakan amal atau aktivitas utamanya, yakni melakukan dakwah amar makruf nahi mungkar. Melakukan dakwah yang secara simultan untuk memperbaiki kondisi zaman yang penuh dengan kezhaliman tersebut.

"Kenapa demikian, karena dengan dakwah lah satu-satunya jalan yang dicontohkan Rasulullah untuk merespon, menghentikan kezhaliman, sekaligus berupaya mengubah keadaan menjadi lebih baik," ungkapnya.

Aktivitas dakwah juga merupakan aktivitas pokok para Nabi. Sungguh mereka yang kemudian menjalankan aktivitas ini adalah pewaris para Nabi yang hakiki. "Allah juga kemudian menjadikan aktivitas demikian adalah sebaik-baik baik amal. Sebaik-baik perkataan," jelasnya.

"Demikian kiranya hal-hal yang penting kita lakukan pasca Ramadhan 1443 H. Selain melanjutkan kebiasaan ibadah di bulan Ramadhan, tetap kita terus fokus melakukan dakwah hingga Allah memberikan kemenangan. Nashrun minallah wa fathun qarib," tandasnya.[] Ajira
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab