Rabu, 28 Februari 2024
Rabu, 14 Februari 2024
Zalim, Pajak Akan Naik Lagi
Jumat, 06 Oktober 2023
Tokoh Peduli Rempang: Tindakan Pemerintah Usir Penduduk Rempang, Zalim Luar Biasa
Selasa, 26 September 2023
Tindakan Represif Aparat dan Ultimatum Pengosongan Pulau Rempang, BKLDK: Zalim!
Tinta Media - Sekretaris Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) wilayah Riau Teddy Panggabean mengungkapkan, tindakan represif aparat dan ultimatum pengosongan Pulau Rempang oleh pemerintah adalah perbuatan zalim dan berbahaya.
"Menurut syariat Islam, dan Peraturan Perundang-undangan
di Republik Indonesia dan prinsip Free Prior and Informant Consent (
FPIC), tindakan represif aparat dan ultimatum pengosongan Pulau
Rempang khususnya di wilayah 16 kampung tua oleh pemerintah adalah perbuatan
zalim dan berbahaya," ujarnya saat menyampaikan salah satu poin pernyataan
sikap dalam Aksi Damai Bela Rempang, Sabtu (23/9/2023) di kanal Youtube Dakwah
Riau.
Dalam pernyataannya, ia mengungkapkan, berdasarkan
bukti-bukti historis dan empiris di lapangan, penduduk Melayu Rempang bukanlah
pendatang, akan tetapi mereka adalah penduduk asli yang telah
menempati wilayah tersebut sejak tahun 1719.
"Mereka juga memberikan kontribusi terhadap
Negara Republik Indonesia ini dengan ikut berjuang dalam perang Riau satu dan
juga perang Riau dua," terangnya.
Seandainya penduduk Rempang hari ini, sambungnya, belum
mempunyai sertifikat atas lahan tanah dan pekarangan maka itu adalah kelalaian
daripada negara atas ketidakpedulian pemerintah terhadap urusan rakyatnya.
“Seandainya mereka berada dalam kawasan hutan, maka bukankah
jutaan hektar kelapa sawit ilegal dan kawasan hutan akan diputihkan oleh
pemerintah dengan alasan keterlanjuran," tegasnya.
Terakhir Teddy menegaskan, menolak mega
proyek Rempang Eco City karena berpotensi mengorbankan kepentingan rakyat
khususnya masyarakat Pulau Rempang dan Galang.
“Menyerukan kepada seluruh masyarakat Melayu dan seluruh
rakyat Indonesia untuk merapatkan barisan bersatu menentang segala bentuk
neoimperialisme dan tidak membiarkan negara takluk pada oligarki,"
tutupnya.[] Muhammad Nur
Minggu, 17 September 2023
Om Joy: Penggusuran Warga Rempang, Jelas Itu Perbuatan Zalim
Senin, 10 April 2023
Kehancuran Suatu Negeri karena Kezaliman Penguasanya
Sabtu, 11 Maret 2023
Hindari Perbuatan Zalim dan Kedurhakaan
Jumat, 20 Januari 2023
Buruh Direkrut dan Di-PHK Sesuai Kepentingan Industri, MMC: Kezaliman Sistem Kapitalisme
Minggu, 16 Oktober 2022
Celaan terhadap Orang yang Membantu Orang Zalim
Kamis, 13 Oktober 2022
YA ALLAH, JAGALAH PARA USTAZ DALAM LINDUNGAN DAN NAUNGANMU! HENTIKAN KEZALIMAN D3NSUS 88
Senin, 26 September 2022
AK: Sungguh Zalim Perlakuan D3nsus 88 terhadap Para Ustaz!
Rabu, 07 September 2022
Urus SIM Harus Terdaftar BPJS, Om Joy: Kezaliman di Atas Kezaliman!
Kamis, 26 Mei 2022
Nunggak BPJS Terancam Denda 30 juta Rupiah, Siyasah Institute: Ini Kezaliman Berlipat Negara pada Rakyat
"Keputusan ini bukan saja kezaliman berlipat negara pada rakyat. Sudahlah berlepas tangan dari kewajiban menjamin kesehatan warga, mengancam dengan denda yang berat. Asuransi kesehatan rasa rentenir," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (26/5/2022).
Iwan mengatakan, meskipun ada Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang gratis, tapi tidak semua warga yang bisa mendapatkannya dan dibatasi jumlahnya.
Ia menilai Perpres ini tidak berkeadilan dan tidak berkemanusiaan. Negara tutup mata kalau pungutan BPJS menambah beban pengeluaran warga, sementara tingkat perekonomian warga tidaklah merata. "Namun tetap dipaksa bahkan diancam untuk ikut jadi peserta bila tidak maka akan dipersulit berbagai keperluan administrasi oleh negara," ujarnya.
"Untuk perusahaan saja BPJS sudah menambah beban mereka, terutama di masa krisis seperti sekarang," imbuhnya.
Ia menjelaskan bahwa beginilah negara yang menerapkan ideologi kapitalisme. Bukan melayani, negara malah memalaki rakyat. "BPJS adalah kapitalisasi hajat rakyat," terangnya.
"Beda dalam syariat Islam, dimana negara Khilafah bertanggung jawab penuh atas layanan kesehatan masyarakat," pungkasnya.[] Ajirah
Senin, 16 Mei 2022
Ustazah Najmah Sa'iidah: Kezaliman Rezim Semakin Tak Memihak Rakyat
"Nampak sangat jelas di hadapan kita, kezaliman yang dilakukan penguasa negeri ini semakin tidak memihak rakyat," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (12/05/2022)
Menurutnya, beban ekonomi rakyat semakin berat, persekusi terhadap para pembela Islam pun semakin terus digencarkan. Belum lagi pemikiran yang rusak dan merusak, bahkan tingkah laku menyimpang dibiarkan berkembang di negeri ini.
"Tentu saja, kita tidak boleh tinggal diam. Inilah kesempatan kita sesungguhnya untuk berbuat lebih banyak, untuk menyelamatkan umat negeri ini. Memang bukan hal yang mudah bagi kita, tapi juga bukan hal yang tidak mungkin bisa kita lakukan," ungkapnya.
Ia yakin, ketika umat Islam melakukannya secara bersama, bergandengan tangan saling bekerjasama yang satu dengan yang lain, insyaa Allah, amal ini akan membawa kepada disegerakannya datangnya pertolongan Allah.
"Tentu saja tidak cukup hanya kita memperbanyak ibadah mahdhah atau berdoa yang kencang mengetuk pintu langit. Harus lebih dari itu," tegasnya.
Ia menilai, amal yang penting lainnya bahkan yang utama harus dilakukan adalah menerapkan hukum Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Karena, menurutnya, kezaliman rezim yang ada saat ini, bukan person semata, akan tetapi akibat diterapkannya sistem yang rusak di negeri ini, yaitu sistem sekuler kapitalis yang memisahkan agama dari kehidupan, menjadikan manfaat sebagai asasnya, menafikan aturan Allah dan Rasul-Nya.
Ustazah Najmah memandang, bahwa jalan untuk melawan kezaliman saat ini adalah dengan meruntuhkan sistem sekuler kapitalis yang rusak ini dan menggantinya dengan sistem yang datang dari Al-Khalik Al-Mudabbir, Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur, yaitu sistem Islam.
Dan menurutnya, hal ini hanya bisa dilakukan dengan dakwah berjamaah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
"Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah SAW, adalah dengan membina orang-orang pilihan yang akan dijadikan kader dakwah, selanjutnya kader dakwah ini akan menjadi mutiara-mutiara umat yang gencar mendakwahkan Islam ke tengah-tengah umat, mencerdaskan umat, sehingga mereka sadar bahwa umat Islam tengah dizalimi oleh sistem yang rusak," terangnya.
"Hal ini diiringi dengan penanaman sistem yang benar, yaitu sistem Islam beserta hukum-hukumnya dan menggambarkan bagaimana jika sistem Islam diterapkan secara sempurna," tandasnya.
Kemudian, lanjutnya, mengajak kaum Muslim untuk berislam kaffah. Bahwa menerapkan Islam adalah kewajiban dan menjadikan hukum-hukum Islam sebagai pijakan dalam menjalani kehidupan.
"Selanjutnya, akan muncul kerinduan untuk menerapakan Islam, tidak hanya untuk kehidupan pribadinya, tapi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dan pada akhirnya umatpun akan bersemangat, bahkan ingin menjadi garda terdepan bagi perjuangan untuk tegaknya syariat Islam. Inilah saatnya kita berbuat untuk Islam dan kaum muslimin," ajaknya.
"Semoga Allah segera memberikan pertolongan melalui kita dan untuk kita, umat Islam. Allahumma iftah lanaa wa iftah binaa bitafhbiiqi ahkamil Islam.., aamiin," pungkasnya. []'Aziimatul Azka
Jumat, 06 Mei 2022
Guru Luthfi: Hentikan Kezaliman Terstruktur Rezim dengan Dakwah Politik
"Dikarenakan persoalan kezaliman terstruktur dari rezim dan itu adalah aktivitas politik. Aktivitas kebijakan atas urusan rakyat. Oleh karenanya aktivitas untuk menghentikannya, dakwah yang dilakukan pun harus memiliki warna politik dalam arti pengurusan umat tersebut," tuturnya kepada Tinta Media dalam Wawancara Khusus Edisi Syawal 1443 H, Jum'at (6/5/2022).
"Aktivitas dakwah yang dilakukan adalah aktivitas pemikiran yang menjelaskan, mengkritisi setiap kebijakan zalim yang menyalahi syariat Allah dan nyata-nyata zalim," tambahnya.
Menurutnya, dakwah juga wajib dilakukan berjamaah. Karena demikian yang dicontohkan Baginda Rasulullah, mulai di Mekkah hingga Madinah saat mendapat pertolongan Allah SWT. "Rasul mencontohkan aktivitas dakwah itu adalah aktivitas jamaah," ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa meski Ramadhan 1443 H telah berlalu, namun rasa haru, khawatir, dan sedih menyelimuti. "Rasa haru karena besar harapan kita segala amal ibadah kita, mulai dari Shaum, qiyamul Lailatul, shadaqah, infak serta amal ibadah lainnya kiranya diterima dan dilipatgandakan pahalanya di sisi Allah SWT," ucapnya.
"Khawatir jika ternyata dosa dosa kita tidak diampuni, pahala tidak diterima, dan --naudzubillah--, kita berlindung kepada Allah atas apa yang Baginda Rasulullah ingatkan, bahwa betapa rugi seseorang yang melewati Ramadhan, namun dosa-dosanya tidak dieliminasi oleh Allah SWT," bebernya.
"Sedih karena ragam keutamaan, berbagai bonus yang Allah berikan atas balasan amal tidak kita temukan lagi sesaat setelah Ramadhan 1443 H meninggalkan kita. Sedih kalau-kalau kita tidak berjumpa dengan Ramadhan berikutnya," imbuhnya.
Namun yang harus menjadi catatan penting bahwa, tutur Guru Luthfi, walaupun Ramadhan telah pergi, semangat ibadah jangan sampai ditinggalkan. "Shaum Ramadhan tetap kita biasakan dengan melakukan shaum Sunnah, mulai dari puasa Sunnah di bulan Syawal, dan kebaikan ibadah ini kita tetap lanjutkan dengan shaum Sunnah Senin Kamis, ataupun Shaum Sunnah Nabi Daud As," paparnya.
"Tahajjud kita pun juga tetap harus menjadi kebiasaan kita, jika perlu kita jaga hingga nanti Allah mempertemukan kita dengan Ramadhan 1444 H," bebernya.
"Demikian pula ibadah lain seperti shadaqah, infak dan nawafil lainnya, terus kita rawat hingga menjadi 'bi'ah', kebiasaan baik kita," tukasnya.
Menurutnya, para ulama menyebutkan bahwa indikator diterimanya ibadah sebelumnya adalah terwujud dengan diikutinya dengan ibadah dan ketaatan berikutnya secara berkesinambungan.
Ia pun mengutip hadist dari Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullah yang berkata, “Diantara tanda diterimanya amal shalih di bulan Ramadhan adalah keadaan seorang muslim setelahnya menjadi lebih baik daripada sebelum Ramadhan, karena kebaikan akan mengajak kepada kebaikan (selanjutnya) dan amal shalih akan mengajak pada amal shalih lainnya," ulasnya.
Ia menambahkan juga bahwa yang menjadi catatan penting, selain amal ibadah mahdhah demikian, di zaman yang penuh kezhaliman seperti saat ini, umat Islam juga penting mengutamakan amal atau aktivitas utamanya, yakni melakukan dakwah amar makruf nahi mungkar. Melakukan dakwah yang secara simultan untuk memperbaiki kondisi zaman yang penuh dengan kezhaliman tersebut.
"Kenapa demikian, karena dengan dakwah lah satu-satunya jalan yang dicontohkan Rasulullah untuk merespon, menghentikan kezhaliman, sekaligus berupaya mengubah keadaan menjadi lebih baik," ungkapnya.
Aktivitas dakwah juga merupakan aktivitas pokok para Nabi. Sungguh mereka yang kemudian menjalankan aktivitas ini adalah pewaris para Nabi yang hakiki. "Allah juga kemudian menjadikan aktivitas demikian adalah sebaik-baik baik amal. Sebaik-baik perkataan," jelasnya.
"Demikian kiranya hal-hal yang penting kita lakukan pasca Ramadhan 1443 H. Selain melanjutkan kebiasaan ibadah di bulan Ramadhan, tetap kita terus fokus melakukan dakwah hingga Allah memberikan kemenangan. Nashrun minallah wa fathun qarib," tandasnya.[] Ajira