Tinta Media: Yahudi
Tampilkan postingan dengan label Yahudi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yahudi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 November 2023

UIY: Palestina Dikuasai Yahudi Setelah Khilafah Utsmani Runtuh


 
Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) menegaskan bahwa Palestina dikuasai Yahudi setelah khilafah Utsmani runtuh.
 
“Palestina itu menjadi mungkin dikuasai oleh orang Yahudi setelah Khilafah Utsmani runtuh. Pada awalnya memang mereka berusaha, tapi masih ada pelindungnya yang menghambat dan mencegah sehingga mereka tidak bisa mengambilnya. Setelah Khilafah Utsmani runtuh, beberapa puluh tahun kemudian tepatnya pada 1948, Israel berdiri,” ungkapnya, dalam video: Kirim Tentara Negeri Islam, Bebaskan Palestina! Why?” di kanal  Youtube UIY Official, Kamis (2/11/2023).
 
Itulah kenapa, sambungnya, UIY mengajak umat untuk berpikir bahwa wilayah Palestina itu dahulu tidak mungkin dikuasai karena ada bentengnya atau pelindungnya.
 
“Kalau kita menginginkan penyelesaian tuntas Palestina  tentu dengan mengembalikan lagi kekuatan umat,” tandasnya.
 
Kekuatan yang bisa mengalahkan Zionis Yahudi dengan dukungan Amerika, Inggris, dan negara-negara Eropa, ucapnya,  adalah kekuatan besar dari umat Islam. “Nah, kekuatan besar umat Islam itulah yang mesti diwujudkan,” tegasnya.
 
Ia menjabarkan, ketika umat Islam bersatu, maka akan menghimpun hampir dua miliar orang. “Kalau 1%-nya saja yang menjadi tentara, yaitu 20 juta, maka akan menjadi tentara paling kuat di muka bumi ini yang kekuatannya dapat membebaskan kembali tanah Palestina dengan apa yang disebut sebagai jihad,” cetusnya.
 
Khilafah dan Jihad
 
UIY menjelaskan, tidak ada perang dalam Islam, kecuali untuk meninggikan kalimat Allah yang disebut sebagai jihad.
 
“Jadi, di situlah kenapa solusi tuntas Palestina adalah Khilafah dan jihad. Kenapa juga diserukan pengiriman tentara? Ini karena menegakkan Khilafah adalah satu perjuangan tersendiri, sedangkan persoalan Palestina ini hari, cara menghadapinya adalah dengan jihad,” jelasnya.
 
Ia menggambarkan seperti apa jihad itu bisa dilakukan. “Umat Islam sekarang ini ada di berbagai negara dan negara-negara itu punya tentara. Jika tentara itu dipersiapkan untuk perang, maka sebenarnya ada perang yang sangat penting, yaitu perang untuk melindungi tanah Palestina atau bahkan membebaskan tanah Palestina. Di situlah pentingnya seruan pengiriman pasukan tentara ke Palestina,” ucapnya.
 
“Jadi, pelakunya ini (Zionis Yahudi) harus dihentikan, yakni dengan jihad. Mereka hanya kenal bahasa kekerasan. Itulah kenapa, tidak ada solusi lain untuk Palestina, kecuali Khilafah dan jihad,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun

Terkutuklah Agresi Zionis Yahudi, Kami Butuh Khilafah!



Tinta Media - Bupati Bandung Dadang Supriatna menyerukan kepada masyarakat Kabupaten Bandung untuk mendo'akan rakyat Palestina sebagai salah satu bentuk solidaritas dan dukungan warga Kabupaten Bandung. Bupati juga mengutuk tindakan agresi para Zionis terhadap Palestina. 
                             
Agresi Zionis Yahudi  terhadap kaum muslimin di Gaza, Palestina sangat kejam. Sampai saat ini, 6000  bom telah  dijatuhkan secara membabi buta dan tanpa henti ke arah pemukiman, pasar, bahkan rumah sakit. 

Hingga saat ini, ribuan rakyat Palestina di Gaza terbunuh dan terluka. Korban banyak dari kalangan wanita, lansia, anak-anak, dan bayi. Pengeboman itu juga menyebabkan hancurnya fasilitas air bersih, listrik, dan persediaan makanan. Sungguh suatu kezaliman yang nyata, pembantaian atau genosida bagi rakyat Palestina, khususnya yang muslim.

Derita rakyat Palestina semakin bertambah dengan adanya fitnah "Hamas teroris" yang memulai penyerangan. Maka, Hamas dianggap sebagai pihak yang harus bertanggung jawab, sedangkan apa yang Zionis Yahudi lakukan dianggap sebagai self defense (pembelaan diri).

Berita di medsos sering menyesatkan, serta mengkriminalisasikan gerakan perlawanan Hamas dan rakyat Palestina. Mereka membuat berita untuk melegalkan keberadaan Zionis Yahudi di tanah Palestina. Padahal, hakikatnya mereka adalah penjajah yang melakukan pengusiran, perebutan tanah, dan pembunuhan. Hal ini karena kantor-kantor berita di dunia  banyak yang dikuasai kaum Yahudi dan sekutunya sehingga beritanya pun sesuai keinginan mereka.

Anehnya, menyaksikan pembantaian yang dilakukan Zionis Yahudi yang  secara brutal dan  keji itu, para pemimpin dunia  tetap bungkam, termasuk PBB dan lembaga HAM. Ada sedikit yang bersuara, tetapi hanya berupa kutukan dan imbauan seperti yang dilakukan Bupati Bandung.

Jadi, yang dilakukan bukanlah aksi nyata mengusir Zionis Yahudi dari tanah Palestina.  Mereka seolah-olah buta dan tuli terhadap penderitaan rakyat Palestina yang telah menjadi  korban pertama dari  buruknya nasionalisme. 

Kaum muslim Palestina nyaris berjuang sendirian selama 75 tahun ditindas oleh Zionis Yahudi. Dukungan rakyat di banyak negara di dunia bermunculan, tetapi terhalang oleh pemerintahannya yang ternyata mendukung para Zionis sehingga tidak ada tindakan nyata yang dapat dilakukan. 

Zionis Yahudi tampak kuat karena dukungan negara adidaya Amerika dan sekutunya. Maka, Palestina pun seharusnya didukung oleh kekuatan yang besar pula, yaitu oleh kaum muslimin sedunia dalam naungan Khilafah. 

Dahulu pun Palestina masuk ke perlindungan kaum muslimin pada masa kekhilafahan Umar bin Khattab r.a. dan terakhir, Palestina terbebas dari rongrongan Yahudi di masa Sultan Hamid II. 

Ghirah Islam untuk melindungi sesama muslim telah ditetapkan oleh Rasulullah saw. bahwa hubungan kasih sayang sesama muslim laksana satu tubuh yang harus saling jaga, sehingga dapat merasakan penderitaan satu sama lain. Bila ada kaum muslimin yang disakiti, maka muslim yang lain wajib membela dan menjaga. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh institusi negara Khilafah. 

Sayangnya, sekarang ini tidak ada negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah sehingga Khilafah sebagai pelindung (junnah) kaum muslimin tidak eksis. Kaum muslimin sedunia tercerai berai, tersekat oleh nasionalisme, tidak berdaya menyaksikan derita kaumnya.  

Karea itu, kita butuh seorang Khalifah pemberani yang mengayomi,  yang akan menaklukan  Amerika, Eropa, Rusia, Cina, juga Zionis Yahudi. Khilafahlah yang  menyatukan berbagai negeri Islam dan menjaga kehormatan kaum muslimin di mana pun karena hanya Khilafah pelindung kaum muslim yang sesungguhnya.

Oleh: Heni
Sahabat Tinta Media

Senin, 13 November 2023

Pakar: Konflik Palestina Ada Motif Agama



Tinta Media - Pakar Fikih Kontemporer KH Shiddiq Al-Jawy membeberkan bahwasanya konflik Palestina itu ada motif agama.

“Baik dari pihak Yahudi sendiri maupun kita, kaum muslimin, itu ada motif-motif agama atau hal-hal yang terkait dengan agama,” ujarnya dalam Acara Live Focus dengan tema Menjawab Penyesatan di Seputar Palestina di kanal Youtube UIY Official Ahad (9/11/2023).

Kiai Shiddiq mengambil contoh dari pihak Yahudi, yang para pendiri Israel itu non religius. “Jadi, jubir dari kelompok Yahudi namanya Neturei Karta nanti kalau namanya Ingat saya sebut namanya agak susah Rabi Yisrol Dovid Weiss s-nya dobel jadi dia mengatakan. Jadi sebenarnya menurut ajaran agama Yahudi itu tidak ada kewajiban menegakkan Daulah Yahudiyah,” ujarnya.

Sementara, lanjutnya, dari argumen-argumen yang ada di kalangan Zionis, mereka (Zionis) menggunakan dalil-dalil agama untuk melegitimasi Juden State (Negara Yahudi) atau The Jewish State.

“Mereka (Zionis) mengutip dari perjanjian lama itu, tadi saya mencoba mempelajari sedikit itu mereka mendasarkan pada dua ayat ya, yaitu pada kitab Genesis atau kejadian pasal 15 ayat 18 kemudian ada pasal 17 ayat 7 jadi pada dua ayat itu intinya ada perjanjian antara Tuhan dengan Nabi Ibrahim,” lanjutnya.

Apalagi umat Islam, ujarnya, umat Islam memandang bahwa Palestina itu adalah hak milik umat Islam. “Kapan itu menjadi milik umat Islam, yaitu ketika Umar Bin Khattab itu pada tahun 15 Hijriah atau Tahun 637 masehi itu menaklukkan tanah Syam. Dan setelah ada penaklukan itu apa namanya khusus kunci dari pintu gerbang kota Yerusalem itu diserahkan oleh patriak pimpinan agama Kristen waktu itu sofronius, itu kuncinya diserahkan kepada Umar Bin Khattab,” ujarnya.

Jadi, ini sangat terkait dengan agama tuturnya,  khususnya di Yerusalem adaa masjidil Aqsa. “Jadi ini ada hubungannya dengan agama, terus ee persoalannya adalah, pertanyaannya adalah bagaimana mungkin kemudian orang mengatakan ini bukan perang agama lah wong orang-orang Yahudi itu juga menggunakan dalil-dalil agama,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi

JIKA KHILAFAH MASIH ADA, JANGANKAN UNTUK MENJAJAH PALESTINA, SEKEDAR UNTUK MENGINJAKKAN KAKINYA DI BUMI PALESTINA, ENTITAS YAHUDI TIDAK AKAN PERNAH BISA


Tinta Media - Tokoh pertama pembebas Palestina adalah Umar bin Khattab. Umar bin Khattab merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam. Ia adalah khalifah kedua dalam sejarah Islam, sekaligus pahlawan perjuangan masyarakat Islam. Salah satu bentuk perjuangan dari Umar bin Khattab adalah misi pembebasan Palestina dan Yerusalem dari cengkeraman Romawi. Kala itu, Palestina berada dibawah tekanan bangsa Romawi selama ribuan tahun. Lantas, bagaimana kisah Umar bin Khattab dalam pembebasan Palestina dari Cengkeraman Romawi?
 
Kisah Umar bin Khattab dalam Membebaskan Palestina Sebelum Umar bin Khattab menjadi khalifah, Islam telah berkembang pesat di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan khalifah pertama Abu Bakar. Namun, Islam masih menghadapi tantangan besar dari dua kekaisaran besar, yaitu Persia dan Bizantium. Kedua kekaisaran ini memiliki kekuatan militer dan politik yang sangat besar, serta memiliki pengaruh kuat di wilayah Timur Tengah, termasuk Palestina dan Yerusalem. Palestina dan Yerusalem adalah tanah suci bagi tiga agama samawi, yaitu Islam, Yahudi, dan Kristen.

Setelah Abu Bakar wafat pada tahun 634 M, Umar bin Khattab terpilih menjadi khalifah kedua Islam. Salah satu prioritas beliau adalah melanjutkan perjuangan melawan Bizantium, yang telah menyatakan permusuhan terhadap Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Sebuah kota penting yang menjadi target mereka adalah Yerusalem, yang merupakan ibu kota provinsi Palestina di bawah Bizantium. Kota ini dikenal dengan nama Aelia Capitolina oleh Bizantium, dan al-Quds oleh Muslim.

Pasukan Muslim mulai mengepung kota ini pada tahun 637 M. Pengepungan ini berlangsung selama beberapa bulan, dengan beberapa kali terjadi pertempuran sengit antara kedua belah pihak. Akhirnya, pada tahun 638 M, Bizantium menyerah dan bersedia menyerahkan kota itu kepada pasukan Muslim. Namun, ia menolak untuk menyerahkan kota itu kepada siapa pun selain Umar bin Khattab sendiri. Oleh karena itu, Umar bin Khattab meninggalkan Madinah dan melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk menerima penyerahan kota itu secara langsung.

Ketika sampai di Yerusalem, Umar bin Khattab disambut dengan hormat oleh pasukan Bizantium. Umar bin Khattab kemudian membuat sebuah perjanjian yang dinamakan dengan 'Perjanjian Umar'. Perjanjian ini mengatur hak-hak dan kewajiban penduduk kota, baik Muslim maupun non-Muslim. Perjanjian ini menjamin kebebasan beragama, perlindungan terhadap gereja-gereja dan salib-salib, serta kewajiban membayar pajak. Ketika Umar bin Khattab membebaskan Yerusalem dari Bizantium, beliau juga memberikan hak kepada umat Yahudi untuk kembali ke kota itu dan beribadah di Tembok Ratapan. Hal ini merupakan sebuah pengakuan dan penghormatan terhadap umat Yahudi sebagai saudara seiman dari umat Islam. Banyak umat Yahudi yang bersyukur dan mengagumi sikap Umar bin Khattab.

Tokoh kedua pembebas Palestina adalah Sholahudin Al Ayyubi, Kemenangan Muslimin dalam Perang Hattin pada Juli 1187 mengawali pembebasan Baitul Maqdis. Usai pertempuran tersebut, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi menawan ratusan prajurit Salib. Pimpinan mereka, Raja Latin Yerusalem Guy Lusignan dan Pangeran Antiokhia Raynald Chatillon, juga ikut ditangkap.

Ada sekitar 200 orang yang dieksekusi. Termasuk di antaranya adalah para Kesatria Templar. Merekalah yang sebelumnya menyarankan Raja Guy untuk menyongsong pasukan Muslimin di luar, alih-alih dalam benteng Yerusalem. Imbas dari strategi itu, balatentara Salib justru mengalami kelelahan dan kemerosotan semangat tempur akibat jauhnya perjalanan dari kota tersebut ke Lembah Hattin. Apalagi, pasukan Kristen-Barat ini tidak membawa perbekalan logistik yang memadai.

Sultan Shalahuddin menginstruksikan agar para tawanan yang tidak dijatuhi hukuman mati dibawa ke pusat pemerintahan Daulah Ayyubiyah, Damaskus. Ia juga menetapkan sejumlah bayaran sebagai uang tebusan mereka. Maka yang kemudian di Lembah Hattin adalah si raja Yerusalem dan sahabatnya itu. Dengan tegas, Shalahuddin memancung kepala Raynald Chatillon. Bangsawan Frank itu divonis mati karena berbagai kejahatan yang telah dilakukannya terhadap Muslimin. Melihat mayat sahabatnya, Guy berlutut ketakutan.

Tokoh ketiga pembela Palestina adalah Sultan Hamid dua. Sejak zaman Kesultanan Turki Utsmani, bangsa Israel sudah berusaha tinggal di tanah Palestina. Kaum zionis itu menggunakan segala macam cara, intrik, maupun kekuatan uang dan politiknya untuk merebut tanah Palestina.

Di masa Sultan Abdul Hamid II, niat jahat kaum Yahudi itu begitu terasa. Kala itu, Palestina masih menjadi wilayah kekhalifahan Turki Utsmani. Sebagaimana dikisahkan dalam buku Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II karya Muhammad Harb, berbagai langkah dan strategi dilancarkan oleh kaum Yahudi untuk menembus dinding Kesultanan Turki Utsmani, agar mereka dapat memasuki Palestina.

Pertama, pada 1892, sekelompok Yahudi Rusia mengajukan permohonan kepada Sultan Abdul Hamid II, untuk mendapatkan izin tinggal di Palestina. Permohonan itu dijawab Sultan dengan ucapan ''Pemerintan Utsmaniyyah memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah ke Turki, bahwa mereka tidak akan diizinkan menetap di Palestina''. Mendengar jawaban seperti itu kaum Yahudi terpukul berat, sehingga duta besar Amerika turut campur tangan.

Kedua, Theodor Hertzl, Bapak Yahudi Dunia sekaligus penggagas berdirinya Negara Yahudi, pada 1896 memberanikan diri menemui Sultan Abdul Hamid II sambil meminta izin mendirikan gedung di al-Quds. Permohonan itu dijawab sultan, ''Sesungguhnya Daulah Utsmani ini adalah milik rakyatnya. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Sebab itu simpanlah kekayaan kalian itu dalam kantong kalian sendiri''.

Melihat keteguhan Sultan, mereka kemudian membuat strategi ketiga, yaitu melakukan konferensi Basel di Swiss, pada 29-31 Agustus 1897 dalam rangka merumuskan strategi baru menghancurkan Khilafah Utsmaniyyah. Karena gencarnya aktivitas Zionis Yahudi akhirnya pada 1900 Sultan Abdul Hamid II mengeluarkan keputusan pelarangan atas rombongan peziarah Yahudi di Palestina untuk tinggal di sana lebih dari tiga bulan, dan paspor Yahudi harus diserahkan kepada petugas khilafah terkait. Dan pada 1901 Sultan mengeluarkan keputusan mengharamkan penjualan tanah kepada Yahudi di Palestina.

Pada 1902, Hertzl untuk kesekian kalinya menghadap Sultan Abdul Hamid II. Kedatangan Hertzl kali ini untuk menyogok sang penguasa kekhalifahan Islam tersebut. Di antara sogokan yang disodorkan Hertzl adalah: uang sebesar 150 juta poundsterling khusus untuk Sultan; Membayar semua hutang pemerintah Utsmaniyyah yang mencapai 33 juta poundsterling; Membangun kapal induk untuk pemerintah dengan biaya 120 juta frank; Memberi pinjaman 5 juta poundsterling tanpa bunga; dan Membangun Universitas Utsmaniyyah di Palestina.

Pada 1902, Hertzl untuk kesekian kalinya menghadap Sultan Abdul Hamid II. Kedatangan Hertzl kali ini untuk menyogok sang penguasa kekhalifahan Islam tersebut. Di antara sogokan yang disodorkan Hertzl adalah: uang sebesar 150 juta poundsterling khusus untuk Sultan; Membayar semua hutang pemerintah Utsmaniyyah yang mencapai 33 juta poundsterling; Membangun kapal induk untuk pemerintah dengan biaya 120 juta frank; Memberi pinjaman 5 juta poundsterling tanpa bunga; dan Membangun Universitas Utsmaniyyah di Palestina.

Namu, kesemuanya ditolak Sultan. Sultan tetap teguh dengan pendiriannya untuk melindungi tanah Palestina dari kaum Yahudi. Bahkan Sultan tidak mau menemui Hertzl, diwakilkan kepada Tahsin Basya, perdana menterinya, sambil mengirim pesan, ''Nasihati Mr Hertzl agar jangan meneruskan rencananya. Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka.''

Sultan juga mengatakan, ''Yahudi silakan menyimpan harta mereka. Jika suatu saat kekhilafahan Turki Utsmani runtuh, kemungkinan besar mereka akan bisa mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.''

Sejak saat itu kaum Yahudi dengan gerakan Zionismenya melancarkan gerakan untuk menumbangkan Sultan. Dengan menggunakan jargon-jargon "liberation", "freedom", dan sebagainya, mereka menyebut pemerintahan Abdul Hamid II sebagai "Hamidian Absolutism", dan sebagainya.

''Sesungguhnya aku tahu, bahwa nasibku semakin terancam. Aku dapat saja hijrah ke Eropa untuk menyelamatkan diri. Tetapi untuk apa? Aku adalah Khalifah yang bertanggungjawab atas umat ini. Tempatku adalah di sini. Di Istanbul!'' Tulis Sultan Abdul Hamid II dalam catatan hariannya. (sumber : Republika)

Begitulah gambaran ketika masih ada institusi khilafah yang dipimpin seorang khalifah, maka mereka akan mati-matian membela Palestina, tanah suci pertama umat Islam sedunia. Pembelaan atas palestina seorang khalifah adalah karena ikatan aqidah dan konsekuensi keimanan kepada Allah. Maka, jika khilafah masih ada,  jangankan untuk menjajah palestina, sekedar untuk menginjakkan kakinya di bumi palestina, entitas yahudi tidak akan pernah bisa. Namun ketika khilafah telah tiada, maka Palestina tak lagi memiliki pelindung, akhirnya terjadilah apa yang kini tengah terjadi, dimana palestina dijajah dan dizolimi entitas yahudi, sementara negeri-negeri muslim diam membisu karena tak memiliki kekuatan untuk membantunya. Semestinya negeri-negeri muslim mengirimkan tentara terbaiknya untuk melumat entitas yahudi serta mengusir dari bumi Palestina.

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 12/11/23 : 12.30 WIB)

Oleh: Dr. Ahmad Sastra
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa

JANGANKAN KEPADA YAHUDI, KEPADA FIR’AUN PEMBUNUH PARA BAYI SAJA BANYAK YANG MEMUJANYA




Tinta Media - Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut. Mereka pun diikuti oleh fir’aun dan tentaranya, karena mereka hendak menganiaya dan menindas (Bani Israil). Ketika fir’aun telah hampir tenggelam, ia berkata: saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan saya termasuk orang yang berserah diri (kepada-Nya). (Allah menyambut ucapan fir'aun ini dengan berfirman) Apakah kamu (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Hari ini Kami selamatkan badanmu, supaya kamu menjadi pelajaran bagi (generasi) yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami (QS Yunus : 90-92)

Al-Qur'an menceritakan kisah fir'aun yang zalim dan melakukan pembataian terhadap bayi laki-laki yang lahir. fir'aun adalah sebutan untuk raja Mesir. Sosok fir'aun yang paling kejam dan mengaku sebagai Tuhan ialah Ramses II. Ia berkuasa selama 66 tahun ketika mencapai puncak kejayaan di Mesir pada 1303-1213 SM. Allah menceritakan kezalimannya menindas Bani Israil dan membunuh anak laki-laki yang lahir.

Sungguh, Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (fir'aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qasas Ayat 4)

Kekuasaan rezim fir’aun, meski sesat dan zolim, namun tetap didukung dan disokong oleh kakuatan-kekuatan sipil dan militer pada zaman itu. Kedekatan para penyokong rezim fir’aun tidak terlepas dari kepentingan duniawi, lemahnya keimanan atau karena tekanan psikologis semata, mengingat selain kejam, fir’aun juga memiliki kursi kekuasaan dan pundi-pundi dunia.

Bila diklasifikasi, setidaknya ada enam komponen sosial masyarakat yang menyokong kekuasaan rezim zolim fir’aun dengan berbagai kepentingan yang mengikutinya. Diantara komponen itu adalah : kaum intelektual, militer, tokoh supranatural, paranormal, pengusaha dan rakyat.

Mewakili kaum intelektual yang membudakkan diriknya kepada fir’aun adalah haman. Haman disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak 6 kali. Sementara Qarun yang mewakili kaum kapitalis disebut dalam Al-Quran sebanyak empat kali, dua kali di surah Al-Qasas, satu kali di surah Al-'Ankabut dan satu kali di surah Al-Mu’min.

Al Qur’an juga menceritakan kehadiran paranormal, dukun atau tukang sihir yang mendukung rezim kekuasaan fir’aun. “Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir'aun mengatakan: "(Apakah) Sesungguhnya Kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?" Fir'aun menjawab: "Ya, dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan Termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)". (Al Qur’an, Surah al ‘Araf, ayat 113-114)

Dari unsur militer, Al Qur’an menceritakan keberadaan bala tentara yang menjadi budak politik fir’aun pada ayat-ayat berikut : “Kemudian Fir’aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. (Fir’aun berkata): “Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil. Dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita. Dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga”. Maka kami keluarkan Fir’aun dan kaumnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia. (Q.S. Asy-Syu’ara 26:53-58). “Maka Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit.” (Q.S. Asy-Syu’ara 26:60).

Dari kalangan masyarakat, maka Bani Israel banyak yang kemudian tergiur memuja fir’aun dan meninggalkan Nabi Musa. "Akulah tuan kalian, aku menyediakan semua kebutuhan kalian. Lihatlah (Nabi) Musa, ia tak memiliki emas. Ia hanyalah orang miskin," kata Firaun dalam satu pertemuan dengan rakyatnya termasuk bani Israil.

Bani Israil pun sekejap langsung percaya dengan kata-kata firaun. Lupa sudah bahwa raja mereka itu telah menindas, bahkan membunuh anak-anak mereka. Namun, mereka teperdaya dengan kilauan emas dan perak. Lupa sudah nabi mereka Musa yang selalu menyeru hak mereka untuk lepas dari belenggu sebagai budak firaun.

Mereka dengan mudahnya tergiur janji Firaun yang akan memenuhi segala kebutuhan hidup mereka, meski janji itu palsu belaka. Dalam keteperdayaan dan kebodohan itu, Bani Israil serta-merta menaati Firaun dan mengabaikan panggilan Musa. Mereka tergiur godaan dunia. Musa dicela, tak dianggap sebagai utusan Allah.

Namun, karena kesesatan dan kezoliman rezim fir’aun, meski ditopang oleh berbagai komponen kekuatan sosial, namun pada akhirnya dijungkalkan oleh Allah. Sementara Nabi Musa yang membawa kebenaran agama Allah, meski tampak lemah dimata manusia, tetap diberikan pertolongan dan kemenangan oleh Allah. Terjungkalnya rezim fir’aun dan diawetkannya jasad fir’aun diabadikan dalam Al Qur’an sebagai pelajaran hidup.

“Lalu kami wahyukan kepada Musa: “Pukulah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan di sanalah kami dekatkan golongan yang lain. Dan kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan kami tenggelamkan golongan yang lain itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. “(Q.S. Asy-Syu’ara 26:63-68).

Entah sudah berapa jumlah bayi, anak-anak dan wanita yang menjadi korban kebiadaban tentara Israel. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan tidak ada pembenaran atas pemboman warga sipil di Jalur Gaza . Meskipun mengakui hak Israel untuk melindungi diri, namun Macron mendesak negara Zionis itu untuk menghentikan pemboman di Jalur Gaza. Berbicara sehari setelah konferensi bantuan kemanusiaan di Paris mengenai perang di Gaza, Macron mengatakan bahwa kesimpulan yang jelas dari semua pemerintah dan lembaga yang hadir. "De facto - saat ini, warga sipil dibom - secara de facto. Bayi-bayi ini, para wanita ini, orang-orang tua ini dibom dan dibunuh. Jadi tidak ada alasan untuk itu dan tidak ada legitimasi. Jadi kami mendesak Israel untuk berhenti," imbuhnya seperti dikutip dari BBC, Sabtu (11/10/2023).

Sedikitnya 4.651 warga Palestina, termasuk 1.873 anak-anak, tewas dalam serangan Israel di Gaza, sementara Israel mencatat lebih dari 1.400 warganya tewas akibat konflik terbaru tersebut. Kini, Gaza mengalami krisis kemanusiaan yang parah karena tidak adanya listrik, sementara air, makanan, bahan bakar, dan pasokan medis hampir habis.

Meski demikian jahat, sebagaimana fir’aun di zaman dahulu, banyak negara atau masyarakat yang justru membela Israel, meski telah jelas melakukan genosida atas bayi, anak-anak dan wanita Palestina. Kini, negara-negara di dunia terpecah menjadi dua kubu, ada yang mendukung Israel dan ada pula yang mendukung Palestina. Dukungan dan kecaman terus diserukan, baik oleh mereka yang pro Israel maupun mereka yang pro terhadap kemerdekaan Palestina. 

Sementara negara yang berada di Asia, ada sejumlah negara yang mendukung berdirinya zionis Israel secara utuh dengan menjalin hubungan diplomatik. Dukungan mengalir dengan bentuk pernyataan maupun bantuan yang dikeluarkan oleh pemimpin negara tersebut. Tujuh negara di Asia pendukung Israel adalah : Singapura, India, Thailand, Vietnam, Nepal, Filipina dan Myanmar.

Setidaknya ada enam Negara Barat yang mendukung Israel, diantaranya adalah Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Kanada menegaskan kembali dukungan mereka terhadap "hak Israel untuk mempertahankan diri melawan terorisme". “Para pemimpin menegaskan kembali dukungan mereka terhadap Israel dan haknya untuk mempertahankan diri dari terorisme, dan menyerukan kepatuhan terhadap hukum kemanusiaan internasional, termasuk perlindungan warga sipil,” kata pernyataan bersama keenam negara tersebut, yang diunggah di situs resmi Pemerintah Inggris, Ahad (22/10/2023) malam.

Pernyataan itu muncul setelah pembicaraan berlangsung antara Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni. Mereka menyatakan kepuasan atas pembebasan dua sandera AS baru-baru ini oleh kelompok Hamas Palestina dan menyerukan pembebasan segera semua sandera lain yang masih ditahan.

Maka menjadi sangat sangat ironis jika ada umat Islam yang justru mendukung penjajah Israel. Lebih ironis lagi jika negeri-negeri muslim yang kini berjumlah 54 negara berdiam diri atas nasib saudaranya di Palestina. Kelak para pendukung israel, baik individu muslim maupun pemimpin negeri muslim harus bertanggung jawab di hadapan pengadilan Allah di akhirat karena telah berkhianat.
 
(Ahmad Sastra,11/11/23 : 22.00 WIb)

Oleh: Dr. Ahmad Sastra
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa

Sabtu, 11 November 2023

Pengamat: Konflik Palestina Harus Dilihat Secara Komprehensif



Tinta media - Pengamat Politik Internasional Budi Mulyana menilai bahwa konflik Palestina harus dilihat secara komprehensif.

"Konflik Palestina dan penjajah Yahudi yang memanas dipicu oleh serangan bertubi dari Hamas. Namun ini harus dilihat secara komprehensif, bukan dilihat sekedar dari satu peristiwa belaka sehingga kita bisa menilainya secara adil dan jernih," tuturnya kepada Tinta Media, Jum'at (10/11/2023).

Menurutnya, yang menjadi akar masalah dari konflik Palestina dan Penjajah Yahudi adalah penjajahan Yahudi terhadap bumi Palestina dan ini tidak sekedar penjajahan, sebagaimana pada masa kolonialisme barat. Namun penjajahan yang disetting sedemikian rupa yang melibatkan proses perubahan konstelasi internasional. Sehingga bisa memahami mengapa konflik ini tidak kunjung selesai.

"Karena memang ada perubahan dari setting global yang mendukung penjajahan Yahudi terhadap bumi Palestina," ujarnya.

"Yahudi bisa menjajah Palestina setelah mereka ‘dipersilakan’, disiapkan oleh Inggris untuk mendiami Palestina," tambahnya.

Ia melanjutkan bahwa setelah Inggris dan Perancis memenangkan Perang Dunia I, mengalahkan Jerman dan Khilafah Turki Utsmani. Dan menjadikan wilayah Palestina yang awalnya berada dalam wilayahnya Khilafah Turki Utsmani menjadi wilayah yang mereka duduki.

Dan proses ini dilanjutkan dengan migrasi besar-besaran Yahudi ke Palestina. mendudukinya. Disiapkan negaranya. Dan dikokohkan pasca Perang Dunia II, dengan hadirnya rezim internasional, PBB dan instrumennya.
"Maka tidak heran bila penjajahan Yahudi ini seolah mendapatkan support dari dunia internasional. Dengan solusi tetap menjaga eksistensi Yahudi Penjajah," terangnya.

Ia memandang bahwa harus ada perubahan konstelasi internasional. Harus ada negeri muslim yang berpengaruh dalam konstelasi global dan mengubah tatanan ke arah tatanan global yang mengembalikan situasi Palestina kembali kepada pemiliknya. "Tanpa itu, maka masalah Palestina akan terus dalam situasi seperti ini," pungkasnya.[] Ajira

Jumat, 10 November 2023

BEBASKAN PALESTINA DARI PENJAJAHAN ZIONIS YAHUDI


 
Tinta Media - Menyikapi apa yang terjadi pada rakyat Palestina. DPP LBH Pelita Umat menyampaikan Pernyataan Hukum, sebagai berikut: 
 
Pertama, Bahwa kami sangat mengecam atas tindakan biadab israel dan mengecam pemimpin-pemimpin negeri-negeri muslim yang tidak memiliki keberanian mengirimkan segala daya upaya untuk membantu rakyat Palestina termasuk keberanian mengirimkan militer; 
 
Kedua, Bahwa yang terjadi bukanlah konflik, melainkan penjajahan zionis yahudi terhadap rakyat palestina dengan cara mengambil, merampok dan menggusur tanah air serta mengusir rakyat Palestina. Solusi 2 (dua) negara israel dan palestina sangat tidak layak digaungkan, hanya orang yang berputus asa dan tidak memiliki keberanian yang rela hidup berdampingan dengan penjajah; 
 
Ketiga, Bahwa penjajahan zionis yahudi bermula pasca melemah dan runtuhnya Khilafah Ustmani/Ottoman Turki. Penjajahan dimulai dari peristiwa Perjanjian Sykes-Picot pada 1916 antara Inggris dan Prancis. Inggris dan Prancis membagi peninggalan Khilafah Utsmaniyah / Ottoman Turki di wilayah Arab. Pada perjanjian tersebut ditegaskan bahwa Prancis mendapat wilayah jajahan Suriah, Lebanon, Afrika (Mesir, Ethiopia, Libiya dll) sedangkan Inggris memperoleh wilayah jajahan Irak dan Yordania. Sementara itu, Palestina khususnya old city dijadikan status wilayahnya sebagai wilayah internasional. Pada tahun 1917 Pemerintah Inggris melalui Menteri Luar Negeri, Arthur Balfour mengirimkan surat kepada pemimpin Yahudi Inggris, Lord Rotschild bahwa Pemerintah Inggris menyerahkan Palestina kepada Mereka; 
 
Keempat, Bahwa hari Senin, 16 Oktober 2023 Kami akan mengirimkan surat laporan kepada ICC (International Criminal Court) dan ICJ (International Court of Justice) mendesak untuk mengadili dan memberikan putusan yaitu Israel dan pemimpinya dinyatakan sebagai pelaku kejahatan perang; Membatalkan Perjanjian Sykes-Picot dan deklarasi Balfour dikarenakan bertentangan dengan hukum internasional; dan menyatakan Israel tidak sah sebagai negara berdasarkan Statuta Roma dan Pasal 5 Putusan (Resolusi) 1514 (XV) dalam sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa PBB, pada tanggal 14 Desember, 1960, memerintahkan: _“Untuk menyerahkan segala kekuasaan kepada bangsa penduduk asli dari wilayah-wilayah jajahan itu, dengan tidak bersyarat apa-apapun, menuruti kemauan dan kehendak mereka itu sendiri yang dinyatakan dengan bebas, dengan tiada memandang perbedaan bangsa, agama atau warna kulit mareka, supaya mareka dapat menikmati kemerdekaan dan kebebasan yang sempurna.”_ 
 
Demikian 
 
Jakarta, 15 Oktober 2023

DPP LBH PELITA UMAT

Referensi : PERNYATAAN HUKUM LBH PELITA UMAT 
Nomor. 13/PH/DPP LBH PU/X/23 

Oleh: Chandra Purna Irawan
Ketua LBH Pelita Umat

Selasa, 07 November 2023

YAHUDI TANPA ZIONIS



Tinta Media - Di sela kekejian yahudi membantai muslimin Palestina hari-hari ini, ada sebagian muslimin yang terseret opini penjajah itu untuk membersihkan nama mereka.

Opini itu mengatakan bahwa yang jahat adalah zionis, bukan yahudi atau bangsa israel.

Muslimin yang terseret opini itu lupa, bahwa di dalam Al Quran Allah menyebut mereka dengan sebutan yahudi atau bani israel, bukan zionis.

Sifat jahat dan buruk mereka telah subur sejak lama sebelum mereka membuat gerakan zionisme dan freemason.

Pernah, Rasulullah ï·º menjamin perlindungan keamanan kepada kaum yahudi dalam Piagam Madinah, selama mereka juga setia pada Daulah Islam.

Namun berkali-kali mereka berkhianat. Pengkhianatan terbesar mereka di Madinah adalah memihak musuh saat muslimin dikepung pasukan kafir Quraisy, Gathafan, dan yahudi Khaibar, saat perang Khondaq.

Saat itu zionisme belum ada. Tetapi sifat jahat mereka sudah sangat besar dan nyata. Allah terangkan jelas dalam Al Quran tentang semua itu.

Oleh karena itu, bagi muslimin yang berpegang teguh pada Al Quran dan Sunnah, serta mengambil pelajaran dari Sirah Nabawiyah, tidak perlu menutupi kejahatan yahudi israel dengan membedakannya terhadap zionisme.

Tanpa zionisme sekalipun, kejahatan yahudi israel tetap nyata di dalam Sirah Nabawiyah dan Ayat-ayat Al Quran.

Solo 021123
IG @doniriw
t.me/doniriw_channel

#yahudiTanpaZionis #doniriw

Oleh: Doni Riw
Influencer Dakwah

Entitas Yahudi yang Diklaim Tidak Terkalahkan, Hanyalah Sarang Laba-Laba


 
Tinta Media - Dalam sebuah orasi yang menggetarkan, Syaikh Ahmad al-Qashash menegaskan bahwa entitas Yahudi yang diklaim tidak terkalahkan hanyalah sarang laba-laba.
 
“Entitas Yahudi yang diklaim tidak terkalahkan hanyalah sarang laba-laba! Entitas kartun yang dapat dikalahkan dalam sekejap mata jika ada keputusan (kemauan) pada pasukan tentara kaum muslimin,” ujarnya dalam orasi di Anour Square Tripoli Al-Syam yang diputar ulang melalui kanal Youtube Justice Monitor, Kamis (2/11/2023).
 
Untuk mengalahkan Yahudi, menurutnya, tidak perlu semua tentara, cukup dengan setengahnya bahkan cukup dengan seperempatnya, bahkan cukup dengan sepersepuluhnya saja dari tentara kaum Muslim.
 
“Sungguh umat Islam telah dikenal sebagai umat pemberani seperti singa! Umat yang sangat heroik!” ucapnya bangga.
 
Ia melanjutkan, saat ini umat sedang menanti kebangkitan tentara kaum muslim di setiap tempat atau di berbagai wilayah untuk memenuhi jeritan umat Islam di Gaza.
 
“Namun jeritan itu jauh di dalam lembah, hingga tidak terdengar oleh seorang pun dari para penguasa zalim dan korup, hingga tidak terdengar oleh seorangpun dari pimpinan militer dan perwiranya, sampai sekarang. Sebab hati telah mati dari rasa empati! Dan mereka telah diselimuti kehinaan demi kehinaan, serta tunduk pada kaum penindas dan tiran!” sedihnya menyesalkan kenyataan yang ada saat ini.
 
Ia menganggap para penguasa itu sebagai pengecut.
 
“Sekarang saya tidak akan menyeru para penguasa budak singgasana . Mereka bukan bagian dari kita, dan kita bukan bagian dari mereka. Akan tetapi saya menyeru orang yang di dalam dirinya ada sisa agama, ada sisa keimanan, ada sisa shalat, sisa kejantanan, sisa ksatria! Kapan! Kapan Anda merindukan untuk menolong agama Anda?! Kapan Anda merindukan untuk menolong umat Anda?! Kapan Anda merindukan untuk meraih mati syahid di jalan Allah?!” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 

Minggu, 05 November 2023

SIAPA YANG PEGANG KENDALI ENTITAS YAHUDI?



Tinta Media - Entitas Yahudi tidak sekuat yang kita bayangkan. Kebutuhan air bersih mereka dipasok dari Yordania. Kebutuhan minyak mereka dipasok dari Kazakhstan, Azherbaijan dan Nigeria. Lebih dari separuh kebutuhan minyaknya dipasok dari ketiga negara itu.

Meskipun Zionis baru-baru ini menemukan gas alam, namun jika menyangkut minyak, mereka harus mengimpor seluruh konsumsi minyak hariannya, yaitu 250.000 barel per hari (b/d).

Kazakhstan sendiri memasok 30% konsumsi minyak Israel. Peran penguasa Muslim dalam memenuhi kebutuhan minyak Entitas Zionis tidak hanya berhenti sampai disitu. Karena Zionis tidak berbagi perbatasan dengan para pemasok minyaknya, bagaimana mereka bisa mendapatkan minyaknya?

Minyak Kazakhstan dan Azherbajan sampai ke entitas Zionis melalui pipa Baku-Ceyhan dan Kirkuk-Ceyhan yang melintasi Turki. Turki memainkan peran sentral dalam transfer energi ke penjajah Zionis.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada banyak perbincangan sengit dari para penguasa Muslim, mereka memiliki kekuatan yang dapat menghentikan mesin militer genosida Zionis.

Mengapa ini penting? Karena minyak merupakan hidrokarbon yang penting bagi negara-negara industri modern dan meskipun Timur Tengah diberkati dengan minyak, namun tidak satupun ini terdapat di wilayah pendudukan Palestina.

Andai Kazakhstan, Azherbajan, Nigeria menghentikan pasokan minyak untuk Israel, begitu juga Turki, menutup saluran untuk membawa minyak dari ketiga negara itu ke Israel, ditambah pasokan air bersih dari Yordania ditutup, apa yang terjadi?

Ini seperti yang dilakukan oleh Rusia dengan menyetop pasokan gas ke Eropa, maka Eropa pun kelimpungan. Dari sini kita tahu, bagaimana pengkhianatan penguasa kaum Muslim terhadap Palestina, khususnya Gaza

Di sisi lain, pembantaian yang dilakukan oleh entitas Yahudi ini juga merupakan cara Allah membuka semua topeng penguasa di dunia Islam.

Di sisi lain, Allah juga menyiapkan makhluk dan generasi terkuat dan terbaik untuk mengemban risalah-Nya yang dulu pernah diemban oleh orang-orang Arab di Jazirah Arab. Ini persis seperti isyarat Nabi tentang kembalinya Khilafah di Baitul Maqdis, Peperangan Akhir Zaman di sana.

#FreePalestine

Oleh: KH. Hafidz Abdurahman, M.A.
Khadim Ma’had Wakaf Syaraful Haramain

Jumat, 03 November 2023

IJM: Penjagaan Para Penguasa Arab Terhadap Yahudi Seperti Belati yang Ditancapkan di Jantung Umat


 
Tinta Media - Merespon penjagaan para penguasa Arab terhadap entitas Yahudi, Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) mengatakan pembelaan itu seperti belati yang ditancapkan di jantung umat.
 
“Para penguasa Arab itu, berbondong-bondong menuju ke puncak aib baru untuk melindungi kepentingan Amerika dan menjaga entitas Zionis Yahudi seperti belati yang ditancapkan ke jantung umat,” ujarnya dalam video: Gaza Lautan Api, di kanal Youtube Justice Monitor, Selasa (1/11/2023).
 
Agung menyesalkan, para penguasa Arab pandai membuat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dengan menyusun rencana untuk berkonspirasi melawan Gaza dan Umat, dengan menyelesaikan masalah sesuai dengan visi Amerika dan dengan cara yang melayani kepentingannya.
 
“Kami heran mengapa para penguasa itu tidak peduli bergegas menolong Palestina? Sebaliknya mereka memprioritaskan tahta mereka yang rentan runtuh, kursi yang bengkok, dan memburu kekayaan, status, dan kekuasaan yang menyertainya. Bahkan menjadi perisai terbesar yang melindung enititas penjajah,” geramnya.
 
Karena itu meski Presiden Tuki Recep Thayyib Erdogan menyalahkan barat atas serangan kejam Zionis Yahudi yang nyaris tanpa henti di Gaza, serta menuduh Barat ingin menciptakan perang salib, Agung menilai pernyataan itu tidak mungkin bisa menohok Barat karena tidak disertai aksi nyata.
 
“Mengapa ada orang-orang yang memiliki pangkat dan lencana tetapi seakan tak peduli, sementara ada umat sedang dibantai di depan mata mereka. Apakah pemandangan darah mengalir dan rumah-rumah yang dihancurkan tidak menggoncang mereka? Bahkan rumah sakit dan masjid pun tidak luput dari serangan penjajah. Apakah sistem kapitalisme serta investasi yang ditawarkannya begitu memikat?” kesalnya.
 
Palestina sedang memanggil. “Tidak sekedar retorika tapi berangkatkan pasukan untuk betul-betul melawan Zionis Yahudi dan negara-negara barat yang menjadi pendukungnya,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi
 
 
 

Minggu, 04 September 2022

Hubungan Penuh Turki-Israel, FIWS: Tak Lepas dari Kondisi Politik Ekonomi Rezim Erdogan

Tinta Media - Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Ustaz Farid Wadjdi mengatakan, terjalinnya kembali hubungan penuh antara Turki dengan penjajah Yahudi tak bisa dilepaskan dari kondisi politik dan ekonomi rezim Erdogan saat ini.

“Jadi, kalau kita lihat, faktor-faktor yang mungkin membuat rezim Erdogan melakukan perubahan-perubahan dalam kebijakan politik luar negerinya belakangan ini, termasuk menjalin kembali hubungan penuh dengan penjajah Yahudi, tidak bisa dilepaskan dari kondisi politik dan ekonomi yang dihadapi oleh Erdogan sekarang di Turki,” tuturnya dalam Rubrik Menjadi Politisi Muslim : “Kembalinya Hubungan Penuh Turki-Israel, Ada Apa?” di kanal Youtube Peradaban Islam ID, Senin (29/8/2022).

Menurutnya, kondisi politik di Ankara, Turki saat ini berada pada posisi dimana dukungan masyarakat terhadap Erdogan menurun. Kondisi ini, imbuhnya, sangat mengkhawatirkan mengingat, tak lama lagi akan diadakan pemilu. “Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap dukungan terhadap rezim Erdogan,” ungkapnya.

Ustaz Farid menjelaskan, penyebab menurunnya dukungan rakyat Turki terhadap Erdogan tak bisa lepas dari kondisi ekonomi Turki yang sementara mengalami goncangan. Ia menambahkan, kondisi nilai mata uang Turki, Lira terus menurun. Begitu pula dengan pendapatan negara dari sektor pariwitasa yang juga menurun sebagai dampak pandemi Covid-19 yang dialami dunia.

“Kita tahu, salah satu andalan utama pemasukan ekonomi Turki adalah pariwisata. Sementara ketika pandemi kemarin terjadi kemerosotan. Hal ini kemudian menimbulkan inflasi yang cukup tinggi serta memburuknya kondisi ekonomi,” imbuhnya.

Selain itu, menurut Ustaz Farid, hubungan penuh Turki-Israel juga tidak bisa lepas dari harapan rezim Erdogan untuk mendapat dukungan Amerika Serikat. 

“Hampir semua penguasa-penguasa negeri Islam itu, sepertinya selalu berharap restu dari Amerika. Karena ini akan sangat menentukan stabilitas kekuasaan mereka. Hal ini juga yang tampaknya diperhatikan oleh Erdogan,” tegasnya. 

Sementara itu, menurutnya, kebijakan Amerika selama ini selalu mendorong negara regional di Timur Tengah maupun di luar Timur Tengah untuk mengakui entitas penjajah Yahudi. “Jadi, ini menjadi tuntutan Amerika juga terhadap Turki untuk secara penuh kembali menjalin hubungan normal dengan entitas penjajah Yahudi ini,” katanya.

Ditambah lagi, menurutnya, upaya Erdogan yang tampak ingin menjadi pemimpin di dunia Islam mengalami tantangan cukup berat. Awalnya, Erdogan berharap Arab Spring dan krisis Suriah menjadi harapan bagi rezim Erdogan memimpin dunia Islam. Namun, kondisi politik di Timur Tengah telah berubah. Lanjutnya, alih-alih memimpin dunia Islam, justru terjadi gesekan antara rezim Erdogan dengan sejumlah negara di Timur Tengah.
 
“Posisinya karena berseberangan dengan Saudi Arabia, berseberangan dengan UEA, begitu juga dengan Mesir, Negara-negara yang cukup signifikan pengaruhnya di Timur Tengah, menjadikan posisi Erdogan sulit. Hal ini cukup mempengaruhi ekonomi Turki ,” pungkasnya.[] Ikhty
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab