Tinta Media: Walhi
Tampilkan postingan dengan label Walhi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Walhi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Januari 2024

Khilafah News: Teknologi CCS Solusi Palsu Pencegah Pemanasan Global dan Krisis Iklim



Tinta media - Narator Khilafah News menyampaikan kritik WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) bahwa teknologi Carbon Capture Storage (CSS) adalah solusi palsu pencegah pemanasan global dan krisis iklim di Indonesia. 

“Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menyoroti teknologi Carbon Capture Storage (CSS)  atau Carbon Capture Utilization and Storage (CSUS) sebagai solusi palsu untuk mencegah pemanasan global dan krisis iklim di Indonesia,” paparnya pada rubrik Kabar Pagi: Carbon Capture Storage, Istilah yang dipakai Gibran di Debat| Solusi Palsu, di kanal Youtube Khilafah News, Kamis (4/1/2024). 

Narator juga menyampaikan, Manajer kampanye tambang energi WALHI Fany Trijambore melihat bahwa penerapan teknologi tersebut hanya memperkeruh dampak buruk dari penggunaan bahan bakar fosil sebagai penunjang pemanasan global. 

“Proyeksi kegagalan dari proyek CCS atau CCUS yang dihimpun oleh hasil riset Institute for Energi Economic and Finanal Analysis (IEEFA), hasil riset mereka menunjukkan bahwa 13 proyek CCS atau CCUS berskala besar di seluruh dunia hanya menghasilkan 39 juta ton CO2 per tahun.  Angka ini hanya sekitar 1/10.000 dari total 36 miliar ton emisi yang dibuang ke atmosfer pada 2021. IEEFA menunjukkan CCS atau CCUS adalah teknologi yang sepanjang sejarahnya gagal mencapai tujuannya atau gagal memenuhi ekspektasi,” paparnya  mengutip kritik WALHI. 

Ia menambahkan, menurut WALHI proyek CCS atau CCUS  tidak lagi layak untuk diterapkan termasuk di Indonesia. 

“Sikap pemerintah Indonesia yang akan tetap menjalankan 16 proyek berbasis CCS atau CCUS di bawah mandat Kementerian ESDM harus dikritisi,” imbuhnya. 

Oleh karena itu, ucapnya,  tidak boleh lagi ada proyek-proyek hulu migas baru yang akan beroperasi dalam jangka waktu lama. 

“Begitu pula dengan pertambangan batu bara baru, perluasan tambang  atau pembangkit listrik tenaga batu bara baru,” tambahnya. 

Problem 

Narator juga menyampaikan kritik WALHI terkait eksplorasi dan pembangunan kilang minyak yang  masih menjadi problem. 

“Seolah di sana ada kepentingan berbagai pihak yang mencari keuntungan di balik ruwetnya pengelolaan migas di Indonesia. Adanya berbagai kepentingan dengan tujuan motif ekonomi semata dan orientasi pengelolaan migas yang kapitalistik. Inilah yang menyebabkan berbagai intrik dan permainan di dalam pengelolaan migas sehingga terkesan berlarut-larut hanya untuk kepentingan segelintir elite,” tuturnya.


Menurut Narator, sumber daya alam rakyat seakan dijadikan sapi perahan dan dianggap sebagai pasar yang potensial untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. 

“Kesengsaraan perekonomian rakyat adalah imbas dari penerapan ekonomi liberal yang mengerucut pada beberapa faktor yakni sudut pandang yang tidak ideologis dari para penguasa dan lemahnya visi politik,” tandasnya.[] Raras
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab