Tinta Media: Waktu
Tampilkan postingan dengan label Waktu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Waktu. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 Februari 2024

Sudah Waktunya Muslim Bersatu


Tinta Media - Dahulu 1400 tahun kurang lebih umat Islam  bersatu padu dalam kesatuan negara Islam  global yang sangat solid yang membentang hampir 20 juta kilometer persegi. Persatuan ini memiliki dasar historis yang tidak terbantahkan, dimulai sejak Rasulullah Saw membentuk negara Islam  di Madinah, kemudian di lanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin serta di ikuti era Kekhilafahan Umayah, era Kekhilafahan Abbasiyah dan era Kekhilafahan Utsmaniyah. Pada era-era ini umat Islam  global bersatu dalam satu konstitusi yang hukum syariat sebagai sumber hukumnya. 

Peristiwa  memilukan pun terjadi di mana Mustafa Kemal Attaturk yang saat itu sebagai kaki tangan Inggris berhasil meruntuhkan konstitusi Islam  global ini di era ke Khilafahan Turki Utsmani pada tahun 1924. Dimulailah perpecahan umat Islam  secara brutal. Khilafah Islam terpisah kurang lebih 50 negara Islam  dibawa payung pemahaman nasionalisme dan negara bangsa. Pada akhirnya merobek  ukhuwah islamiyah yang sudah terbangun sejak lama. 

Negara Palestina salah satu yang turut merasakan efek samping dari perpecahan nasionalisme dan negara bangsa ini. Sejak Palestina di jajah oleh zionis Yahudi sejak tahun 1948, saudara Muslim di Palestina nyaris berjuang sendiri dalam melawan pendudukan zionis terhadap tanah mereka dan tanah suci umat Islam itu. Terhitung 75 tahun lamanya Palestina menderita. Padahal secara geografis Palestina di kelilingi negara-negara Islam  yang besar dan mumpuni dari segi militer. 

 Sudah berpuluh ribu nyawa kaum Muslim Palestina yang terenggut. Rumah para penduduk yang di ratakan dengan tanah. Muslimah yang dinistakan kehormatannya. Anak-anak yang terbunuh akibat rudal yang di tembakkan secara membabi buta oleh zionis Yahudi yang terlaknat. 

 Nasionalisme yang sudah seperti kanker yang mendarah daging dalam tubuh negara-negara Muslim membuat mereka tidak mampu melakukan perlawanan nyata dalam mengusir penjajah yang menjarah negeri dan membantu saudara Muslim mereka. Sekat kebangsaan juga membuat para pemimpin negara-negara Muslim ini seperti tidak merasakan esensi dari ukhuwah islamiah yang seharusnya menganggap masalah seluruh kaum Muslim di negara mana pun merupakan tanggung jawab saudaranya di belahan bumi mana pun. Termaksud kebebasan Palestina merupakan kewajiban dan tanggung jawab saudara Muslimnya di mana pun berada. 

 Di negeri kita sendiri, ukhuwah islamiah masih sangat mudah terguncang. Kita bisa lihat sikap resah dan tak terima sebagian masyarakat kita saat kedatangan saudara Muslimnya dari etnis Rohingya yang di tindas oleh rezim Budha di negeri mereka sendiri. Malah banyak yang memunculkan narasi-narasi ketakutan dan kekhawatiran yang sepele seperti akhlak, cara makan, serta anggapan bahwa Muslim Rohingya datang sebagai bibit penjajah baru yang sebenarnya merupakan asumsi liar yang terus diulang dan di besar-besarkan tanpa memahami akar persoalan mendasar. Dan narasi ini semakin memperbesar rasa perbedaan dan ketidakpedulian Muslim di negeri kita terhadap saudara Muslimnya yang berbeda ras dan teritori. 

 Fakta-fakta ini sangat ironis dan tidak berbanding lurus dengan yang diperintahkan Allah Swt. dalam Al-Qur'an dan Al-Hadis bahwa kaum Muslim bersaudara dan di ibaratkan satu tubuh. 

 Perlu kita sadari bahwa menjaga dan memelihara ukhuwah islamiah merupakan sebuah kewajiban seluruh kaum Muslim. Sebab itu, merusak ikatan persatuan umat dan ukhuwah islamiah adalah dosa, sama dengan meninggalkan kewajiban yang diperintahkan dalam Islam  lainnya. Dalil-dalil yang bersumber dari Al-Qur'an dan al-Hadis sudah sangat jelas. 

Dalil pertama Allah Swt berfirman 

Sungguh kaum Muslim itu bersaudara. Karena itu damaikanlah di antara saudara kalian… (TQS al Hujurat [49]  10). 

 Dalil ini merupakan tersurat bahwa persaudaraan kaum Muslim itu di ikat oleh akidah, bahkan lebih kuat dari persaudaraan nasab. 

Dalil kedua Allah Swt berfirman 

Berpeganglah kalian semua pada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai berai… (TQS Ali-Imran [3]: 103). 

 Secara tersurat ayat ini kita di perintahkan untuk berpegang pada tali agama Allah Swt. dan jangan bercerai-berai. 

Dalil ketiga Allah Swt berfirman: 

Yang di perintahkan ini adalah jalan ku yang lurus. Karena itu ikutilah jalan tersebut dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain karena jalan itu mencerai beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian adalah yang di perintahkan Allah kepada kalian agar kalian bertakwa… (TQS al-An’am [6]  153). 

 Secara jelas ayat di atas menunjukkan bahwa jika kaum Muslim tidak benar-benar mengikuti jalan Islam  dan mengikuti jalan-jalan selain Islam , maka akan menjadikan kaum Muslim tercerai-berai. Sama seperti kenyataan yang terjadi saat ini di mana  akidah sekularisme menjadi jalan dan pandangan hidup, maka terjadilah perpecahan kaum Muslim, yang kenyataan ini jarang kita sadari. 

 Dari peristiwa diamnya para pemimpin negara Islam  terhadap aksi genosida besar-besaran yang menimpa saudara Muslim kita di Palestina dan terbengkalainya urusan-urusan kaum Muslim yang lain seperti Muslim Rohingya seharusnya sudah menggugah kesadaran kita betapa berbahayanya keterpecahan yang dilandasi konsep nasionalisme dan negara bangsa ini. Membuat kita merasa asing terhadap saudara seiman hanya karena berbeda ras, suku, golongan dan batas-batas teritorial. Padahal dalam sebuah Hadis Rasulullah Saw bersabda: 

“Tidak termasuk golongan kami orang yang menyerukan ‘ashabiyah. Tidak termasuk golongan kami orang yang berperang atas dasar ‘ashabiyah. Tidak termasuk golongan kami orang yang mati atas dasar ‘ashabiyah” (HR Abu Dawud) 

 Agenda besar umat Islam  hari ini sudah seharusnya menyibukkan diri untuk meraih kembali persatuannya di bawah institusinya, yaitu Khilafah Islamiah yang sudah di contohkan oleh baginda Nabi Saw dan menjadi jimak para sahabat. Hanya dengan kembalinya kaum Muslim pada hukum Islamlah persatuan bisa di raih sesuai dengan yang di firmankan Allah Swt dalam QS al-An’am [6]: 153.  Persatuan kaum Muslim global inilah yang akan menjaga hukum Islam terselenggara secara keseluruhan juga menjaga darah dan kehormatan seluruh kaum Muslim di seluruh dunia. Wallahu a’lam bi ash-shawab.



Oleh: Saffian
Sahabat Tinta Media 

Minggu, 02 Juli 2023

Bangkitkan Spiritualitas Anda dan Nikmati Perjalanannya

Tinta Media - Sobat, kita diberikan 86.400 detik  setiap  hari. Waktu ini  tidak dapat digantikan esok hari. Sekali detik-detik  tersebut hilang, mereka  akan  hilang selamanya. Maka  manfaatkan  setiap  detik sebaik-baiknya. Ingatlah kata-kata  tanpa tindakan tiada artinya; Lakukan sesuatu! 
Salam Dahsyat dan Luar biasa ! ( DR. N. Faqih Syarif M.Si  )

Sobat, Tulisan ini sebagai pengantar Buku karya Santri Al-Amri Leces Probolinggo sebagai apresiasi kepada mereka untuk terus berkarya dan membuat tanda di alama semesta.

Kali ini  saya  akan  membahas salah satu aspek  penting dalam meraih kesuksesan dan keberkahan hidup yaitu  bangun etos kerja dengan kekuatan Iman. Iman  itu bukan sekedar percaya tetapi yakin  akan  adanya Allah dan Pertolongan-Nya serta rela ridho dan taat kepada-Nya.  Bagaimana  kita  membangkitkan Spiritualitas  kita :

1.  Lihatlah  dengan  “mata hati”  kita. Setiap  menghadapi persoalan hidup atau  mau melakukan sesuatu  hendaknya  kita menjadikan Aqidah menjad landasan berfikir ini benar atau salah? Apakah ini  sesuai dengan keridhoan Allah atau tidak?

2. Terbukalah  dengan  intuisi  pengalaman indera keenam. Seringkali kita  mendapat pelajaran dan hikmah  yang berharga dari Allah  melalui suatu kejadian yang itu  membuat  pengalaman spiritual yang membahagiakan  yang tidak bisa diukur dengan  materi.

3. Kita  semua  tertawa dan  menangis  dalam  bahasa  yang sama. Artinya  nikmati dan jangan terlalu gembira dan juga jangan terlalu bersedih itulah rona-rona  kehidupan yang mesti kita jalani.

4. Hapuslah  “debu”   dari  “Cermin”. Sering-seringlah  kita  melakukan  muhasabah  diri. Kata Umar bin Khaththab, “Hisab-hisablah dirimu, sebelum datangnya yaumul hisab.”

5. Ciptakan  keseimbangan  dengan  memberi waktu  untuk terus membangun spiritualitas / kedekatan diri kepada Allah SWT  dalam  hari-hari  kita. Kehidupan  adalah  misteri yang  harus  dijalani, bukan  untuk dipecahkan. Nikmatilah  ketidaktahuan, di situlah Allah senantiasa  hadir. 

6. Berikan  nilai spiritual  pada  tugas-tugas atau pekerjaan kita. Sholat dan kontemplasi akan  mengembalikan  kita  pada  alam sejati.

7. Pada  akhirnya, kita  semua  akan  mati  dan menghadap Allah. Apa  yang sudah kita persiapkan ketika nanti  menghadap  ke  haribaan-Nya.  Layaknya  aroma  bunga, walau  tidak terlihat  tetapi ada,  begitu pula  jiwa yang ada  pada setiap orang. Jalani hidup  kita  seperti yang  kita harapkan saat kita sekarat.

Sobat, kita  hidup di dunia ini  ada di antara  dua titik yakni  titik kelahiran  dan titik  kematian   dan di situlah ladang  amal shalih di mana Allah  banyak  mengundang kita  untuk  melakukan  kebajikan  sebagai  bekal hidup  setelah  mati.

Sobat,  nikmati  perjalanannya. Hari ini adalah  takdir kita. Tak ada hari kemarin  atau esok lakukan yang terbaik hari ini.  Waktu akan  berkembang jika  kita  menjalani setiap saatnya.

Sobat, bukanlah apa  yang kita  miliki, melainkan jati diri kita. Lakukan satu hal pada satu waktu, dan nikmatilah. Hidup  itu  singkat,  bagaikan  kedipan mata. Setiap  saat  merupakan  berkah  yang tak terhingga nilainya.

Sobat, kubur  kesedihan  kita dalam pasir. Saatnya  untuk  berbahagia , sekarang. Mulailah  kembali  hari-hari  yang segar. Kita tidak bisa  mentransfer  86.400  detik hari ini ke masa depan. Kebahagiaan  bukanlah  tujuan, melainkan  sebuah proses. Jangan  menunggu  hingga  saat yang tepat  untuk bahagia.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa ! 

Oleh: Dr. N. Faqih Syarif H., M.Si.  
Spiritual Motivator, Penulis  Buku The Power of Spirituality - Meraih Sukses Tanpa Batas, Dosen Pascasarjana UI Tribakti Lirboyo, Pembina PP Al-Amri Kyai Sekar Leces Probolinggo

Senin, 29 Mei 2023

Perhatikan dan Manfaatkan Waktumu

Tinta Media - Sobat. Waktu adalah masa yang  manusia (makhluk) itu hidup di dalamnya dan dia berada di atas permukaan tanah. Waktu adalah kehidupan sebagaimana yang dikatakan  oleh Asy-syahid Hasan Al-Banna rahimahullah, “Waktu lebih mahal daripada emas.”  Sedangkan zaman adalah usia baru bagi sebuah kehidupan, medan eksistensi manusia, yang di dalamnya bernaung, kelangsungan hidup, memberi manfaat dan mengambil manfaat. 

Sobat. Karakteristik waktu :
1. Berjalan cepat seperti jalannya awan dan berlari secepat angin.
2. Tidak mungkin mengembalikan waktu yang sudah lewat dan tidak mungkin mengulanginya.
3. Waktu merupakan sesuatu yang paling berharga yang dimiliki manusia.

Hari itu ada lima ; Hari yang telah lewat, hari sekarang, hari yang akan datang, hari yang dijanjikan dan hari pembalasan.

Inilah teriakan waktu yang memanggil sepanjang hari. "Wahai anak Adam! Sesungguhnya saya adalah makhluk baru yang menyaksikan amalmu, maka manfaatkanlah dariku karena saya tidak akan kembali hingga hari kiamat."

Allahumma Innaa nas-aluka sholaahassaa'aati wal barokati fiil auqaati.
"Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepadamu kebaikan di sepanjang waktu dan barokah di sepanjang masa."

Allah SWT firman :
فَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ حِينَ تُمۡسُونَ وَحِينَ تُصۡبِحُونَ وَلَهُ ٱلۡحَمۡدُ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَعَشِيّٗا وَحِينَ تُظۡهِرُونَ
“Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh, dan bagi-Nya-lah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu Zuhur.” ( QS. Ar-Rum (30) : 17-18 )

Sobat. Dalam kedua ayat ini, Allah memberi petunjuk kepada kaum mukmin tentang cara-cara untuk melepaskan diri dari azab neraka dan memasukkan mereka ke dalam surga. Allah memerintahkan mereka untuk menyucikan-Nya dari segala sifat yang tidak layak bagi-Nya, memuji dan memuja-Nya serta menyebut nama-Nya dengan segala sifat-sifat yang baik dan terpuji. Seakan-akan Allah berkata, "Jika kamu telah mengetahui dengan pasti nasib kedua golongan itu, maka sucikanlah Aku di waktu malam dan siang, di waktu petang dan pagi dengan berbagai amalan yang diridai-Nya."

Sobat. Ibnu 'Abbas berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tasbih (menyucikan Tuhan) di sini ialah salat lima waktu yang diwajibkan kepada kaum Muslimin. Lalu orang bertanya, "Dari perkataan apakah dipahami salat yang lima waktu itu?" Ibnu 'Abbas menjawab, "Dari perkataan "maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di malam hari", maksudnya ialah salat Magrib dan Isya. Perkataan "dan di waktu kamu berada di waktu subuh", maksudnya salat Subuh. Perkataan "dan di waktu kamu berada pada petang hari", maksudnya ialah salat Asar, dan perkataan "dan di waktu kamu berada di waktu zuhur", yaitu salat Zuhur.

Ibnu 'Abbas, Adh-ahhak, Sa'id bin Jabair, dan Qatadah berpendapat bahwa kedua ayat tersebut di atas hanya merupakan isyarat akan empat shalat yaitu shalat Magrib, Subuh, Asar, dan Zuhur. Sedangkan salat Isya (yang terakhir) tersebut pada ayat yang lain, yaitu firman Allah:
Laksanakanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan(laksanakan pula salat) Subuh. Sungguh, salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (al-Isra'/17: 78)

An-Nahhas, seorang ahli tafsir, juga berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut di atas berkenaan dengan salat lima waktu. Beliau mendukung pendapat 'Ali bin Sulaiman yang berkata bahwa ayat itu ialah bertasbih kepada Allah dalam salat, sebab tasbih itu ada dalam salat-salat tersebut.

Sobat. Imam ar-Razi berpendapat bahwa tasbih itu berarti "penyucian". Pendapat ini lebih kuat dan lebih utama, sebab dalam penyucian itu termasuk shalat. Penyucian yang disuruh ialah:
1.  Penyucian hati, yaitu itikad yang teguh.
2.  Penyucian lidah beserta hati, yaitu mengatakan yang baik-baik.
3.  Penyucian anggota tubuh beserta hati dan lidah, yaitu mengerjakan yang baik-baik (amal saleh).

Penyucian pertama di atas ialah pokok, sedang yang kedua adalah hasil yang pertama, dan ketiga adalah hasil dari yang kedua. Sebab seorang manusia yang mempunyai itikad baik yang timbul dari hatinya, tercermin dari tutur katanya yang baik. Apabila dia berkata maka kebenaran perkataannya itu akan jelas terlihat dalam tingkah laku dan segala perbuatannya. Lidah adalah penerjemah dari apa yang tebersit dalam hati. Sedangkan perbuatan anggota tubuh adalah perwujudan dari isi hati dan apa yang telah dikatakan lisan. 

Shalat adalah perbuatan anggota tubuh yang paling baik, termasuk di dalamnya menyebut Tuhan dengan lisan, dan niat dengan hati, dan itulah pembersihan yang sebetulnya. Apabila Allah berkata agar Dia disucikan, maka kaum Muslimin wajib untuk melaksanakan segala yang dianggap pantas untuk menyucikan-Nya.
Perintah menyucikan Allah merupakan perintah melaksanakan shalat. Pendapat ini sesuai dengan tafsir ayat 15 di atas. Sebab Allah menerangkan bahwa kedudukan yang tinggi dan pahala yang paling sempurna akan diperoleh orang-orang yang beriman dan beramal saleh.

Allah berfirman:
Maka adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, ma-ka mereka di dalam taman (surga) bergembira. (ar-Rum/30: 15) 

Dalam ayat ini, Allah menyatakan apabila telah diketahui bahwa surga itu suatu tempat bagi orang-orang yang beramal saleh, maka sucikanlah Allah dengan iman yang baik dalam hati, esakanlah Dia dengan lisan, dan beramal salehlah dengan mempergunakan anggota tubuh. Semuanya itu merupakan penyucian dan pemujian. Bertasbihlah kepada Allah agar kegembiraan di surga dan kesenangan yang dicita-citakan itu dapat dicapai.

Sobat. Ayat ini juga menjelaskan bahwa bukan hanya manusia satu-satunya makhluk yang bertasbih kepada Allah, tetapi semua makhluk yang ada di langit dan di bumi juga bertasbih dengan memuji-Nya. Hal ini jelas kelihatan dari ayat berikut ini:
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun. (al-Isra'/17: 44) 

Allah menjelaskan bahwa tasbih mereka kepada-Nya adalah untuk kemanfaatan mereka sendiri, bukan untuk Allah. Oleh karena itu, mereka wajib memuji Allah dengan cara bertasbih kepada-Nya. Hal ini telah difirmankan Allah seperti tersebut dalam ayat berikut ini:

Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, "Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar." (al-hujarat/49: 17) 

Para ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa maksud dari pujian-pujian bagi Allah itu adalah satu cara untuk mengagungkan Allah dan mendorong manusia untuk beribadah kepada-Nya, karena nikmat-Nya sangat banyak yang diberikan kepada manusia.

Dalam dua ayat ini diutamakan menyebut waktu-waktu yang layak untuk bertasbih karena tanda-tanda kekuasaan, keagungan, dan rahmat Allah tampak pada waktu-waktu tersebut. Penyebutan malam didahulukan dari pagi karena menurut kalender Qamariah, malam dan kegelapan itu lebih dahulu dari pagi hari. Permulaan tanggal itu dimulai setelah terbenam matahari. Demikian pula halnya berkenaan dengan petang dan zuhur, yakni petang lebih dahulu terjadinya dari zuhur menurut kalender Qamariah itu.

Ada beberapa hadis yang mengatakan tentang kelebihan yang terkandung dalam kedua ayat tersebut. Pertama ialah:
Rasulullah saw telah bersabda, "Inginkah kamu aku beritakan kepadamu: "Kenapa Allah menamakan Ibrahim a.s. sebagai khalil (teman)-Nya yang setia? Ialah karena ia membaca di waktu pagi dan petang, bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari di waktu subuh. Dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu zuhur." (Riwayat Ahmad dan Ibnu Jarir dari Mu'adz bin Anas) 

Seterusnya Nabi bersabda: Siapa yang mengucapkan di waktu pagi subhanallah hingga firman Tuhan wa kadzalika tukhrajun maka dia akan mendapatkan pahala dari apa yang tidak dapat dikerjakannya pada siang hari itu. Dan siapa yang mengatakan di waktu petang, maka ia akan mendapatkan pahala dari yang tidak dapat dikerjakan di waktu malamnya. (Riwayat Abu Dawud dan ath-thabrani dari Ibnu 'Abbas)

Dari kedua hadis tersebut di atas dapat diambil kesimpulan betapa pentingnya ayat-ayat 17-18 di atas untuk dihayati dan diamalkan oleh kaum Muslimin.

Sobat. Dari Ibnu Abbas ra  berkata, Rasulullah SAW bersabda, “ Gunakanlah lima hal sebelum datang lima hal : Kehidupanmu sebelum kematianmu, Kesehatan sebelum sakitmu, kelapanganmu  sebelum kesibukanmu, masa mudamu sebelum masa tuamu dan masa kayamu sebelum masa miskinmu.” ( HR. Hakim )

Sobat. Abdullah bin Masúd ra berkata, ”Saya tidak pernah menyesali sesuatu yang lebih besar penyesalan saya daripada hari yang di dalamnya matahari tenggelam, umurku berkurang sementara amalku di dalamnya tidak bertambah.” 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual

Kamis, 23 Maret 2023

SUMBER DAYA WAKTU

Tinta Media.- Sumber daya (resource) adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumber daya dapat berupa benda maupun non-benda, yang terdapat di alam atau hasil karya manusia.

Sumber daya yang berasal dari alam disebut sumber daya alam (natural resources), seperti air, tanah, udara, mineral, dan energi yang dapat diperbaharui dan tidak diperbaharui. Sedangkan sumber daya yang berasal dari hasil karya manusia disebut sumber daya manusia (human resources), seperti pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki manusia.

 

Selain itu, sumber daya juga dapat dibagi menjadi sumber daya fisik dan sumber daya non-fisik. Sumber daya fisik adalah sumber daya yang dapat dilihat dan dirasakan, seperti tanah, gedung, mesin, dan peralatan. Sedangkan sumber daya non-fisik adalah sumber daya yang tidak dapat dilihat dan dirasakan, seperti kebijakan, keahlian, teknologi, dan jaringan sosial.

 

Pemanfaatan sumber daya yang efektif dan efisien merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan manusia, serta menjaga kelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya yang baik dan berkelanjutan menjadi suatu hal yang sangat penting.

 

Apakah waktu termasuk sumber daya non fisik ? Ya, waktu juga dapat dianggap sebagai sumber daya. Waktu adalah suatu hal yang tidak bisa diproduksi kembali dan jumlahnya terbatas. Kita semua memiliki jumlah waktu yang sama setiap harinya, yaitu 24 jam atau 1.440 menit. Dalam satu hari terdapat 24 jam, dan setiap jam terdiri dari 60 menit. Oleh karena itu, dalam satu hari terdapat 24 x 60 = 1440 menit. Setiap menit terdiri dari 60 detik, sehingga jumlah detik dalam satu hari adalah : 1440 menit x 60 detik/menit = 86.400 detik. Jadi, terdapat 86.400 detik dalam 24 jam.

 

Waktu juga merupakan sumber daya yang sangat penting karena digunakan untuk melakukan berbagai macam kegiatan, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup, mencapai tujuan, maupun untuk beribadah dan beraktifitas sosial. Oleh karena itu, waktu harus dimanfaatkan secara efektif dan efisien agar dapat mencapai hasil yang optimal dalam berbagai kegiatan yang dilakukan.

 

Dalam dunia bisnis, waktu yang terbuang sia-sia dapat menyebabkan kerugian finansial. Dalam kehidupan sehari-hari, waktu yang terbuang sia-sia dapat menyebabkan hilangnya kesempatan atau kegiatan yang lebih bermanfaat dan berdampak positif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengelola waktu dengan baik dan bijak dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

 

Waktu merupakan salah satu sumber daya yang paling berharga dalam hidup manusia. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa waktu sangat penting: pertama, waktu terbatas: Waktu merupakan sumber daya yang terbatas. Kita tidak dapat memperpanjang waktu yang telah lewat atau menambah waktu yang tersedia dalam sehari. Oleh karena itu, pengelolaan waktu yang baik menjadi sangat penting agar dapat memanfaatkan waktu yang tersedia secara maksimal.

Kedua, menghasilkan produktivitas. Waktu yang digunakan secara efektif dapat membantu kita menjadi lebih produktif dan mencapai tujuan yang ingin dicapai. Ketika kita mengalokasikan waktu dengan bijaksana, kita dapat menyelesaikan tugas lebih cepat dan lebih efisien.

 

Ketiga, meningkatkan kualitas hidup. Ketika kita mengelola waktu dengan baik, kita dapat menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan waktu luang, sehingga meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan.

 

Keempat, mengurangi stres. Ketika kita memanfaatkan waktu dengan baik, kita dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan tepat waktu dan menghindari deadline yang mepet, sehingga mengurangi stres.

 

Kelima, kesuksesan. Waktu adalah kunci kesuksesan dalam kehidupan. Orang yang dapat mengelola waktu dengan baik memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mencapai tujuan mereka dan menjadi sukses dalam hidup.

 

Kesimpulannya, waktu adalah sumber daya yang sangat berharga dan penting dalam hidup kita. Oleh karena itu, pengelolaan waktu yang baik menjadi sangat penting untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup.

 

Sumber daya waktu merujuk pada waktu yang tersedia untuk digunakan dalam kegiatan atau proyek tertentu. Waktu adalah aset yang berharga dan terbatas, oleh karena itu, pengelolaan waktu yang efektif dan efisien sangat penting untuk mencapai tujuan dengan sukses.

 

Beberapa contoh sumber daya waktu meliputi : pertama, waktu kerja. Waktu yang diberikan untuk bekerja, biasanya dalam bentuk jam kerja atau hari kerja. Kedua, waktu luang. Waktu yang tersedia setelah jam kerja atau di akhir pekan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga atau melakukan kegiatan yang disukai. Ketiga, waktu tidur. Waktu yang dibutuhkan untuk beristirahat dan memulihkan energi setiap hari.

 

Keempat, deadline. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas atau proyek tertentu. Kelima, waktu transportasi. Waktu yang dibutuhkan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain, baik dalam perjalanan kerja atau perjalanan pribadi. Keenam, Jadwal. Rencana waktu yang telah dibuat untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu dalam jangka waktu yang ditentukan.

 

Pengelolaan sumber daya waktu yang baik melibatkan memprioritaskan tugas-tugas dan kegiatan yang paling penting, mengatur jadwal yang efektif, dan memanfaatkan waktu luang dengan bijaksana untuk menghindari kelelahan dan stres.

Dalam Islam, waktu juga dianggap sebagai sumber daya yang berharga dan penting. Berikut adalah beberapa pandangan Islam tentang waktu : pertama, waktu adalah anugerah dari Allah: Dalam Islam, waktu dipandang sebagai anugerah dari Allah SWT. Waktu adalah sesuatu yang diberikan oleh Allah untuk kita manfaatkan sebaik mungkin dalam menjalankan tugas-tugas kita sebagai hamba-Nya.

Kedua, waktu adalah hal yang berharga. Dalam Islam, waktu dipandang sebagai hal yang sangat berharga dan penting. Setiap momen yang kita miliki harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam kegiatan yang bermanfaat dan positif. Ketiga, waktu adalah ujian. Waktu dipandang sebagai ujian bagi manusia dalam kehidupan. Allah SWT memberikan waktu sebagai kesempatan bagi manusia untuk beribadah dan beramal saleh.

 

Ketiga, menghargai waktu. Dalam Islam, kita diminta untuk menghargai waktu dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dalam menjalankan tugas-tugas kita sebagai hamba-Nya. Kita harus memperhatikan setiap detik yang kita miliki dan menjalankan tugas-tugas kita dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan.

 

Keempat, kebersihan waktu. Dalam Islam, waktu juga dianggap sebagai hal yang harus dijaga kebersihannya. Kita harus menjauhi hal-hal yang bisa mengganggu penggunaan waktu kita dengan baik, seperti menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat atau menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak produktif.

 

Kelima, kebebasan waktu: Dalam Islam, waktu juga dianggap sebagai hal yang memberikan kebebasan bagi manusia untuk memilih kegiatan yang sesuai dengan tuntunan agama dan berdampak positif bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.

 

Dalam Islam, waktu dipandang sebagai anugerah yang diberikan oleh Allah SWT untuk kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan waktu dengan baik dalam kegiatan yang bermanfaat dan positif serta menjaga kebersihan waktu.

 

Ada banyak ayat Al Qur’an yang membahas masalah waktu dan bagaimana seharusnya manusia menyikapinya. Hal ini menunjukkan bahwa waktu dalah sumber daya yang sangat berharaga. Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur'an tentang waktu : "Demi masa (waktu) yang sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian." (QS. Al-Asr: 1-2). "Maka demi waktu (yang berlalu dengan cepat), sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian." (QS. Al-Maarij: 4)

 

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al-Munafiqun: 9).

 

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam kesulitan. Apakah dia mengira bahwa tidak ada yang memerintahinya? (Dia berkata): "Aku telah meluangkan harta yang banyak". Apakah dia mengira bahwa tidak ada yang melihatnya? Maka sungguh, Kami telah memberitahu dia tentang jalan yang mudah. Dan sungguh, ia tidak berani menempuh jalan itu." (QS. Al-Balad: 4-10)

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah kamu sujud kepada matahari dan janganlah kepada bulan, tetapi sujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu benar-benar menyembah-Nya." (QS. Fushshilat: 37)

Dalam ayat-ayat tersebut, Allah SWT menegaskan bahwa waktu adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Allah juga menegaskan bahwa manusia harus memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk mengingat-Nya dan melakukan kebaikan, serta harus menghindari hal-hal yang dapat membuang-buang waktu dan merugikan diri sendiri. Allah juga menegaskan bahwa waktu merupakan salah satu tanda kekuasaan-Nya dan harus dijadikan sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya.

Oleh: Dr. Ahmad Sastra

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 26/02/23 : 08.14 WIB)


Kamis, 24 November 2022

Isilah Waktu dengan Amal Sholeh

Tinta Media - Sobat. Waktu paling mulia yang digunakan manusia adalah waktu yang diisi dengan ketaatan kepada Allah. Siapa yang ingin menjaga waktunya, hendaklah ia menjadikan ucapannya sebagai dzikir dan diamnya sebagai tafakur; menjadikan pandangannya sebagai pelajaran dan menjadikan amalnya sebagai kebajikan.

Sobat. Ahli Hikmah mengatakan, “Apabila engkau melihat hatimu keras, maka perbanyaklah membaca kitab Allah dengan tadabbur dan tafakkur. Temanilah orang yang rajin berdzikir kepada Allah, dan bergaullah dengan orang-orang yang zuhud. Hendaklah engkau mengamalkan Sunnah dan meneladani jalan ( shirah ) hidup Rasulullah SAW dan para sahabatnya, semoga Allah meridhoi mereka semua.”
وَٱلۡعَصۡرِ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ  
“ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” ( QS. Al-ashr (103) : 1-3 )

Sobat. Dalam ayat 1 al-ashr ini, Allah bersumpah dengan masa yang terjadi di dalamnya bermacam-macam kejadian dan pengalaman yang menjadi bukti atas kekuasaan Allah yang mutlak, hikmah-Nya yang tinggi, dan Ilmu-Nya yang sangat luas. Perubahan-perubahan besar yang terjadi pada masa itu sendiri, seperti pergantian siang dengan malam yang terus-menerus, habisnya umur manusia, dan sebagainya merupakan tanda keagungan Allah.
Dalam ayat lain, Allah berfirman:
 
Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. (Fussilat/41: 37)

Apa yang dialami manusia dalam masa itu dari senang dan susah, miskin dan kaya, senggang dan sibuk, suka dan duka, dan lain-lain menunjukkan secara gamblang bahwa bagi alam semesta ini ada pencipta dan pengaturnya. Dialah Tuhan yang harus disembah dan hanya kepada-Nya kita memohon untuk menolak bahaya dan menarik manfaat. Adapun orang-orang kafir menghubungkan peristiwa-peristiwa tersebut hanya kepada suatu masa saja, sehingga mereka beranggapan bahwa bila ditimpa oleh sesuatu bencana, hal itu hanya kemauan alam saja. Allah menjelaskan bahwa masa (waktu) adalah salah satu makhluk-Nya dan di dalamnya terjadi bermacam-macam kejadian, kejahatan, dan kebaikan. Bila seseorang ditimpa musibah, hal itu merupakan akibat tindakannya. Masa (waktu) tidak campur tangan dengan terjadinya musibah itu.

Sobat. Dalam al-ashr ayat 2 , Allah mengungkapkan bahwa manusia sebagai makhluk Allah sungguh secara keseluruhan berada dalam kerugian bila tidak menggunakan waktu dengan baik atau dipakai untuk melakukan keburukan. Perbuatan buruk manusia merupakan sumber kecelakaan yang menjerumuskannya ke dalam kebinasaan. Dosa seseorang terhadap Tuhannya yang memberi nikmat tidak terkira kepadanya adalah suatu pelanggaran yang tidak ada bandingannya sehingga merugikan dirinya.

Sobat. Dalam ayat 3 al-Ashr ini, Allah menjelaskan bahwa jika manusia tidak mau hidupnya merugi, maka ia harus beriman kepada-Nya, melaksanakan ibadah sebagaimana yang diperintahkannya, berbuat baik untuk dirinya sendiri, dan berusaha menimbulkan manfaat kepada orang lain.

Di samping beriman dan beramal saleh, mereka harus saling nasihat-menasihati untuk menaati kebenaran dan tetap berlaku sabar, menjauhi perbuatan maksiat yang setiap orang cenderung kepadanya, karena dorongan hawa nafsunya.

Sobat. Hawa nafsu adalah pangkal segala bencana dan sumber kekejian. Ia adalah perbendaharaan Iblis dan tempat tinggal segala keburukan. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatnya selain Penciptanya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatannya.

۞وَمَآ أُبَرِّئُ نَفۡسِيٓۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيٓۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٞ رَّحِيمٞ  
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” ( QS. Yusuf (12) : 53 )
Sobat. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Yusuf sebagai manusia mengakui bahwa setiap nafsu cenderung dan mudah disuruh untuk berbuat jahat kecuali jika diberi rahmat dan mendapat perlindungan dari Allah. Yusuf selamat dari godaan istri al-Aziz karena limpahan rahmat Allah dan perlindungan-Nya, meskipun sebagai manusia Yusuf juga tertarik pada istri al-Aziz sebagaimana perempuan itu tertarik kepadanya seperti diterangkan pada ayat 24:

Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. (Yusuf/12: 24)

Tetapi ada pendapat lain yang menyatakan bahwa ayat 53 ini menerang-kan pengakuan istri al-Aziz dengan terharu dan rasa penyesalan yang mendalam bahwa dia tidak dapat membersihkan dirinya dari kesalahan dan ketelanjuran. Dia juga mengakui bahwa memang dia yang hampir meng-khianati suaminya dengan merayu Yusuf ketika suaminya tidak di rumah. Untuk menjaga nama baik diri, suami, dan keluarganya, dia menganjurkan supaya Yusuf dipenjarakan, atau ditimpakan kepadanya siksaan yang pedih. Istri al-Aziz telah melakukan kesalahan ganda, yaitu berdusta dan menuduh orang yang jujur dan bersih serta menjebloskannya ke penjara.

Pada akhir ayat ini dijelaskan bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Sobat. Segeralah bertaubat sebelum pintu taubat tertutup dan sebelum lembaran catatan amal sebagai bekal dilipat. Segala amal yang menurutmu bermanfaat bagimu ketika masuk kubur kerjakanlah niscaya engkau akan berbahagia.

Sobat. Sahabat Nabi Ali Ra pernah berkata, “ Barangsiapa yang menghimpun enam perkara, maka ia tidak menyisakan satupun cara untuk meraih surge dan tidak menyisakan satupun cara untuk lari ari Neraka ( melainkan ia telah menempuhnya) yaitu : Orang yang mengenal Allah lalu menaati-Nya, mengenal syetan lalu mendurhakainya, mengenal kebenaran lalu mengikutinya, mengenal kebatilan lalu menjauhinya, mengenal dunia lalu menolaknya, mengenal akherat lalu mencarinya.”

Abdullah ibn Masúd berkata, “ Tak seorang pun menyongsong pagi melainkan ia adalah tamu. Hartanya hanyalah titipan. Seorang tamu kelak akan pulang, sedangkan titipan akan dikembalikan.

Lukman al hakim berkata kepada anaknya,” Hai Anakku, juallah duniamu dengan akheratmu, niscaya engkau akan meraih untung dengan mendapatkan kedua-duanya, jangan engkau jual akheratmu dengan duniamu, niscaya engkau akan rugi dan tidak mendapatkan kedua-duanya.”

Sobat. Taubat yang melepaskan atau menghentikan kebiasaan berbuat dosa, takut (khauf) yang menghilangkan keteperdayaan, dan harapan (raja’) yang membuka pintu-pintu kebaikan. Kemudian selalu merasa diawasi Allah (muraqabah) dalam segala ide yang terlintas di hati. 

(DR. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Minggu, 08 Mei 2022

Guru Wahyudi: Modal Paling Berharga adalah Waktu


Tinta Media - “Modal paling berharga adalah modal waktu. Uang yang hilang bisa dicari. Relasi yang pergi bisa diganti. Namun waktu takkan pernah kembali,” tutur Mudir Ma’had Darul Ma’arif Banjarmasin Guru Wahyudi Ibnu Yusuf M.Pd. kepada Tinta Media, Sabtu (7/5/2022).

Guru Wahyudi mengingatkan, Ramadhan tahun ini takkan pernah kembali. Sebagaimana hari ini juga takkan pernah kembali. Kita diberi kesempatan hidup yang sama. Diberi waktu yang sama. Sehari 24 jam. Sepekan tujuh hari. Setahun 365 hari. Sama-sama diberi kesempatan bertemu dengan bulan Ramadhan.

“Nyatanya ada yang mengisi setiap detik Ramadhan dengan beragam kebaikan. Beragam amal shalih yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan. Sebaliknya, ada yang menyia-nyiakan modal dan kesempatan. Ramadhan berlalu, datang dan pergi, silih berganti tanpa memberi bekas yang berarti. Puasanya hanya beroleh lapar dahaga. Qiyamul lailnya hanya beroleh payah dan lelah. Masjid dan langgar Kembali sepi, bahkan saat Ramadhan belum pergi. Al-Quran tak tersentuh lagi. Jangankan mentadabburi dan mengamalkannya, intensitas membacanya saja  kalah dengan membuka sosial media,” ungkapnya menyikapi realitas yang terjadi.

Demikian pentingnya waktu ini, kata Guru Wahyudi, Allah sampai bersumpah demi waktu, bahwa semua manusia akan merugi, kecuali yang beriman, beramal shalih dan yang saling nasihat menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

“Nabi juga mengingatkan betapa ruginya orang yang bertemu bulan suci ini, namun dosanya belum diampuni. Sementara Ramadhan tahun depan belum tentu menghampiri,” tambahnya.

Lantaran itu, Guru Wahyudi mempertanyakan, belumkah saatnya untuk kembali. Kembali fitri sebagaimana fitrahnya bayi. Apakah dunia begitu menyilaukan?  “Padahal dunia ini bukan tujuan. Dunia ini bukanlah tempat tinggal. Dunia ini hanya tempat mampir lalu meninggal. Membawa bekal amal, untuk kemudian dipertanggungjawabkan,” tegasnya mengingatkan.

Menurutnya, hidup sesungguhnya adalah di kampung akhirat. "Di sanalah tempat kita tinggal. Sejenak kita rukuk sujud di dunia. Nanti tak ada lagi rukuk sujud di sana. Sejenak kita lapar dan haus saat berpuasa. Di sana kita takkan lapar dan haus selamanya. Sejenak kita bersabar menanggung derita di dunia. Untuk merasakan nikmat selamanya. Maka jangan pernah kita tukar kehidupan yang sesungguhnya dengan kehidupan dunia yang hanya sementara,” nasehatnya.

“Belumkah tiba saatnya bertaubat? Bukankah telah kau lihat betapa lemahnya manusia di hadapan virus super kecil tak kasat mata. Setiap hari berita duka masuk di grup-grup WhatsApp. Tak cukupkah kematian sebagai pengingat. Kafa bil mauti wa’izhan,” imbuhnya.

Karenanya, Guru Wahyudi berpesan, “Jangan menunggu datangnya malaikat kematian. Ditunggu atau tidak ia pasti datang. Ia tak pernah terlambat meski hanya sesaat. Mungkar dan Nakir pasti datang meski didustakan. Hari kiamat pasti datang, meski ada yang mengganggapnya hanya dongengan. Yaumul mahsyar itu pasti terjadi, matahari didekatkan hingga beberapa inchi, shirat itu pasti meski ada yang mengingkari.”

“Bekal apa yang akan kita bawa? Harta hanya menemani hingga di pagar rumah kita. Anak, istri dan sanak saudara hanya mengantar hingga di pinggir pusara, hanya amal yang kitab bawa. Amal puasa, sholat kita, sedekah dari sebagian harta, bacaan al-Qur'an meski dengan terbata-bata, hingga amal dakwah dan menasihati penguasa,” ungkapnya.

Guru Wahyudi berharap semoga muhasabah di hari yang fitri ini menjadikan umat Islam tersentak dan tersadar, bahwa semestinya di idul fitri ini kembali fitri.
Semoga muhasabah ini menjadi wasilah yang meringankan kecemasan di hari perhitungan.

 “Ingatlah peringatan Allah, sesungguhnya kepada Kami-lah mereka akan kembali, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 

 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab