Kita Bukanlah Sayyidina Utsman ra.
Amal kita sama sekali belum cukup sekedar penghapus dosa, sehingga kita tidak boleh bersantai dari dakwah.
Tinta Media - Pada saat perang Tabuk, dimana keadaan persiapan perang yang begitu sulit karena kondisi paceklik sementara tujuan yang amat jauh maka Sayidina Utsman bin Affan ra menjadi salah satu penyelamat pasukan Nabi Muhammad SAW. Beliau seolah telah membiayai perang itu seorang diri.
Dalam riwayat Ahmad dari Abdurrahman bin Hubab as Salami disebut beliau telah berinfak dengan 100 ekor unta dengan pelana dan alasnya, ditambah lagi 100 ekor unta dengan pelana dan alasnya. Dari riwayat Hudzaifah bin Yaman Sayidina Utsman memberikan lagi 10.000 dinar kepada utusan Baginda Nabi SAW.
Betapa nilai yang sangat besar. Hingga Baginda Nabi Muhammad SAW yang mulia mendoakan semoga Allah mengampuni semua dosa baik yang dilakukan terang terangan maupun tersembunyi. Bahkan semua apa yang akan dilakukan beliau hingga hari kiamat, Sayidina Utsman ra setelah hari itu.
Artinya Baginda Nabi Muhammad SAW telah menjamin semua dosa Sayidina Utsman sudah dan akan diampuni. Semuanya. Apakah kemudian Sayidina Utsman berbuat suka suka? Apakah Beliau kemudian berkata-kata kotor atau berbuat maksiat?
Lalu bagaimana jika manusia zaman sekarang telah melakukan banyak amal sholih. Telah menjadi perantara seratusan orang masuk Islam. Telah memelihara ribuan anak yatim. Dan amal sholih lainnya. Apakah kemudian boleh dan sah dia bermaksiat? Tentu saja tidak. Apalagi mengeluarkan kata kata kufur seperti mengatakan bahwa semua agama sama benarnya. Mengatakan bahwa belajar agama ga usah terlalu mendalam dll.
Jika demikian maka amal sholih nya tak akan jadi penjamin diampuninya dosa dosanya. Bahkan bisa jadi semua amal sholihnya terhapus karena kata kata kufur nya.. Bagaikan debu yang terbang ditiup angin.
Jadi pernyataan pembelaan terhadap orang seperti ini bisa jadi malah menjadi pembenaran dan pendukung terhadap kesalahan kesalahan dia. Tidakkah lebih baik jika ada orang seperti ini kemudian dinasehati bahwa amal sholihnya yang banyak akan gugur tak berbekas karena dosa dosa besarnya apalagi kata kata kufur yang diucapkan. Sehingga bisa menjadi nasehat yang menyelamatkan.
Semoga Allah selamatkan kita dari dosa-dosa besar dan kekufuran. Menyelamatkan kita dari merasa cukup atas amal sholih kita yang memang amat sangat sedikit sekali. Apalagi amal sholih yang sedikit itu belum tentu diterima Allah. Sementara dosa-dosa sudah pasti tercatat.
Khususnya bagi kita yang sudah merasa lama berjuang kemudian merasa diri sudah banyak amal dakwahnya. Kemudian merasa pantas diri untuk bersantai dalam dakwah. Lalu merasa, saya sudah tua, biar yang muda sajalah. Maka ketahuilah perasaan begini jika ada dalam diri kita itu merupakan jebakan syetan. Mengapa?
Karena, amal Sholih kita sebanyak apapun belum tentu diterima Allah. Sementara dosa maksiat kita sudah pasti diterima. Bukankah selama ini bersama dengan beramal dakwah juga kita terus bermaksiat. Artinya bertambah umur bertambah juga maksiat kita? Sementara maksiat itu pasti diterima sementara amal Sholih belum tentu?
Kemudian jika kita merasa pantas berleha-leha setelah puluhan tahun berjuang, bukankah ini namanya kita telah ditipu oleh hawa nafsu dan syetan?
Sobat, sesungguhnya berapapun amal dakwah kita tak akan pernah cukup untuk selamat. Hanya Rahmat Allah lah yang menyelamatkan kita. Karenanya maka makin tua kita, makin dekat kepada akhir hidup kita, makin sempit waktu kita, maka kita harus makin semangat. Bagaikan pelari sprinter yang akan makin kencang larinya ketika mendekati garis finish.
Sambutlah setiap kesempatan berdakwah apapun itu selama kita mampu. Jika kita mampu mengapa mesti orang lain? Jangan malah kita bilang, biar orang lain dulu kalo gak ada baru saya. Ingat, kita bukan Sayidina Utsman Ra.
Wallaahu a'lam. []
Ustaz Abu Zaid
Tabayyun Center