Tinta Media: Usir Penjajah
Tampilkan postingan dengan label Usir Penjajah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Usir Penjajah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 Oktober 2023

Mengembalikan Kejayaan Islam yang Telah Hilang

Tinta Media - Perang Palestina dan Israel terus bergulir. Korban jiwa terus bertambah dari sisi Palestina. Dari data terbaru Kementerian Kesehatan, sejak 7 Oktober, 6.500 warga Palestina tewas karena serangan udara dan bombardir yang dilakukan Israel. Al-Jazeera menyebut sebagian besar korban adalah anak-anak dan wanita di 

Di sisi Israel, korban tewas mencapai 1.400 orang. Dengan begitu, jika digabungkan, total korban tewas dari kedua belah pihak kini hampir mencapai 7.200 korban jiwa (BBC News Indonesia, 26/10/2023).

Dari konflik tersebut, Amerika bersama Perancis dan Italia mencoba membuat aliansi baru untuk membela Israel. Mereka menganggap bahwa Hamas dan pasukan Palestina adalah kelompok teroris yang banyak membunuh warga sipil tak bersalah.

Padahal, jika kita telisik dari sisi sejarah, Israel telah lebih banyak membunuh warga sipil yang tak bersalah. Israel sendiri merupakan negara penjajah di Palestina. Asalnya, ia bukanlah apa-apa sebelum kemenangan Inggris dan sekutu pada perang dunia pertama melawan Daulah Utsmani yang terpaksa ikut perang.

Maka dari itu, tidak pantas bagi negara penjaga perdamaian dunia justru membela negara penjajah dan tidak memberikan hak keamanan bagi kaum terjajah. Hal ini justru menunjukkan akan runtuhnya ideologi mereka. 

Lebih dari itu, sebenarnya mereka juga takut akan kebangkitan Islam. Mereka tahu jika Palestina dibiarkan menyerang, maka ia akan bangkit dan mengambil kembali negara mereka, bahkan bisa jadi mereka mendirikan Daulah Islam yang baru dan menghapuskan ideologi kapitalisme yang telah lama diterapkan.

Ironisnya, umat Islam hari ini justru diam dan terpaku oleh pemikiran nasionalisme yang dibawa oleh Barat melalui propaganda seperti 'hubbul Wathan minal iman' (cinta tanah air sebagian dari iman). Padahal, semboyan tersebut merupakan propaganda dari Barat untuk merusak kesatuan umat Islam berdasarkan akidah Islam yang satu. Semboyan tersebut lebih mengedepankan nasionalisme yang mementingkan kemaslahatan berdasarkan wilayah mereka masing-masing.

Sungguh miris ketika melihat saudara-saudara Palestina berjuang, sedangkan kaum muslimin yang lain hanya berdiam. Padahal, Rosulullah saw. telah bersabda bahwa umat Islam dengan umat Islam yang lain bagaikan satu tubuh. Jika satu bagian merasakan sakit, maka bagian lain akan merasakan sakit juga. Akan tetapi, kenyataannya umat Islam hari ini justru bagaikan buih di lautan. Mereka begitu banyak, akan tetapi terombang-ambing oleh arus air laut.

Inilah kondisi umat Islam saat ini, begitu terpuruk dan terhinakan. Mereka kehilangan jati diri sebagai umat terbaik, yang telah menguasai 3/4 dunia dalam waktu empat abad. Mereka kehilangan taringnya untuk melawan orang-orang kafir yang menghinakan agamanya.

Maka dari sinilah, bagaimana peran kita dalam mengembalikan kejayaan kaum muslimin hari ini karena kebangkitan Islam itu pasti dan Islam akan menang. Tentunya, kepastian itu harus ada yang merealisasikan, yaitu dengan dakwah dan menjadi Hizbullah (pejuang Allah Swt) sebagaimana mana firman Allah Swt,

"Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah). Dan barang siapa menjadikan Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang.(QS. Al-Maidah Ayat 55-56).

Oleh: Azzaky Ali (Sahabat Tinta Media)

P4lestina Butuh Solusi Hakiki Bukan Sekedar Dukungan Basa-basi


Tinta Media - Akibat pertempuran yang terus terjadi lebih dari sepekan, banyak warga Palestina tak terkecuali anak-anak yang tinggal di Jalur Gaza menjadi korban dari serangan membabi buta penjajah Yahudi laknatullah. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, Israel telah membunuh 2.215 warga Palestina di Gaza, termasuk 724 anak-anak, dan melukai 8.714 orang, termasuk 2.450 anak-anak, sementara Menurut PBB, hampir satu juta orang telah mengungsi. 

Kondisi memprihatinkan ini membuat banyak manusia dari berbagai belahan dunia serta para penguasa muslim menyerukan penghentian perang dan mengecam Israel. Presiden RI Jokowi Widodo juga menyerukan agar mencari akar masalah dan meminta menyelesaikan konflik tersebut melalui PBB.

Pada Rabu sore (11/10) di kedutaan besar Amerika di Jakarta, demonstrasi pun terjadi, terdiri dari gabungan Forum Persaudaraan Islam(FPI), Gerakan Nasional Pembela Fatwa Ulama (GNPF-U) dan Alumni 212. Mereka menyebutnya “Aksi Bela Palestina" Selain untuk memprotes dukungan Amerika pada Israel pasca serangan Hamas. Mereka juga menyerahkan surat tuntutan yang isinya antara lain permintaan agar Amerika menghentikan dukungannya kepada Israel, serta harapan mereka agar Amerika berupaya keras untuk mengakhiri pertempuran diantara Israel dan Hamas serta mengambil peran lebih besar dalam mewujudkan perdamaian diantara Israel dan Palestina.
(voaindonesia.com 11/10/2023)

Pada dasarnya akar masalah dari Palestina Israel adalah ketiadaannya hukum Allah.
Sehingga melahirkan masalah penjajahan di Palestina, serta menjaganya tetap eksis.
Dan selama eksistensi penjajah israel masih ada maka penjajahan pada palestina akan masih terus ada.

Derasnya dukungan terhadap palestina dari berbagai belahan dunia saat ini, sejatinya telah menunjukan betapa besar, kekuatan umat sesungguhnya. Namun sangat disayangkan, masih ada banyak orang yang tidak memahami akar masalah tersebut dan hanya memandang masalah Palestina tidak lebih sekedar masalah kemanusiaan dan konflik, padahal masalah utama dari itu semua adalah eksistensi negara israel itu sendiri.


Zionisme Yahudi  

Zionisme adalah gerakan politik yang dibuat oleh orang yahudi, guna mempersatukan kaum yahudi di seluruh dunia dengan mendirikan negara Yahudi di Palestina, ide ini dicetuskan oleh Theodore Hertzl (Bapak pendiri Zionisme) dalam buku yang berjudul “Der Judenstaat” atau “The Jewish State” tahun 1896. kemudian di dukung oleh Lord Walter Rothschild, seorang ahli zoologi dan politisi Inggris. Sekaligus yang mendanai gerakan zionis.

Seusai PD I, inggris dan Perancis melalui Perjanjian Sykes-Picot 1916 membagi wilayah Turki Utsmani. Dan melalui sepucuk surat di tahun 1917 Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour, menyatakan dukungan Inggris untuk pembentukan “tanah air nasional Yahudi” di Palestina kepada Lord Rothschild, yang dikenal sebagai Deklarasi Balfour. Dan untuk menguatkannya inggris melalui Liga bangsa-bangsa menerbitkan minded for Palestine di tahun 1922, yang menjadi legitimasi bagi orang-orang Yahudi pindah ke palestina. 

Tahun 1947 usai PD II. Kepemimpinan dunia beralih dari Inggris menjadi Amerika. Amerika mengubah liga bangsa-bangsa menjadi PBB. Melalui usul PBB yang di namakan UN Partition Plan (Resolution 181). Amerika membagi wilayah Mandat Britania atas Palestina. Dengan pembagian 55 % untuk zionis yahudi dan 45% untuk bangsa arab. 

Tahun 1948, sehari pasca Zionis Yahudi memproklamirkan negara yang bernama Israel. Israel di serbu oleh negara-negara Arab seperti Lebanon, Suriah, dan lainnya. Berakhir dengan kemenangan Israel hingga memperluas teritorialnya lebih 70% dari luas total wilayah daerah mandat PBB Britania Raya, Palestina. Tentu saja, kemenangan tersebut tidak murni ketangguhan Israel sebagai negara yang baru sehari berdiri, tapi karena Amerika dan Inggris ikut bermain di belakangnya. 

Jadi, serangan Hamas pada Israel bukanlah awal mula dari perang, namun merupakan rantai yang telah dimulai sejak beberapa dekade yang lalu, yang membuat rakyat palestina mengalami banyak penderitaan, akibat dibantai,ditangkap dan dibunuh oleh israel. Dan sebagai negara yang di jajah sudah sewajarnya Hamas dan umat di palestina melawan. Tidak mungkin berdamai dengan penjajah, kecuali jika penjajah tersebut hengkang dari tanah mereka. 

Anak Emas Amerika 

Inggris dan Amerika bagai ibu dan bapak bagi Israel, sementara PBB adalah bidan yang membantu dalam proses melahirkan Israel. Dan kehadiran buah hati seperti Israel bagi Amerika, sangatlah bermanfaat dalam menyeimbangkan hegemoni serta pengaruhnya di timur tengah.

Sehingga apapun yang terjadi, Amerika akan selalu menjaga anak emasnya, baik itu melalui hubungan dagang, pemberian bantuan bilateral hingga bantuan militer. Amerika menunjuk Israel sebagai negara pertama yang diberikan status sekutu utama non-NATO selain Mesir. Amerika juga memberikan dukungan politik besar-besaran kepada Israel, misalnya di Dewan Keamanan PBB dari 24 veto yang diajukan Amerika 15 di antaranya, digunakan untuk melindungi Israel. Dan masih banyak lagi bukti kedermawanan Amerika terhadap Israel 

Maka, jika menyerahkan masalah konflik palestina - Israel pada PBB dan mengharapkan Amerika mau menghentikan dukungannya kepada Israel adalah suatu hal yang mustahil, sebab Inggris dan Amerika adalah otak sekaligus dalang yang menciptakan Israel.

Palestina Butuh Pembebasan

Sementara pemimpin-pemimpin negara muslim saat ini, konon katanya tegas membela palestina, mereka tidak lebih dari para pengkhianat bermuka dua, di depan melontarkan kecaman, namun di belakang, mereka bergandengan tangan dengan para penjajah. Akibat mereka sendiri tersandera oleh kepentingan politik dan ekonomi yang terus bergantung pada Amerika. Solusi pengiriman bantuan sandang, pangan, obat-obatan maupun relawan untuk mengobati para korban, itu tidak salah, hanya saja mereka sengaja mengabaikan kebutuhan yang lebih mendesak daripada itu semua, yaitu pembebasan palestina.

Maka alangkah baiknya jika semangat membara dalam mendukung dan membela palestina, harus di imbangi dengan memahami akar masalahnya, dari perspektif yang lebih komprehensif, sehingga menemukan solusi yang tepat untuk mengakhiri penderitaan palestina, jangan sebatas mengikuti arus tren atau memanfaatkan situasi dengan sekedar ikut-ikutan, ini sangat memalukan. 

Daulah Khilafah 

Mengingat besarnya dukungan serta negara-negara yang ada di di belakang Israel, maka dalam melawannya di butuhkan kekuatan besar yang mampu menyatukan negri-negri muslim di bawah negara besar yaitu Daulah Khilafah yang sesuai dengan Metode kenabian.

Sebab hanya Khilafah yang akan menyatukan umat, mempertahankan setiap jengkal wilayah negeri Islam.

Sejarah telah menjadi saksi, sekaligus bukti, kemampuan khilafah dalam memimpin dunia, berabad-abad lamanya dan negara- negara di bawah naungannya, hidup damai dan sejahtera. Namun setelah 102 tahun dunia tanpa Khilafah, dunia menjadi porak poranda, penjajahan dimana-mana baik itu secara fisik maupun pemikiran.

Oleh karena itu baik Palestina, Suriah, Yaman atau dimanapun umat muslim yang saat ini tertindas sesungguhnya tidak memerlukan dukungan basa-basi, tapi sangat membutuhkan solusi yang hakiki dengan di tegakkannya kembali khilafah 'ala minhaj nubuwah, sehingga Israel bersama induk semangnya dapat segera di musnahkan. 

Wallahu'alam bissawab.

Oleh: Indri Wulan Pertiwi 
Aktivis Muslimah Semarang 

Jumat, 27 Oktober 2023

Pengamat: Solusi Konflik Palestina Harus Melihat Dua Sisi

Tinta Media - Pengamat politik dari Geopolitical Institute Adi Victoria menegaskan untuk menyelesaikan konflik Palestina harus melihat dua sisi.
 
“Untuk memberikan solusi terhadap masalah Palestina, ada dua sisi terkait fakta Palestina sebagai tanah kharajiyah --tanah yang ditaklukkan oleh kaum muslimin melalui peperangan--,” tuturnya di Kabar petang: Boikot Produk Israel Bikin Jerusalem Bangkrut? Melalui kanal Khilafah News, Senin (23/10/2023).
 
Ia melanjutkan, sisi pertama adanya pelaku yaitu zionis Yahudi yang kedua adanya korban yaitu Palestina. “Untuk korban kita sudah memberikan solusi dengan mengirimkan bantuan dana, obat-obatan, pakaian, membangun rumah sakit.Tapi ini hanya solusi untuk korban!” jelasnya.
 
Sedangkan solusi untuk pelaku, ujarnya, tidak pernah ada. Oleh karena itu kalau hanya memberikan  solusi untuk korban, menurutnya, tidak akan efektif menghentikan agresi zionis Yahudi laknatullah ini.
 
“Nah solusi untuk mereka itu (zionis Yahudi) tidak lain dan tidak bukan hanya dengan cara jihad, mengeluarkan entitas Yahudi dari tanah kharajiyah, tanah milik umat Islam sedunia itu. Solusi satu-satunya untuk menyelesaikan masalah Palestina hanya dengan cara jihad,” tandasnya.
 
Ia menilai, two state solution (solusi dua negara) yaitu Palestina hidup berdampingan dengan Yahudi ini solusi yang tidak benar. Menyetujui solusi itu, ucapnya, merupakan bagian dari pengkhianatan terhadap umat Islam.
 
“Para penguasa negeri Islam berdosa ketika membiarkan umat Islam yang ada di Palestina sendirian berperang  untuk mengambil kembali tanah yang itu merupakan tanah milik umat Islam. Bukan hanya tanah milik umat Islam Palestina tapi milik umat Islam sedunia,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun

Rabu, 25 Oktober 2023

KMIK: Penting Memahami Persoalan Palestina dengan Benar

Tinta Media - Ketua Komunitas Mengenal Islam Kafah (KMIK) Dra. Irianti Aminatun menegaskan pentingnya memahami  persoalan Palestina dengan benar.
 
“Sebagai Muslim sebelum memberikan bantuan lain, penting membantu pikiran kita sendiri dalam memahami dan mendudukkan masalah Palestina dengan benar. Ini penting agar niat baik untuk memberikan solusi Palestina  tidak salah,” ujarnya di acara Bincang Islam: Badai Gaza; Ungkapan Rakyat Palestina untuk mengambil Haknya, di Bandung, Ahad (22/10/2023).
 
Ia lalu menjelaskan beberapa poin bagaimana seharusnya membantu pikiran dalam memahami dan mendudukkan masalah Palestina dengan benar.
 
“Pertama, dalam pandangan Islam tanah Palestina adalah tanah milik kaum muslimin, karena tanah tersebut sudah ditaklukkan di masa Khalifah Umar bin Khaththab. Di tanah itu, berdiri Al-Quds yang merupakan lambang kebesaran umat ini, ” jelasnya.
 
Kedua, sebutnya, entitas Yahudi adalah perampas tanah Palestina. Yahudi tidak memiliki hak sejengkal tanah pun di Palestina. Perampasan ini menurutnya adalah kemungkaran yang wajib dilawan.
 
“Jadi problem pokok Palestina adalah penjajahan wilayah itu oleh zionis Yahudi,” simpulnya.
 
Oleh karena itu, ia menerangkan,  kaum muslimin wajib  menolak solusi dua negara (Palestina dan Israel) karena hal itu sama saja dengan mengakui keberadaan  penjajah Yahudi  yang merampas 85 % wilayah Palestina. 
 
“Tuntasnya solusi atas persoalan Palestina adalah bebasnya wilayah itu dari penjajahan Yahudi melalui jihad fi sabilillah, karena hanya dengan itu penjajahan bisa dienyahkan,” tegasnya.
 
Untuk itu, ucapnya, kaum muslimin harus mendesak agar negeri-negeri Muslim seperti Mesir, Turki, Irak, Indonesia dan negeri-negeri Arab untuk mengirimkan tentara membantu Palestina.
 
“Selain itu, harus terus berdakwah dengan istiqamah bagi tegaknya kehidupan Islam yang di dalamnya diterapkan  syariah Islam kafah di bawah naungan khilafah, yang akan menyatukan umat se dunia. Dengan persatuan itu, umat menjadi kuat, sehingga bisa melindungi negeri-negeri muslim dan membebaskan seluruh negeri Muslim termasuk Palestina dari para penjajah,” pungkasnya. [] Sri Wahyuni
 

Selasa, 24 Oktober 2023

Zionis Yahudi Harus Dijadikan Musuh Bersama

Tinta Media - Siapa saja yang tega mengorbankan rakyat yang tidak berdosa, layak disebut teroris, seperti apa yang dilakukan oleh Israel terhadap penduduk sipil Palestina. Menjatuhkan satu bom saja pada pemukiman penduduk harus diperangi apalagi sampai ratusan bom yang telah melukai anak-anak yang tidak berdosa baik secara fisik maupun psikis. Semua kejadian mengerikan akan terekam dalam memori mereka dan dibawa terus sepanjang masa. Sungguh zionis Israel layak dijadikan musuh bersama, karena merekalah teroris yang sebenarnya.

 

Tapi sayang pemikiran sekuler dan ikatan nasionalisme telah membuat umat Islam sulit untuk bersatu. Umat tidak lagi satu tubuh yang ikut merasakan penderitaan saudaranya dibelah bumi lainnya karena tidak dalam satu ikatan nation-state. Umat sudah terkotak-kotak dalam satu ikatan yang lebih membanggakan negerinya sendiri. Dan terlebih pemikiran sekuler, membuat mereka tidak perduli dengan saudara satu akidah, Islam. Bahkan mereka yang terjangkiti virus sekularisme alergi dan enggan membawa nama agama untuk membela palestina saudara yang butuh pertolongan.

 

Umat harusnya bersatu untuk menghapuskan segala bentuk penjajahan di muka bumi ini. Penguasa negeri muslim harusnya melakukan tindakan secara nyata untuk membela palestina, bukan hanya mengutuk dan mengecam, tapi mengirimkan pasukan untuk menghentikan aksi aksi brutal dan biadab Israel yang membunuh dan melukai kaum muslimin di jalur Gaza. Palestina butuh khilafah untuk menyelesaikan permasalah mereka. Kapitalisme dengan akhidah sekuler telah membuat negara muslim tidak berdaya melihat saudara mereka dibantai secara sadis dan tidak manusiawi.

 

Keputusan penguasa yang dzolim sungguh akan menciptakan kerusakan karena hanya mengikuti ambisi dan egonya tanpa mempertimbangkan kerugian dan kerusakan yang diakibatkannya. Ambisi penguasa Israel telah mengorbankan rakyatnya sendiri dan penduduk Palestina yang tidak berdosa. Anak-anak jadi korban sebuah keputusan politik yang salah yang hanya untuk mengikuti penguasa yang dzolim dan tidak punya hati.

 

Biadab, bahkan tempat paling aman, rumah sakit, tidak luput dari aksi militer Israel. Sengaja menjatuhkan bom di satu tempat yang dianggap aman bagi pengungsi untuk mendapatkan perlindungan dan pengobatan. Bagi siapa saja yang masih punya hati nurani, pasti tidak mungkin mendukung aksi militer Israel dengan alasan apapun. Tapi sayang media resmi banyak yang menutup-nutupi aksi brutal mereka. Pencitraan terus dilakukan untuk menyudutkan pejuang Hamas Palestina dan melakukan pembelaan, menganggap lumrah aksi brutal Israel sebagai konflik dua negara.

 

Kita harus suarakan untuk kemerdekaan Palestina dari aksi brutal penguasa zionis Israel yang telah melukai umat Islam dan nilai-nilai kemanusiaan. Sekecil apapun peran kita, lakukan untuk membela agama Allah tanpa harus berfikir hasil. Kesugguhan kita dalam membela Palestina karena Allah SWT. akan dicatat sebagai amal kebaikan dan segera mendatangkan pertolongan Nya. Semoga hidup kita di dunia tidak sia-sia, tapi bernilai karena kesungguhan kita untuk membela saudara kita yang berteriak untuk meminta pertolongan. 

 

Menyelamatkan saudara kita yang membutuhkan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Bersyukurlah mereka yang bisa membantu secara nyata, hadir bersama mereka untuk ikut menyelamatkan Palestina dari kebuasan dan kebrutalan serangan Zionis Israel. Tidak ada yang sia-sia untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina, meskipun hanya dengan terus menyerukan suara kecil untuk meluruskan propaganda yang mencoba membangun kebencian terhadap Islam.  Pemberitaan yang tidak benar atas konflik yang terjadi antara Hamas dan Israel telah membangun Islamophobia dengan memonsterisasi Muslim sejati.

 

Anak yang berusia 6 tahun tewas usai ditikam pria bernama Joseph Czuba (71) di Illinois, Amerika Serikat (AS). Sosok Czuba diketahui nekat membunuh korban gegara konflik antara Hamas dan Israel. Dilansir dari detikNews yang mengutip BBC dan Reuters, peristiwa penikaman tersebut terjadi di wilayah Plainfield, negara bagian Illinois, AS pada (16/10/2023). Berdasarkan laporan Al Jazeera menyebutkan bocah yang tewas dalam pembunuhan ini merupakan keturunan Palestina-Amerika. Padahal kita tahu seorang Muslim sejati tidak mungkin melakukan tindakan kekerasan tanpa ada alasan yang dibenarkan. Karena kebencian yang mendalam dipicu oleh pemberitaan dan gambaran yang salah terhadap Muslim yang memperjuangkan dan membela agama mereka, kasus pembunuhan pada muslim yang tidak berdosa terjadi. Kejadian ini harus dihentikan dengan suara kita yang menyampaikan kebenaran, mengungkap fakta yang sebenarnya kekejian dan kekejaman zionis Israel dan sekutunya.

 

Kita harus terus suarakan untuk membebaskan umat dari ini pemahaman sekularisme dan nasionalisme yang menjadi penyebab utama umat Islam sulit untuk bersatu. Terus Serukan untuk perjuangan tegaknya khilafah yang akan menjadi solusi umat agar mau bersatu untuk membela agama Allah. Penerapan Islam secara kaffah akan membawa kebaikan dan Islam akan menjadi Rahmat bagi seluruh alam. Khilafah akan menjadi solusi tuntas untuk seluruh masalah termasuk apa yang terjadi di Palestina.

Oleh: Mochamad Efendi (Sahabat Tinta Media)

 

 

 

 

Analis PKAD: Akar Masalah Palestina adalah Aneksasi Kaum Yahudi

Tinta Media - Analis Senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan berpendapat bahwa akar masalah konflik Palestina dan penjajah Yahudi yang kembali memanas adalah adanya aneksasi kaum Yahudi.

“Kalau bicara tadi, akar masalah itu adalah adanya aneksasi kaum Yahudi ke tanah Palestina,” tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (19/10/2023).

Menurutnya, hal ini tak bisa dilepaskan dari Inggris dan Perancis yang waktu itu sebagai salah satu bagian dari pemenang perang dunia ke-2, kemudian mereka bersepakat, bersekongkol dengan  zionis Yahudi untuk menganeksasi wilayah Palestina. 

“Adanya intensitas Yahudi di Palestina itu adalah suatu tindakan yang ilegal, dan memang Inggris pada waktu itu memfasilitasi orang-orang Yahudi untuk bermukim di Palestina, yaitu setelah sebelumnya, 50 tahun sebelumnya, Herzl Sebagai  Bapak Zionis itu melobi Sultan Abdul Hamid II waktu itu untuk membeli sejengkal tanah Palestina,” ungkapnya.
 
Tetapi, lanjut Fajar, lobi itu ditolak mentah-mentah oleh Sultan Hamid II, karena Sultan sebagai Khalifah Turki Utsmani waktu itu, berpandangan bahwa tanah Palestina adalah tanahnya kaum muslimin dan Sultan Hamid II tidak punya hak apapun untuk melepas tanah itu sejengkal saja. 

“Karena tanah itu tanahnya kaum muslimin, karena itu Sultan merasa tidak berhak untuk kemudian melepaskan tanah itu sejengkal saja,” lanjutnya menjelaskan.

Namun, dipaparkannya bahwa hal itu bukan lantas membuat gerakan zionis itu kemudian berhenti. Mereka terus melakukan makar-makar, termasuk bersekutu dengan salah satu pendukungnya, Inggris. 

“Maka, ketika Inggris keluar sebagai pemenang dari perang dunia ke-2, mereka membagi-bagi tanah-tanah bekas wilayahnya kehilafahan Utsmaniyah, yang ada di deklarasi Balfour, kalau gak salah,” paparnya.

“Termasuk adalah tanah Palestina, Yordan, Libanon, Mesir, dan seterunya itu semua seolah-olah itu adalah rampasan perang yang kemudian di bagi antara Inggris, ada yang Perancis, dan sekutu-sekutunya. Nah itu kemudian kesempatan yang dimanfaatkan oleh Yahudi untuk akhirnya masuk ke Palestina dan memproklamasikan berdirinya Negara Israel,” sambungnya.

Fajar melihat publik ada yang tidak mau tahu, sehingga dianggap Hamaslah biang kerok dari konflik hari ini, sementara Israel itu dalam posisi untuk membela diri mempertahankan wilayah. “Padahal bukan begitu duduk persoalannya,” ujarnya.

“Duduk persoalannya adalah karena tindakan entitas Yahudi laknatullah itu yang kemudian mendeklarasikan berdirinya Israel di tanah orang lain. Itu yang jadi akar masalahnya,” lanjutnya menegaskan.

Ia mengibaratkan adanya seseorang yang membangun rumah di pekarangan orang lain. 

“Bagaimana mungkin kemudian ada orang yang datang ke rumah atau ke pekarangan kita, yang itu menjadi hak milik kita, kemudian tiba-tiba bangun rumah di situ, dan bahkan kemudian mengusir kita. Itu kan kurang ajar!” ucapnya geram.
 
“Nah Tindakan seperti itu yang sebenarnya, potret sesungguhnya Israel itu,” tambahnya.

Jadi menurutnya, sebagai pemilik sah tanah Palestina maka, tindakan yang dilakukan oleh Hamas itu dalam rangka mengambil kembali haknya. Hak yang sudah puluhan tahun, lebih dari 70 tahun dirampas oleh Yahudi.

“Mengembalikan kembali hak mereka untuk hidup merdeka, untuk hidup dalam kedamaian, untuk hidup dalam ketenangan yang itu sudah puluhan tahun tidak mereka nikmati,” tuturnya.

Ia mengajak umat membuka pikiran, membuka hati, agar tahu sebenarnya siapa yang betul-betul melakukan tindakan biadab, yang kemudian menyebabkan konflik yang berkepanjangan ini. 

“Nah, sementara tadi Palestina itu sebenarnya ingin mengembalikan atau mengambil kembali hak-hak mereka yang selama ini telah dirampas oleh Yahudi,” jelasnya. 

Ia menilai justru yang harusnya disikapi itu adalah melenyapkan entitas Yahudi dari Palestina. “Mengusir mereka atau mengenyahkan mereka dari situ, karena bukan wilayahnya, itu bukan hak mereka,” nilainya.

Standar Ganda

Fajar mengungkapkan, seluruh atau sebagian besar persenjataan Israel itu disupport Amerika. “Termasuk kemudian ketika ada serangan dari Hamas itu kan Beberapa hari kemudian tiba-tiba menteri luar negeri Amerika melawat ke Israel yang menunjukkan dukungan mereka kepada Israel,” ungkapnya.

“Jadi ini adalah sikap-sikap Barat yang ditunjukkan dengan telanjang kepada kita semua termasuk pada kaum muslimin yang selama ini mungkin mengagung-agungkan HAM, yang mengaku-ngakuan demokrasi, tapi apa yang kita lihat? Adakah HAM bagi rakyat Palestina hari ini, atau dari 70 sekian tahun yang lalu itu sampai hari ini? Adakah hak asasi untuk mereka? Pernahkah dunia berteriak-teriak terkait hak asasi rakyat Palestina?” tanyanya bertubi.

Ia menyebut yang ada di kacamata mereka hak asasi untuk Israel, untuk Yahudi. “Ini kan hipokrit, ketika bicara tentang orang lain di luar mereka, tidak ada itu hak asasi manusia. Tapi ketika itu menyangkut sekutu-sekutunya, mereka bicara tentang hak asasi manusia,” tuturnya.

Ini yang menurutnya harus membuka mata semua bahwa apa yang selama ini dikemukakan oleh orang-orang kafir negara-negara kafir Barat itu terkait dengan hak asasi manusia, terkait dengan perdamaian dunia, terkait dengan PBB yang diharapkan bisa menjaga perdamaian dunia, dan sebenarnya itu memang kosong semua ya. “Omong kosong semua, termasuk lembaga-lembaga internasional itu, termasuk PBB dalam hal ini ya diciptakan oleh negara-negara Barat, tapi untuk kepentingan mereka,” ucapnya.

Menurutnya, itu hanya untuk melegitimasi kepentingan mereka. dicontohkannya Dewan Keamanan PBB, di situ ada Amerika yang punya hak veto, ada negara-negara lain juga punya hak veto. 

“Jadi mana mungkin pernah lolos kalau itu terkait dengan tindakan-tindakan yang mengecam Israel yang kemudian meminta Israel Untuk menghentikan serangan dan seterusnya, nggak akan pernah bisa dilakukan karena apa? Karena selalu dibela oleh Amerika yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB,” tegasnya.

Fajar berharap standar ganda ini yang seharuskan membuka mata semua bahwa tidak ada itu sebenarnya spirit kesetaraan hak asasi manusia, kesetaraan berdamaian. “Yang ada adalah kepentingan-kepentingan negara Bbarat sepanjang itu terkait kepentingan, mereka pakai standar itu,” paparnya.

“Jadi, saya kira ini yang harus dipahami bahwa lembaga-lembaga internasional itu pun bagian dari instrumen penjajahan modern yang dibuat oleh Barat untuk melegimitasi kepentingan mereka,” tandasnya. [] Raras

Senin, 23 Oktober 2023

PKAD: Solusi Dua Negara Ini Konyol, Tidak Berdasar dan Menyesatkan

Tinta Media - Konflik Palestina dan penjajah Yahudi yang kembali memanas hingga muncul pendapat solusi dua negara, dinilai Analis Senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan sebagai hal yang konyol, tidak mendasar dan menyesatkan.

“Sekarang ini yang konyol adalah solusi untuk dua negara, saya kira ini adalah solusi yang juga tidak berdasar dan solusi yang menyesatkan,” nilai Fajar kepada Tinta Media, Kamis (19/10/2023).

Fajar mengibaratkan ada orang masuk pekarangannya secara illegal, kemudian tiba-tiba bangun rumah permanen dan seterusnya kemudian tiba-tiba ada orang lain berkata ‘udah kalau begitu dibagi dua saja’. “Masuk akal enggak gitu?” tanyanya. 

Menurutnya, dari logika-logika sederhana saja, tidak masuk akal. “Bagaimana mungkin orang Palestina yang sebagai pemilik wilayah Palestina, pemilik negara Palestina, itu kemudian dipaksa untuk berbagi wilayah dengan orang-orang Yahudi tadi, yang dia aggressor, dia datang secara ilegal dan kemudian mendirikan Negara di Palestina gitu. Ini enggak masuk akal,” tuturnya geram.

“Dari sudut pandang apa saja enggak masuk akal gitu. ndak harus dari sudut agama, dari sudut pandang akal sehat saja, enggak masuk akal,” tegasnya melanjutkan.

Ini yang ia anggap juga solusi dua negara itu solusi yang menyesatkan dan solusi yang tidak ada akar sejarahnya. 

“Jadi konflik yang berkembang di Palestina itu, tadi ada negara-negara Kafir di belakangnya Yahudi, yang kemudian melegimitasi setiap tindakan yang dilakukan oleh mereka,” jelasnya.
 
Ia melanjutkan, setiap kali konflik dengan Palestina maka mereka akan melakukan pembelaan-pembelaan, melakukan lobi-lobi dan seterusnya. 

“Kalau ada serangan maka akan bantu dengan persenjataan, dengan anggaran, dan seterusnya,” jelasnya lebih lanjut.

Kedua, menurut Fajar, karena solusi yang diberikan adalah solusi yang tidak masuk akal. Mengakui dua negara Palestina dan Israel dalam satu wilayah, itu suatu tindakan yang justru jika dilakukan oleh penguasa umat Islam, itu adalah bentuk nyata penghianatan terhadap kaum muslimin.

“Itu bentuk pengkhianatan terhadap kaum muslimin yang telah syahid dalam rangka untuk melakukan futuhat ke Palestina pada waktu itu,” tegasnya.

Solusi

Solusi tuntas untuk konflik Palestina menurut Fajar adalah dengan memecahkan akar masalahnya. “Solusi tuntasnya, kembali kepada memecahkan akar masalahnya,” tuturnya.

“Kalau ingin solusi tuntas, ya maka kembalikan Palestina sebagaimana sebelum ada orang-orang Yahudi di situ, yang kemudian mendirikan secara ilegal Israel tadi itu,” lanjutnya.

Jadi itu yang ia nilai sebagai solusi yang bisa menentramkan kembali dunia. Dikatakannya karena Palestina itu negara yang merdeka, maka dikembalikan lagi hak kemerdekaannya dan itu bisa ditempuh jika kemudian seluruh entitas Yahudi yang ada di Palestina pada saat ini diusir dari tanah Palestina. “Bukan dengan cara mengakui dua negara tadi itu, membagi tanah Palestina menjadi dua negara, satu negara kaum muslimin, satu negara untuk kaum Yahudi!” tegasnya. 

Menurutnya hal itu hanya akan bisa dilakukan dengan kekuatan kekuasaan. “Tetapi bukan sekedar kekuatan kekuasaan,” ujarnya.
 
Ia mengajak umat melihat, dari sekitar 50 an negeri-negeri muslim, siapa yang kemudian betul-betul bersikap tegas membela Palestina dengan langkah-langkah yang riil dan dengan segenap kemampuan yang dimiliki. “Mari Coba sebutkan yang mengirim tentaranya misalkan, ‘saya kirim tantara, saya kirim pesawat tempur, saya kirim tank,’ dan seterusnya,” tuturnya.

“Enggak ada, mereka hanya bisa mengecam. Ya kalau seperti itu, semua orang bisa mengecam,” imbuhnya.

Padahal, tambahnya, mereka punya kekuasaan tapi kekuasaannya tidak mampu atau tidak mau mereka gunakan untuk membela saudara mereka, saudara seiman mereka. “Tapi harusnya mereka punya kekuasaan, mereka panglima tertinggi aAngkatan bersenjata, kirim itu angkatan bersenjatanya ke Palestina. Bela itu rakyat Palestina!” serunya.

“Kalau Israel berani membombardir Gaza, ganti itu bombardir negeri-negeri, wilayah-wilayah Israel, Yahudi itu. Berani enggak?” tanyanya geram. 

Fajar menduga negeri-negeri kaum muslimin tidak berani melakukannya karena mereka semua tunduk patuh terhadap negeri-negeri Barat. “Mereka tunduk patuh terhadap Amerika, terhadap Inggris, Perancis, Nato, dan seterusnya,” paparnya.

Ini juga ia nilai sebagai sikap munafik dari penguasa-penguasa negeri-negeri Muslim. Ini juga yang menurutnya seharus harus diakhiri. “Ada kemudian kekuasaan yang bisa betul-betul membela Palestina, adalah kekuasaan yang memang tidak terkooptasi dengan negeri-negeri kafir Barat. Kekuasaan itulah yang bisa menyatukan seluruh kekuatan potensi kaum muslimin,” jelasnya.

Kekuasaan itu menurut Fajar adalah yang serupa dengan kekuasaannya Sultan Abdul Hamid II dan kekhalifahan-kekhalifahan sebelum Utsmaniyah, yang kemudian terus memberikan perlindungan kepada negeri-negeri muslim, termasuk negeri Palestina yang diberkati. “Sehingga kalau bicara kekuasaan seperti apa? Ya kembali pada kekuasaan seperti zamannya Sultan Abdul Hamid II, setidaknya akan mampu membuat perhitungan kepada entitas Yahudi itu,” tegasnya.

Itu berarti, kata Fajar adalah kekuasaan kekhilafahan. Karena kekhilafahan itu tidak tunduk patuh pada negara-negara Barat, tidak mau kemudian mengakui perjanjian-perjanjian internasional, lembaga-lembaga internasional yang kemudian di tengarai hanya akan merugikan kepentingan kaum muslimin. Kekuasaan independent, yang didukung oleh seluruh kaum muslimin, kemudian berdiri untuk seluruh kaum muslimin, dan menghimpun kekuatan seluruh kaum muslimin. 

“Maka, itu yang kemudian menurut saya akan bisa atau mampu mengakhiri konflik palestina hari ini,” pungkasnya.[] Raras

Solusi Konflik Palestina-Penjajah Zionis Yahudi Hanya Satu?!

Tinta Media - Sekitar 700 massa yang merupakan gabungan dari Forum Persaudaraan Islam (FPI), Gerakan Nasional Pembela Fatwa Ulama (GNPF-U) dan Alumni 212 hadir di depan Kedutaan Besar Amerika, Jalan Medan Merdeka Selatan. Pada aksi yang dilakukan pada hari Rabu, 11 Oktober ini menuntut kepada Kedubes Amerika Serikat (AS) untuk berhenti mendukung penjajah Zionis Yahudi Israel yang terus menggila menghabisi nyawa warga Palestina dan menjarah tanah mereka. Massa yang terus merangsek maju ke depan kantor Kedutaan Besar Amerika mengundang perselisihan dengan aparat yang menghalau mereka. Dan situasi juga sempat memanas ketika ada massa yang membakar bendera Amerika dan Israel seraya protes, membela Palestina. (voaindonesia.com 11/10/2023)

Tidak ingin tertinggal, Presiden Joko widodo juga mendesak agar konflik antara Palestina dan Israel segera diakhirkan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan PBB. Menurut beliau, konflik ini harus segera diselesaikan dari akar permasalahannya. Dan akar permasalahan konflik adalah pendudukan wilayah Palestina oleh Israel. (presidenri.go.id 10/10/2023)

Tentu seluruh penduduk bumi sudah sangat tidak asing dengan konflik Palestina-Israel ini. Bagaimana tidak? Konflik ini telah terjadi sejak tahun 1917, sejak Deklarasi Balfour dinyatakan. Deklarasi tersebut ditulis oleh Arthur Balfour yang ditujukan kepada Lionel Walter Rothschild, seorang tokoh komunitas Yahudi  Inggris. Surat deklarasi tersebut mengikat pemerintah Inggris untuk mendirikan "Rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina, tanah suci ummat Islam" dan menfasilitasi pembagunan "Rumah nasional" Ini.

Oleh karena itu, saat pasca perang dunia pertama selesai, dan pihak Khilafah Turki Utsmani kalah, kemudian Inggris mendapatkan mandat di wilayah Palestina. Maka, pada kesempatan mandat ini, Inggris berusaha untuk merealisasikan Deklarasi Balfour, mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi. Maka secara perlahan namun pasti, orang-orang Yahudi segera mendominasi tanah Palestina. Sampai akhirnya terjadilah "Perang Palestina" pada tahun 1947 dan konflik ini berkepanjangan hingga saat ini.

Khilafah Solusi Tuntas 

Ironis, konflik yang berpuluh-puluh tahun lalu telah ada, hingga kini belum selesai. Wilayah Palestina masih penuh dengan kepulan asap bom dan meriam. Bagaimana bisa terjadi? Bukankah pada tahun 1947 Badan internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah meresmikan adanya 2 negara tersebut di atas tanah suci Palestina? Dengan harapan, konflik antara ummat Yahudi dengan warga Palestina yang mayoritasnya muslim itu selesai. Tapi apa yang terjadi sekarang?

Ini kah yang dimaksud dengan solusi? Seperti ini kah kebijakan PBB untuk menciptakan kedamaian di atas dunia? Sedari awal diciptakannya bangsa Yahudi, mereka memang memiliki tabiat senang mengingkari janji, dan kufur nikmat. Maka tidak akan mungkin lantas mereka diam ketika mereka diberi sedikit wilayah. Mereka tentu akan merangsek maju untuk menguasai wilayah seutuhnya. 

Dan tentu tidak akan ada negara yang mampu untuk menarik mereka keluar dari tanah suci ketiga ummat muslim tersebut. Tidak akan ada negara yang sanggup dengan lantang menyatakan pengusiran mereka. Bahkan hanya inilah yang mampu dilakukan oleh badan internasional yang diciptakan dengan misi menciptakan kedamaian di dunia.

Kini dan hingga esok, Palestina bukan sekedar membutuhkan obat-obatan, donasi, pakaian, makanan, dan lain sebagainnya kecuali satu, "para tentara kaum muslim, pejuang kemerdekaan tanah suci ketiga ummat muslim". Dan tentu pengiriman pasukan militer ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang negara apalagi sekedar organisasi kemanusiaan. Musuh ummat muslim adalah Israel! Negara yang di belakangnya terdapat sokongan negara adidaya. Oleh karena itu, yang kita butuhkan terlebih dahulu sebelum bisa mengirimkan ekspedisi pasukan militer adalah tegaknya kembali Khilafah.

Khilafah adalah sebuah institusi negara Islam yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Dalam Islam, Khalifah atau al-Imam bertugas sebagai perisai bagi kaumnya. Sebagaimana hadits Rasulullah Saw. " Sesungguhnya seorang Imam (Khalifah) itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya. Dan  digunakan sebagai tameng." (H.R Bukhari dan Muslim) 

Pada lafadz "Imam itu (laksana) perisai" dalam hadits tersebut, Imam Nawawi menjelaskan dalam kitabnya, syarah Shahih Muslim bahwasannya Imam (Khalifah atau Amirul mukminin) mencegah musuh dari perbuatan yang menciderai ummat muslim, dan mencegah sesama manusia untuk melakukan kedzaliman, memelihara kemurnian Islam, rakyat berlindung di belakangnya, dan mereka tunduk di bawah kekuasaannya. 

Maka terhadap konflik seperti ini, tentu seorang Khalifah atau Imam tidak akan bungkam. Sesegera mungkin langsung mengerahkan pasukan militer kaum muslimin untuk membantu pembebasan negeri Palestina dari semrawut penjajahan Zionis Yahudi _-Laknatullah 'alaihim-_

Oleh karena itu, satu-satunya solusi atau konflik ini adalah berjuang mendakwahkan ide Khilafah ini demi berlangsungnya kehidupan Islam di bawah naungan Khilafah. Dengan cara bergabung ke dalam kelompok Islam Ideologis, mempelajari Islam dan mendakwahkannya ke setiap penjuru dunia, hingga masyarakat faham terhadap Islam, dan kita menggerakkan mereka untuk melakukan perubahan ini. Allahu Akbar! Wallahu a'lam bish showaab.

Oleh : Diajeng Annisaa
Sahabat Tinta Media 

Jumat, 20 Oktober 2023

Pejuang Hamas Dilabeli Teroris, UIY: Kezaliman yang Luar Biasa

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menilai, label teroris yang disematkan terhadap Pejuang Hamas merupakan bentuk ketidakadilan dan kezaliman yang luar biasa.

"Ini adalah suatu ketidakadilan dan kezaliman yang luar biasa," tuturnya kepada Tinta Media Selasa (10/10/2023).

Bagaimana tidak, ujarnya, kelompok atau organisasi yang berjuang merebut haknya kembali yaitu Tanah Palestina yang dikuasai oleh entitas penjajah Yahudi dikatakan sebagai teroris.

Kemudian ia menyatakan dan menekankan kembali bahwa labelisasi itu merupakan ketidakadilan yang luar biasa karena yang merebut Tanah Palestina justru tidak disebut apa-apa.

"Sementara, yang merebut wilayah itu, yang melakukan serangan tidak pernah berhenti, tidak disebut apa-apa. Ini adalah suatu ketidakadilan yang luar biasa," tegasnya.

UIY juga mengatakan bahwa seharusnya mereka itu memberikan dukungan terhadap Hamas bukan malah menuduh atau menyebut Hamas sebagai teroris. "Alih-alih mendukung atau men-support Hamas, justru melabeli mereka dengan sebutan teroris," cecarnya.

Ketika sebuah organisasi atau kelompok, imbuhnya, dilabeli sebagai teroris, maka apapun yang dilakukan, sebenar apapun yang dilakukan menjadi salah. Sebagaimana yang dilakukan Hamas saat ini. Padahal sangat jelas bahwa Hamas ini bisa disebut _front liner_ selalu berada di garda terdepan yang mewujudkan, merealisasikan aspirasi umat Islam dunia menyangkut Palestina.

Israel Teroris 

UIY kembali menyatakan bahwa yang layak disebut sebagai teroris adalah Israel. "Yang layak dikatakan sebagai teroris adalah Israel," tukasnya.

Sebagaimana yang dikatakan komisi HAM internasional, lanjut UIY, pelaku pelanggaran HAM terbesar adalah Amerika, berikutnya adalah Israel, sudah tak terhitung kejahatan yang mereka lakukan.

Sikap Kaum Muslimin

UIY juga tidak lupa menyampaikan sikap kaum muslimin harus berani dan tegas, bahwa persoalan Palestina adalah persoalan eksistensi penjajahan entitas Yahudi.

"Kita harus berani dan tegas mengatakan bahwa persoalan Palestina ini adalah persoalan eksistensi penjajahan oleh entitas Yahudi yang menguasai tanah Palestina," terangnya

Tanah Palestina, bebernya, adalah tanah Kharaj yaitu tanah kaum muslimin yang diberkati oleh Allah SWT. Tidak ada seorangpun yang berhak menyerahkan tanah tersebut kepada penjajah. Sehingga perjuangan untuk merebut tanah tersebut harus digaungkan sebagaimana yang kita saksikan pejuang Palestina tidak pernah menyerah.

Terakhir, ia menyerukan bahwa usaha merebut kembali Tanah Palestina ini bisa dicapai hanya dengan kekuatan Umat Islam yakni ketika bersatu dalam kepemimpinan tunggal yang disebut Khalifah dengan institusi yang menaungi adalah khilafah.

"Usaha merebut kembali Tanah Palestina ini bisa berhasil salah satu faktor penting adalah adanya kekuatan dari umat Islam itu sendiri, yakni ketika Umat Islam bersatu dalam satu kepemimpinan tunggal yaitu Khalifah dan institusi yang menaungi adalah khilafah," pungkasnya.[] Nur Salamah

Ulama Aswaja: Yahudi Ini seperti Kanker di Tubuh Masyarakat Muslim Arab

Tinta Media - Ulama Aswaja Solo Kyai Ahmad Fadholi mengungkapkan, keberadaan Entitas Penjajah Yahudi di Palestina ini seperti kanker. "Yahudi ini seperti kanker di dalam tubuh masyarakat Muslim Arab," tuturnya kepada Tinta Media Ahad (16/10/2023).

Menurutnya, sudah sepantasnya memang harus dioperasi. "Dibuang itu solusinya," tegasnya. 

Kiai Fadholi mengatakan, konflik Palestina akan terus memanas selama entitas Yahudi masih bercokol di sana. "Ini akan memanas terus menerus sepanjang entitas itu (Yahudi) masih bercokol di sana," ujarnya. 

Ia menilai, inilah yang menjadi akar permasalahan di Palestina  yakni  kependudukan Penjajah Yahudi kepada negeri yang dinilai suci oleh kaum muslimin.

Kiai juga mengungkapkan alasan kenapa Palestina dinilai suci oleh kaum muslimin. "Adalah tempat isra Nabi SAW, kiblat kaum muslimin," ungkapnya.

Ia mengungkap, Palestina sebelumnya memang dikuasai oleh nasrani. "Tapi kemudian dalam perjanjian umariyah itu penguasa nasrani menyerahkan kepada kaum muslimin untuk penguasaan Palestina itu dizaman Umar Bin Khattab maka sejak itu Palestina bersama negeri muslim yang lain dibawah naungan kaum muslimin," tuturnya.

"Memang terjadi kependudukan orang kristen dalam perang salib. "Namun kemudian dikalahkan orang kristen itu, maka kembali kepangkuan muslimin," lanjutnya.

Kemudian jelasnya, munculah Theodore Herzl yang merampas tanah Palestina. "Jadi negeri yang sudah ditangan kaum muslimin dengan penguasaan damai tiba-tiba muncul Theodore Herzl itu problem utamanya disitu," ujarnya.

Terkait solusi Kyai Fadholi menjelaskan bahwasanya solusi untuk permasalahan Palestina adalah dengan jihad fi sabilillah.

"Solusi Jihad yang digerakkan oleh negeri arab, misal Arab Saudi menggerakkan pasukannya, Mesir menggerakkan pasukannya dan Pakistan, Turki, Indonesia nah itu solusinya jihad fi sabilillah atau jihad yang digerakkan oleh kekhalifahan," tandasnya. [] Setiyawan Dwi

****



Selasa, 17 Oktober 2023

Akar Masalah Palestina adalah Penjajahan Zionis Yahudi

Tinta Media - Pemerhati Sejarah Ali Mustofa mengungkapkan akar masalah dari konflik di Palestina tidak lain adalah adanya pendudukan atau penyerobotan sebagian besar wilayah Palestina secara ilegal zionis Yahudi.

"Akar masalah dari konflik di Palestina tak lain adalah adanya pendudukan atau penyerobotan sebagian besar wilayah Palestina secara ilegal oleh penjajah Zionis Yahudi," ujarnya kepada Tinta Media Ahad (15/10/2023).

Maka lanjutnya, selama penjajahan ini belum dihapuskan, konflik pun tidak bisa dielakkan. 

"Kita tak bisa menyalahkan Hamas (Harakat al-Muqawama al-Islamiya) misalnya kemarin yang memulai penyerangan karena substansinya mereka sedang melakukan jihad defensif sebagai upaya mengusir Penjajah. Sebagaimana yang dilakukan oleh para pahlawan di negeri ini ketika dijajah," tuturnya.

*Solusi*

Bung Ali menilai solusi atas permasalahan di Palestina adalah para penjajah harus diusir dari Palestina.

"Perlu juga diketahui bahwa solusi di Palestina tidak cukup bantuan berupa makanan maupun obat-obatan karena di palestina terdapat korban dan penjajah. Solusi untuk korban berupa obat-obatan, makanan, dst. Sedangkan solusi untuk penjajah sudah semestinya dengan diusir," tegasnya.

Namun, ujarnya, penjajah zionis tidak sendirian melainkan ada Amerika dan sekutunya yang saat ini para penguasanya sudah nyata membantu dengan pengiriman militer maupun persenjataan.

"Di satu sisi para penguasa di negeri-negeri muslim bisa dikatakan belum melakukan aksi nyata, dan umat Islam tidak bisa berbuat banyak disebabkan faktor utamanya yakni diterapkan sistem sekularisme di berbagai negeri Muslim yang memiliki turunan nation state, sistem ini secara konkrit menjadikan umat Islam lemah tercabik-cabik menjadi negeri-negeri kecil, ibarat anak ayam kehilangan induknya," bebernya.

Maka solusi tuntasnya, katanya, umat Islam butuh seorang pemimpin yang menerapkan hukum-hukum Allah secara kaffah, yang dengan ijin Allah akan menghilangkan sekat-sekat nasionalisme, menyatukan umat Islam, menghimpun potensi kekuatan umat Islam dan jugasebagai perisai.

"Itulah khalifah pemimpin dalam negara khilafah rasyidah. Itu adalah janji Allah, tugas kita ikut kontribusi dalam perjuangan. Sungguh pertolongan Allah itu dekat," tandasnya. [] Setiyawan Dwi 

Sabtu, 14 Oktober 2023

Om Joy: Hamas dan Mujahid Palestina Bukan Teroris

Tinta Media - Jurnalis Joko Prasetyo (Om Joy) menegaskan, Hamas dan para mujahid Palestina bukanlah teroris.

"Hamas dan para mujahid Palestina bukanlah teroris," tuturnya kepada Tinta Media, Selasa (10/10/2023).

Menurutnya, mereka hanyalah sesama Muslim yang tengah berjuang mempertahankan tanah suci ketiga kaum Muslim dari pendudukan entitas penjajah Yahudi. 

"Yang mereka lakukan itu sebagaimana para pahlawan Indonesia berjihad mengusir penjajah Belanda. Jadi, mencela para mujahid sebagai teroris, itu sama saja dengan membela entitas penjajah Yahudi. Sebagaimana mencela para pahlawan Indonesia, itu sama saja dengan membela penjajah Belanda," terangnya.

Om Joy meminta kaum Muslim janganlah ikut latah turut memfitnah mereka sebagai teroris. "Kecuali memang memposisikan diri sebagai anteknya kafir penjajah dan siap menemani kafir penjajah di neraka kelak," ujarnya. 

Lebih dari itu, sambungnya, mengusir entitas penjajah Yahudi dari tempat suci kaum Muslim ketiga itu bukan hanya kewajiban Hamas dan kaum Muslim Palestina saja. "Tetapi kewajiban seluruh kaum Muslim dunia terutama para penguasa negeri Islam dan bala tentaranya," tegasnya.

Om Joy mengingatkan, bagi yang tidak memungkinkan jihad secara langsung ke Palestina, agar terus mengopinikan duduk perkara yang sebenarnya tentang Palestina, seraya mengajak kaum Muslim lainnya berjuang menegakkan khilafah yang dipimpin seorang khalifah.

Menurutnya, di bawah komando khalifah, secara massif dan laksana bangunan yang kokoh, kaum Muslim berjihad. 

"Bukan hanya membebaskan Palestina dari pendudukan entitas penjajah Yahudi; tetapi juga membebaskan Turkistan Timur (Muslim Uighur) dari penjajahan komunis Cina; membebaskan Arakan (Muslim Rohingya) dari penjajahan Budha Myanmar, dan membebaskan negeri-negeri Islam lainnya yang tengah dijajah kafir harbi fi'lan lainnya. Allahu Akbar!" pungkasnya.[] Muhammad Nur
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab