Tinta Media: Usia
Tampilkan postingan dengan label Usia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Usia. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 Agustus 2022

Rektor Minta Maaf Atas pengusiran Mahasiswa L68T, Analis: Untuk Apa?


Tinta Media - Permintaan maaf rektor Unhas setelah dosen fakultas mengusir mahasiswa L68T, dinilai Analis Senior Pusat Pengkajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan menunjukkan sikap yang kurang tepat.

"Saya kira sikap yang ditunjukkan rektor ini adalah sikap yang kurang tepat. Untuk apa dia minta maaf? Emang ada yang salah dari apa yang dilakukan oleh salah seorang dosen fakultas hukum Unhas? Saya kira tindakan yang tepat," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (25/8/2022).

Menurutnya, dosen Fakultas Hukum Unhas telah bersikap dengan benar. Sedang menegakkan nilai moral dan agama.

"Karena dosen tersebut sedang berupaya untuk menegakkan nilai-nilai moral, menegakkan nilai-nilai yang selaras dengan nilai-nilai dalam agama. Dan saya kira semua agama itu tegas sikapnya terhadap perilaku L68T," tegasnya.

Ia juga menduga bahwa sikap rektor itu karena ada pengaruh atau tekanan dari pihak lain yang mempunyai pemahaman liberal. "Mungkin saja ada tekanan-tekanan dari pihak yang memang punya paham liberal, punya paham yang mentoleransi adanya perilaku-perilaku menyimpang seperti ini," ungkapnya.

Harusnya, ungkap Fajar,  pak rektor mempunyai sikap ketegasan. Mana yang memang bisa ditoleransi dan mana perilaku seksual yang menyimpang. Itu yang harusnya dia tegaskan.

Selanjutnya, Fajar menyampaikan tentang akun mahasiswa yang memang mengidentifikasi dirinya seorang g4y. Dan seharusnya ini perlu sikap tegas. Bukan malah ditoleransi.

"Kemarin juga beredar bahwa di akun lainnya si mahasiswa tadi itu memang mengidentifikasi dirinya sebagai seorang gay. Ini harusnya momentum yang tepat untuk mencegahnya, jangan diberikan toleransi. Kalau perlu, jabatan dipertaruhkan," tegasnya.

Fajar menilai dunia pendidikan saat ini sedang mengalami proses liberalisasi dan sekularisasi.

"Dunia pendidikan itu sebagai garda terdepan  dalam menangkal konten-konten pun, hari ini mengalami liberalisasi dan sekularisasi," tuturnya.

Menurutnya, perkembangan teknologi informasi menjadi pemicu yang sangat signifikan terhadap konten-konten yang berbau L68T. "Sementara, di sisi yang lain perkembangan platform teknologi informasi ini juga menjadi pemicu yang sangat signifikan," ujarnya.

Konten-konten yang berbau L68T, kata Fajar, sudah mulai banyak dan bersikap terang-terangan. Artinya sekarang masyarakat lebih⁹ permisif, sehingga orang yang mengaku secara terbuka, tidak ada sanksi sosial. "Mereka bebas mengedarkan konten-konten itu di media sosial mereka. Diwawancarai di YouTube dan diekspos, ditonton dengan bebas, tidak ada screen apapun.  Harusnya konten-konten yang seperti ini harus disensor," ungkapnya.

Ia mengatakan bahwa konten-konten di media sosial itulah yang menjerumuskan ke dalam paham liberalisme, yang akhirnya menjadikan bebas bertingkah laku.

"Yang seperti inilah yang membuat kita ini justru terjerembab atau terjerumus ke dalam pandangan liberal. Salah satunya adalah kebebasan untuk bertingkah laku," tandasnya.

Ustaz Fajar, sapaan akrabnya juga menyampaikan bagaimana seharusnya sikap yang tepat bagi seorang rektor. "Rektor itu adalah seorang  pimpinan tertinggi dari sebuah perguruan tinggi, yang bertanggung jawab penuh terhadap  institusi pendidikan, seharusnya menjadi benteng penjaga moral," katanya.

Selain tempat untuk menimba ilmu, imbuhnya, perguruan tinggi tidak bisa dipisahkan dari penanaman nilai-nilai moral dan juga penjagaan terhadap akidah. 

Ustaz Fajar juga menjelaskan bagaimana sistem pendidikan dalam Islam untuk mengatasi masalah  L68T. 

Pertama, ia mengatakan bahwa keluarga merupakan benteng perlindungan generasi dalam menanamkan akidah atau keimanan yang akan mampu menangkal virus liberalisasi dan sekularisasi. 

"Keluarga muslim adalah keluarga yang memang punya keimanan dan akidah yang kokoh. Harapannya dengan penanaman keimanan akidah yang kokoh itu akan mampu menangkal arus liberalisasi dan sekularisasi dalam berbagai aspek yang tadi itu. Jadi, kuncinya menurut saya yang pertama adalah tadi itu bagaimana kemudian keluarga secara efektif bisa menjadi benteng akidah dan keimanan," paparnya.

Kedua, Ustadz Fajar menyebut pihak sekolah atau lembaga pendidikan lah yang berperan untuk menjaga akidah dan keimanan.
"Sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan apapun, baik sekolah, madrasah, pesantren atau kampus yang seharusnya juga menjadi second layer dari proses penjagaan akidah dan keimanan," imbuhnya.

Ketiga, ia menjelaskan bahwa masyarakat juga memiliki peran yang signifikan dalam mencegah paham-paham yang bertentangan dengan norma.

"Masyarakat juga memainkan peran yang signifikan  dalam mencegah masuknya paham-paham yang bertentangan dengan norma-norma sosial bertentangan dengan norma-norma agama. Harusnya masyarakat  jangan diam ketika melihat sebuah kondisi ya terkait  penyebaran paham-paham atau perilaku-perilaku yang menyimpang itu. Harus segera bersuara," tegasnya.

Terakhir, ia menegaskan bahwa untuk saat ini yang terpenting orang tua harus bijak dalam memilih sekolah untuk anak agar mampu menjaga keimanannya.

Bagi orang tua penting memilih sekolah yang bisa membantu orang tua untuk menjaga keimanan anak kita," pungkasnya.[] Nur Salamah
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab