Tinta Media: Universal
Tampilkan postingan dengan label Universal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Universal. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Juni 2022

Direktur Inqiyad: Hanya Tiga Ideologi yang Universal


Tinta Media - Direktur Institute of Islamic Analaysis and Development (Inqiyad)  Assoc.Prof. Dr. Fahmy Lukman, M.Hum. mengatakan, hanya tiga ideologi yang universal.

“Kalau kita baca bukunya Samuel Huntington dalam clash of civilizations, ideologi Islam, kapitalisme, sosialisme adalah tiga ideologi yang universal sifatnya,” tuturnya dalam FGD #32 Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa: Islam is Beyond Ideology, Sabtu (18/2/2022) di kanal Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa.

Fahmy memberikan alasan, hanya tiga ideologi itu yang memiliki pemikiran menyeluruh dan mendasar, memiliki solusi atas problematika manusia dan kehidupan dunia, serta memiliki metode penyebaran masing-masing.

Radiks

Fahmy menjelaskan, pembahasan ideologi terkait dengan pemikiran mendasar yang tidak didasari oleh pemikiran lainnya. “Jadi ini memang pemikiran yang sangat radiks,” tukasnya.

Menurutnya, ideologi mengandung pemikiran mendasar, adanya seperangkat aturan sebagai solusi terhadap persoalan yang dihadapi manusia, dan memiliki metode spesifik untuk menjaga pemikiran mendasar itu. “Jadi, ideologi itu memiliki dua kategori. Ada konsep, ada metode untuk menerapkan konsep,” jelasnya.

Berdasarkan kerangka tersebut, Fahmy lalu menyimpulkan bahwa ideologi di dunia ini ada tiga, kapitalisme, sosialisme dan Islam.

Kapitalisme

Menurutnya, akidah kapitalisme adalah sekuler yaitu pemisahan agama dari kehidupan. “Dalam kapitalisme agama ditempatkan pada wilayah private seperti persoalan tirual, persoalan ibadah,” ungkapnya.

“Sekularisme lahir dari latar belakang penolakan agama, dan meremehkan agama. Ini lahir di kalangan masyarakat Eropa pada masa-masa Abad Pertengahan yang lalu, di mana Eropa mengalami masa the dark ages (abad-abad kegelapan),” bebernya.

Mantan Atase Pendidikan KBRI di Cairo Mesir ini menegaskan bahwa sekulerisme sebagai sebuah keyakinan menyatakan bahwa dunia harus diatur oleh hukum manusia bukan hukum agama.

“Aturannya menggunakan aturan yang dibuat manusia. Jadi manusia menjadi sumber dari segala sumber hukum, serta menolak aturan agama,” tegasnya.

Sementara sistem pemerintahannya, kata Fahmy, kapitalisme menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, dan sistem politiknya menggunakan sistem yang digagas Johnlock dan Montesque.

“Dari sisi tolok ukur perbuatan, asasnya manfaat. Oleh karena itu baik-buruk diukur berdasar manfaat, dan menolak batasan halal haram,” imbuhnya.

Dalam kapitalisme, lanjutnya, masyarakat terdiri dari individu. Kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat akan terwujud jika setiap individu diberi kebebasan sebebas-bebasnya. “Inilah yang melahirkan sistem ekonomi kapitalis,” jelasnya.

Sosialisme

Fahmy mengatakan bahwa akidah sosialisme adalah materialisme. “Kalau kita lihat filsafat materialisme , esensinya adalah pengingkaran terhadap eksistensi Tuhan,” terangnya.

Menurut Fahmy, sosialisme lahir dari dialektika materialisme yang dipengaruhi oleh  pandangan Feuerbach yang menyatakan bahwa tuhan adalah imajinasi manusia. “Jadi manusialah yang menciptakan tuhan, bukan sebaliknya,” ungkapnya.

“Agama seringkali disebut sebagai opium yang membius masyarakat, meninabobokkan masyarakat. Oleh karena itu agama harus dihapuskan,” tambahnya.

Aturan hidupnya, lanjut Fahmy, aturan yang dibuat oleh manusia, serta menolak aturan agama. Tolok ukur perbuatannya lahir dari evolusi materi. “Baik buruk berdasar evolusi materi, sehingga tidak ada standar nilai yang bersifat tetap, terus berubah sejalan dengan evolusi materi,” kritiknya.

Islam

Fahmy mengatakan Islam memiliki akidah dan sistematuran. Akidahnya keimanan kepada eksistensi Allah SWT. Pencipta dan Pengatur alam semesta. Sistem aturannya berasal dari Allah SWT.

“Aturan Islam berasal dari Allah SWT., manusia tinggal melaksanakannya. Dengan demikian maka  seluruh aturan yang mengatur manusia harus lahir dan bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah serta yang ditunjukkan oleh keduanya,” paparnya.

Menurut Fahmy, tolok ukur perbuatan dalam Islam adalah halal haram. Halal haram, baik-buruk perbuatan ditetapkan berdasarkan kesesuaiannya dengan hukum Allah SWT. “Terminologi halal-haram itu hanya ada dalam Islam, tidak ada dalam terminologi dua ideologi sebelumnya,” tandasnya.

Sedang terkait masyarakat, lanjutnya, ada empat aspek, yaitu sekumpulan manusia yang punya pemikiran, perasaan dan sistem aturan. “Empat unsur ini menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,” tandasnya.

Fahmy juga menjelaskan bahwa Islam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang ada di tengah masyarakat dan tidak mentolerir masuknya nilai-nilai yang bisa merusak kemuliaan dan keluhuran masyarakat. “Hal yang bisa mendowngrade(menurunkan nilai luhur) seperti L68T, perzinahan, Islam mengharamkan keduanya dengan alasan apa pun,” tegasnya.

Lebih dari Ideologi

Menurut Fahmy, Islam bukan sekedar ideologi. “Saya ingin mengatakan bahwa Islam lebih dari persoalan ideologi. Kehidupan dalam konteks pemahaman Islam adalah ibadah. Ini yang tidak terdapat di dalam kapitalisme atau pun sosialisme,” tegasnya.

Tiga ideologi ini, menurut Fahmy, tidak pernah akur karena memang dasar pemikiran radiksnya berbeda.

“Oleh karena itu tiga ideologi ini akan selalu berbenturan, tidak pernah mencapai titik temu karena dasar pemikiran ideologinya saling menegasikan,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 
 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab