Tinta Media: Umat Islam
Tampilkan postingan dengan label Umat Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Umat Islam. Tampilkan semua postingan

Kamis, 31 Oktober 2024

Dampak Program Cegah Kawin Anak bagi Umat Islam



Tinta Media - Belakangan ini program pencegahan perkawinan anak menjadi sorotan utama di berbagai media dan forum nasional. Isu ini kerap diangkat sebagai salah satu hambatan terbesar dalam mewujudkan generasi berkualitas. 

Pernikahan anak sering kali dianggap sebagai penyebab berbagai permasalahan sosial, seperti putus sekolah, tingginya angka perceraian, kematian ibu dan bayi, serta terjadinya stunting dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Bahkan, muncul wacana untuk mengangkat remaja sebagai agen perubahan dalam upaya pencegahan pernikahan anak.

Seperti halnya pada acara Seminar Cegah Kawin Anak yang diadakan Kemenag di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Semarang, MAN 2 Semarang, dan sejumlah SMA di Semarang, Kamis (19/9/2024). Dalam kesempatan tersebut, Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, Cecep Khairul Anwar, mengungkapkan bahwa Kemenag telah mengambil sejumlah langkah untuk mencegah perkawinan anak. 

Salah satunya melalui pembinaan kepada siswa-siswi madrasah untuk menjadi agen yang aktif menyebarkan kesadaran tentang risiko nikah dini, sekaligus menginspirasi teman-teman sebaya untuk menolak perkawinan di usia mereka.

Namun, di balik narasi ini, terdapat beberapa hal yang perlu dikaji lebih dalam. Meskipun tampaknya positif dalam upaya melindungi anak-anak dari berbagai risiko, perlu dipertanyakan apakah pernikahan anak benar-benar menjadi akar dari semua masalah tersebut? Ataukah kesimpulan ini justru terburu-buru dan berbahaya, sehingga menjerumuskan masyarakat dalam pemikiran yang tidak sesuai dengan aturan Islam?

Faktanya, di tengah kampanye intens untuk mencegah pernikahan anak, remaja justru dihadapkan pada derasnya arus pornografi dan kebijakan yang cenderung memfasilitasi pergaulan bebas. Menikah dini dianggap keliru, sementara pergaulan bebas seolah dibiarkan tanpa batas.

Pertanyaannya, apakah pemerintah benar-benar berkomitmen untuk melindungi generasi muda dari dampak buruk pernikahan dini, ataukah ada agenda lain yang lebih besar di balik kampanye ini?

Pencegahan perkawinan anak sejatinya merupakan amanat dari Sustainable Development Goals (SDGs), sebuah program global yang turut diadopsi oleh semua negara anggota PBB, termasuk Indonesia untuk dicapai pada 2030. Program ini jelas berpijak pada paradigma Barat yang kerap kali tidak selaras dengan syariat Islam. 

Salah satu target SDGs adalah mengentaskan stunting dan menurunkan angka pernikahan anak. Hal ini tercermin dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Pemerintah menargetkan penurunan angka perkawinan anak dari 11,2% pada tahun 2018 menjadi 8,74% pada 2024.

Tidak dimungkiri bahwa kampanye ini berdampak secara signifikan terhadap angka kelahiran, khususnya dalam keluarga muslim. Jika target ini tercapai, maka akan ada penurunan jumlah generasi muslim yang lahir, yang secara tidak langsung berpotensi melemahkan kekuatan demografis umat Islam. 

Di sinilah kita perlu waspada, apakah kebijakan ini benar-benar untuk melindungi anak, ataukah ada agenda tersembunyi untuk mengendalikan populasi umat Islam?

Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamiin, menjaga kesejahteraan manusia secara keseluruhan di tiap aspek kehidupan. Islam memiliki aturan yang jelas dan komprehensif terkait pernikahan. Di antaranya, menurut syariat, usia baligh menandakan kesiapan fisik dan mental seseorang untuk menikah, bukan hanya sekadar angka. 

Oleh karena itu, pengaturan usia minimum untuk menikah yang didasarkan pada standar Barat, tanpa mempertimbangkan aspek syariah, bisa jadi justru bertentangan dengan ajaran Islam.

Negara yang menerapkan Islam secara kaffah tentu akan menjamin terlaksananya aturan-aturan yang sesuai dengan syariat Allah. Dalam sistem Islam, berbagai masalah yang timbul akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme, seperti pergaulan bebas, pornografi, dan dampak buruk lainnya, dapat diatasi dengan penegakan hukum Islam yang tegas. 

Sistem ekonomi Islam juga akan menjamin kesejahteraan rakyat sehingga keluarga-keluarga Muslim bisa hidup dengan sejahtera. 

Di samping itu, media Islam akan memperkuat kepribadian generasi muda, menjauhkan mereka dari arus hedonisme dan liberalisme yang merusak.

Oleh karena itu, daripada hanya fokus pada pencegahan pernikahan anak, pemerintah seharusnya lebih serius dalam menangani akar masalah yang sesungguhnya, yaitu derasnya arus liberalisasi dan degradasi moral yang menyerang generasi muda. 

Edukasi yang menekankan pentingnya menjaga kehormatan diri dan menghindari pergaulan bebas jauh lebih bermanfaat daripada sekadar melarang pernikahan dini yang sebenarnya menurut kategori bukan lagi termasuk anak-anak dan pernikahan mereka sah menurut syariat.



Oleh: Aisyah Nurul Afyna
Mahasiswi Universitas Gunadarma

Senin, 26 Februari 2024

UIY: Umat Islam Tidak Punya Alasan untuk Ikut Sekuler



Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan, umat Islam tidak punya alasan untuk ikut sekuler. 

“Sesungguhnya umat Islam tidak punya alasan sedikit pun baik secara teologis, historis maupun empiris untuk ikut sekuler,” ungkapnya di Focus To The Point: Dua Kunci Eksistensi Umat, melalui kanal Youtube UIY Official Jumat (23/2/2024). 

Ia beralasan, umat Islam tidak punya masalah dengan otentitas Al-Qur’an, tidak punya masalah dengan rezim yang zalim, tidak ada masalah dengan temuan sains. Bahkan banyak temuan saintek diinspirasi dari pemahaman terhadap Al-Qur’an. 

“Ini berbeda dengan orang-orang selain Islam, khususnya Barat. Mereka melihat kenyataan bahwa sumber agama mereka yaitu Bibel, itu ada masalah dari sisi otentitasnya,” bandingnya.  

Otentitas Bibel ini, lanjutnya, sudah dibincangkan berpuluh tahun. “Buku  The Five Gospels  berisi rangkuman dari sebuah riset yang dilakukan oleh 80 ahli Teologi Kristen yang meneliti otentitas Injil. Mereka mendapati kesimpulan bahwa 80 – 82 % itu tidak sampai kepada apa yang mereka katakan sebagai Yesus,” bebernya. 

Oleh karena itu, lanjutnya, mereka menjumpai persoalan kedua yaitu teologis. “Trinitas itu baru dirumuskan pada konsilinesea tahun 300-an Masehi, tiga abad setelah Yesus. Ini membuat problem karena tidak mudah memahami Trinitas,” ungkapnya. 

Di samping itu, UIY juga memaparkan, bahwa Barat mengalami  trauma religiious rezim, ketika penguasa bersekutu dengan kaum agamawan memaksakan doktrin teologis. 

“Karena otentitas Injil dipertanyakan maka kemudian bertabrakan dengan temuan sains teknologi. Puncaknya ketika Galileo Galilei dan Copernicus. Ketika itu gereja memaksakan geosentris sementara Copernicus dan Galileo mendapati hasil pengamatannya itu bukan geosentris tapi heliosentris. Jadi bukan bumi yang menjadi pusat peredaran planet-planet tapi matahari. Dan memang itu yang terbukti,” ulasnya. 

Di sinilah, ucap UIY, Barat lalu berkesimpulan bahwa agama tidak mungkin dihilangkan, sehingga agama ditetapkan untuk mengatur urusan agama, sementara politik atau negara itu urusan politik. 

“Ini yang kemudian memunculkan pandangan sekularisme. Ini tidak dialami oleh umat Islam sehingga tidak ada alasan umat Islam meninggalkan syariat Islam,” pungkasnya.[] Irianti  Aminatun

Sabtu, 16 Desember 2023

Abu Janda Dukung Zionis Yahudi, Pengamat: Menentang Umat Islam


 
Tinta Media - Pernyataan Abu Janda yang memberi dukungan kepada zionis Yahudi dengan mengatakan, “Siapa yang mengutuk Isr4hell, terkutuklah! Siapa yang memberkati Isr4hell, terberkatilah! Dinilai Pengamat dan Pegiat Media Sosial Rizqi Awal, menentang Umat Islam dan menentang konstitusi.
 
“Ini jelas menentang umat Islam dan menentang konstitusi,” ujarnya dalam Kabar Petang: Membanting Argumen Abu Janda Soal Zionis Yahudi, Rabu (13/12/2023) di kanal Youtube Khilafah News.
 
Dikatakan menentang konstitusi karena menurut Rizqi, pada faktanya Republik Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina dan mengabaikan entitas zionis Yahudi. “Jadi kalau ada pendukung entitas zionis Yahudi harusnya segera dihukum karena secara langsung mendukung penjajahan dan tentu bertentangan dengan konstitusi,” ucapnya.
 
Rizqi melihat,  Abu Janda merasa bebas terkait dukungannya terhadap zionis Yahudi, padahal tindakannya bukan sekali waktu ini saja. “Lihat saja kasus di Bitung ketika ada pengibaran bendera zionis Yahudi itu bisa berkibar dengan mudahnya di wilayah NKRI. Ini menandakan ada upaya-upaya melindungi zionis di negeri ini oleh oknum atau kelompok-kelompok tertentu,” ulasnya.
 
Rizqi berpendapat, apa yang dilakukan Abu Janda ini bisa disebut kebebasan tanpa batas yang melanggar undang-undang. “Jika pemerintah dalam hal ini aparat tidak tegas menindak bahkan tidak menyetop para buzer zionis, maka tingkat eskalasi tindakan para buzer akan semakin meningkat,” imbuhnya.
 
Ia menegaskan ketika seseorang melakukan dukungan bahkan ada upaya-upaya melakukan provokasi secara nyata maka itu sudah termasuk ke dalam kejahatan yang nyata.
 
“Tindakan itu juga jelas bertentangan dengan hukum Islam dan aturan yang dipakai oleh Indonesia kita tercinta. Saya berharap tidak ada lagi buzer-buzer zionis Yahudi yang berkeliaran di muka bumi,” pungkasnya.[] Erlina  

Selasa, 03 Oktober 2023

Santri dan Umat Islam dalam Pusaran Pemilu

Tinta Media - Sebanyak 20 ribu santri Pondok Pesantren Sa'adatuddaroin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, berkumpul untuk mendoakan calon wakil presiden 2024, Muhaimin Iskandar (15/09/2023). Hal ini dilakukan sebagai wujud rasa bangga, dikarenakan adanya calon pemimpin nasional dari kalangan santri.

Ketua DPP PKB, Cucun Ahmad Syamsurijal mengatakan bahwa acara selawatan ini juga merupakan wujud rasa syukur dari anak-anak nahdliyin yang ada di Kabupaten Bandung yang terdiri dari 31 kecamatan. Juga rasa syukur karena telah memasuki bulan maulid.

Menurut Cucun Ahmad Syamsurizal, bahwa majunya Gus Imin adalah wujud nyata dari simbol anak-anak santri. Cucun menjelaskan secara gamblang bahwa selain meminta doa, juga meminta restu agar Gus Imin dilancarkan dalam pemenangan Pilpres 2024 mendatang.
Memang sangat menggiurkan, ketika 20 ribu santri ditargetkan untuk menjadi pendukung salah satu calon presiden dan wakil presiden. Kembali mereka bermanis muka ketika musim Pemilu.

Inilah wajah asli dari sistem demokrasi. Mereka selalu bersikap baik dan merapat kepada Islam, apabila menginginkan dukungan. Ketika musim kampanye tiba, mereka berubah seolah-olah religius, berpenampilan islami, blusukan ke tempat-tempat yang sekiranya akan membuat mereka populer dan mendapat citra baik di kalangan masyarakat. Mereka memberikan santunan-santunan kepada rakyat, juga janji-janji akan kesejahteraan dan kehidupan yang lebih mudah, dengan mengharap dukungan, terutama dari kalangan umat Islam.

Hal ini karena umat Islam adalah mayoritas, dengan harapan suara terbanyak akan digenggam sehingga mereka menjadi pemenang dalam pemilu. Akan tetapi, pada faktanya, ketika menang dalam pemilu, mereka lupa akan janji-janji manisnya. Bahkan, ketika dikritik oleh masyarakat, mereka berperilaku seolah-olah masyarakat yang mengkritik mereka adalah musuh.

Semestinya masyarakat belajar agar tidak terus-menerus menjadi korban. Janji-janji kesejahteraan dan penghidupan yang lebih mudah dan layak hanyalah isapan jempol belaka. Mereka hanya memikirkan diri sendiri dan golongannya daripada mengurusi kepentingan rakyat. Mereka hanya memuluskan jalan bisnis para kapitalis yang telah memberi modal yang telah digelontorkan untuk kepentingan pemilu dan memenangkannya.

Sebagai umat Islam yang hidup di negeri dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, sudah selayaknya kita menjadikan Al-Qur'an dan sunnah sebagai standar dalam menetapkan calon pemimpin, juga dalam menyikapi perilaku dan kebijakan seorang pemimpin.

Kriteria umum seorang pemimpin menurut Islam adalah, muslim, laki-laki, baligh, berakal, merdeka, adil, mampu (punya kapasitas untuk memimpin). Oleh karena itu, jelas salah satu kriteria calon pemimpin adalah harus orang yang berlaku adil, bukan orang fasik atau orang zalim. Di antara ciri utama orang fasik atau zalim adalah tidak mau berhukum dengan hukum Allah.

Di sinilah urgensi keberadaan seorang pemimpin Islam, yang akan memberikan keadilan di tengah-tengah masyarakat, tidak pandang bulu. Baik seorang muslim atau nonmuslim, pemimpin Islam akan memberikan hak-haknya sebagai warga negara, memberikan rasa aman, dan sejahtera, mengurusi kepentingan rakyat sesuai dengan apa yang diamanahkan oleh Allah Swt. dan rasul-Nya.

Pemimpin Islam akan mengarahkan umat untuk bertakwa kepada Allah azza wa jalla. Wallahu'alam.

Oleh: Enung Sopiah, Sahabat Tinta Media

Rabu, 12 Juli 2023

UMAT ISLAM MESTI MEMBELA MUI DAN KH. ANWAR ABBAS

Tinta Media - Mengutip informasi dari website kantor berita yang memberitakan bahwa Pemimpin Al-Zaytun Panji Gumilang menggugat Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Waketum MUI Anwar Abbas dengam tuntutan diantaranya ganti rugi immateriil senilai Rp 1 triliun karena merasa disudutkan. 

Gugatan itu terdaftar di nomor perkara 415/Pdt.G/2023/PN Jkt.Pst. Gugatan didaftarkan pada Kamis (6/7) dan klasifikasi perkaranya adalah perbuatan melawan hukum.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas saya akan memberikan pendapat hukum (legal opini) sebagai berikut:

Pertama, Bahwa Kami siap membela dan membantu MUI dan KH. ANWAR ABBAS untuk melakukan pembelaan hukum atas gugatan tersebut. Kami sejak berdiri mendedikasikan diri untuk menjadi penjaga dan pembela Islam termasuk para pengemban dakwah Islam yaitu Ulama, Habib, Kiyai, Ustadz dan umat Islam dari segala potensi kriminalisasi;

Kedua, Bahwa gugatan Panji Gumilang tidak dapat menghentikan proses hukum di kepolisian, saya mendesak Aparat Penegak Hukum untuk segera memproses Panji Gumilang agar tidak menimbulkan segala prasangka akan adanya unsur kekuasaan yang berada di belakang Panji Gumilang dan dikhawatirkan menimbulkan gejolak di masyarakat;

Ketiga, Bahwa Kami teringat ketika Pemerintah mencabut Badan Hukum organisasi dakwah seperti HTI dan FPI, banyak slogan yang bertebaran misalnya "NEGARA TIDAK BOLEH KALAH DENGAN ORMAS". Akankah dalam perkara Panji Gumilang, slogan tersebut sakti dan berlaku? Umat Islam mesti siap membela MUI dan KH Anwar Abbas.

Demikian
IG @chandrapurnairawan

Oleh: Chandra Purna Irawan, S.H., M.H.
(Ketua LBH Pelita Umat dan Mahasiswa Doktoral)

Sabtu, 17 Juni 2023

Umat Islam Disayang, Islam Ditendang

Tinta Media - Entah apa yang ada di pikiran seorang pengunjung kafe Mama Rossy yang sedang viral belakangan ini. Perasaan marah dan kecewa yang ditunjukkan tak kan mengubah status restoran tempatnya makan menjadi halal.

Dia merasa ditipu dengan pelayanan kafe karena memberinya pasta non halal sementara yang dipesannya adalah pasta halal dengan daging sapi. Naas, dia baru mengetahui hal tersebut saat kasir kafe menyodorkan bill pembayaran padanya. Kekecewaan bertambah saat pihak kafe melalui salah seorang karyawannya memberikan tanda permintaan maaf hanya dengan iming iming dessert gratis. Tentu perlakuan tersebut menambah kesal konsumen muslim tersebut.

Kasus di atas sejatinya memberi pelajaran terhadap kita sebagai seorang muslim. Pertama, identitas keislaman yang sama sekali tak dihargai ketika berada di dalam tempat yang tidak tepat. Dalam hal ini publik harus mengetahui, bahwa kafe Mama Rossy menyajikan makanan dari jenin halal (seperti daging sapi) dan non halal (pork). Kondisi tersebut menjadikan status kehalalannya dipertanyakan oleh banyak pihak, dilihat dari cara pengolahan, maupun alat yang dipakai memasak. Artinya, jikapun ada konsumen muslim yang datang untuk makan, pihak kafe Mama Rossy sangat mungkin menganggapnya sebagai kalangan muslim yang tidak terlalu peduli dengan kehalalan makanannya.

Kedua, kejadian di kafe mama Rossy seharusnya menggelitik nalar berfikir seorang muslim. Sebab jika diamati, kejadian serupa sebenarnya sering terjadi di negeri ini. Jika dipadankan dengan perasaan konsumen mama Rossy yang terhina dengan perlakuan pelayan yang menghidangkan makanan non halal , maka seharusnya perasaan serupa muncul saat umat islam disuguhi dengan aturan hidup selain islam (non halal).

Misalnya untuk membeli rumah dan kendaraan, umat digiring dengan budaya leasing, sementara dalam syariat, leasing tersebut adalah haram dan batil.

Kemudian, dalam hal pergaulan sosial, umat dicekoki dengan arus budaya K-Pop dan Barat dengan aurat yang terjaja dimana-mana, sembari mempromosikan gaya hidup mereka. Bukankah hal seperti itu pun terlarang dalam syariat?

Belum lagi dengan fenomena generasi muda yang terperangkap dengan gadget dan membuat mereka menjadi budak game dan pornografi, bisa dibayangkan akibatnya?

Ya, budaya sekulerisme liberal telah memperlakukan ummat islam negeri ini secara hina. Menjadikan identitas keislaman sebagai status KTP semata. Dan menganggap syariat sebagai momok yang menakutkan. Di sisi lain, bonus demografi di negeri ini menjadikan umat islam sebagai pasar yang menjanjikan.

Hasilnya adalah lahirnya generasi zombie yang hidup dengan bayang bayang sekulerisme liberal. Mereka menjalankan aktivitas kesehariannya di bawah kungkungan aturan yang merusak fitrahnya. Maka sangat wajar jika saat ini banyak pemberitaan yang memprihatinkan terkait anak muda, mulai dari tawuran, pergaulan bebas, hingga kejahatan yang tak lagi pantas mendapatkan pemakluman.

Sudah saatnya umat islam tersadar dan segera bangkit dari tidur panjangnya , kemudian bergegas melawan segala macam penghinaan yang menimpanya. Kembali kepada fitrah, dengan memperdalam Islam serta memperjuangkannya sebagai sebuah mabda yang akan menempatkan manusia pada kemuliaan dunia dan akhirat. Wallahu alam bishshowab.

Oleh: Ummu Azka
Sahabat Tinta Media 

Selasa, 16 Mei 2023

KH Muhyiddin: Umat Islam Hanya Objek Permainan Ketum Parpol

Tinta Media - Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi mengungkapkan bahwa umat Islam sekarang hanya menjadi objek permainan ketua-ketua umum partai politik.

“Kalau para pakar mengatakan selama konstituen tingkat pendidikan mereka belum bisa ditingkatkan, selama itu pula umat Islam  hanya dijadikan sebagai objek dari permainan ketua-ketua umum partai politik,” ujarnya dalam Diskusi Online Media Umat: Ramai Copras - Capres, Dimana Posisi Umat? Ahad 7/5/2023 pukul 20.00 WIB di kanal Youtube Media Umat.

Menurutnya, saat ini tidak ada lagi yang namanya idealisme memperjuangkan umat Islam, yang ada adalah bagaimana menjual slogan idealisme itu untuk kepentingan sesaat untuk kepentingan materi untuk meraih kemenangan.

Indikasi lain ummat Islam hanya menjadi objek, katanya, ditunjukkan dengan para pemimpin partai jualan atribut keagamaan. “Kita merasa malu dan muak melihat manuver-manuver yang dilakukan oleh para pemimpin partai tersebut, seharusnya mereka malu dan tidak lagi menjual atribut-atribut keagamaan itu untuk ya memenangkan pertarungan politik," ungkapnya.

KH Muhyiddin mengajak agar pengemban dakwah dan tokoh umat untuk warning atau memberikan peringatan kepada umat Islam.

“Agar jangan sampai jatuh di lubang yang sama untuk kesekian kalinya. Wahai saudara-saudaraku umat Islam yang merupakan 87,8% di negara ini seharusnya sadar terutama para pemimpinnya," pungkas Kiai Muhyiddin.[] Sofian


Senin, 17 April 2023

Ustadz Budi: Umat Berharap Negeri Islam Bersatu Mereprentasikan Islam

Tinta Media - Pengamat Politik Internasional Ustadz Budi Mulyana menegaskan bahwa Umat Islam mengharapkan negeri islam bersatu menjadi kekuatan yang benar-benar mereprentasikan Islam.

"Umat Islam mengharapkan negeri-negeri Islam bersatu, menjadi kekuatan yang benar-benar mereprentasikan Islam. Bukan kepentingan kebangsaan, masing-masing negeri Muslim," ujarnya kepada Tinta Media, Sabtu (15/4/2023). 

Dengan demikian, katanya, negeri-negeri Islam akan menjadi negara yang satu, yang akan membawa nilai-nilai rahmatan lil alamin dari Islam. "Menjadi pembawa kepentingan Islam, mengsyiarkan nilai-nilai Islam yang agung dan melakukan jihad untuk membebaskan negeri-negeri Muslim dari penjajahan negara-negara kufur," bebernya. 

Ia mengatakan, sudah terlalu lama umat Islam menyaksikan entitas penjajah Yahudi menjajah Palestina. "Padahal di sekeliling mereka berdiri negara-negara muslim yang berdiam diri," sesalnya. 

Menurutnya, banyak negara muslim yang diam karena masih dalam kendali hegemoni adidaya negara lain, Amerika Serikat dan sekutunya.

"Maka negara Islam yang didambakan adalah negara Islam yang satu, tegak mandiri dengan kekuatan umat yang dapat menjadi adidaya baru yang membawa nilai-nilai Islam," pungkasnya.[] Robby Vidiansyah Prasetio

Umar Syarifudin: Umat Islam Wajib Bersatu

Tinta Media - Pengamat Politik International Umar Syarifudin menegaskan bahwa umat Islam wajib bersatu agar tidak jatuh pada perangkap penjajahan Barat.

"Dunia muslim memang wajib bersatu. Tidak bersatu dalam keburukan,  hingga jatuh pada perangkap penjajahan Amerika dan Barat," ujarnya kepada Tinta Media, Sabtu (15/4/23)

Ia meminta umat Islam untuk mewaspadai kenyataan bahwa elit barat tidak akan pernah berhenti mengeksploitasi dunia arab, dan kehadiran militer Barat sangat penting untuk melindungi kepentingannya di dunia muslim. 

"Namun, kehadiran militer ini hanya dapat dicapai dengan bekerja sama dengan penguasa kita yang bertindak sebagai agen Barat," pungkasnya.[] Wafi

Senin, 18 Juli 2022

Umat Islam Wajib Mengingkari Kemungkaran

Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Noval Tawang menyatakan bahwa  wajib bagi kaum muslimin untuk mengingkari kemungkaran.

"Hukum mengingkari kemungkaran adalah wajib bagi umat Islam, baik sebagai pribadi atau kelompok. Baik dalam bentuk organisasi, umat, maupun negara," ungkapnya di kanal You Tube 'MMC' dalam tayangan yang berjudul "Jangan Remehkan Amal Dakwah Mengingkari Kemungkaran," pada hari Selasa (12/7/2022).

Sedangkan, lanjutnya, kemungkaran adalah apa saja yang dinyatakan buruk dan haram oleh syariah, seperti meninggalkan yang wajib dan mengerjakan yang haram.

"Ini didasarkan pada hadis riwayat Imam Muslim, dari Abu Sa'id Al Khudri yang berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Siapa saja yang melihat kemungkaran, Ia wajib mengubah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, maka ia wajib mengubah dengan lisannya. Jika dia tidak mampu, maka wajib dengan hatinya. Dan itu merupakan selemah-lemah iman'," jelas Ustazah Tawang.

Selain hadis diatas, paparnya, juga ada nash lain yang memerintahkan kaum Muslim untuk mendirikan sebuah jamaah. Alasannya, agar kaum Muslim bisa melakukan amar makruf nahi mungkar, "Dan itu terdapat di dalam surat Ali Imran ayat 104," pungkasnya.[] Wafi

Sabtu, 02 Juli 2022

KING MAKER MASA DEPAN NEGERI INI UMAT ISLAM. BUKAN MEGAWATI, SURYA PALOH, LUHUT, JOKOWI, JK DAN LAINNYA. MEMANGNYA SIAPA MEREKA?


Tinta Media - Selama kita mengadopsi demokrasi, maka masa depan negeri ini selamanya dikendalikan oligarki. Sebab, dalam demokrasi kedaulatan ada ditangan oligarki.

Selama perubahan itu menyandarkan pada Pemilu dan Pilpres, maka selamanya yang mengendalikan masa depan indonesia adalah partai politik. Mereka, telah menyumpal suara kita, mereka hanya melibatkan kita untuk memilih capres yang telah mereka sepakati, yang telah mendapatkan restu oligarki.

Kenapa hari ini yang dianggap King Maker masa depan Indonesia adalah Megawati, Surya Paloh, JK, Jokowi, Luhut, dan orang partai lainnya? Karena mereka menyandera sistem politik. Hanya capres dan cawapres yang diusung parpol yang  bisa dipilih sebagai pemimpin negeri ini.

Walaupun anda hebat, punya visi jelas untuk Indonesia, tapi kalau tidak pro dan diusung partai, tidak akan mungkin menjadi pemimpin di negeri ini, hingga unta masuk lobang jarum. Kalau ada capres diusung parpol, berarti sudah punya komitmen untuk melayani parpol dan oligarki.

Lalu yang seperti ini akan terus dipertahankan? Tidakkah, umat Islam berkeinginan menjadi King Maker bagi masa depan negeri ini ?

Umat Islam wajib menjadi King Maker. Umat Islam juga pasti menjadi King Maker, kalau menempuh jalan dakwah dan membuang demokrasi.

Umat Islam akan menjadi King Maker, sepanjang umat Islam setia dan loyal kepada dakwah Islam. Selalu terikat dengan syariat Islam dalam setiap amalnya.

Kalau umat Islam masih qonaah dengan demokrasi, sama saja umat Islam ridlo menjadi kerbau yang dicucuk hidungnya. Oligarki dan partai akan menunggangi Umat Islam. Orang-orang seperti Megawati, Surya Paloh, JK, Jokowi, Luhut, dan orang partai lainnya akan menjadi King Makernya.

Wahai umat Islam, negeri ini wajib segera diselamatkan. Harapannya hanya tinggal kepada Umat Islam.

Wahai Umat Islam, demokrasi adalah biang masalah bukan solusi. Selama demokrasi yang memimpin, kalian akan kehilangan kendali atas desain masa depan bangsa Indonesia.

Ambilah Islam, konsisten dengan dakwah. Itulah yang akan menjamin umat Islam menjadi King Maker di negeri ini. Segera, campakkan sistem sekuler demokrasi. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik



Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab