Tinta Media: Ultah
Tampilkan postingan dengan label Ultah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ultah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 Agustus 2024

Kejutan Ultah Membawa Petaka

Tinta Media - Ulang tahun (ultah) didefinisikan sebagai suatu peristiwa untuk memperingati kelahiran seseorang. Peristiwa ini selalu dinantikan oleh setiap orang, terutama para remaja. Biasanya para remaja tersebut akan merayakannya dengan berbagai keseruan, seperti memberikan hadiah, tiup lilin, mengadakan pesta, dan juga memberikan surprise yang tidak terduga dengan perbuatan - perbuatan yang dianggap seru. Namun, tanpa mereka sadari, perbuatan yang mereka lakukan itu justru bisa membawa petaka bagi yang berulang tahun.

Seperti yang terjadi pada seorang siswa SMA Negeri 1 Cawas Kabupaten Klaten yang bernama Fajar Nugroho yang meninggal dunia saat ulang tahunnya pada Senin, (08/072024). Pada hari itu, korban disiram tepung, lalu dibopong dan kemudian langsung diceburkan ke kolam sekolah oleh teman - temannya. Saat korban akan berusaha naik ke atas, korban tidak sengaja menginjak kabel listrik yang ada di kolam sekolah tersebut dan tersengat arus listrik sampai meninggal dunia (Tempo.co, 09/7/2024).

Senada juga yang dialami seorang siswi SMP yang berinisial F (13) meninggal dunia pada saat ulang tahunnya akibat di-prank temen-temannya dengan dituduh mencuri ponsel dan uang yang diselipkan ke dalam tasnya. Akibat dari kejadian itu, dia mengalami trauma dan depresi berat yang pada akhirnya meninggal dunia. (TIMESUMUT.com, 8/2/2024).

Kejadian ini hanyalah secuil contoh yang banyak terjadi dan menimpa para remaja akibat tradisi ulang tahun yang berujung kematian. Beberapa Kejadian serupa ini dianggap oleh keluarga sebagai musibah yang tidak terduga. Maka, keluarga tidak mengambil jalur hukum. Walaupun demikian, perbuatan-perbuatan canda tawa dan kejahilan remaja janganlah sampai merugikan orang lain.

Tren Masa Kini

Merayakan ulang tahun dengan kejutan ataupun prank-prank sudah menjadi tren di kalangan remaja. Padahal, perbuatan semacam ini sama saja seperti perundungan. Ini menunjukkan bahwa para remaja semakin jauh dari generasi yang baik. 

Perbuatan itu merupakan tradisi dan budaya sebagai eksistensi diri para remaja untuk mengekspresikan tingkah laku dan perbuatan yang ada di batas kenormalan dan salah kaprah. 

Miris memang, perbuatan yang dilakukan para remaja ini sering kali secara spontan, tanpa memikirkan akibat dan risiko yang akan ditimbulkan. Bahkan, perbuatan yang dilakukan itu hanya mengedepankan perasaan saja. Mereka tidak mempunyai pemikiran serta pemahaman yang mendalam dan matang. 

Kejadian ini membuka mata kita bahwa ada banyak bahaya yang tidak disadari dengan tradisi yang dianggap menyenangkan. Sudah saatnya kita mengevaluasi kebiasaan ini dan mempertimbangkan alternatif yang lebih aman dan bermakna dengan mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuat.

Perspektif dalam Islam

Merayakan ulang tahun merupakan tradisi yang tidak ada dalam ajaran Islam. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sendiri, begitu juga dengan para sahabat lainnya tidak pernah merayakan ulang tahun. Sehingga, sebagai pengikut-Nya, kita tidak menjadikan aktivitas tersebut sebagai tradis yang harus dirayakan setiap tahun.

Alasan Islam melarang perayaan ulang tahun adalah bahwa di dalam perayaan ulang tahun terdapat unsur menyerupai orang-orang kafir yang merupakan ciri khas dari mereka, yaitu melakukan suatu perbuatan yang tidak pernah disyariatkan. 

Syariat Islam melarang untuk menyerupai dengan orang kafir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم

”Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud).

Maka dari itu, kita sebagai umat Islam harus mengetahui dan memiliki kaidah berpikir yang benar dan mendalam tentang perbuatan yang disyariatkan dan yang tidak dalam Islam. 

Kaidah berpikir yang mendalam dan benar itu harus dimiliki oleh setiap individu. Artinya, kita tidak gegabah, selalu waspada, dan berhati-hati sebelum berbuat. Perbuatan yang akan kita lakukan harus selalu sesuai dengan syariat Islam.  

Islam membentuknya dengan menitikberatkan pada sistem pendidikan. Ini karena pendidikan merupakan jalan paling penting untuk mencetak generasi yang handal dan berkualitas. 

Adapun faktor-faktor terbentuknya kaidah berpikir yang benar dalam sistem pendidikan Islam pada setiap Individu yaitu: 

Pertama, kurikulum yang berasaskan akidah Islam, sehingga akan terbentuk pola pikir dan pola sikap sesuai dengan Islam. 

Kedua, mengarahkan kepada keimanan dan ketakwaan sehingga tidak akan ada lagi generasi yang berbuat ceroboh karena standar perbuatannya adalah halal dan haram sesuai dengan hukum syara'.

Ketiga, mengarahkan potensi yang dimiliki sesuai dengan fitrah manusia.

Maka dari itu, hanya dengan sistem pendidikan Islamlah kita dapat memiliki generasi muda yang berkepribadian baik dan kuat serta berkarakter. Terbukti pada saat diterapkan, sistem pendidikan Islam berhasil menciptakan peradaban agung yang melahirkan banyak generasi hebat dengan segenap prestasi, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Waallahualam bishawab.

Oleh : Noviyanti, Sahabat Tinta Media 

Kamis, 01 Agustus 2024

Tren Ultah Berujung Tragis

Tinta Media - SMAN 1 Cawas, Klaten, melakukan evaluasi dan pembenahan total menyusul insiden meninggalnya ketua OSIS sekolah tersebut akibat tersetrum di kolam ikan seusai mendapat kejutan ultah dari teman-temannya dengan ditabur tepung dan diceburkan ke kolam, (Solopos.com,Senin 8/7/2024.)

Perayaan ultah tengah marak di kalangan remaja. Mereka biasanya memeriahkan perayaan tersebut dengan berbagai ragam cara. Salah-satunya yaitu dengan memberikan surprise berupa menjaili teman yang tengah berulang tahun, memberikan kue ulang tahun, meniup lilin dan berbagai kejutan lainnya. Perayaan ultah sudah memakan banyak korban akibat remaja sering kali berperilaku spontan tanpa disertai pemikiran yang mendalam.  Apakah ini membahayakan orang lain ataukah tidak? 

Dengan banyak kejadian yang memberikan dampak negatif dan berujung maut sudah seharusnya remaja memilih-milih kegiatan mana yang pantas di ikuti mana yang pantas di hindari.

Dalam sistem kapitalis sekuler hari ini melahirkan konsep hak asasi manusia yakni seseorang bebas dalam bertindak karena dirinya dilindungi oleh undang-undang. Tak heran jika banyak tindak kekerasan seperti pembunuhan, pembullyan, dan lainnya tidak dapat terselesaikan karena pelakunya masih bebas dan di lindungi oleh aturan dalam sistem hari ini.

Sistem hari ini juga mengajarkan generasi muda untuk bebas dalam mengakses konten. Sehingga tak heran jika banyak kerusakan hari ini terjadi karena banyak remaja yang mengikuti apa standar yang hari ini media sosial lihatkan. Sehingga kurangnya pemantauan dari sisi orang tua dan juga kurangnya perhatian pemerintah dalam hal ini dalam menyeleksi konten mana yang baik untuk di suguhkan di media sosial.

Perayaan ulang tahun seharusnya tak di normalisasikan di kalangan masyarakat. Alasan yang pertama karena hal yang sia-sia dan kedua tak membawa kepada manfaat. Bertambahnya umur seharusnya menjadikan diri kita lebih dekat kepada pencipta dalam artian di tingkatkan lagi ibadahnya kepada Allah, Muhasabah diri tentang umur yang sejatinya berkurang, dan lebih produktif lagi dalam hal kebaikan. Itulah kegiatan yang patut di normalisasikan di kalangan pemuda. Pemuda hari ini telah di jajah dalam hal pemikiran sehingga mereka hari ini lebih mengikuti gaya barat. Jika mereka tidak mengikuti perayaan ultah di anggap kuno dan ketinggalan zaman.

Sistem Islam Sempurna

Berbeda dengan sistem Islam yang memberikan sistem pendidikan yang mengajarkan generasi muslim tentang kaidah berpikir yang benar di landaskan melalui Akidah Islam sehingga produktif dalam beramal karena di hasilkan dari proses berpikir yang mendalam. Itulah mengapa harus di terapkan aturan Islam karena sedemikian sempurnanya dalam menjaga generasi agar tetap terjaga dalam kegiatan yang bermanfaat. Islam memberikan solusi untuk menjaga generasinya di antarannya :

Pertama, sebagai seorang muslim kita harus menjadikan Allah sebagai tujuan utama dan mengikuti standar apa yang diri-Nya atur. Bukan menjadikan aturan manusia sebagai yang utama dan meninggalkan segenap aturan-Nya. Itulah jati diri seorang muslim sebagai hamba Allah yang menaati aturan-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya dan mencukupkan diri dengan mengikuti standar yang diri-Nya tetapkan.

Kedua, dalam lingkungan keluarga orang tua mempunyai peranan dalam memberikan pendidikan anak-anaknya. Tidak hanya sekolah yang menjadi patokan utama dalam untuk mendapatkan pendidikan. Ibu dan ayah saling berkontribusi dalam mendidik anak baik dalam pendidikan agama dan pembentukan karakter. Karena kebanyakan sikap anak tergantung dari apa yang dia dapatkan di lingkungan keluarga. Berbeda dengan sistem kapitalis yang menjadikan orang tua sibuk mencari cuan dikarenakan hari ini serba mahal. Baik pendidikan serta sandang dan pangan.

Ketiga, di sistem Islam lingkungan masyarakat berperan aktif dalam mengontrol generasi untuk tercegah dari kerusakan seperti pacaran, pembullyan, pembunuhan dan lain-lain. Jika terjadi seperti itu. Maka, masyarakat akan melakukan amar ma'ruf nahi munkar dan memberikan penjelasan berupa pemahaman Islam tentang efek dari kemaksiatan yang di lakukan.

Berbagai kerusakan yang ada tidak akan terselesaikan jika sistem Islam tidak di terapkan di muka bumi. Sistem Islam begitu sempurna dalam menyelesaikan berbagai problematika kehidupan. Kejayaan Islam bukan sesuatu yang berupa angan-angan semata. Tetapi, itu merupakan janji-Nya yang pasti akan terwujud. Jangan lelah untuk menyuarakan kebenaran melalui tindakan, lisan, maupun tulisan. Jika, ingin daulah Islam tegak maka kita harus tetap semangat dan istikamah dalam jalan kebenaran ini.

Wallahualam bishawab.

Oleh : Zahrah Luthfiyah, Sahabat Tinta Media 

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab