Tinta Media: Turun
Tampilkan postingan dengan label Turun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Turun. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Juni 2023

Bayi Dibuang, Tanda Penurunan Moral

Tinta Media - Umat digegerkan dengan beberapa kali kasus pembuangan bayi, dengan kondisi hidup maupun tak bernyawa lagi. Infobekasi.co.id saja menyampaikan setidaknya 7 kasus pembuangan bayi di Bekasi selama Januari-Juni 2023. Kasus ini terjadi di seluruh wilayah Indonesia dan jumlahnya meningkat setiap tahun. Alasannya beragam, mulai dari hasil hubungan di luar nikah, ekonomi, hingga ketidaksiapan pasangan untuk memiliki bayi. Namun pada dasarnya, ini terjadi karena penurunan moral, hingga rasa tanggung jawab orang tua pada bayi berkurang. Mereka tidak siap konsekuensi dari suatu perbuatan.

Mestinya ketika seseorang berbuat sesuatu, harus siap menerima konsekuensinya. Pembuangan bayi menunjukkan orang tuanya tidak mau menerima konsekuensi dari perbuatannya. Jika bayi tersebut dari pasangan yang sudah menikah, artinya ia belum siap menjadi orang tua. Padahal, seharusnya ia telah siap secara fisik, materi maupun psikologis sebelum memilih memiliki anak bahkan sejak memutuskan menikah. Di sinilah pentingnya persiapan pra nikah yang juga harus difasilitasi negara.

Negara pun harus bertanggung jawab pada pembuang bayi karena alasan ekonomi. Pasalnya negara wajib menyejahterakan rakyatnya meski Allah telah menjamin rezeki manusia sebagaimana firman-Nya, yang artinya: “…janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberikan rezeki kepadamu dan mereka, janganlah kamu mendekati perbuatan keji, baik yang terlihat maupun tersembunyi…,” (QS. Al-An’am:151). Maka, negara harus mendorong dan menyediakan lapangan kerja agar pencari nafkah mampu mencukupi kebutuhan keluarganya.

Sedangkan kasus pembuangan bayi dari hasil hubungan di luar nikah, tentu melanggar hukum. Perbuatan terlarang di luar nikah sendiri bertentangan dengan nilai-nilai moral dan larangan Allah, sebagaimana Firman-Nya, yang artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan keji dan jalan yang buruk.”(QS. Al-Isra’:32).

Selain itu, pembuangan bayi juga bisa terjadi karena efek sosial media dan kurangnya tingkat spiritual pelaku, termasuk pemberitaan yang di blow up. Selama ini media tidak menyampaikan konsekuensi bagi pelaku, hingga pembuang bayi mungkin berpikir “tetap ada yang mengadopsi bayinya”. Seharusnya media juga memberikan informasi yang menonjolkan konsekuensi dan dampak yang bagi bayi dan pelaku. Ini tidak lepas dari peran negara yang tegas dalam memberikan sanksi dan penyedia informasi.

Memang, di Indonesia ada sanksi pidana maksimum 9 tahun bagi pelaku pembuangan bayi. Namun faktanya kasus ini kian bertambah. Artinya ada hal lain yang perlu diperhatikan pemerintah sebagai pengayom rakyat. Butuh aturan yang benar bagi masyarakat, bukan sekadar sanksi. Aturan itu adalah hukum syarak yang berasal dari Allah. Syarak berupa perintah dan larangan untuk mencegah kemungkaran, sekaligus sanksi tegas bagi pelakunya. Namun, di negara dengan sistem liberal(kebebasan) akan sulit diterapkan syarak, karena dibenturkan dengan Hak Asasi Manusia (HAM).

Bagaimana tidak, ketika syarak misalnya mengatur pergaulan laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, dibilangnya melanggar HAM karena dianggap menghambat kebebasan manusia. Padahal kebebasan tersebut bisa mengarah pada perbuatan asusila dan berakibat kehamilan di luar nikah. Ujungnya, mereka membuang bayi hasil perbuatan terlarangnya. Itulah HAM yang dihembuskan kaum liberal, dengan pandangan bahwa segala perbuatan berpusat pada kepentingan dan kebebasan manusia. Hal ini berbeda dengan pandangan Islam.

Dalam pandangan Islam, segala sesuatu harus didasarkan pada syarak sebagai tolak ukurnya, tak ada hubungannya dengan HAM. Penerapan syarak oleh negara, menjadikan rakyat terikat dengan aturan Allah, sehingga moral terjaga, zina, pembuangan bayi dan kasus lain bisa diminimalisasi bahkan dihilangkan. Maka, segeralah terapkan syarak di semua lini kehidupan dengan kontrol negara, insya Allah kemungkaran termasuk pembuangan bayi tak akan ada lagi. Allahu’alam.
Oleh: R. Raraswati
Aktivis Muslimah Peduli Generasi

Minggu, 04 September 2022

BBM NAIK, JOKOWI TURUN


Tinta Media - Pemerintah tetap 'ngotot' menaikan harga BBM jenis pertalite dan solar. Mereka, tidak peduli dengan beban rakyat. Tidak peduli dengan dampak inflasi, harga harga naik, pengangguran naik, kemiskinan naik, dan dampak negatif lainnya dari kenaikan BBM.

Pemerintah hanya fokus memikirkan kantong APBN, tidak peduli kantong rakyat. Pemerintah sibuk berbusa beban subsidi rakyat, tapi tidak pernah mikir APBN dibiayai dari pajak rakyat.

Pemerintah hanya sibuk menghitung kenaikan harga minyak dunia, dan beban subsidi BBM. Pemerintah tidak jujur, kenaikan harga komoditi lain seperti sektor pertambangan batu bara, nikel, menyumbang APBN dan bisa menambal subsidi BBM.

Begitu juga DPR. Bukannya membela rakyat yang diwakili, malah asyik nimbrung mengikuti irama pemerintah. Malah beri angka kenaikan 30 %, atau harga pertalite Rp 10.000/liter.

DPR bukannya mewakili rakyat, malah menjadi corong eksekutif. Bukan membela rakyat, DPR justru menyerahkan leher rakyat.

Pemerintah dan DPR modal ngotot. Maunya, naikan BBM, tak mau tahu rakyat menderita karena kebijakan ini.

Kalau sudah begini, nampaknya rakyat juga harus ngotot. Ga perlu lagi berdebat dengan pemerintah dan DPR.

Sudah begini saja, BBM naik Jokowi turun. Itu baru seimbang. Karena, beban dipimpin Jokowi jauh lebih berat ketimbang beban kenaikan BBM. Kini BBM jadi naik, kompensasinya Jokowi turun.

Tidak usah menunggu 2024, pokoknya seketika BBM naik Jokowi turun. Kalau tidak mau turun, rakyat akan turun ke jalan menuntut Jokowi turun. Kalau tidak mau turun, terpaksa diturunkan.

Habisnya, kalau diajak adu argumentasi tidak mau mendengar rakyat. Ditanya biaya produksi BBM yang ngebor di bumi Indonesia, jawabnya selalu pakai harga minyak dunia. Diajak harga seperti di Malaysia, mintanya disamakan dengan Singapura, Thailand dan Jerman.

Angel, angel, angel tuturane. Sudah kepala batu, kuping budeg, tidak lagi ada empati kepada rakyat. Kalau penguasa tidak berempati kepada rakyat, untuk apa rakyat mempertahankan penguasa seperti ini ? [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

https://heylink.me/AK_Channel/





Harga BBM Naik, AK: Rakyat Siap Turunkan Jokowi?

Tinta Media - Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin (AK) mempertanyakan kesiapan rakyat menurunkan Jokowi yang tetap mengumumkan sendiri kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

“Serius, apakah Jokowi akan diturunkan sebagai dampak dari tindakan keras kepala yang tetap menaikan harga BBM?” tanyanya kepada Tinta Media, Sabtu (3/9/2022).

AK memberi beberapa catatan terhadap pengumuman kenaikan harga BBM ini, yang akhirnya disampaikan langsung oleh Presiden, yaitu :

Pertama, tekanan rakyat terhadap dampak kenaikan BBM ini begitu besar. “Karena itu, kementrian atau Pertamina, tidak berani mengumumkannya sendiri,” tuturnya.

Menurutnya, pengumuman langsung oleh Presiden mengkonfirmasi Presiden telah siap dengan segala konsekuensinya. “Termasuk menanggung kemarahan rakyat akibat kenaikan ini,” ujarnya.

Kedua, AK menilai memilih mengumumkan pada hari libur juga didasari pada usaha untuk menghindari dampak langsung berupa demonstrasi dan tekanan dari rakyat. 
“Walau pada akhirnya disadari akan ada protes rakyat, namun hal itu setidaknya dapat diredakan dengan suasana libur dan ada waktu antisipasi saat demo mulai ramai di hari kerja (Senin, 5/9),” nilainya.

Ketiga, Jokowi masih mempertahankan data hoax soal subsidi Rp502 T yang jadi dasar kenaikan harga BBM. 
“Itu artinya, seluruh argumentasi rakyat diabaikan. Meskipun protes data hoax disampaikan, toh akhirnya kenaikan BBM tetap merujuk data hoax tersebut,” ungkapnya.

“Jokowi mengatakan, anggaran subsidi pemerintah sudah meningkat 3 kali lipat dari Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun dan itu akan meningkat terus. Lebih dari 70% subsidi diklaim dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu, yaitu pemilik mobil pribadi,” lanjutnya.

Keempat, AK mempertanyakan rakyat mau bertindak apa. “Apakah akan diam ditindas, atau komitmen dengan ikrar 'BBM NAIK, JOKOWI TURUN'?” tanyanya.

“Sebab, semua penderitaan rakyat telah diabaikan. Jokowi tetap saja menaikan harga BBM,” tegasnya.

Menurutnya, jika model kebijakan yang zalim seperti ini terus dibiarkan, maka selamanya rakyat akan ditindas. “Dalam banyak kebijakan ke depan, suara rakyat tidak akan pernah didengarkan,” pungkasnya.[] Raras

Sabtu, 03 September 2022

JOKOWI AKHIRNYA MENAIKAN HARGA BBM, RAKYAT SUDAH SIAP TURUNKAN JOKOWI?

Tinta Media - Jokowi akhirnya mengumumkan sendiri kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Harga Pertalite dinaikan dari Rp7.650 jadi Rp10.000 per liter. Adapun Solar dari Rp5.150 pe liter naik jadi Rp6.800 per liter. Untuk Pertamax nonsubsidi naik dari Rp12.000 jadi Rp14.500 per liter.

Hal itu disampaikan Jokowi dalam Konferensi Pers Presiden dan Menteri Terkait, di akun Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu (3/9/2022). Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, kenaikan ini efektif berlaku 1 jam sejak diumumkan, pada pukul 14.30 WIB, hari ini (3/9).

Jokowi mengatakan, anggaran subsidi pemerintah sudah meningkat 3 kali lipat dari Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun dan itu akan meningkat terus. Lebih dari 70% subsidi justru dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu, yaitu pemilik mobil pribadi.

Ada beberapa catatan terhadap pengumuman kenaikan harga BBM ini, yang akhirnya disampaikan langsung olah Presiden, yaitu :

*Pertama,* tekanan rakyat terhadap dampak kenaikan BBM ini begitu besar. Karena itu, kementrian atau Pertamina, tidak berani mengumumkannya sendiri.

Pengumuman langsung oleh Presiden mengkonfirmasi Presiden telah siap dengan segala konsekuensinya, termasuk menanggung kemarahan rakyat akibat kenaikan ini.

*Kedua,* memilih mengumumkan pada hari libur juga didasari pada usaha untuk menghindari dampak langsung berupa demonstrasi dan tekanan dari rakyat. Walau pada akhirnya disadari akan ada protes rakyat, namun hal itu setidaknya dapat diredakan dengan suasana libur dan ada waktu antisipasi saat demo mulai ramai di hari kerja (Senin, 5/9).

*Ketiga,* Jokowi masih mempertahankan data hoax soal subsidi Rp502 T yang jadi dasar kenaikan harga BBM. Itu artinya, seluruh argumentasi rakyat diabaikan. Meskipun protes data hoax disampaikan, toh akhirnya kenaikan BBM tetap merujuk data hoax tersebut.

Jokowi mengatakan, anggaran subsidi pemerintah sudah meningkat 3 kali lipat dari Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun dan itu akan meningkat terus. Lebih dari 70% subsidi diklaim dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu, yaitu pemilik mobil pribadi.

*Keempat,* tinggal rakyat mau bertindak apa. Apakah akan diam ditindas, atau komitmen dengan ikrar 'BBM NAIK, JOKOWI TURUN'. Sebab, semua penderitaan rakyat telah diabaikan. Jokowi tetap saja menaikan harga BBM.

Lagipula, jika model kebijakan yang zalim seperti ini terus dibiarkan maka selamanya rakyat akan ditindas. Dalam banyak kebijakan kedepan, suara rakyat tidak akan pernah didengarkan.

Serius, apakah Jokowi akan diturunkan sebagai dampak dari tindakan keras kepala yang tetap menaikan harga BBM ? [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

https://heylink.me/AK_Channel/
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab