[4] RAMADHAN TRANSFORMATIF
Alhamdulillah, kita telah memasuki hari keempat bulan suci Ramadhan. Jadilah pribadi muslim yang selalu positif dalam menghadapai dan menjalani serangkaian ibadah di bulan penuh berkah ini. Sikap positif dalam menghadapi bulan suci Ramadhan diantaranya adalah bahagia menyambut Ramadhan, mensyukuri atas nikmat usia dan kesehatan, bersabar dalam menghadapi ujian selama menjalankan puasa dan menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Banyak dalil dan keterangan yang mendorong sikap positif ini, diantaranya adalah :
Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah seseorang diberikan suatu nikmat dari Allah, kemudian ia bersyukur dengan nikmat itu, kecuali nikmat tersebut akan bertambah baginya. Dan barang siapa yang sabar atas musibah, maka Allah akan memberikan pahala yang besar baginya." (HR. Tirmidzi)
Sesiapa yang puasa Ramadhan dengan iman dan harapan akan mendapat pahala diampuni dosa-dosanya yang telah lewat (HR. Bukhari dan Muslim).
Ramadhan transformatif mengajarkan perubahan sikap menjadi pribadi yang lebih positif. Sikap positif adalah sikap mental atau kejiwaan yang melibatkan cara berpikir, bertindak, dan merespon situasi dengan mengedepankan sudut pandang yang optimis, berfokus pada hal-hal yang baik dan menghindari pemikiran yang negatif atau merugikan. Sikap positif dapat membantu seorang muslim untuk memandang hidup dengan cara yang lebih baik, lebih optimis, dan lebih mudah mengatasi rintangan dan masalah yang dihadapi.
Ramadhan semestinya mengubah diri seorang muslim menjadi pribadi positif setelah mampu menjalankan semua ujian dan rintangan selama berpuasa Ramadhan. Jika ada orang yang mencari masalah dengan muslim yang sedang menjalankan puasa, maka Islam mengajarkan agar dijawab : maaf saya sedang berpuasa. Inilah contoh sikap positif yang diajarkan oleh Ramadhan.
Sikap positif juga bisa ditunjukkan dengan kepercayaan diri, semangat pantang menyerah, dan keyakinan akan masa depan. Dalam konteks hubungan sosial, sikap positif juga melibatkan kemampuan untuk merespon orang lain dengan sopan dan baik, mengedepankan kerjasama dan kebaikan, serta menghindari konflik atau permusuhan.
Menjadi pribadi yang semakin positif selama bulan suci Ramadhan maknanya menjadi pribadi yang semakin sholih karena meningkatkanya spiritualitas. Untuk memotivasi amalan ibadah, Allah telah menetapkan bahwa ibadah sunnah akan diberikan pahala seperti ibadah wajib. Sementara ibadah wajib akan dilipatgandakan pahalanya.
Sebagai salah satu contoh ibadah di bulan suci Ramadhan adalah membaca, menghafal, menelaah dan mengamalkan Al Qur’an. Ramadhan sebagai syahrul qur’an semestinya semakin memotivasi umat Islam untuk lebih dekat kepada Al Qur’an. Allah menegaskan bahwa Al Qur’an sebagai petunjuk, penjelas haq dan batil, serta sumber kebenaran bagi manusia.
Allah menegaskan dalam firmanNya : Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). (QS. al-Baqarah : 185).
Jika kaum muslimin membaca satu juz Al Qur’an kira-kira berjumlah 7000 huruf, kalikan satu huruf dengan 10 kebaikan dikalikan pahala 70 kewajiban maka akan menghasilkan 4.900.000 kebaikan. Jika satu kali saja Al Qur’an dikhatamkan selama bulan Ramadhan, maka akan didapat 147 juta kebaikan. Jika tiga kali akan didapatkan 441 juta kebaikan. Sungguh Allah melipatgandakan pahala setiap amal sholeh di bulan Ramadhan.
Selain membaca Al Qur’an, agenda ibadah harian selama bulan Ramadhan semisal niat puasa karena Allah, berbuka puasa dan makan sahur, menjaga diri dari yang membatalkan atau yang mengurangi pahala puasa, menjalankan sholat terawih dan qiyamul lail dan berzikir. Dengan demikian bulan suci Ramadhan bisa menjadi wasilah agar semakin menjadi pribadi positif.
Selain adanya proses perubahan menuju pribadi yang positif, Ramadhan juga semestinya membawa kepada perubahan pribadi yang produktif. Pribadi produktif adalah kemampuan untuk menghasilkan output yang bermanfaat atau mencapai hasil yang diinginkan melalui penggunaan waktu, sumber daya, dan keterampilan yang efisien dan efektif.
Dalam konteks pekerjaan atau bisnis, menjadi produktif berarti menyelesaikan tugas dan proyek dalam batas waktu yang ditetapkan dan memenuhi standar kualitas. Hal ini melibatkan menetapkan tujuan, memprioritaskan aktivitas, mengelola waktu, dan menggunakan alat dan teknik untuk mengoptimalkan kinerja.
Dalam konteks pengembangan pribadi, produktivitas dapat dianggap sebagai kemampuan untuk mencapai hasil yang diinginkan, baik dalam pembelajaran, kreativitas, kesehatan, atau bidang kehidupan lainnya. Hal ini melibatkan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri, mencari peluang untuk meningkatkan diri, dan mengembangkan kebiasaan dan rutinitas yang mendukung pertumbuhan dan pencapaian. Ramadhan adalah bulan produktifitas, bukan bulan untuk bermalas-malas.
Puasa Ramadhan tidaklah menghalangi produktifitas seorang muslim. Berbagai kajian virtual bisa diikuti dari rumah, bisa juga yang langsung offline. Produktifitas juga bisa dilakukan dengan cara menghasilkan karya-karya tulis terbaik. Menulis satu huruf di bulan Ramadhan dengan niat ibadah, tentu saja mendapatkan berlipat pahala dari Allah. Menghidupkan budaya literasi Ramadhan adalah bentuk produktifitas.
Selain perubahan diri menjadi lebih positif, produktif, maka Ramadhan juga semestinya mengubah seorang muslim menjadi lebih konstributif. Konstributif atau kontributif adalah sikap atau tindakan seseorang yang berusaha untuk memberikan kontribusi atau sumbangan positif bagi lingkungan sekitar, baik itu dalam skala kecil maupun besar. Orang yang konstributif biasanya memiliki sifat proaktif, ingin memberikan dampak positif bagi orang lain dan lingkungan, serta berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup orang lain di sekitarnya.
Contoh tindakan konstributif selama bulan suci Ramadhan bisa berupa membantu orang lain dalam kesulitan, memberikan donasi bagi kegiatan sosial atau amal, berpartisipasi dalam kegiatan yang membawa manfaat bagi lingkungan sekitar, memberikan ide atau saran yang bermanfaat untuk kemajuan umat dan bisa juga menulis karya-karya tulis yang mampu memberikan pencerahan atau inspiratif bagi kebaikan muslim lainnya.
Sikap konstributif ditunjukkan oleh sebuah hadits : Barangsiapa memberikan makanan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun. (HR. Tirmidzi dan Ibn Majah).
Sedekah pada bulan Ramadhan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti memberikan makanan kepada orang yang berpuasa, memberikan bantuan keuangan kepada fakir miskin atau yatim piatu, dan berbagai bentuk sedekah lainnya. Selain itu, sedekah juga dapat dilakukan dalam bentuk amalan kebaikan lainnya, seperti membaca Al-Quran, memperbanyak sholat sunnah, dan berbagai amalan kebaikan lainnya.
Sedekah pada bulan Ramadhan memiliki banyak manfaat, baik dari segi kebaikan sosial maupun kebaikan pribadi. Beberapa manfaat sedekah di bulan Ramadhan antara lain: pertama, meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Kedua, membersihkan hati dari sifat kedengkian, iri hati, dan keserakahan. Ketiga, meningkatkan rasa empati dan kepedulian terhadap orang yang membutuhkan. Keempat, menjadikan orang yang bersedekah merasa lebih bahagia dan puas dengan hidupnya. Kelima, meningkatkan keberkahan dalam hidup dan rezeki.
Nah kesimpulannya adalah bahwa Ramadhan telah mengajarkan kepada seorang muslim agar menjadi lebih positif, produktif dan konstributif, terlebih sebagai seorang pengemban dakwah. Dengan demikian Ramadhan transformatif akan bisa terwujud jika seorang muslim mengalami perubahan diri menjadi lebih positif, produktif dan konstributif.
Oleh: Dr. Ahmad Sastra
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 26/03/23 : 14.22 WIB)