Tinta Media: Tidak Solutif
Tampilkan postingan dengan label Tidak Solutif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tidak Solutif. Tampilkan semua postingan

Selasa, 29 November 2022

9 Simpul Moderasi Beragama Berbasis Keluarga Dinilai Abstrak dan Tidak Solutif

Tinta Media - Konferensi Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) yang menghasilkan sembilan Simpul Moderasi Beragama Berbasis Keluarga, menurut Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Reta Fajriah, abstrak dan tidak solutif.

“Simpul Moderasi Beragama Berbasis Keluarga yang dirumuskan KUPI tidak memberikan solusi yang jelas. Selain itu, antar simpul ada yang tidak nyambung dan terlihat abstrak,” tuturnya dalam rubrik Kuntum Khaira Ummah: Mewaspadai Konsep Moderasi yang Menyasar Keluarga Muslim (Bagian 2) di kanal Youtube Muslimah Media Center pada Rabu (23/11/2022). 

Pada bagian pertama, ustazah Reta menyampaikan empat simpul yakni Islam, Tauhid, Khalifah, dan Maslahah. “Simpul Islam dimaknai sebagaimana bahasa artinya berserah diri, sedangkan simpul Tauhid adalah penyembahan kepada Allah SWT namun tidak boleh ada di antara sesama hamba Allah atau mahluknya ada diskriminasi  atau ketidakadilan,” urainya.

"Simpul yang ketiga adalah Khalifah dengan makna setiap individu bisa menjadi pemimpin yang akan membawa kepada kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan. Sedangkan simpul yang keempat adalah Maslahah kepada individu, keluarga, masyarakat, atau kepada alam semesta," lanjutnya.

Di bagian kedua ini, ustazah Reta menyampaikan simpul kelima hingga kesembilan adalah Wathoniyah, Pelayanan, Sakinah, Tarbiyah, dan terakhir Kaffah. Ia menjabarkan lebih lanjut bahwa simpul Wathonyah adalah ketanah-airan atau kebangsaan. “Wathoniyah ini masih terkait dengan kepemimpinan Khalifah yang dibahas dalam simpul sebelumnya itu berbasis kepada tanah air. Secara alami di sinilah setiap orang itu berpijak dan juga harus sesuai dengan kesepakatan para pendiri bangsa,” tambahnya.

Menurutnya, konsep Khilafah dalam makna kebangsaan agak dipaksakan serta tidak mempunyai dalil dan dasarnya tidak jelas. “Realitas konsep kepemimpinan dalam Islam di masa Rasulullah Saw., para sahabat, dan Khulafaur Rasyidin tidak dibatasi adanya bangsa-bangsa tertentu. Bahkan kepemimpinan Rasul dan para sahabat itu terus meluas hingga melewati batas benua, bangsa, asal-usul, maupun warna kulit,” tegasnya.

Berlanjut ke simpul keenam adalah Pelayanan. “Pelayanan dalam hal ini diwakilkan atau direpresentasikan oleh KUA. Pihak KUA diharapkan yang akan mensosialisasikan simpul-simpul sebelumnya di tengah masyarakat,” jelasnya.

Masih terkait dengan simpul keenam, simpul ketujuh adalah Sakinah. “Sakinah dengan harapan pihak KUA yang secara praktis akan membimbing masyarakat menuju keluarga yang sakinah yaitu keluarga yang mengimplementasikan sembilan nilai atau simpul Moderasi Beragama Berbasis Keluarga,” tambahnya. 

Dua simpul terakhir adalah Tarbiyah dan Kaffah. “Tarbiyah bentuk nyatanya memberikan bantuan kepada masyarakat dalam bentuk bimbingan pranikah. Sedangkan Kaffah artinya diharapkan setelah semua simpul terimplementasi akan terwujud bangunan keluarga yang individu-individunya soleh maupun solehah,” ujarnya.

Tak Ada Kolerasi

Ustazah Reta mengkritisi lebih lanjut bahwa konsep yang ditawarkan dalam simpul Moderasi Beragama Berbasis Keluarga adalah konsep abstrak dan tidak memiliki korelasi terhadap solusi atas persoalan-persoalan yang ada. “Bullying, tawuran, narkoba, HIV, gaul bebas, dan lain lain dari nilai-nilai atau simpul-simpul tersebut belum terlihat ada korelasi serta tidak nampak berisi seperangkat aturan yang benar-benar sebagai solusi,” kritiknya.

Menurutnya, nilai atau simpul ini sangat berbeda dengan aturan dan solusi yang dimiliki Islam. “Islam memiliki seperangkat aturan yang akan menjaga individu, keluarga, dan masyarakat tetap dalam batasan-batasan aturan yang jelas. Bagi pelaku pelanggaran akan dibei sanksi,” jelasnya.

Terakhir, ustazah Reta memberikan memberikan nasihat kepada keluarga muslim dan seluruh kaum muslimin  agar selayaknya mempunyai daya sikap kritis sehingga mampu mencerna setiap konsep dan landasan yang mendasarinya dari pemikiran-pemikiran yang ditawarkan. 

“Kita berharap ada solusi atas problem yang sudah sangat berat dalam menghadapi persoalan generasi dan pendidikan yang karut-marut. Konsep yang berlandaskan Islam lah satu-satunya yang akan menjadi solusi tuntas,” pungkasnya.[] Erlina YD
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab