Berkiblat ke Asing, Pamong Institute: Indonesia Tidak Independen dan Tidak Mandiri
Tinta Media - Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroky menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki banyak ‘kiblat’ (arah) dalam bernegara.
“Negara ini betul-betul banyak sekali ‘kiblat’ (arah) nya. Menjadi satelit dari berbagai negara, tidak punya independensi dan tidak punya kemandirian,” ujarnya dalam program Perspektif: Demokrasi atau Khilafah untuk Solusi Indonesia??!! Di kanal YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD), Senin (3/7/2023).
Ia membeberkan, praktisnya seperti itu, semakin banyak sistem dari luar yang diadopsi Indonesia yang diambil dari negara-negara imperialis baik kapitalisme maupun sosialis komunis.
Maka, menurutnya negara ini praktis tidak pernah bisa mandiri. Ekonominya tergantung Cina, sistem politiknya sangat tergantung Amerika, sistem hukumnya tergantung dengan hukum peninggalan Belanda.
“Sistem budayanya, mungkin sekarang lebih kuat mengarah ke Korea dan seterusnya,” bebernya.
Jadi lanjut Wahyudi, negara ini praktis tidak punya karakter sendiri di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, pertahanan dan keamanan (poleksosbudhankam).
“Di sinilah pentingnya kita melihat jati diri kita sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Mestinya umat Islam itu punya karakter sendiri. Menunjukan jati dirinya, punya kemandirian dan punya sistem-sistem yang bisa memagari dan melindungi negara ini dari eksploitasi sumber daya alam maupun eksploitasi sumber daya manusia yang dilakukan oleh negara-negara imperialis,” ucapnya.
Ia pun memandang, di sini pentingnya coba melirik kepada sistem Islam (khilafah) kemudian mendiskusikan hal ini supaya mendapatkan alternatif (pilihan) solusi yang bisa membuat bangsa ini survive (mampu bertahan) sebagai bangsa yang mandiri.
Hanya persoalannya satu saja, menurutnya masyarakat sering diberikan narasi-narasi dari orang-orang yang berkuasa dengan mengatakan bahwa kalau bicara Islam dan sistem Islam itu berbahaya dan membahayakan, mengancam persatuan dan seterusnya.
Nah, narasi-narasi ini yang menghambat untuk mencari alternatif (pilihan) solusi yang lebih baik bagi negeri ini,” pungkasnya. [] Muhar.