Tinta Media: Telkom
Tampilkan postingan dengan label Telkom. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Telkom. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Juni 2022

AEPI: Masihkah PT. Telkom Milik Indonesia?


Tinta Media - Peneliti Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng mempertanyakan kepemilikan PT. Telkom, jika aksi perusahaan terus berlanjut.

“Jika aksi perusahaan terus berlanjut yakni aksi menumpuk utang, lalu akusisi perusahaan yang lemah dan rugi, lalu jual murah aset, lalu IPO, masihkah PT. Telkom milik Indonesia, setelah pemerintahan Jokowi bubar nanti?” tanya Salamuddin Daeng kepada Tinta Media, Jumat (17/6/2022).

Menurutnya, sekarang saja tidak tahu telkom dan telkomsel sebenarnya milik siapa? “Siapa dapat apa?” tanyanya.

“Cari uang dengan menjual aset dan IPO, itulah yang dilakukan PT Telkom untuk menghasilkan uang,” lanjutnya.

Ia mengungkap fakta pada Agustus 2021 Telkomsel menjual 4.000 menara lagi ke Mitratel. Selanjutnya Telkom berencana memonetisasi sebagian sahamnya di Mitratel melalui IPO. “Inilah modus utama telkom cari uang yakni jual aset, lalu privatisai melalui IPO,” ungkapnya.

Menurutnya, perusahaan PT. Telkom menghadapi takdir yang cukup berat. Utang jatuh tempo sebesar Rp27 triliun dan kewajiban sewa sebesar Rp6 triliun selama 12 bulan ke depan (oktober 2022).

“Untuk mengatasi masalah ini Telkom sudah pasti akan mengandalkan pinjaman dari bank lokal yang selama merupakan pemberi pinjaman kepada Telkom untuk mengatasi utang perusahaan dalam mata uang asing,” jelasnya.

Ia juga menilai bahwa perusahaan menumpuk utang dan melakukan langkah bisnis yang mengkuatirkan. “Salah satunya adalah melakukan akuisisi yang didanai utang besar yakni membeli Gojek  senilai USD450 juta pada  November 2020, di Gojek perusahaan ride-hailing dan local payment yang belum pernah untung dalam bisnisnya,” bebernya.

Ia mengutip berita media Singapura The Business Times  bahwa - Telkomsel telah menginvestasikan tambahan US$300 juta (S$398 juta) ke Gojek start-up ride-hailing, dengan rencana untuk memperkuat kolaborasi mereka yang sudah ada.
“Telkomsel yang disebut anak perusahaan. Telkom Indonesia dan Singtel Singaoura telah menginvestasikan US$150 juta pada November tahun lalu (tahun 2020) di Gojek,” tuturnya.

Ia juga menyampaikan bahwa telkom kembali heboh karena melalui anak usahanya Telkomsel  membeli saham GoTo senilai Rp. 6,3 triliun  perusahaan gabungan  Gojek dan Tokopedia yang ditenggarai masih ada masalah dengan UU anti monopoli Indonesia.

“Ini suntikan apa lagi? Kebijakan ini tampaknya akan berhadapan dengan Pansus di DPR,” tegasnya.

Daeng memperkirakan, saham Telkom di Gojek selanjutnya akan di IPO atau dijual untuk mendapatkan uang kembali. Cara dapat uang yang cepat dengan menjual aset yang baru saja dibeli. “Sama seperti aksi aksi perusahaan sebelumnya jual aset, aquisisi, lalu IPO. Keuntungannya lalu dibagi bagikan kepada pemegang saham,” bebernya.

Tidak sampai disitu, Telkom rencana melakukan merger dengan PT Indosat Tbk (BBB/AAA(idn)/Rating Watch Negative) dan PT Hutchison 3 Indonesia (Hutch). Konon katanya aksi perusahaan untuk memperkuat pangsa pasar. Telkom merger dengan perusahaan yang lebih lemah, yang rating negatif. Lalu kemudian IPO. “Apakah ini bukan cara menjual ke swasta dengan cara murah?” Daeng mempertanyakan.

Ia juga mengingatkan bahwa telkomsel anak perusahan Telkom, sekarang sahamnya sisa separuh milik telkom. Sebanyak 35% saham Telkomsel milik Singapore Telecommunications Limited (A/Stabil). “Lalu bagaimana dengan utang Telkom dan Telkomsel yang juga dimiliki oleh modal  asing. Berapa sudah modal asing yang andil dalam perusahaan telekomunikasi Indonesia?” ungkapnya.

Ia  mengingatkan bahwa sekarang ini era digitalisasi, negara telah berubah menjadi negara digital. “Masihkah Indonesia berdaulat?” pungkasnya. [] Raras

Sabtu, 18 Juni 2022

Nasib Telkom Setelah Pemerintahan Jokowi Bubar: Masihkah Milik Negara Indonesia?


Tinta Media - Cari uang dengan menjual aset dan IPO, itulah yang dilakukan PT  Telkom untuk menghasilkan uang. 

Pada Agustus 2021 Telkomsel menjual 4.000 menara lagi ke Mitratel. Selanjutnya Telkom berencana memonetisasi sebagian sahamnya di Mitratel melalui IPO. Inilah modus utama telkom cari uang yakni jual aset, lalu privatisai melalui IPO. 

Perusahaan PT Telkom menghadapi takdir yang cukup berat. Utang jatuh tempo sebesar Rp27 triliun dan kewajiban sewa sebesar Rp6 triliun selama 12 bulan ke depan (oktober 2022). Untuk mengatasi masalah ini Telkom sudah pasti akan mengandalkan pinjaman dari bank lokal yang selama merupakan pemberi pinjaman kepada Telkom untuk mengatasi utang perusahaan dalam mata uang asing. 

Perusahaan menumpuk utang dan melakukan langkah bisnis yang mengkuatirkan. Salah satunya adalah melakukan akuisisi yang didanai utang besar yakni membeli Gojek  senilai USD450 juta pada  November 2020. di Gojek perusahaan ride-hailing dan local payment yang belum pernah untung dalam bisnisnya.

Seperti diberitakan media Singapura The Business Times  bahwa - Telkomsel telah menginvestasikan tambahan US$300 juta (S$398 juta) ke Gojek start-up ride-hailing, dengan rencana untuk memperkuat kolaborasi mereka yang sudah ada.
Telkomsel yang disebut anak perusahaan. Telkom Indonesia dan Singtel Singaoura telah menginvestasikan US$150 juta pada November tahun lalu (tahun 2020) di Gojek.

Telkom kembali heboh karena melalui anak usahanya Telkomsel  membeli saham GoTo senilai Rp. 6,3 triliun  perusahaan gabungan  Gojek dan Tokopedia yang ditenggarai masih ada masalah dengan UU anti monopoli Indonesia. Ini suntikan apa lagi? Kebijakan ini tampaknya akan berhadapan dengan Pansus di DPR. 

Saham Telkom di Gojek selanjutnya akan di IPO atau dijual untuk mendapatkan uang kembali. Cara dapat uang yang cepat dengan cara menjual aset yang baru saja dibeli. Sama seperti aksi aksi perusahaan sebelumnya jual aset, aquisisi, lalu IPO. Keuntungannya lalu dibagi bagikan kepada pemegang saham. Siapa mereka ini? 

Tidak sampai disitu, Telkom rencana melakukan merger dengan PT Indosat Tbk (BBB/AAA(idn)/Rating Watch Negative) dan PT Hutchison 3 Indonesia (Hutch). Konon katanya aksi perusahaan untuk memperkuat pangsa pasar. Telkom merger dengan perusahaan yang lebih lemah, yang rating negatif. Lalu kemudian IPO. Apakah ini bukan cara menjual ke swasta dengan cara murah? 

Ingat telkomsel anak perusahaan Telkom, sekarang sahamnya sisa separuh milik telkom. Sebanyak 35% saham Telkomsel milik Singapore Telecommunications Limited (A/Stabil). Lalu bagaimana dengan utang Telkom dan Telkomsel yang juga dimiliki oleh modal  asing. Berapa sudah modal asing asing yang andil dalam perusahaan telekomunikasi Indonesia?

Jika aksi perusahaan terus berlanjut yakni aksi menumpuk utang, lalu akusisi perusahaan yang lemah dan rugi, lalu jual murah aset, lalu IPO. Pertanyaannya? Masihkan PT. Telkom milik Indonesia setelah pemerintahan Jokowi bubar nanti? Sekarang aja kita tidak tau telkom dan telkomsel sebenarnya milik siapa? Siapa dapat apa? Ingat ini era digitalisasi, negara telah berubah menjadi negara digital.. Masihkah Indonesia berdaulat?

Oleh: Salamuddin Daeng 
Peneliti Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI)
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab