Tinta Media: Tawuran Pelajar
Tampilkan postingan dengan label Tawuran Pelajar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tawuran Pelajar. Tampilkan semua postingan

Kamis, 10 Agustus 2023

Tawuran Pelajar Akibat Krisis Identitas, Ajang Eksistensi Diri?

Tinta Media - Aksi tawuran pelajar di Indonesia memang tidak ada habisnya. Pada hari Ahad, 23 Juli 2023 seorang pelajar berlumuran darah akibat dibacok saat tawuran di Teluknaga, Tangerang (tangerangnews.com). 

Selanjutnya, Rabu 03 Agustus 2023, di kawasan Klapanunggal, Bogor terdapat seorang pelajar yang terluka karena sabetan celurit (detik.com). 

Sementara itu, sebulan yang lalu di Petamburan, Jakarta Barat, Polisi menangkap 106 pelajar yang diduga hendak melakukan tawuran dengan barang bukti puluhan sajam di antaranya celurit (cnnindonesia.com 13/06/2023).

Fakta-fakta ini tentunya membuat masyarakat merasa resah dengan perilaku pelajar saat ini. Tidak sedikit orang tua mereka terkejut akan tindakan anaknya. 

Selain itu, banyaknya jumlah remaja yang tawuran juga menjadi fakta yang tak terelakkan di sini. Apakah yang menyebabkan kondisi ini terjadi? 

Kondisi remaja yang lebih memilih tawuran dibandingkan menuang prestasi dan orang tua yang abai dalam memandu anaknya menjadi generasi islami?

Hal ini terjadi sebab dipicu oleh krisis identitas. Krisis identitas terjadi karena remaja yang tidak mendalami agamanya sendiri sehingga beranggapan bahwa beribadah hanyalah sekadar mengamalkan rukun islam dan tidak berhubungan dengan kehidupan dan masalah sehiari-sehari. Hal ini terjadi dikarenakan asas sekuler yang menjadi asas negeri ini.

Krisis identitas ini menyebabkan penafsiran remaja mengenai kehidupan adalah untuk bersenang-senang, mengikuti tren yang bertolak belakang dengan ajaran islam, dan tidak peduli halal-haram demi meraih suatu kepuasan. 

Seperti yang disampaikan Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Metro Penjaringan Kompol Harry Gasgari mengungkapkan bahwa motif tawuran yang dilakukan kelompok pelajar di Jembatan Bandengan, Jakarta Utara pada Selasa (18/7) hanyalah sekadar ingin mencari pengakuan atau eksistensi di media sosial. 

"Mereka ingin eksis. Mungkin buat konten juga di situ sehingga viral," ujar Harry seperti dilansir dari antaranews.com.

Selain faktor krisis identitas, tawuran juga disebabkan hilangnya peran lingkungan dari keluarga dan sekolah. Keluarga sangat berperan penting dalam mendidik dan membangun kepribadian anak. 

Begitu pula sekolah yang menjadi tempat menuntut ilmu dan berkembang. Namun, ketika keduanya tidak mampu menjadi contoh dan tempat belajar para remaja maka mereka dapat cenderung menjadi bibit-bibit pelaku kriminal.

Selain itu, dengan sistem pendidikan sekolah yang sekuler liberal akan menyebabkan diri mereka yang kosong dari keimanan dan nilai-nilai islam. Keadaan ini menyebabkan remaja mudah frustasi, nirempati, salah pergaulan yang berujung pada tawuran. 

Sistem pendidikan ini tidak bisa dilepaskan dari negara. Karena negaralah yang merancang dan menentukan sistem pendidikan yang dilaksanakan. Mengurusi urusan rakyat adalah kewajiban dari penguasa. Kelalaiannya jelas membawa kepada dosa. 

Padahal, seorang penguasa wajib mengurusi semua urusan rakyatnya, termasuk menjamin ketaatan rakyatnya.

Untuk mencegah kedua faktor tersebut, diperlukan pencegahan dengan membentuk kepribadian islami generasi muda oleh keluarga, masyarakat, dan negara. 

Dari keluarga dengan mendampingi dan menuntun anaknya dalam masa pertumbuhan untuk menjadi generasi islami, Masyarakat dengan menumbuhkan kepedulian terhadap masalah remaja, kemudian negara yang menerapkan sistem kehidupan islam secara kaffah. 

Dengan ada peran penuh dari ketiganya maka pelajar akan terkondisikan menjadi remaja yang berkepribadian islam.

Oleh: Muthiah Atiqoh
Mahasiswi Biologi Universitas Negeri Yogyakarta

Senin, 07 Agustus 2023

Tawuran Tak Berujung Akibat Sistem Sekuler

Tinta Media - Kasus tawuran hari ini seakan menjadi tren di kalangan pelajar. Di awal tahun ajaran baru ini pun, dunia pendidikan kembali mengisahkan kasus serupa yang terjadi di beberapa daerah. Sungguh ironis potret pelajar saat ini. Bagaimana tidak, para pelajar yang seharusnya fokus dalam mengejar prestasi, faktanya lebih sibuk dengan aktivitas yang sia-sia semisal tawuran. Hati orang tua mana yang tak hancur, mendapati anaknya di kantor polisi ditangkap aparat.

Seperti yang dilansir dari Beritasatu.com (Minggu, 23/07/2023), sejumlah pelajar menangis massal dan bersimpuh di kaki orang tua mereka saat dipertemukan di Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat akibat terlibat tawuran.

Menurut Ipda Agung Taufan Panit Lantas Polsek Gunung Putri, para pelajar tersebut membawa senjata tajam yang diduga akan melakukan aksi tawuran, sehingga pihaknya langsung mengamankan mereka.

"Jadi, semalam itu kita amankan 20 orang. Dari 20 orang itu, 5 orang bawa sajam, yang 5 orang, sementara masih dalam penyidikan oleh pihak reskrim."

Buah Pendidikan Sistem Kapitalisme

Tawuran pelajar ini seperti tak berujung dan terkadang sangat tak masuk akal dengan alasan mereka. Tak jarang aksi tersebut melukai fisik, bahkan sampai menghilangkan nyawa. Pihak sekolah pun sudah tak mampu lagi mencegah peserta didiknya melakukan tawuran dan kenakalan ini. 

Kalau kita cermati, kenakalan remaja hari ini sebenarnya bukan masalah tawuran semata. Namun, masih terdapat problem lain yang menghinggapi sikap dan prilaku mereka, seperti bullying, pergaulan bebas, narkoba, mental illnes, dan lainnya. Sehingga, mereka menjadi pribadi yang mudah tersulut emosi sesaat, individualis, dan terbiasa dengan sesuatu yang instan.

Pendidikan di sistem ini sungguh tidak mampu menyelesaikan masalah remaja. Alih-alih memberikan pengajaran, yang ada malah semakin menambah persoalan kompleks dan akut. Hal ini karena akar dari berbagai malapetaka tersebut tidak lain akibat dari sistem sekuler kapitalisme yang diterapkan dalam kehidupan saat ini. Pendidikan yang dipisahkan dari agama dan berbasis kapitalis ini hanya akan mencetak generasi yang tidak takut dosa, tidak berakhlak, apalagi berkepribadian Islam. Miris!

Tak hanya itu, pendidikan saat ini pun hanya menjadikan manusia sebagai mesin pencetak uang. Standar kehidupan hanya materi, tidak peduli halal dan haram. Generasi saat ini bermental buruh, bukan generasi yang fakih fiddiin, apalagi penggerak perubahan. 

Kerusakan generasi muda seharusnya menjadi perhatian serius. Bukan hanya diperhatikan dalam dunia pendidikan dan keluarga saja, tetapi butuh peran negara. Hal ini karena negara adalah sebagai pengurus dan penanggung jawab penuh dalam mencetak generasi pemimpin peradaban masa depan dengan menerapkan hukum Islam secara total dalam kehidupan. Negara harus memberikan sanksi tegas terhadap pelajar yang terlibat dalam tawuran. 

Sebagaimana firma Allah dalam surat Al Maidah: 48,

Artinya: "Maka, putuskanlah (perkara) mereka menurut aturan yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka dengan (meninggalkan) kebenaran yang telah datang kepadamu .,.."

Islam Solusinya

Generasi muda adalah agen perubahan pemimpin peradaban manusia di masa yang akan datang. Tidak ada solusi tuntas selain Islam karena Islam adalah akidah, sekaligus menjadi problem solving dalam kehidupan.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan berbagai masalah generasi saat ini, yaitu melalui pendidikan, mengoptimalkan peran keluarga dan masyarakat, serta sanksi tegas terhadap pelaku oleh negara.

Di dalam sistem Islam, generasi muda akan dibentuk sesuai syariat Islam. Begitu juga sistem pendidikan akan fokus untuk mencetak generasi yang beriman dan bertakwa, serta memiliki pola pikir dan berkepribadian Islam. Bukan hanya itu, pemuda juga akan didorong untuk maju dalam sains dan teknologi. 

Hal ini karena dalam sistem Islam, kehidupan akan senantiasa terikat dengan hukum Allah Swt. Standar kehidupan hanya berorientasi pada rida Allah Swt. Sehingga, sudah dapat dipastikan bahwa generasi yang dididik dengan akidah Islam akan berprestasi dan berakhlak mulia, mempunyai empati terhadap temannya, takut berbuat dosa karena mendatangkan murka Allah dan tahu hakekat manusia diciptakan.

Selain itu, peran keluarga dan masyarakat sangat penting juga dalam mengontrol kehidupan generasi muda. Hal ini karena keluarga, terutama orang tua, yaitu ayah maupun ibu akan senantiasa menjaga dengan selalu mengingatkan nilai agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. 

Selain itu, masyarakat akan saling peduli terhadap lingkungan sosialnya di mana pun mereka tinggal dengan bersama-sama menciptakan suasana keimanan, serta terus -menerus menjalankan amar makruf nahi mungkar.

Alhasil, dengan menerapkan hukum Islam, kehidupan umat dan generasi akan terjaga dari segala bentuk kemungkaran. Hukum yang ditetapkan pun akan menimbulkan efek jera karena dibalik penerapan hukum Islam tentunya terdapat kemaslahatan. Wallahu alam bissawab.

Oleh: Emmy Rina Subki, Sahabat Tinta Media

Kamis, 03 Agustus 2023

Maraknya Tawuran Pelajar, Bukti Generasi Lemah Mental

Tinta Media - Tawuran antar pelajar seolah sulit untuk dihentikan, deretan kasus tawuran di berbagai daerah terus terjadi. Tidak tanggung-tanggung, senjata yang mereka gunakan pun merupakan senjata tajam yakni celurit yang tentunya bisa mengancam nyawa bagi lawannya.

Dalam sebuah video amatir,  terekam aksi saling kejar pelajar yang membawa senjata tajam yang bermula dari Lingkar Salatiga Cebongan hingga masuk ke desa Bener, Tengaran, Semarang. Dalam Video tersebut,  terlihat pelajar bercelana abu-abu mengenakan hoodie dan helm, dan membawa senjata tajam jenis celurit mengejar kelompok lain. Terlihat juga sebagian pelajar berada di atas kabin truk. (Kompas.com, 25/7/2023)

Fenomena ini menunjukkan lemahnya mental remaja, faktor yang melatar belakangi kasus tersebut biasanya hanya sepele, seperti saling bulllying atau adanya pihak ketiga yang menjadi profakator, yang akhirnya menyebabkan emosi dari kedua belah pihak. 

Mudah tersulut emosi, menandakan lemahnya kepribadiian remaja saat ini. Selain itu, sistem pendidikan yang berbasis sekularisme kapitalis juga memberikan andil besar dalam  membentuk kepribadian anak didik. Dalam sekularisme kapitalis lebih menitikberatkan penyiapan kerja bukan membangun kepribadian anak didik.

Padahal jika pembangunan kepribadian dibentuk sejak dini dimasukan dalam kurikulum pendidikan, maka tidak akan ada kasus-kasus seperti tawuran yang hanya karena masalah sepele.Tidak ada remaja yang mati sia-sia seolah nyawa tidak lagi berharga.

Gambaran ini sungguh bertolak belakang dengan sistem pendidikan Islam. Islam memiliki sistem pendidikan terbaik yang menghasilkan generasi berkualitas dan memiliki kepribadian mulia. Kepribadian yang mampu membentuk generasi emas dan mampu membanggakan negeri.

Sistem pendidikan Islam memiliki ciri khas dalam membabangun generasi yang berkualitas. Setidaknya ada tiga hal yang ditanamkan dalam pendidikan Islam. 

Pertama, membentuk syakhsiyyah Islam atau kepribadian Islam. Dengan memiliki kepribadian Islam maka remaja tidak akan mudah goyah dan mempunyai pendirian yang kokoh.

Kedua, menamakan tsaqofah Islam. Menanamkan ilmu-ilmu Islam sangat penting agar anak didik bisa membedakan antara perintah dan larangan Allah SWT, yang nanti akan menjadi tuntunan hidup generasi kedepan.

Ketiga, adalah  mengajarkan life skill atau ilmu kehidupan. Islam merupakan agama fitrah yang mampu memahami kehidupan manusia. Dalam mengarungi bahtera kehidupan, manusia membutuhkan ilmu dan cara agar bisa bertahan. Oleh karenanya life skill wajib dipelajari juga wajib diarahkan agar tidak melenceng dari koridor syara.

Penanaman itulah yang nanti akan membentuk generasi-generasi yang berkualitas dan menjadi insan berkepribadian Islam. Namun, penanaman seperti itu hanya ada jika sistem daulah Islam ditegakkan. Sebab, Daulah Islam sudah terbukti mampu mencetak generasi yang berkualitas bahkan generasi yang mampu mengguncang dunia, dialah Muhammad Al-Fatih penakluk Konstatinopel.

Maka dari itu, kita butuh pendidikan yang berbasis Islam agar permasalahan-permasalahan kenakalan bahkan kriminalitas remaja bisa terselesaikan. Sebab, semua permasalahan itu datang dikarenakan sistem pendidikan yang tidak tepat dan tidak menyentuh pada pendidikan kepribadian anak didik yang hanya mencetak generasi yang lemah mental.
Wallahu'alam bishowab.

Oleh: Yulia Putbuha
Sahabat Tinta Media 

Selasa, 01 Agustus 2023

Tawuran Pelajar Semakin Marak, Bukti Lemahnya Kepribadian Anak


Tinta Media - Peran pemuda sering dikaitkan dengan kemajuan suatu bangsa. Bung Karno pernah berkata, "Berikan aku 10 pemuda akan kugoncangkan dunia." 

Namun, bagaimana dengan kondisi pemuda saat ini? Tak sedikit para pemuda atau remaja saat ini yang terlibat dalam kasus bullying, geng motor, begal, narkoba, miras dan tawuran.

Beberapa pekan terkahir ini tawuran antar pelajar kembali terjadi di berbagai daerah. 
Pada Senin (17/07/2023) Polresta Tanggerang mengamankan sekitar 69 pelajar yang berencana tawuran pada hari pertama masuk sekolah di kawasan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten. 

Jumlah 69 pelajar tersebut dari 2 sekolah berbeda. Mereka menangis di depan orang tua yang dihadirkan di Polresta Tangerang. Para pelajar yang diamankan tersebut akan diberi sanksi berupa pembinaan di Polresta Tangerang. (Beritasatu.com).

Di Gunung Putri Kabupaten Bogor, 20 pelajar terlibat tawuran dengan membawa senjata tajam. Mereka menangis bersimpuh di kaki orang tua nya saat dipertemukan di polsek gunung putri. (Beritasatu.com Minggu 23.07.2023).

Dilansir dari TRIBUNJOGJA.COM, pada Senin sore (17/07/2023) aksi tawuran antar pelajar SMK Purwerejo dan Magelang juga terjadi dijalan KM16, Dusun Simpu, Desa Ketosari.

Tak sedikit orang tua yang kaget dan sedih lantaran anaknya terlibat dalam kasus tawuran antarpelajar. Bahkan, ada yang menangis sambil memberikan pesan kepada anaknya agar tidak melakukan perbuatan serupa yang meresahkan masyarakat. 

Tawuran antarpelajar dianggap lumrah oleh masyarakat, bahkan dianggap tradisi, padahal jika hal itu dibiarkan akan berdampak pada prilaku kejahatan kriminal. Banyak kerugian yang dialami akibat tawuran, bukan hanya korban terluka, tetapi kerusakan fasilitas umum hingga berujung pada hilangnya nyawa. 

Sungguh miris, Beberapa peristiwa tawuran terjadi di awal tahun ajaran baru. Fenomena ini menunjukan lemahnya kepribadian anak dan sistem pendidikan saat ini yang berbasis pada sekuler kapitalisme yang memisahkan aturan agama dari kehidupan.

Pemuda memiliki potensi besar bagi umat dan bangsa, bahkan dikatakan masa muda adalah fase terbaiknya, baik fisik, daya pikir, keberanian, semangat, dan ambisi cita-citanya. Namun, nyatanya pemuda saat ini tidaklah demikian, sebab potensinya dibajak oleh sistem sekuler kapitalis. Mereka dimanfaatkan dan didoktrin dengan pemahaman-pemahaman yang salah, sehingga jauh dari pemahaman Islam. Islam hanya sebatas ibadah ritual saja. Mereka tidak memahami hakikat penciptaan dirinya dyidunia untuk apa. 

Buah dari penerapan sistem sekuler kapitalis menjadikan para pemuda semakin liberal. Begitu pun dengan sistem pendidikan sekuler yang hanya sebatas belajar untuk mencapai nilai-nilai akademik, sedangkan pembinaan kepribadian atau akhlak yang islami diabaikan.  Jadi, sistem saat ini otomatis mengubah kepribadian yang tidak islami. 

Dalam sistem Islam, Al-Qur'an dan hadis dijadikan sebagai aturan, serta akidah sebagai dasar negara. Pemimpin membentuk warga negaranya berkepribadiaan Islam dan berakhlak mulia. Mereka memberikan pemahaman bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. sehingga tidak ada yang berbuat seenaknya.

Negara Islam memiliki sistem pendidikan terbaik dan mampu menghasilkan generasi berkualitas yang berkepribadian Islam. Dalam sistem Islam, pelajar terkondisikan untuk menjadi insan yang berkepribadian Islam.
Sistem Islam mampu menyelesaikan masalah tawuran ataupun masalah lainnya dengan sanksi tegas dan mampu memberikan efek jera terhadap pelaku. Semua aturan Islam akan bisa diterapkan manakala sistem Islam ditegakkan dalam negara khilafah islamiyyah.

Oleh: Nasiroh (Aktivis Muslimah)

Senin, 13 Februari 2023

Tradisi Buruk Tawuran Pelajar, Romadhon: Negara Bertanggung Jawab

Tinta Media - Membahas tradisi buruk tawuran pelajar yang tak jarang terjadi di negeri ini, Pengasuh Bengkel Inspirasi Dan Edukasi (IDE) Romadhon menyampaikan, negara bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

“Tapi ini juga merupakan tanggung jawab negara dan kita bersama dalam menyikapi kasus ini,” ujarnya dalam Tabloid Media Umat edisi 327, 6-19 Januari 2023.

Karena menurutnya, negara harus mengevaluasi pada sistem pendidikan sekuler yang berjalan saat ini yakni diputusnya pola pikir dan sikap yang berasaskan agama islam. 

“Seharusnya negara bertanggung jawab membuat sistem pendidikan yang menghasilkan generasi yang bertakwa dan berilmu pengetahuan berdasarkan akidah islam” ujarnya.

Ia pun menjelaskan, negara juga harus memfilter media yang mempertontonkan kekerasan, kriminalisasi, dan tontonan yang tidak mendidik. 

“Generasi muda khususnya pelajar terpengaruh dari tontonan yang terus menerus disuguhkan kepada mereka” jelasnya.

Pengasuh IDE ini juga menambahkan, negara juga harus menghapus game online yang berbasis peperangan, bahwasanya memang awalnya game tersebut menstimulasi anak untuk cerdas menyerang dalam dunia maya akan tetapi pada akhirnya anak pun merealisasikan dalam dunia nyata.

“Dianggapnya sebagai permainan asyik untuk melatih mental, layaknya permainan game online yang sedang mereka perankan,” pungkasnya. [] Luthfan
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab