Tinta Media: Tausiyah
Tampilkan postingan dengan label Tausiyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tausiyah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 28 April 2022

UIY: Allah Menjadikan Agama Ini Mudah


“Allah SWT menjadikan agama ini mudah. Allah menginginkan kemudahan tidak menginginkan kesulitan. Dan tidaklah Allah menjadikan di dalam agama ini kesulitan,” tutur Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) dalam Tausiyah: Takwa dan Totalitas Perjuangan, Rabu (27/4/2022) melalui Channel Youtube Aspirasi News.

UIY lalu membacakan al-Quran surat al Baqarah ayat 185. Yurîdullahu bikumul yusra walâ yurîdu bikumul ‘usra (Allah menginginkan kemudahan dan tidak menginginkan kesulitan).

Oleh karena itu, menurutnya, secara pasti seluruh perintah Allah SWT di dalam agama ini bisa dilaksanakan oleh hambaNya. "Allah SWT menjamin hal itu di dalam Al-Quran, laa yukallifullahu nafsan illa wus'aha (Allah tidak akan membebani hamba-Nya kecuali sesuai dengan kemampuannya),” simpulnya.

Artinya lanjut UIY,  bahwa seluruh kewajiban itu pada dasarnya bisa dilaksanakan oleh manusia siapa pun. Ketika kemampuan manusia itu menurun, Allah akan memberikan rukhsah.

“Shalat misalnya, pada awalnya harus ditunaikan dengan berdiri. Tetapi ketika kita tidak mampu berdiri, bisa ditunaikan dengan duduk. Kalau duduk pun tidak mampu kita bisa tunaikan sambil berbaring sekedar menggerakkan anggota tubuh kita,” jelas UIY memberikan contoh.

Begitu juga dengan puasa, lanjutnya, puasa pasti bisa dilaksanakan oleh siapa pun karena Allah SWT tidak meminta kita untuk tidak makan dan minum berhari-hari. Rata-ratanya hanya 12 jam. Ketika kemampuan manusia menjalankan puasa menurun, Allah memberikan rukhshah.

“Siapa yang dalam perjalanan atau sakit maka baginya boleh tidak berpuasa dengan syarat mengganti di hari yang lain,” terangnya  mengutip al-Quran Surat al-Baqarah ayat 185 memberikan contoh rukhshah itu.

“Karena itu, maka sesungguhnya yang diperlukan dalam kita melaksanakan kewajiban agama ini adalah kemauan. Karena setiap orang pasti memiliki kemampuan. Tetapi ketika tidak ada kemauan maka perkara yang mudah pun akan tampak menjadi sulit. Perkara yang ringan akan terasa berat ” terangnya.

Menurutnya, itulah yang terjadi pada manusia dewasa ini. Banyak sekali kewajiban agama yang sesungguhnya sangat ringan, seperti   zakat hanya dua setengah persen, shalat lima waktu yang  ditempuh kurang  lebih sekitar 3-4 menit pun ditinggalkan. Apalagi untuk perkara-perkara yang lebih berat dari itu.

Kemauan untuk Taat

UIY menilai bahwa puasa ini sesungguhnya menempa umat Islam untuk memiliki kemauan. Kemauan untuk taat kepada Allah SWT.

“Pada bulan puasa kita diminta untuk meninggalkan yang sejatinya pada bulan biasa itu dihalalkan oleh Allah SWT. Makan di siang hari, berhubungan dengan suami dan istri kita itu halal, tetapi di siang hari bulan Ramadhan, itu semua dilarang oleh Allah SWT. Dan hasilnya ternyata kita bisa,” tukasnya.

Jadi, ketika ada kemauan, umat Islam bisa meninggalkan, jangankan yang haram yang halal sekalipun juga bisa. Intinya adalah kemauan. “Kemauan untuk taat itulah taqwa,” tegasnya.

“Ujung dari puasa ini adalah takwa. Karena itu penting bagi kita untuk menunaikan shaum Ramadhan dengan penuh penghayatan, agar kita bisa memetik hikmah terbesar dari puasa yaitu lahirnya takwa. Yaitu kemampuan untuk taat kepada Allah SWT dengan  taat setaat-taatnya,” nasehatnya memungkasi penuturan. [] Irianti Aminatun

Rabu, 27 April 2022

Istiqomah dalam Kataatan kepada Allah SWT


Tinta Media  - Pengasuh Majelis Tafsir Darul Ilmi ast-Tsaqofi Ustadz Abdul Aziz, M.Pd.I mengajak umat Islam agar Istiqomah dalam ketaatan kepada Allah SWT.

"(Mari) kita Istiqomah dalam seluruh hal-hal yang diperintahkan Allah SWT," tuturnya dalam Tausiyah Ramadhan: Dahsyatnya Istiqomah di Jalan Allah di kanal YouTube At Tafkir Channel, Senin (25/4/2022).

Ustadz Abdul Aziz menjelaskan bahwa di dalam surah Fussilat ayat 30, Allah SWT berfirman: Seseorang yang mengatakan Rabb kami adalah Allah SWT, kemudian dia Istiqomah. "Yang dimaksud istiqomah adalah istiqomah dalam iman dan amal saleh, dalam ketaatan, kepada Allah SWT, dalam kebaikan," ujarnya.

"Kalau punya amaliah misalnya kita berdakwah di jalan Allah, kita Istiqomah berdakwah sampai mati. Kita Melaksanakan syariat Allah SWT, kita Istiqomah menjalankan syariat Allah sampai mati," paparnya.

Ia menjelaskan bahwa disyariatkan Allah SWT yang termaktub dalam Al-Qur'an dan Sunnah untuk menjalankan ajaran Islam dengan baik dan Istiqamah. "Dan Istiqomah itu, MasyaaAllah, fadilahnya sangat agung sekali," ucapnya.

Ia melanjutkan, ini dijelaskan oleh Allah SWT bahwa akan turun malaikat kepada orang yang istiqamah, yang tidak satu tetapi lebih dari satu. Malaikat akan mengatakan janganlah kalian takut dan janganlah kalian sedih dan tempat kalian di surga. "Ini sebuah peristiwa yang sangat istimewa, yang Allah SWT anugrahkan kepada orang yang istiqomah," jelasnya.

Kemudian, lanjutnya, kapan datangnya para malaikat itu, para ulama tafsir seperti Ibnu Katsir, Iman ath Thabari, Imam Al Qurthubi dan yang lainnya mengatakan bahwa datangnya malaikat adalah ketika orang mau meninggal. Sakaratul maut adalah sesuatu yang sangat dahsyat yang sangat menggetarkan jiwa manusia. "Dan psikologi orang yang sakaratul maut itu, jiwanya takut bercampur sedih," tukasnya.

Tetapi kata para ulama, orang yang istiqomah dalam kebaikan, amal saleh, maka Allah SWT berikan keutamaan yang besar. Allah SWT utus malaikat datang mendatangi mereka ketika sakaratul maut dan menghiburnya dengan mengatakan jangan kalian takut, jangan kamu sedih, tempatmu di surga, Allah SWT memberitahu itu. "Maka banyak kita jumpai orang-orang saleh ketika meninggal dunia, mereka senyum, ceria wajahnya, bahagia," ungkapnya.

"Jadi mari kita berusaha sekuat mungkin istiqomah di jalan Allah SWT dan berdoa kepada Allah SWT. Mudah-mudahan Allah SWT teguhkan hati kita agar selalu istiqomah di jalan Allah. Disamping kita doa, interaksi dengan orang-orang saleh, interaksi dengan orang-orang baik, sangat mempengaruhi keistiqomah kita," tandasnya. [] Ajirah

Selasa, 26 April 2022

KH Yasin Muthohar: Ramadhan Dikenal dengan Syahrul Qur'an


Tinta Media  - Mudir Ma'had Al-Abqary Serang Banten KH. Yasin Muthohar mengatakan bahwa Ramadhan dikenal dengan syahrul Qur'an.

"Ramadhan dikenal dengan syahrul Qur'an," tuturnya dalam Tausiyah Sahur: Ramadhan bulan Al Qur'an di Kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, Selasa (26/4/2022).

"Karena Allah SWT berfirman: Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkan Al-Qur'an di dalamnya," tambahnya.

Menurutnya, karena Ramadhan adalah bulan Al Qur'an. Maka sudah sejatinya bulan Ramadhan dimanfaatkan oleh umat Islam untuk meningkatkan interaksi dengan Al Qur'an.

"Karena Qur'an akan menjadi kemuliaan, Qur'an akan menjadi pembela bagi orang-orang yang selalu bersama-sama dengan Qur'an atau Shohibul Qur'an, atau hamilul Qur'an, hamalatul Qur'an, para pembawa Al Qur'an, orang-orang yang selalu mengemban Al Qur'an," lanjutnya.

Ia menjelaskan bahwa Al Qur'an akan menjadi kemuliaan bagi yang membacanya. "Nabi Saw, beliau bersabda: Siapa yang membaca Al Qur'an, maka dia akan mendapatkan kebaikan dengan setiap huruf yang dia baca dan satu kebaikan itu akan dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipatnya," jelasnya.

"Rasul bersabda: Aku tidak mengatakan Alif Lam Min itu satu huruf tetapi beliau mengatakan Alif satu huruf, Lam satu huruf, Min satu huruf. Subhanallah," paparnya.

Membaca Alif Lam Min, lanjutnya, maka akan mendapatkan 30 kali kebaikan. Kemudian Qur'an juga akan menjadi kemuliaan dengan memahami, dengan mempelajari. "Sebaik-baiknya diantara kalian adalah orang yang mempelajari Qur'an dan mengajarkan Al Qur'an," bebernya.

"Al Qur'an akan menjadi kebaikan bagi kita, ketika kita mengamalkan Al Qur'an, mendakwahkan Al Qur'an," tukasnya.

KH. Yasin Muthohar melanjutkan bahwa perumpamaan orang yang membaca Al Qur'an, mempelajari Qur'an, mengajarkan Al Qur'an, mendakwahkan Al Qur'an. Kata Nabi Saw: seperti sebuah wadah, botol yang dipenuhi dengan minyak kasturi, dimana wanginya akan semerbak, menyebar kesetiap tempat. "Luar biasa," ucapnya.

Ia mengatakan bahwa sungguh hebat, kalau menjadi manusia yang selalu bersama-sama dengan Al Qur'an yang Allah SWT turunkan di bulan Ramadhan. "Mudah-mudahan kita mendapatkan keberkahan Ramadhan dan sekaligus keberkahan Al Qur'an," pungkasnya.[] Ajirah

Minggu, 24 April 2022

Inilah Balasan Bagi Orang yang Memerangi Hawa Nafsu


Tinta Media - Pimpinan Ponpes Al-Abqary Serang Banten KH. Yasin Muthohar dalam tausiyahnya menjelaskan balasan bagi orang yang bersungguh-sungguh memerangi hawa nafsu.

“Orang yang bersungguh-sungguh di jalan Allah memerangi hawa nafsu, maka dia akan diberi petunjuk ke jalan menuju rahmat. Dia akan ditolong oleh Allah SWT," tuturnya dalam acara Tausiyah Sahur: Ramadhan Bulan Pengendalian Diri, Kamis (21/4/2022) melalui kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

Orang yang memerangi hawa nafsu, menurut Kiai Yasin, dijelaskan Allah SWT di dalam Al-Qur'an surat Asy-Syam ayat 9. "Ketika Allah menyatakan, 'Sungguh sangat beruntung orang yang bisa menyucikan dirinya'. Memerangi hawa nafsu sehingga dirinya menjadi suci bersih," ungkapnya.

Sebaliknya, Allah menegaskan, 'Dan sungguh merugi orang yang mengotori dirinya'. Menurut Kiai Yasin, kaum Tsamud telah mendustakan perintah Allah. Mendustakan Nabi Shaleh dengan kezalimannya, dengan kejahatannya.

Kaum Tsamud, kata Kiai Yasin, adalah contoh orang yang terbenam dalam hawa nafsu. "Kaum Tsamud adalah kaum yang menentang ajaran yang dibawa oleh Nabi Shaleh Alaihissalam. Bahkan kaum Tsamud adalah kaum yang melecehkan nabi Shaleh, melecehkan para nabi," ujarnya.

“Maka Allah memberikan siksa kepada mereka karena dosa yang mereka lakukan. Allah SWT meratakan mereka dengan siksa,” lugasnya.

Kiai Yasin menuturkan alasan Allah memberikan hukuman kepada kaum Tsamud karena melampaui batas. "Karena mereka tidak bisa memerangi hawa nafsu. Karena mereka terbuai dengan hawa nafsu serta mengabaikan wahyu," ungkapnya.

Menurutnya orang yang tidak mau mengikuti wahyu pasti dia mengikuti hawa nafsu. Hanya ada dua pilihan dalam hidup ini, mengikuti wahyu atau mengikuti hawa nafsu. "Ketika kita mengikuti wahyu maka insyaa Allah nafsu kita akan menjadi nafsu yang tunduk kepada kita,” jelas Kiai Yasin.

Kiai Yasin mengajak agar memanfaatkan momen Ramadhan untuk memerangi hawa nafsu. “Kita harus mengubah nafsu ammarah menjadi nafsu muthmainnah, nafsu mardhiyah, nafsu kamilah. Kita mengubah nafsu yang ada di dalam diri kita menjadi nafsu yang lebih baik,” ajaknya.

Ia menutup tausiyahnya dengan menyampaikan sabda Rasulullah SAW, “Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga hawa nafsunya mengikuti ajaran yang aku bawa.” [] Irianti Aminatun
 

UIY: Iman Abu Bakar Itu Istimewa


Tinta Media  - Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) dalam tausiyahnya menjelaskan bahwa  imannya Abu Bakar itu istimewa.

“Imannya Abu Bakar itu memang sangat istimewa.  Sampai-sampai Baginda Rasulullah SAW  dalam hadits riwayat Tirmidzi mengatakan, andai iman Abu  Bakar itu ditimbang dengan iman seluruh penduduk bumi maka imannya Abu Bakar itu lebih unggul,” tuturnya dalam acara Tausiyah Sahur: Begini Seharusnya Keimanan Muslim Sejati, Sabtu (23/4/2022) melalui kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

Ia lalu menjelaskan keistimewaan imannya Abu Bakar.  Bahwa setelah peristiwa  isra mikraj, datang kepadanya serombongan orang musyrik,  menceritakan apa yang baru saja didengar dari Baginda Rasulullah SAW tentang perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu  naik ke Sidratul Muntaha. Berharap Abu Bakar As Siddiq menjadi ragu atau tidak percaya.

“Tapi apa yang kemudian terjadi? Abu Bakar  As-Siddiq mengatakan: 'Aku telah mempercayainya tentang kabar langit yakni wahyu. Maka bagaimana aku mendustakan kabar  peristiwa cerita Baginda Rasulullah SAW?' Lalu dia menutup perkataan itu dengan mengatakan  sepanjang dia yang berkata maka itu pasti benar,” tutur UIY mengisahkan.

Dari peristiwa itu UIY menyimpulkan bahwa Sahabat Abu Bakar As Siddiq tidak fokus kepada peristiwanya tapi fokus kepada siapa yang menyampaikannya. “Peristiwa isra mi'raj memang jangankan untuk ukuran masa itu untuk masa sekarang pun itu masih sangat sulit untuk dipahami,” ungkapnya.

“Bagaimana bisa dalam waktu kurang lebih sekitar 10 jam Baginda Rasul SAW bisa melintas dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang kurang lebih berjarak 1500 KM.  Kemudian naik ke  Sidratul Muntaha, langit ke-7 yang para ilmuwan sekarang  mencoba  menghitung, maka hitungan itu ketemu dengan cara yang luar biasa karena jaraknya sangat jauh,” beber UIY melukiskan peristiwa isra mikraj dengan takjub.

Tetapi Abu Bakar Siddiq, menurutnya, dengan mudahnya beriman kepada peristiwa itu. Karena dia fokus pada siapa yang menceritakan. Yang menceritakan adalah orang yang selama ini dikenal sebagai Al Amin. Maka dia katakan, “Sepanjang dia yang mengatakan maka pasti itu benar.”

“Memang  begitulah!  Tidaklah dia, Muhammad, berkata -kata kecuali berdasarkan wahyu yang diwahyukan kepadanya,” tegas UIY mengutip al Quran surat An Najm ayat 3.  

UIY berharap, semestinya sebagai seorang Muslim membangun kepercayaan atau keimanan kepada seluruh perkara agama itu bertumpu kepada dalil.

 “Nabi Sudah lama tidak ada bersama kita.  Tapi tinggalan Nabi yaitu Al-Quran dan hadis  masih ada bersama kita. Dan tinggalan Nabi, Al-Qur'an dan hadis itulah yang telah disampaikan oleh Baginda Rasul SAW kepada kita,” terangnya.

Karena itulah, harapnya, semestinya umat Islam mempercayai seluruh apa yang menjadi isi dari Al-Qur'an dan hadis.  “Bila demikian cara kita beriman kepada agama kita maka insyaa Allah kita akan memiliki iman yang kokoh sebagaimana kokohnya Iman Abu Bakar As Siddiq,” terang UIY meyakinkan.

“Mudah-mudahan kita bisa meneladani cara berimannya sahabat Abu Bakar ash Siddiq, agar kita menjadi seorang Muslim yang sejati,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun

Jumat, 22 April 2022

Ustaz Labib: Ulil Amri Mestinya Taat Kepada Allah SWT dan Rasul-Nya


Tinta Media  - Ulama Aswaja KH. Rokhmat S. Labib (Ustaz Labib) menyatakan bahwa Ulil Amri mestinya ketika memerintah, menjalankan ketaatannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

"Oleh karena itu, Ulil Amri mestinya ketika memerintah, dia menjalankan Ketaatannya Kepada Allah SWT dan Rasul-Nya," tuturnya dalam Tausiyah Sahur: Benarkah Harus Taat Pemimpin? Ini Penjelasannya di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, Selasa (19/4/2022).

Menurutnya, firman Allah SWT dalam Al Qur'an surah An Nisa ayat 59,  sebagaimana diterangkan kepada ulama adalah ayat yang memerintahkan kepada kita untuk taat kepada Allah SWT, taat kepada Rasul. Sebagaimana diterangkan para ulama, taat kepada Allah SWT adalah mengikuti, tunduk kepada Al-Qur'an. Taat kepada Rasul, mengikuti, tunduk kepada As Sunnah. Dan Ulil Amri diantara kalian. "Tiada yang berbeda pendapat bahwa ayat ini, wajib taat kepada Allah, taat kepada Rasul dan juga taat kepada Ulil Amri," ujarnya.

"Namun yang perlu dicatat, sebenarnya ayat itu tidak hanya memerintahkan kaum muslimin untuk taat kepada Ulil Amri. Ayat ini juga memerintahkan kepada Ulil Amri untuk taat kepada Allah SWT dan Rasul," paparnya.

Ustadz Labib mengatakan bahwa untuk memahami penafsiran itu, diawal ayat ini, Allah SWT menyerukan, wahai orang-orang yang beriman. "Siapa orang yang beriman, tentu termasuk di dalamnya adalah Ulil Amri," bebernya.

"Karena didalam ayat tersebut disebutkan wa Ulil Amri minkum, dan Ulil Amri di antara kalian. Ketika disebutkan minkum, berarti bagian dari orang-orang mukmin, orang-orang yang beriman. Ketika dia merupakan bagian dari orang-orang yang beriman maka ia termasuk orang-orang yang diseru oleh ayat ini," jelasnya.

Ia melanjutkan, ini diperkuat di ayat sebelumnya. "Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan kepada kalian untuk menyerahkan amanah kepeda pemilik dan kamu ketika memutuskan perkara diantara manusia. Ia memutuskan dengan adil dengan hukum Islam. Berarti Ulil Amri yang punya tugas, kewajiban untuk memutuskan perkara diantara mereka. Ia memutuskan dengan hukum Islam," tukasnya.

Demikian juga, lanjutnya, dalam ayat-ayat yang lain. "Allah SWT menegaskan, misalnya dalam surah Al Maidah ayat 49 yang memerintahkan kepada mereka untuk memutuskan perkara dengan apa yang Allah SWT turunkan. Dan putuskanlah diantara mereka dengan apa yang aku turunkan," ucapnya.

"Bahkan ada celaan keras kepada mereka, ketika mereka tidak mau memutuskan perkara dengan apa yang Allah SWT turunkan, dengan sebutan yang sangat keras. Mereka disebutkan fasikun, thalibun atau kafirun," pungkasnya. [] Ajirah 

Senin, 18 April 2022

Dalam Fikih Islam, Sistem Pemerintahan Islam disebut al-Khilafah


Tinta Media - Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS)  Farid Wadjdi, dalam tausiyahnya menjelaskan bahwa dalam Fiqih Islam, Sistem Pemerintahan Islam disebut al-Khilafah.

“Dalam Fiqih Islam, sistem pemerintahan Islam disebut dengan  al- Khilafah.  Hal ini dijelaskan dalam buku Fiqih Islam yang ditulis oleh Kiai Haji Sulaiman Rasyid. Kitab fiqih ini dalam bab  al-khilafah menjelaskan apa yang dimaksud dengan al-Khilafah itu,” tuturnya dalam acara Tausiyah Sahur: Sistem yang Menyatukan Umat Muslim Dunia, Sabtu (16/4/2022) melalui kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

Jadi, al-Khilafah itu, lanjutnya, adalah suatu susunan pemerintahan yang diatur menurut ajaran Islam. Dan sistem pemerintahan inilah yang dijalankan oleh para Khulafaur Rasyidin. Ketika yang menjadi pemimpin  khalifahnya itu adalah Abu Bakar r.a. kemudian dilanjutkan oleh Umar Bin Khattab r.a. dan seterusnya.

“Sistem pemerintahan Islam itu adalah al-Khilafah sementara pemimpinnya disebut khalifah,” tegasnya.

Ustaz Farid lalu menjelaskan fungsi dari al-Khilafah. "Kalau kita lihat fungsi al-Khilafah ini bisa kita eksplorasi  dari definisi Al Khilafah yang dituliskan oleh Syekh Taqiyuddin an Nabhani Rahimahullah. Dalam Kitab Nidzomul Hukmi fil Islam, beliau menjelaskan apa yang disebut dengan al-Khilafah. Khilafah  adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan syariat Islam dan untuk menyebarluaskan dakwah ke seluruh penjuru dunia,” paparnya.

 Ia juga mengatakan bahwa  fungsi al-khilafah  itu ada tiga Pertama, menyatukan kaum muslimin di bawah satu kepemimpinan yang didasarkan pada prinsip ukhuwah islamiyah. Kedua, menerapkan seluruh Syariah Islam. Ketiga, berdakwah menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia.

“Inilah tiga fungsi sistem pemerintahan dalam Islam yang membedakan dengan sistem pemerintahan sekuler liberal atau sistem pemerintahan yang diciptakan oleh manusia,” pungkasnya [] Irianti Aminatun

Minggu, 17 April 2022

UIY: Inti Takwa adalah Kemauan Taat kepada Allah SWT


Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) menyatakan bahwa takwa, intinya adalah kemauan taat kepada Allah SWT.

"Takwa, intinya adalah kemauan taat kepada Allah SWT," tuturnya dalam Tausiyah Sahur: Bentuk Ketakwaan di Bulan Ramadhan di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, Ahad (17/4/2022).

Menurutnya, selama satu bulan, bulan Ramadhan inilah muslim ditempah untuk betul-betul menjadi seorang yang bertakwa. "Jadi latihkan kepada kita untuk meninggalkan apa yang di hari biasa itu halal, kita lakukan atau kita konsumsi, pada sepanjang bulan Ramadhan kita tinggalkan," ujarnya.

"Kalau kita bisa meninggalkan apa yang semula dihalalkan, tentu lebih bisa kita melaksanakan atau meninggalkan apa yang diharamkan oleh Allah SWT. Itulah takwa," jelasnya.

Ia melanjutkan bahwa tujuan utama dari diperintahkannya kita shaum Ramadhan adalah Agara kita menjadi semakin bertakwa. Sedemikian pentingnya takwa, hingga Allah SWT memerintahkan melaksanakan suatu ibadah yang dilaksanakan sepanjang satu bulan penuh. "Karena nilai kita dihadapan Allah SWT itu ditentukan oleh derajat takwa kita," ujarnya.

Ia menilai bahwa takwa pulalah yang akan menentukan dimana posisi kita di akhirat kelak. Apakah akan menjadi bagian ashabul yamin, golongan kanan ataukah golongan kiri, ashabul syimal. "Kita tentunya tidak ingin menjadi bagian dari Ahlu syimal (golongan kiri) karena itu adalah tempat yang disebut oleh Allah SWT sebagai seburuk-buruk tempat kembali. Kita semua tentu ingin menjadi bagian ashabul yamin " paparnya.

Ia kemudian mengatakan bahwa apa yang bisa memastikan kelak akan menjadi bagian dari ashabul yamin yang disebut oleh Allah SWT sebagai sebaik-baik tempat kembali. "Hanya satu yaitu takwa kita kepada Allah SWT. Takwa yang didefinisikan atau diartikan oleh para ulama sebagai melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan semua yang dilarang oleh Allah SWT," bebernya.

"Karena itu, penting bagi kita untuk bisa melaksanakan shaum Ramadhan dengan sebaik-baiknya, agar kita bisa betul-betul meraih tujuan utama dari shaum Ramadhan yaitu takwa," tukasnya.

"Selamat menunaikan ibadah shaum Ramadhan, mudah-mudahan Allah SWT memberikan kekuatan, kesabaran kepada kita semua agar kita bisa melaksanakan puasa ini sebaik-baiknya," pungkasnya.[] Ajira

Jumat, 15 April 2022

UIY: Ketentuan yang Tampak Sederhana, Jika Dilanggar Memberikan Implikasi Serius

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1seymYJpCOeiSv9XnlE54BfQpWziBNpMv

Tinta Media - Dalam tausiyahnya Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto menegaskan bahwa ketentuan Islam yang sangat sederhana jika dilanggar memberikan implikasi serius.

“Ketentuan yang tampak sangat sederhana begitu  dilanggar ia  memberikan implikasi yang sangat serius, tuturnya dalam acara Tausiyah Sahur : Beginilah Cara Islam Mengatur Kebutuhan Rakyat, Rabu (13/4/2022) melalui kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

UIY lalu mengisahkan ketentuan Islam yang sangat sederhana itu. “Baginda SAW yang mengajarkan kepada kita untuk jangan mengambil kembali pemberian yang  sudah kita sampaikan kepada orang lain, namun saat itu menarik kembali pemberiannya,” ujarnya.

“Pada suatu hari di dalam satu majlis ada seorang sahabat Abyadh bin Hammal minta izin kepada Baginda Rasulullah SAW  untuk mendapatkan ladang garam di Ma'rab. Baginda Rasulullah SAW yang terkenal dermawan langsung memenuhi permintaan itu,” kisahnya.   

“Tapi tak lama kemudian, ada sahabat lain yang menanyakan kepada Baginda Rasulullah SAW.  ‘Apakah kau tahu apa yang telah kau berikan kepada orang itu?’ Tidak dijelaskan dalam hadits ini apa jawaban Baginda Rasulullah SAW.  Tapi kemudian orang ini mengatakan, ‘Sesungguhnya engkau baru saja memberikan sesuatu yang bagaikan air mengalir’. Ini adalah kinayah atau  perlambang untuk menunjukkan bahwa ladang garam itu sangat banyak bagaikan air yang terus mengalir,” terangnya.

Menurut UIY, hadits ini yang kemudian dijadikan oleh para ulama sebagai salah satu dalil mengenai apa yang disebut milkiyah ammah (kepemilikan umum). “Dalam Islam itu,  ada kepemilikan pribadi, ada kepemilikan negara, ada kepemilikan umum,” terangnya.

UIY lalu menjelaskan tentang kepemilikan umum terkait kisah diatas. “Maksudnya masyarakat memiliki secara bersama barang-barang itu, barang tambang yang jumlahnya banyak. Dan kewajiban negara untuk mengelola atau  mengolah milik umum itu,  barang tambang  yang sangat banyak itu untuk hasilnya diberikan kepada rakyat, untuk kesejahteraan takyat,” jelasnya.

“Dan ketentuan yang tampak sangat sederhana ini ternyata ini hari diabaikan. Yang kemudian terjadi ternyata implikasi buruknya itu tidak sederhana,” kata UIY.

Menurutnya, sampai saat ini masih terlihat bagaimana keadaan emak-emak di berbagai wilayah di negeri ini harus antri berjam-jam untuk sekedar  mendapatkan 1 liter minyak goreng.

Padahal menurut UIY,  negeri  ini dikenal sebagai produsen  CPO terbesar  di dunia. Produksi tahunan-nya lebih dari 46  juta ton. Sementara untuk konsumsi rumah tangga  kurang dari 16 juta ton.

“Kenapa bisa sampai  begitu? Karena ternyata sebagian besarnya itu dikuasai oleh swasta yang  mereka memanfaatkan lahan lahan milik negara. Semestinya, lahan ini kalau menurut ketentuan tadi dikelola oleh  negara. Kalau itu menjadi kebun, kebun yang dikelola  oleh perusahaan negara, agar hasilnya bisa dinikmati oleh masyarakat ,” paparnya.

Tapi ini hari, lanjut UIY karena  tanah atau lahan lahan  itu  dikuasai swasta,  akibatnya kemudian mereka lebih suka mengekspor CPO  atau menjadikannya  sebagai bahan biodiesel,  ketimbang menjualnya ke dalam negeri  apalagi ke  pasar eceran karena  harganya jauh lebih rendah.  Dan itulah yang ini hari terjadi.

Negara seperti tak berdaya. Negara harus melakukan operasi pasar bahkan  terbetik kabar kemarin negara harus melakukan impor. “Ini satu hal yang sangat aneh.   Bagaimana bisa  negara produsen terbesar CPO  di dunia mengimpor bahan minyak goreng untuk keperluan  rakyatnya?” tutur UIY sedih.

“Ini hanya terjadi dalam sistem kapitalis yang telah mengabaikan ketentuan ketentuan syariat,” imbuhnya.

“Demikian indahnya, agungnya dan hebatnya syariah jikalau kita memahami dan mentaati, melaksanakannya dengan sepenuhnya,” pungkasnya. []Irianti Aminatun

Kamis, 14 April 2022

KH Yasin Muthohar: Tabiat Manusia Merasa Ringan Jika Ada Orang Lain Terlibat dalam Misi Bersama

https://drive.google.com/uc?export=view&id=10lYN7JIx2YuGeNS3hKHZbD3Ib_OXhavv

Tinta Media - Dalam mengungkap hikmah ayat “kamâ kutiba ‘alalladzîna min qablikum”, Pimpinan Ponpes Al-Abqary Serang  Banten KH. Yasin Muthohar  menjelaskan bahwa tabiat manusia itu akan merasa ringan jika orang lain terlibat dalam misi bersama.

“Kenapa Allah menyampaikan demikian? Karena  tabiat manusia itu akan merasa betah, akan merasa ringan menjalankan satu kewajiban, satu perintah, satu misi, satu tugas, kalau dia merasakan ada banyak orang lain yang terlibat dalam misi itu bersamanya,” tuturnya dalam acara Tausiyah Sahur: Hikmah dari ayat “Kamâ Kutiba ‘Alalladzîna min Qablikum, Senin (11/4/2022) melalui kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

Kiai Yasin lalu menyampaikan  Al-Quran surat al Baqarah ayat 183, “Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna min qablikum la'allakum tattaqụn (Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.)”

“Garis bawahi ungkapan kamā kutiba 'alallażīna min qablikum (Sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian),” tegasnya.

Menurutnya, kalau beribadah sendirian, maka akan terasa sangat berat.  Tetapi ketika ibadah itu bareng-bareng maka rasa berat itu menjadi tiada.  Shalat sendirian biasanya salat itu berat.  “Kalau pun dilakukan oleh kita, kita tidak akan bisa lama-lama ketika shalat sendirian.  Tetapi ketika kita salat berjamaah maka semangat itu menjadi muncul, kita bisa shalat ramai-ramai. Kenapa? Karena bersama dengan orang lain yang berjamaah,” jelasnya.

Begitu juga dengan ibadah yang dilakukan secara sendirian. Ibadah shaum yang dilakukan secara sendirian akan terasa berat. “Melihat kanan kiri depan belakang semua di sekitarnya enggak berpuasa, yang berpuasa hanya aku saja berat rasanya. Tapi kalau kita melihat semua orang di sekitar kita menjalankan ibadah puasa maka rasa berat  itu akan hilang . Itulah hikmah dari ungkapan kamā kutiba 'alallażīna min qablikum,” jelasnya.

 “Sungguh Allah SWT memiliki ratorika  yang sangat ideal ketika mengungkapkan memerintahkan satu perintah yang akan dirasakan berat maka Allah menyertai dengan ungkapan yang akan meringankan. Meringankan rasa, meringankan orang yang menerima perintah itu. Dia akan merasa ringan dia akan merasa mudah saja melakukan perintah itu yaitu ketika perintah itu dilakukan secara bersama-sama,” ungkapnya.
 
Kiai Yasin menyimpulkan disinilah pentingnya  membangun kebersamaan membangun amal jama'i. Ketika melakukan ibadah shalat, yang utama adalah shalat yang berjamaah. Dakwah yang utama adalah dakwah yang berjamaah.  Kaum muslimin yang utama adalah kaum muslimin ketika ada dalam sebuah jamaah di bawah kepemimpinan seorang Imam. Puasa yang utama adalah puasa bersama-sama puasa jamaah.  Buka yang utama adalah buka berjamaah atau disebut buka bersama.

 “Kebersamaan itu indah.  Rasulullah SAW  menyatakan, ‘Pertolongan Allah bersama dengan orang yang mau berjamaah’,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun


Selasa, 12 April 2022

Tiga Doa Keburukan Jibril yang Diaminkan Rasulullah

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1nWZczzgWMzdlTgTbTyMh1r24k5WsHhim

Tinta Media - Dalam tausiyahnya Ustaz Achmad Mu’it  menjelaskan tiga doa malaikat Jibril yang diaminkan Rasulullah.

“Jibril ‘alaihi salam  mendoakan keburukan terhadap tiga perkara, dan tiga doa tersebut diaminkan oleh Rasulullah,” tuturnya dalam Tausiyah Ramadhan : Siapakah Orang yang celaka di Bulan Ramadhan? Sabtu (9/4/2022) melalui kanal YouTube at-Tafkir Channel.

Padahal Jibril ‘alaihi salam, lanjutnya,  merupakan malaikat terdekat dengan Allah. Jarang  berkata dan berdoa jelek  seperti itu. Kemudian Rasulullah pun mengaminkannya. “Maka jelaslah betapapun kerasnya doa keburukan ini pasti akan dikabulkan oleh Allah SWT,” tegasnya.

Ustaz Mu’it lalu menyampaikan  hadis tersebut. Rasulullah SAW bersabda: “ Mendekatlah  kalian ke mimbar. Lalu kami pun mendekati mimbar itu. Ketika Rasulullah menaiki  tangga mimbar yang pertama, Beliau berkata aamiin. Ketika Beliau menaiki tangga kedua, Beliau berkata aamiin. Demikian juga ketika beliau menaiki tangga yang ketiga, beliau pun berkata... aamiin.

“Setelah Rasulullah turun mimbar kami (para Sahabat) pun berkata, ‘Ya...Rasulullah, sungguh kami telah mendengar dari engkau pada hari ini sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya’,” ujarnya.

Rasulullah pun bersabda: “Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril muncul di hadapanku dan berkata, celakalah orang yang mendapati bulan Ramadhan yang penuh berkah tetapi tidak memperoleh keampunan. Lalu aku berkata, ‘aamiin’. Ketika aku menaiki tangga yang kedua, Jibril berkata celakalah orang yang apabila namaku disebut  dia tidak bershalawat kepadaku, aku pun berkata, ‘aamiin’. Ketika aku melangkah ke tangga ketiga, Jibril berkata celakalah orang yang mendapati ibu bapaknya yang telah tua atau salah satu dari keduanya, tetapi keduanya tidak menyebabkan orang itu masuk surga, aku pun berkata... aamiin."

Orang yang pertama, lanjutnya,  yang disebut dalam doa jelek itu adalah orang yang melewati masa-masa bulan Ramadhan namun tidak mendapatkan ampunan yaitu walaupun berada dalam bulan Ramadhan yang merupakan bulan kebaikan dan keberkahahn namun dia tetap lalai dan bermaksiat. Padahal pengampunan dan rahmat Allah di bulan ini turun bercurah-curah laksana hujan.

“Maka bagi mereka yang melewati bulan Ramadhan namun dia terhalang mendapatkan pengampunan disebabkan keburukan dan dosa-dosanya, maka orang seperti itu kapan lagi akan mendapatkan pengampunan, sedang kebinasaannya tak perlu disangsikan lagi,” jelasnya.

Ustaz Mu’it lalu menjelaskan cara untuk memperoleh pengampunan di bulan Ramadhan yaitu dengan cara  melaksanakan seluruh amanat bulan Ramadhan seperti puasa dan tarawih dengan penuh perhatian. “Hendaklah kita sering bertaubat dan meminta ampun kepada Allah dari segala dosa,” ujarnya.

Ia berharap, kisah ini menjadi ibrah dan manfaat bagi umat Islam di bulan Ramadhan ini serta menggunakan momen Ramadhan yang langka ini untuk beribadah.

“Semoga kita mendapatkan ampunan dan terbebas dari api neraka, semoga Allah SWT dengan kemurahannya memberikan kita taufik untuk menghindarkan dan menjaga diri dari keburukan tersebut,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun

Senin, 11 April 2022

Ustaz Nafiz: Jadikan Ramadhan Momen Mendidik Anak dan Diri Sendiri

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1CnmTTpp3bvobEMVRVkwXKIsCaK0F5vrW

Tinta Media - Ustadz Rizky Nafiz dalam tausiyahnya mengajak umat untuk menjadikan Ramadhan sebagai momen mendidik anak dan diri sendiri, di kanal YouTube At-Tafkir rubrik Tausiyah Ramadhan bertajuk Bulan Ramadhan Bulan Pendidikan, Selasa (5/4/2022).

“Maka marilah kita bersama-sama menjadikan Ramadhan kali ini, bulan suci untuk pendidikan, mendidik anak-anak kita, keluarga kita, masyarakat kita, dan terutama mendidik diri kita sendiri agar senantiasa berimbas apa yang sudah kita lakukan selama Ramadhan terus berlanjut di bulan-bulan berikutnya”, ajaknya.
Menurutnya, Ramadhan adalah bulan yang luar biasa, bulan penuh ampunan dan keberkahan, di samping itu Ramadhan juga bulan pendidikan.
”Mengapa demikian?” tanyanya.

“Saat kali pertama kita mendidik anak-anak belajar menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, penting bagi orang tua untuk menjadikan pengalaman pertama tersebut sebagai pengalaman yang penuh makna dan membahagiakan bagi mereka. Salah satunya mungkin dengan memberikan hadiah ketika mereka berhasil puasa satu hari penuh, belajar menahan haus dan lapar, saat itulah buat mereka merasa mendapatkan hal yang luar biasa. Dan hal itu wajar dilakukan orang tua, tentunya juga menjadi kebahagiaan yang luar biasa bagi orang tua dan itu momen yang tepat untuk mendidik mereka,” ungkapnya.

“Jika kita memiliki anak atau keponakan, Ramadhan bulan pembelajaran bagi mereka, bagi putra putri kita yang sebelumnya belum pernah berpuasa, yang Ramadhan merupakan awal bagi mereka melakukan puasa akan menjadi sesuatu yang luar biasa, bagaimana mereka menahan lapar, menahan haus hingga berbuka, tentu sangat berkesan bagi mereka, bagaimana kita mendidik anak-anak sholat taraweh bersama teman-teman nya, bagaimana sahur saat kondisi sedang mengantuk. Itulah pentingnya kita menjadikan pengalaman tersebut menjadi pengalaman yang bermakna dan membahagiakan mereka. MasyaaAllah, tentunya menjadi kebahagiaan yang sangat luar biasa pula bagi orang tua,“ lanjutnya.

Ustaz Nafiz juga mengungkapkan bahwa mengajarkan berpuasa pada anak, akan menumbuhkan rasa empati terhadap sesama.

“Bagaimana kita memahamkan pada anak-anak rasanya orang yang lapar, yang sebelumnya belum pernah mereka rasakan. Setelah mereka rasakan lapar yang juga menimpa mereka tentunya hal ini akan menimbulkan empati bagi anak-anak,” ungkapnya.

Tidak hanya bagi anak-anak, menurutnya, Ramadhan juga menjadi bulan pembelajaran bagi diri sendiri. Mendidik diri untuk menahan hawa nafsu, untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dan perbuatan yang sia-sia, serta mendidik diri untuk terus meningkatkan ibadah.
“Lantas bagaimana dengan orang dewasa? Tentu saja bulan Ramadhan adalah bulan pembelajaran atau bulan pendidikan bagi kita. Kita belajar menahan diri, menahan hawa nafsu, belajar untuk melakukan amalan-amalan tidak hanya fardhu, kita tingkatkan dengan yang sunnah juga. Mungkin memang terasa berat, di samping aktifitas harian yang kita lakukan, bekerja, mengurus anak keluarga, kita masih harus beribadah membaca Al-Quran. MasyaAllah, luar biasa,” jelasnya.

Ditambahkan pula olehnya, pembelajaran yang didapat di bulan Ramadhan membawa manfaat yang luar biasa, yang jika dilaksanakan akan membawa perubahan menjadi lebih baik.

“Lantas kalau pembelajaran apakah bermanfaat bagi kita? MasyaAllah pendidikan itu luar biasa manfaatnya, “ tegasnya.
Dicontohkannya seseorang yang tidak tahu adanya amalan shalih sebelumnya, setelah dia mengetahui, kemudian mendidik diri untuk melakukan amal shalih tersebut, terjadi suatu perubahan pada dirinya. Atau seorang yang tengah bermaksiat, kemudian dia tahu yang dilakukan suatu kemaksiatan, setelah belajar, mendidik dirinya baik pada guru atau ustaz, kyai dan orang lain lantas meninggalkan perbuatan itu, maka ini sebuah makna yang penting baginya.

Menurutnya, itulah kenapa orang yang berilmu termasuk salah satu yang diangkat derajatnya oleh Allah SWT, karena dengan ilmunya, orang akan bergerak melakukan perubahan menjadi lebih baik.

“Untuk itu sangatlah tepat dan wajar apabila Allah SWT mengangkat derajat, baik itu orang yang bertaqwa dan orang yang berilmu beberapa derajat. Dikarenakan apabila orang berilmu, dia tau ilmunya dan melaksanakan ilmu tersebut,” urainya.
Sebagaimana juga Rasulullah SAW bersabda: ”Thalabul ilmi faridhatun ‘alaa kulli muslimin wal muslimat”. Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimat.

Karena menurutnya, penting mendidik diri dari segala amarah, hawa nafsu, serta apa pun itu untuk menjadi manusia yang lebih baik, terlebih di bulan suci Ramadhan ini. Dengan harapan setelahnya akan terus terbiasa melakukan amal shalih, terbiasa meninggalkan maksiat seperti pada saat Ramadhan.

“Karena itulah pentingnya kita mendidik diri kita, mendidik menahan segala amarah, hawa nafsu, untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dan tentu saja mendidik di bulan Ramadhan ini harapannya adalah setelah belajar menempa diri, mendidik diri satu bulan penuh, maka berimbas pada bulan-bulan selanjutnya. Kita juga melakukan amal shalih sebagaimana kita lakukan di bulan Ramadhan. Berharap di bulan-bulan berikutnya kita meninggalkan kemaksiatan sebagaimana kita tinggalkan pada saat bulan suci Ramadhan,” paparnya.

Di ungkapnya, bahwa orang yang berilmu sungguh sangat berbahagia dibanding orang yang tidak berilmu.

“Semoga kita bisa melakukan amal shalih Ramadhan, melaksanakan semua ibadah di bulan Ramadhan dengan lancar dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT, mendapatkan ampunan dari Nya. Semoga kita semua diselamatkan Allah fiddunn yaa wal akhirat,” pungkasnya.[]Sarie Rahman
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab