Tinta Media: Tauhid
Tampilkan postingan dengan label Tauhid. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tauhid. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Januari 2024

UIY : Ketegaran Luar Biasa Penduduk Gaza Tumbuh dari Spirit Tauhid Jihad Fii Sabilillah




Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menilai bahwa ketegaran luar biasa penduduk Gaza tumbuh dari spirit tauhid jihad fii sabilillah. 

"Banyak sekali orang di seluruh dunia terpana menyaksikan ketegaran luar biasa yang ditunjukkan oleh penduduk Gaza, inilah karakter yang luar biasa yang tumbuh dari spirit tauhid jihad fii sabilillah," tuturnya dalam video : Vivere Pericoloso (Hari-Hari yang Menantang) , melalui kanal Youtube Justice Monitor Channel, Selasa (2/1/2024). 

Menurutnya, ketegaran penduduk Gaza kontras dengan sikap pengecut dari Zionis penjarah tanah Palestina. 

"Nah saudara dalam perang di Gaza kita tak melihat rasa putus asa di wajah mereka, ini kontras dengan kepengecutan yang ditunjukkan oleh Zionis penjarah tanah Palestina yang dikutuk oleh manusia sedunia. Makin banyak berita yang menyebut terjadi demoralisasi di tubuh tentara dan pemerintah Zionis akibat banyak korban di kalangan mereka,” ungkapnya. 

Di jalur Gaza, lanjutnya, memang tidak semua yang meninggal itu dalam keadaan dirinya berperang langsung melawan musuh. Meski begitu menurutnya, mereka semua tetap syahid, dengan mengutip hadis Rasulullah Saw. bahwa mereka yang meninggal karena terbakar dan tertimpa reruntuhan bangunan tetap disebut syahid. 

Menurutnya, mati syahid merupakan setinggi-tingginya derajat kematian. “Kata Nabi, setinggi-tinggi derajat kematian adalah kematian syuhada. Sebegitu tingginya derajat itu hingga orang yang mati syahid berulang-ulang ingin mati syahid lagi sampai 10 kali setelah ia melihat besarnya kemuliaan mati syahid,” jelasnya. 

UIY menekankan, umat Islam tidak boleh membiarkan, tetapi harus melawan orang yang hendak merampas tanah atau harta walaupun dengan taruhan nyawa. “Bila ada orang yang hendak menjarah harta milik kita apalagi tanah Palestina yang sangat istimewa sama sekali tidak boleh dibiarkan, harus terus dilawan,” tukasnya. 

Ini, lanjutnya, persis sebagaimana pesan Nabi  dalam hadis sahih riwayat Muslim ketika ada seorang bertanya kepada Nabi , bila ada orang yang hendak merampas hartanya. 

“Nabi  menjawab, jangan kau berikan itu kepadanya. Lalu orang ini bertanya lagi, bagaimana jika ia ingin membunuhku? Nabi  menjawab, bunuhlah dia. Lalu orang ini bertanya lagi, bagaimana jika ia malah membunuhku? Nabi  menjawab, engkau dicatat syahid. Tapi bagaimana bila aku yang membunuhnya? orang itu bertanya kembali, lalu Nabi  menjawab, ia yang di neraka,” bebernya. 

Menurutnya, menjadi seorang muslim semuanya bernilai kebaikan. “Apalagi untuk jihad yang ikhlas maka pasti akan mendapatkan satu dari dua kebaikan yakni kemenangan atau kesyahidan,” pungkasnya.[] Evi

Senin, 10 Juli 2023

UIY Ajak Umat Belajar Tauhid dari Siti Hajar

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengajak umat Islam untuk belajar tauhid yang kokoh dari Siti Hajar.

"Apa yang bisa kita petik pelajaran dari Siti Hajar sebagaimana juga pelajaran dari Nabi Ibrahim Alaihissalam, tak lain adalah tauhid, keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang kokoh yang ditunjukkan dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sepenuh-penuhnya," tuturnya dalam Program Fokus To The Point: Belajar Sabar dari Siti Hajar di kanal YouTube UIY Offiicial, Kamis (29/6/2023).

Ia mengisahkan satu dialog yang menarik ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk meninggalkan Siti Hajar dan putranya Ismail yang masih dalam gendongan di lembah tidak berpenghuni. 

"Di dalam Al Qur'an disebut Siti Hajar heran bukan alang kepalang ketika suaminya pergi begitu saja. Siti Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam namun tidak dijawab Nabi Ibrahim pertanyaan tersebut. Lalu Siti Hajar mengubah pertanyaannya dengan bertanya apakah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memerintahkan hal ini, meninggalkan istri dan anaknya disini. Lalu dijawab ya oleh Nabi Ibrahim dan dijelaskan," bebernya. 

Kemudian Siti Hajar mengambil kesimpulan sendiri bahwa kalau begitu Allah tidak akan mungkin menyia-nyiakan. Dari perubahan sikap Siti Hajar yang semula keheran-heranan menjadi menerima sepenuhnya setelah tahu itu memang perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala. "Ini tentu bukan perubahan sikap yang sederhana," ungkapnya.

"Mengapa, karena dia tahu dimana dia tinggal. Dalam hadis disebutkan engkau tinggalkan kami di tempat yang tidak ada seorang pun dan tidak ada sesuatu pun. Jadi ini sesuatu yang luar biasa," imbuhnya.

Menurutnya poin penting sekali untuk dihayati dan diteladani bahwa begitulah semestinya sikap seorang hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala sejati. Taat setaat-taatnya atas perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala meskipun perintah itu sekilas tampak tidak masuk akal.

"Kuncinya adalah keyakinan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan menzalimi hambanya. Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an, sikapnya adalah saya mendengar dan saya mentaati," ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa seorang hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala yang yakin akan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala itu tidak boleh berputus asa meskipun menghadapi situasi yang secara rasional itu mustahil. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Siti Hajar yang betul-betul menunjukkan ikhtiar yang luar biasa ketika mencari air dengan berlari ke Safa dan Marwah sebanyak 7 kali dilakukan sendiri. 

"Secara mentality biasanya orang kalau sudah di dalam situasi yang begitu rupa, mental itu jatuh, tidak ada kekuatan untuk dia melakukan sebuah ikhtiar. Ini perempuan luar biasa," tukasnya.

"Yang menarik, ketika dia kepada titik optimum ikhtiar Allah menentukan takdirnya. Keluar air di titik bukan ikhtiar Siti Hajar, di luar area iktiarnya yaitu di matof, tempat tawaf. Kan disitu sumur zamzam keluar. Jadi yang menurut kita mustahil, bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak," terangnya.

Ia mengingatkan bahwa perlu disadari saat ini memang pengemban dakwah dalam kondisi begitu menekan. Lawan-lawan dari dakwah begitu rupa. Tidak mungkin, sama halnya yang dihadapi Siti Hajar. 

"Secara geologis tidak mungkin tetapi ketika kita bilang Allah berkehendak, jadi!" tandasnya.[] Ajira

Sabtu, 08 Juli 2023

UIY: Haji Mengandung Spirit Tauhid

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menyatakan bahwa haji mengandung spirit tauhid.

"Jadi haji itu sepenuhnya adalah sebuah ibadah yang mengandung spirit tauhid. Tauhid itu, ya ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala," tuturnya dalam Program Fokus To The Point: Haji Penggerak Revolusi Tauhid, Kok Bisa? Di kanal YouTube UIY Official, Senin (26/6/2023).

Ia mengajak untuk melihat beberapa momen penting. Bagaimana Nabi Ibrahim dan keluarganya itu taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan taat sepenuh-penuhnya. Apapun perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala meskipun tampak tidak masuk akal yakni meninggalkan istri dan anaknya di lembah yang tidak ada sesuatu pun, tidak ada tumbuhan. 

"Tetapi justru di tempat seperti itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala perintahkan Nabi Ibrahim meninggalkan istri dan anaknya yang masih dalam gendongan," tukasnya.

Ia mengisahkan bagaimana Siti Hajar mempertanyakan keputusan suaminya untuk meninggalkannya dan anaknya namun tidak dijawab lalu Siti Hajar merubah pertanyaannya. 

"Apakah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memerintahkan hal ini kepadamu? dan dijawab Nabi Ibrahim dengan tegas dengan mengatakan ya. Kemudian Siti Hajar mengambil kesimpulan sendiri. "Disitulah ketaatan. Ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahwa ini perintah Allah. Begitu tahu ini perintah Allah, dia diam," ungkapnya.

Ia mengatakan bahwa Siti Hajar tidak pernah putus asa dengan kondisinya dimana anak dalam gendongan kehausan, butuh air. Itulah yang kemudian diwujudkan dalam sa'i. Berlari mencari air, ikhtiar dari bukit Safa ke Marwah sampai tujuh kali. "Siti Hajar terus ikhtiar meskipun _impossible_, hampir-hampir mustahil. Tapi Itulah tauhid bahwa manusia tidak boleh mengatakan _impossible_ dia harus tetap menyisakan keyakinan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala," terangnya.

"Apalagi kalau itu perintah Allah, karena itu perintah Allah dia lakukan dan yakin Allah tidak menyia-nyiakan hambanya," tambahnya.

Menurutnya haji ini luar biasa kalau bisa dipahami dengan benar maka akan berpengaruh bagi kehidupan. Akan sangat dahsyat. Dalam konteks perjuangan, janji Allah Subhanahu wa Ta'ala itu Haq maka mustinya terus berjuang dengan keyakinan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti akan memenangkan agama ini. 

"Jadi bagian kita itu adalah ikhtiar sementara kemenangan itu adalah takdir atau qada dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, jadi ikhtiar itu harus pol-polan," ujarnya.

Ia juga menyatakan bahwa sebenarnya kalau orang menginginkan sebuah kehidupan dengan tatanan yang universal itu mustilah merujuk kepada sesuatu yang universal. Umat Islam yang sebenarnya adalah umat universal. Namun menjadi umat yang terbelah-belah yang membuat akhirnya menjadi lemah, tidak bisa menghadapi tantangan global padahal sekarang kekuatan-kekuatan yang ingin menguasai dunia ini pastilah kekuatan global, kapitalisme global, politik global, macam-macam global bahkan hiburan pun global, makanan global. Semua sudah global. 

"Aneh jika ini hari yang kita sudah mengerti globalisasi dengan seluruh implikasinya di semua kehidupan kita justru memprotoli risalah kita yang sudah global menjadi salah, yang ditempatkan dalam konteks lokalitas," tandasnya.[]Ajira

Senin, 09 Januari 2023

Tidak Ada Satu Pun yang Berhak Disembah Selain Allah

Tinta Media - Sobat. Rasulullah SAW mewujudkan tauhid dengan kata, perbuatan, dan ahwalnya. Beliau sangat menginginkan penanaman pohon tauhid di dalam jiwa, memperbaiki keyakinan dan menancapkan akar-akar ketauhidan dalam diri manusia. Beliau menegaskan bahwa peribadatan dan ketaatan dipersembahkan hanya kepada Allah yang tidak memiliki sekutu. Rasulullah SAW hendak menyingkirkan kemusyrikan dalam segala bentuk dan jenisnya, ajaran sesat, khurafat, dan pelbagai keyakinan yang rusak. Tauhid merupakan syiar dan misinya. 

Sebagaimana Allah perintahkan dalam firman-Nya :
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". ( QS. Al An’am (6) : 162-164)

Sobat. Dalam ayat ini Nabi Muhammad, diperintahkan agar mengatakan bahwa sesungguhnya salatnya, ibadahnya, serta semua pekerjaan yang dilakukannya, hidup dan matinya adalah semata-mata untuk Allah Tuhan semesta alam yang tiada sekutu bagi-Nya. Itulah yang diperintahkan kepadanya. Rasul adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah dalam mengikuti dan mematuhi semua perintah dan larangan-Nya. Dua ayat ini mengandung ajaran Allah kepada Muhammad, yang harus disampaikan kepada umatnya, bagaimana seharusnya hidup dan kehidupan seorang muslim di dalam dunia ini. Semua pekerjaan salat dan ibadah lainnya harus dilaksanakan dengan tekun sepenuh hati karena Allah, ikhlas tanpa pamrih. Seorang muslim harus yakin kepada kodrat dan iradat Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah-lah yang menentukan hidup mati seseorang. 

Sobat.Oleh karena itu seorang muslim tidak perlu takut mati dalam berjihad di jalan Allah dan tidak perlu takut hilang kedudukan dalam menyampaikan dakwah Islam, amar ma'ruf nahi munkar. 

Ayat ini selalu dibaca dalam salat sesudah takbiratul ihram sebagai doa iftitah kecuali kata: diganti dengan (164) Dalam ayat ini terdapat perintah kepada Nabi Muhammad agar mengatakan kepada kaumnya, bahwa mengapa ia akan mencari Allah yang lain dengan mempersekutukan-Nya dalam ibadah, berdoa untuk keperluan hidupnya agar Dia menolongnya atau melindunginya dari kesusahan dan bahaya? Mahasuci Allah dari persekutuan itu. 

Dialah Tuhan bagi segala sesuatu, Dialah yang menciptakan semesta alam. Selanjutnya pada ayat ini diterangkan, bahwa semua perbuatan manusia akan dipertangungjawabkan- nya sendiri, dan orang yang berbuat dosa akan menanggung sendiri dosanya itu, karena dosa seseorang tidak akan dipikul oleh orang lain. Masing-masing menerima pahala amal baiknya dan memikul dosa amal buruknya. Hal ini berulang-ulang disebutkan dalam Al-Qur'an.
 Firman Allah: 

(Yaitu) bahwa seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. (an-Najm/53: 38-39)

Ayat ini cukup memberi petunjuk dan jalan hidup yang bermutu tinggi dan praktis, karena di samping harus beramal dan bekerja harus pula diperhitungkan dengan cermat dan teliti setiap amal perbuatan yang dikerjakannya. Sebab amal pekerjaan atau perbuatan itu sangat besar pengaruhnya dalam membawa nasib keberuntungan dan keruntuhan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat. Di akhirat, perselisihan manusia dalam beragama akan diselesaikan.

Sobat. RAsulullah SAW telah mengatakan bahwa kebahagiaan, keberhasilan, dan kesuksesan manusia di dunia dan di akherat didasarkan pada tauhid. Dengan tauhid akan terwujud pengabdian sempurna kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta. Allah  SWT  Berfirman :
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ  
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” ( QS. Adz-Dzariyat (51) : 56 )

Sobat. Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya. Dalam kaitan ini Allah swt berfirman: 
Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang MahaEsa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (at-Taubah/9: 31) 

Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan. 
Sobat. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah. Ayat tersebut menguatkan perintah mengingat Allah swt dan memerintahkan manusia supaya melakukan ibadah kepada Allah swt.

Sobat. Pergantian siang dan malam, penciptaan langit dan bumi, keanekaragaman makhluk, jenis-jenis tumbuhan, benda mati dan hewan, kesempurnaan ciptaannya, kreativitas pembuatannya, dan kesempurnaan bentuknya menunjukkan bahwa Sang Pencipta adalah Zat Yang Maha Esa. Maha Suci Dia dan tidak ada sekutu bagi-Nya.  Kebaikan gerak alam semesta, keserasian tatanannya, dan ketepatan keteraturannya menunjukkan bahwa Tuhan Alam Semesta adalah satu.

Sobat. Maha suci Allah, hanya Dia sendiri yang berhak disembah, Sang Pemilik keindahan, kesempurnaan dan keagungan. Dia menciptakan makhluk maka selayaknya seluruh makhluk menyembah-Nya. Siapa yang menaati-Nya, niscaya dia akan mendapatkan keridhaan-Nya, siapa yang mencintai-Nya, niscaya dia  akan dengan-Nya ; siapa yang tidak mematuhi-Nya, niscaya dia akan diadzab. Siapa yang melawan-Nya, niscaya dia akan dihancurkan. Dia senantiasa mengingat orang-orang yang mengingat-Nya. Dia akan menambahkan nikmat-Nya kepada orang-orang yang bersyukur  kepada-Nya. Hanya milik-Nya semua keputusan, dan hanya kepada-Nya kalian akan dikembalikan.
Allah memberikan ancaman bagi  mereka yang tidak tunduk kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya :
وَلَقَدۡ أَخَذۡنَٰهُم بِٱلۡعَذَابِ فَمَا ٱسۡتَكَانُواْ لِرَبِّهِمۡ وَمَا يَتَضَرَّعُونَ  
“Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri.” ( QS. Al-Mu’minun (23) : 76 )

Sobat. Allah telah menimpakan azab kepada mereka pada Perang Badar sehingga banyak pemimpin dan pembesar mereka yang mati terbunuh tetapi mereka tak pernah tunduk kepada Allah dan tak pernah patuh mengikuti ajaran dan perintah-Nya. Mereka tidak pernah mau berendah hati kepada-Nya, bahkan tetap sombong dan takabur dan tidak pernah berhenti melakukan kezaliman dan perbuatan dosa. Mereka bertambah sesat dan bertambah giat memerangi agama Allah sehingga mereka menyiapkan tentara dan alat-alat perang yang lebih banyak dan lebih besar lagi untuk memerangi Rasulullah. Allah berfirman:

Tetapi mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati ketika siksaan Kami datang menimpa mereka? Bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menjadikan terasa indah bagi mereka apa yang selalu mereka kerjakan. (al-Anam/6:43)

Sobat. Rasulullah SAW  senantiasa mengajarkan  berulang-ulang ajaran tauhid, menyampaikannya dalam bahasa sederhana, dan menjelaskannya kepada orang-orang hingga beliau wafat. Kalimat pertama yang beliau serukan adalah “ Laa Ilaaha illallah “ ( Tidak ada tuhan selain Allah ), dan kalimat terakhir yang beliau ucapkan menjelang wafat juga “ Laa ilaaha illallah “ ( Tidak ada tuhan selain Allah ).

Sobat, Siapa yang ingin mendapatkan syafaát Nabi Muhammad SAW, hendaklah dia memurnikan tauhid kepada Tuhannya. Jika tidak, niscaya dia tidak akan mendapatkan syafaát Nabi Muhammad SAW.  Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah ra  berkata, “ Aku bertanya, “ Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling berbahagia dengan syafaátmu pada hari kiamat.”  Beliau menjawab, “ Manusia yang paling bahagia dengan syafaátku pada hari kiamat adalah yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan tulus dari lubuk hatinya.” ( HR Bukhari ).

Sobat. Perintah Allah kepada Rasul-Nya untuk menyembah-Nya dengan penuh keikhlasan sangat kuat dan tegas. Keikhlasan adalah inti tauhid, rahasia pamungkas dan kunci terbesarnya. Maka  ikhlaskan  ibadah hanya untuk-Nya, karena Dia tidak menerima sekutu!  Takutlah pada siksaan dan azab-Nya, karena Dia sangat berat siksaan-Nya!  Bermohonlah kepada-Nya, karena Dia Maha Kaya!  Mintalah karunia-Nya, karena sesungguhnya Dia Maha Pemurah ! Mohonlah ampunan kepada-Nya, karena Dia Maha luas ampunan-Nya!  Bersandarlah di sisi-Nya, niscaya akan kaudapati rasa aman!

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Rabu, 22 Juni 2022

Monsterisasi Bendera Tauhid dalam Hiruk-pikuk Pencapresan


Tinta Media - Acara deklarasi dukungan terhadap Anies Baswedan untuk maju pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 oleh kelompok Majelis Sang Presiden diwarnai kericuhan. Kericuhan dipicu peserta acara akibat adanya pemasangan bendera lafaz tauhid, laaillaha illallah. 

Perhelatan yang digelar di Hotel Bidakarta daerah Pancoran Jakarta Selatan pada hari Rabu (8/06/2022) ini berbuntut pelaporan kepada pihak kepolisian Metro Jakarta Selatan. Bahkan, salah seorang pegiat media sosial, Husen Alwi Shihab meminta Polisi untuk segera menangkap orang yang membawa bendera tersebut. Dirinya menilai bahwa pengibaran bendera tauhid itu menyalahi konstitusi, sebab identik dengan kelompok atau organisasi tertentu, seperti HTI. Sementara itu, pihak kepolisian tengah mendalami terkait bendera yang dikibarkan tersebut. 

Memang, beberapa waktu ini publik disuguhi dengan berbagai fakta yang mengarah pada kriminalisasi ajaran Islam. Bahkan, sebelumnya Polisi menangkap petinggi Khilafatul Muslimin yang melakukan konvoi rutin mengibarkan bendera tauhid di daerah Cawang.

Padahal bendera tauhid merupakan milik umat muslim yang tak seharusnya dipermasalahkan, bukan bendera milik kelompok tertentu seperti HTI. Bahkan HTI telah menyatakan bahwa bendera hitam-putih bukan bendera kelompok mereka, karena HTI tidak memiliki bendera apa pun. Mereka hanya mendakwahkan kepada umat Islam bahwa umat memiliki bendera tauhid hitam (ar-raya) dan putih (al-liwa). Karenanya, HTI selalu menggunakan bendera tersebut di setiap agenda-agenda mereka.

Dari Ibnu Abbas ra.
"Panjinya Rasulullah saw. berwarna hitam (raya), dan benderanya (liwa) berwarna putih, tertulis didalamnya: "Laa Illaha Illlallaah Muhammad Rasulullah".
(HR. Ath-Thabrani)

Opini yang menyatakan bahwa merupakan HTI organisasi terlarang adalah tidak sesuai hukum, karena tak ada satu pun keputusan perundang-undangan atau produk hukum yang menyatakan bahwa HTI sebagai ormas terlarang. Majelis hakim menyatakan bahwa status badan hukumnya saja yang dicabut sesuai SK kemenhumkam.

Putusan pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Nomor 211/G/2017/PTUN-JKT membenarkan pencabutan status BHP HTI, bukan membubarkan atau menyatakan HTI sebagai organisasi terlarang. Tak ada pula amar putusan yang menetapkan ajaran Islam Khilafah sebagai ajaran atau paham yang dilarang. Menyatakan keduanya terlarang, apalagi menyamakan dengan PKI adalah fitnah yang sangat kejam.

PKI memang organisasi terlarang dan memiliki pemahaman atau ideologi yang menyesatkan, sehingga terlarang di negeri ini. Bahkan, pembubaran PKI dan pelarangan pahamnya telah termaktub dalam Konstitusi hukum TAP MPRS NO.XXV/1966. Dari fakta tersebut terlihat jelas adanya kriminalisasi terhadap ajaran Islam dan juga sebuah organisasi Islam, dalam hal ini HTI, sebagi pihak yang getol mendakwahkan khilafah dan panji Rasulullah saw. 

Keberadaan bendera tauhid pun turut dimonsterisasi, dengan memanfaatkan momen hiruk-pikuk pencapresan. Opini publik terus digiring agar para capres turut arus dalam memonsterisasi ajaran dan simbol Islam, sebagai sesuatu yang membahayakan dan mengancam. Inilah realita politik demokrasi di Indonesia saat ini, yang sangat sinergis dengan sekulerisme yang memang mencampakkan aturan agama dalam kehidupan, sehingga sangat antipati terhadap syariat Islam, yang notabene mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk politik. 

Sementara dalam sekularisme, manusialah yang berdaulat membuat hukum, sehingga umat Islam yang hidup dalam sistem ini dipaksa secara sadar untuk menduakan Allah sebagai pembuat hukum yang seharusnya. Agar sistem demokrasi-sekuler ini tetap eksis, maka harus dijauhkan dari pemahaman Islam politik , di antaranya dari ajaran Islam tentang khilafah.

Mestinya umat Islam sadar bahwa tidak cukup sekadar mencari pemimpin yang dapat memajang atribut-atribut Islam, tetapi juga pemimpin yang dapat mengembalikan kemuliaan Islam itu sendiri sebagai sebuah sistem politik untuk menerapkan Islam secara kaffah, yakni khilafah. Sistem politik yang telah diwariskan oleh Rasulullah saw. ini pernah menaungi umat Islam di seluruh dunia selama lebih dari 1300 tahun lamanya.

Sistem ini berlandaskan akidah Islam dan tidak menyekutukan Allah dengan apa pun. Khilafah berjalan dengan 4 pilar pemerintahan, yakni:

Pertama, kedaulatan di tangan Assyari' (Sang Pembuat hukum, yaitu Allah Swt.) 

Kedua, kekuasaan di tangan umat

Ketiga, wajib mengangkat satu khalifah (pemimpin) saja untuk menjaga kesinambungan kepemimpinan dan tidak membingungkan umat.

Keempat, khalifah berwenang untuk mentabani (mengadopsi) hukum yang akan dilaksanakan.

Inilah konsep yang akan menjaga akidah umat Islam agar selalu terikat dengan hukum Allah, sehingga tak akan ada kasus kriminalisasi ajaran Islam maupun agama lainnya dalam sistem khilafah.

Wallahu'alam bishawwab

Oleh: Thaqqiyuna Dewi, S.I.Kom.
Sahabat Tinta Media



Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab