Kyai Hafidz: Puncak Tasawuf, Menyatukan Materi dan Ruh
Tinta Media - Mudir Ma’had Wakaf Syaraful Haramain KH. Hafidz Abdurrahman,M.A. menilai bahwa puncak tasawuf Islam adalah menyatukan materi dan ruh.
“Puncak Tasawuf Islam itu adalah menyatukan materi (perbuatan dan benda) dengan ruh (Allâh dan titah-Nya),” tuturnya kepada Tinta Media, Jumat (25/3/2022).
Menurut Kyai Hafidz, tasawuf adalah ilmu tentang raqaiq (kelembutan hati). “Hati lembut, ketika kita selalu menyadari hubungan kita dengan Allâh. Dalam bahasa al-'Allamah al-Qadhi Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, disebut ‘idrak sillah billah’ (kesadaran hubungan dengan Allah),” ungkapnya.
“Kesadaran hubungan kita dengan Allâh itu disebut ruh. Sedangkan kesadaran, bahwa semua alam, manusia dan kehidupan itu makhluk Allâh, disebut nahiyah ruhiyah. Karena itu, dalam pandangan Islam, tak ada satu pun di dunia ini yang terpisah dengan Allâh, baik benda maupun perbuatan,” jelasnya.
Ia mengutip perkataan Imam al-Ghazali dalam kitab Ayyuha al-Walad, lanjutnya, menyebut ada dua rukun tasawuf. “Pertama, istiqamah, yaitu kemampuan kita mengorbankan kemauan hawa nafsu untuk diri kita, sehingga bisa istiqamah dalam ketaatan. Kedua, sukun (ketenangan), yaitu tidak terpengaruh dengan makhluk, tidak juga menganggu makhluk lain,” jelasnya.
“Istiqamah lebih baik dari seribu karamah. Karena karomah lahir dari istiqamah,” tutur Kyai Hafidz.
Menurutnya, istiqamah hanya bisa diraih dengan mengorbankan hawa nafsu semata untuk mengikuti maunya Allâh. Dari istiqamah lahir ketenangan, fokus pada tujuan dan target, tidak lagi menoleh ke kanan-kiri. Tidak terpengaruh dengan apapun dan siapapun.
“Semoga kita semua diistiqamahkan oleh Allâh dalam ketaatan. Hati, lisan dan pikiran kita dijadikan ‘sukun’ dan fokus pada apa yang ada di sisi Allâh, bukan dunia yang fana,” harapnya.[] Irianti Aminatun