Tinta Media - Sobat. Rezeki di level ini adalah rezeki yang berkah dan selalu datang dari arah yang tidak disangka-sangka.Harta, jiwa dan hidupnya sudah dinafkahkan untuk agama Allah sehingga tidak ada kekhawatiran dalam dirinya akan kemiskinan. Orang yang pada level ini bukanlah orang yang malas, dan bukan pula orang-orang yang tidak berusaha. Akan tetapi, dia adalah orang yang senantiasa berikhtiar dengan penuh keyakinan, berusaha sepenuh kemampuan, namun tawakkal kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya tawakkal.
Sobat. Mereka adalah orang-orang yang hati, pikiran, lisan dan akhlaknya terjaga. Selalu menempatkan Allah sebagai tujuan akhir dari setiap ikhtiar yang dilakukannya. Merekalah pemilik kekayaan Sang pemilik kekayaan hakiki yang sesungguhnya.
Rezeki yang dimiliki oleh orang-orang yang bertakwa adalah kekayaan sejati yang membawa berkah. Kekayaan yang membawa pemiliknya pada kemuliaan di dunia dan akherat.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa tujuannya akherat, pasti Allah SWT menyatukan seluruhnya, ia jadi kaya hati dan dunia merendah kepadanya, dan yang tujuannya semata harta dunia, maka Allah SWT memberantakkan urusannya, hidupnya selalu dibayang-bayangi kemiskinan dan harta dunia tiada diperoleh kecuali yang ada ketentuannya.”
Sobat. Umar bin Khaththab ra masuk ke rumah Nabi Muhammad SAW , beliau bangun di atas tikarnya yang membekas pada pinggangnya, lalu ia menangis melihatnya kemudian beliau bersabda, “ Kenapa engkau menangis wahai Umar?” Ingatanku pada Raja Kisra dengan segala kemewahan dan kemegahannya, padahal engkau adalah Rasul Allah SWT sampai di punggungmu membekas garis-garis tikar. Beliau Rasulullah SAW bersabda, “ Mereka diberi kesenangan kontan hanya di dunia, sedangkan kami kesenangannya kelak di akherat.”
Hakikat kaya menurut Luqman Al-Hakim, ”Orang kaya adalah orang yang apabila diminta, ia tidak akan menahan harta yang dimilikinya. Namun apabila ia tidak memiliki, ia tidak akan merendahkan diri dengan meminta pada orang lain.”
Sobat. Takwa merupakan kunci untuk memperoleh keberkahan yang hakiki yang didambakan oleh seluruh manusia. Kekayaan yang membawa berkah. Boleh jadi, dalam pandangan lahiriah manusia, seseorang yang memegang kunci takwa ini tidak kaya, namun juga tidak miskin. Dia tampak demikian bersahaja, tidak pernah kekurangan, namun tidak juga tampak berlebihan.
Sobat. Kenapa Takwa bisa menjadi kunci keberkahan? Takwa merupakan barometer kualitas manusia di hadapan Allah. Takwa akan mendatangkan cinta dan kasih sayang Allah. Orang yang bertakwa adalah orang yang hati, pikiran, ucapan, dan tindakannya terjaga. Sehingga dia selalu mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah. Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu bersemangat dalam mengejar amal kebaikan.
۞لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلۡكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۧنَ وَءَاتَى ٱلۡمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِي ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلۡمُوفُونَ بِعَهۡدِهِمۡ إِذَا عَٰهَدُواْۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِي ٱلۡبَأۡسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلۡبَأۡسِۗ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” ( QS. Al-Baqarah (2) : 177 )
Sobat. Ayat ini bukan saja ditujukan kepada umat Yahudi dan Nasrani, tetapi mencakup juga semua umat yang menganut agama-agama yang diturunkan dari langit, termasuk umat Islam.
Pada ayat 177 ini Allah menjelaskan kepada semua umat manusia, bahwa kebajikan itu bukanlah sekadar menghadapkan muka kepada suatu arah yang tertentu, baik ke arah timur maupun ke arah barat, tetapi kebajikan yang sebenarnya ialah beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, iman yang bersemayam di lubuk hati yang dapat menenteramkan jiwa, yang dapat menunjukkan kebenaran dan mencegah diri dari segala macam dorongan hawa nafsu dan kejahatan. Beriman kepada hari akhirat sebagai tujuan terakhir dari kehidupan dunia yang serba kurang dan fana. Beriman kepada malaikat yang di antara tugasnya menjadi perantara dan pembawa wahyu dari Allah kepada para nabi dan rasul. Beriman kepada semua kitab-kitab yang diturunkan Allah, baik Taurat, Injil maupun Al-Qur'an dan lain-lainnya, jangan seperti Ahli Kitab yang percaya pada sebagian kitab yang diturunkan Allah, tetapi tidak percaya kepada sebagian lainnya, atau percaya kepada sebagian ayat-ayat yang mereka sukai, tetapi tidak percaya kepada ayat-ayat yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Beriman kepada semua nabi tanpa membedakan antara seorang nabi dengan nabi yang lain.
Iman tersebut harus disertai dan ditandai dengan amal perbuatan yang nyata, sebagaimana yang diuraikan dalam ayat ini, yaitu:
1. Memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat yang membutuhkannya. Anggota keluarga yang mampu hendaklah lebih mengutamakan memberi nafkah kepada keluarga yang lebih dekat.
Memberikan bantuan harta kepada anak-anak yatim dan orang-orang yang tidak berdaya. Mereka membutuhkan pertolongan dan bantuan untuk menyambung hidup dan meneruskan pendidikannya, sehingga mereka bisa hidup tenteram sebagai manusia yang bermanfaat dalam lingkungan masyarakatnya.
Memberikan harta kepada musafir yang membutuhkan, sehingga mereka tidak terlantar dalam perjalanan dan terhindar dari pelbagai kesulitan.
Memberikan harta kepada orang yang terpaksa meminta minta karena tidak ada jalan lain baginya untuk menutupi kebutuhannya.
Memberikan harta untuk menghapus perbudakan, sehingga ia dapat memperoleh kemerdekaan dan kebebasan dirinya yang sudah hilang.
2. Mendirikan shalat, artinya melaksanakannya pada waktunya dengan khusyuk lengkap dengan rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
3. Menunaikan zakat kepada yang berhak menerimanya sebagaimana yang tersebut dalam surah at-Taubah ayat 60. Di dalam Al-Qur'an apabila disebutkan perintah: "mendirikan salat", selalu pula diiringi dengan perintah: "menunaikan zakat", karena antara salat dan zakat terjalin hubungan yang sangat erat dalam melaksanakan ibadah dan kebajikan. Sebab salat pembersih jiwa sedang zakat pembersih harta. Mengeluarkan zakat bagi manusia memang sukar, karena zakat suatu pengeluaran harta sendiri yang sangat disayangi.
Oleh karena itu apabila ada perintah salat, selalu diiringi dengan perintah zakat, karena kebajikan itu tidak cukup dengan jiwa saja tetapi harus pula disertai dengan harta. Oleh karena itulah, sesudah Nabi Muhammad saw wafat, para sahabat sepakat tentang wajib memerangi orang yang tidak mau menunaikan zakat hartanya.
4. Menepati janji bagi mereka yang telah mengadakan perjanjian. Segala macam janji yang telah dijanjikan wajib ditepati, baik janji kepada Allah seperti sumpah dan nazar dan sebagiannya, maupun janji kepada manusia, terkecuali janji yang bertentangan dengan hukum Allah (syariat Islam) seperti janji berbuat maksiat, maka tidak boleh (haram) dilakukan, hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah saw:
Tanda munafik ada tiga: yaitu apabila ia berkata, maka ia selalu berbohong, apabila ia berjanji, maka ia selalu tidak menepati janjinya, apabila ia dipercayai, maka ia selalu berkhianat. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah r.a.).
5. Sabar dalam arti tabah, menahan diri dan berjuang dalam mengatasi kesempitan, yakni kesulitan hidup seperti krisis ekonomi; penderitaan, seperti penyakit atau cobaan ; dan dalam peperangan, yaitu ketika perang sedang berkecamuk.
Mereka itulah orang-orang yang benar dalam arti sesuai dengan sikap, ucapan dan perbuatannya dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Sobat. Itulah kebaikan-kebaikan utama yang disyariatkan oleh Allah dalam ayat-ayat-Nya. Kebaikan-kebaikan itu merupakan perintah Allah yang harus dijalankan, sebagai bukti keimanan dan sebagai gambaran ketakwaan kita kepada Allah SWT. Sobat. Perilaku takwa itu meliputi dua hal yaitu : Pertama. Ketaatan untuk menjalankan perintah-Nya.Kedua. Menjauhi larangan-Nya karena rasa takut akan ancaman dan kemarahan-Nya.
Sobat. Jadi wajarlah jika takwa menjadi kunci keberkahan yang akan mendatangkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, karena takwa sesungguhnya merupakan wujud karakter syukur tertinggi dari seorang hamba kepada Rabb-Nya.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana Universitas Islam Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur