Tinta Media: Tahun Baru Islam
Tampilkan postingan dengan label Tahun Baru Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tahun Baru Islam. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Agustus 2022

Tahun Baru 1444 H, Umat Harus Fokus pada Tiga Agenda Perubahan

Tinta Media - Memasuki tahun baru Islam 1444 Hijriyah, Forum Komunikasi Ulama (FKU) Aswaja KH Laode Heru Elyasa menyatakan bahwa umat Islam harus fokus pada tiga agenda perubahan. 

“Ada tiga hal yang harus kita fokuskan agar tahun baru Hijriyah tidak sekedar momentum perubahan tahun saja,” tuturnya dalam Program Kabar Petang: Hijrah: Momentum Mewujudkan Identitas Islam Kaffah, Jumat (29/7/2022) di kanal Youtube Khilafah News.
Menurutnya,  tiga hal tersebut terdiri dari perubahan rezim, perubahan penopang kekuasaan, dan perubahan ideologi.

“Pertama, perubahan rezim, artinya rezim yang zalim itu memang harus diganti dengan rezim yang baik, dengan penguasa yang baik,” ucapnya.
Kedua, ia menjelaskan tentang perubahan penopang kekuasaan. Kekuasaan zalim itu menjadi abadi, terus-menerus, itu disebabkan ditopang oleh masyarakat. “Saat ini masyarakat tidak memahami kezaliman rezim itu,” ujarnya. 

Maka umat Islam, para ulama, para habib, ataupun ormas-ormas Islam itu harus melakukan penyadaran kepada masyarakat.
“Bahwasanya bukan rezim yang zalim itu yang harus ditopang. Tetapi yang harus ditopang itu adalah pejuang-pejuang, para mubalig, para ulama, para kiai yang sudah ke arah perubahan menuju Islam,” jelasnya.
Ia membeberkan ketika masyarakat memahami perubahan, berupa perubahan pemikiran dari yang sebelumnya tidak berdasarkan Islam kemudian berganti kepada pemikiran Islam. Maka penopang itu akan berganti. “Ketika penopang itu sudah tidak menopang rezim, otomatis rezim itu akan berganti,” bebernya. 
Kemudian, ia memaparkan hal fokus ketiga, yakni perubahan ideologi. Karena ibarat bangunan, ideologi itu adalah fondasinya.
“Ketika fondasi kokoh, kuat, tentu saja fondasi itu diciptakan oleh Allah SWT, sehingga seluruh perubahan, seluruh kegiatan, seluruh kelompok perubahan itu menjadikan Islam sebagai satu-satunya ideologi untuk melakukan sebuah perubahan,” paparnya.
Baginya ketiga hal inilah yang harus difokuskan. “Dan ini bisa dilakukan dengan cara dakwah, pemikiran, politik, dan tidak dengan cara kekerasan,” tuturnya. 
Memahami Perjalanan Hijrah Rasulullah
Memahami hijrah Rasulullah SAW dan para sahabat dikaitkan dengan kondisi sekarang, ia meyakini bahwa hijrah merupakan proses.
“Didefinisikan sebagai sebuah perpindahan dari negeri kufur (Makkah) kepada negeri Islam (Madinah),” tuturnya.

Ia melanjutkan tentang negeri kufur dan negeri Islam. “Negeri kufur itu Makkah, yang berkuasa adalah sistem yang tidak menerapkan hukum-hukum Islam, dakwah tidak bisa dilakukan, demikian dengan menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya,” lanjutnya. 
Ketika itu ia menerangkan bahwa kaum muslimin tidak mampu menampakkan agamanya. “Maka, mereka (kaum muslimin) diperintahkan Allah SWT untuk berhijrah ke Madinah karena di Madinah itulah Islam bisa ditegakkan sempurna,” terangnya. 
Ia memaknainya bahwa hijrah bukan sekedar berpindahnya badan. “Tetapi bagaimana perpindahan sebuah sistem sehingga sistem itu harus berganti dari yang sebelumnya tidak secara syariat Islam kepada syariat Islam,” ungkapnya. 
Ia mengakhirinya dengan mengungkapkan bahwa kaum muslimin di negeri ini memaknai hijrah bukan harus berpindah ke negeri lain tetapi harus terus menerus menyampaikan kepada umat, dan para rezim untuk menjalankan hukum-hukum Allah SWT. 

“Sebagaimana Madinah itu juga menjalankan hukum-hukum Allah SWT,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab