Spirit Tahun Baru Hijriyah, Saatnya Menuju Penerapan Islam Kaffah
Tinta Media - Hijrah Fest 2023 sebagai ajang tahunan, kembali diselenggarakan. Bertempat di kota Bandung, pada hari Jumat tanggal 28 Juli, di Bale Rame Soreang, bersama Bupati Bandung, Dadang Supriatna (DS).
Mengutip dari sebuah berita dari ketik.co.id, Media Kolaborasi Indonesia, acara tersebut dihadiri oleh orang-orang yang berasal dari background yang berbeda. Ada ulama, pemerintah, bahkan sampai jajaran para artis dan juga polisi.
Kang DS mengutarakan, bahwa dirinya begitu antusias terhadap acara ini. Dibuktikan dengan dukungannya serta partisipasinya dalam persiapan acara.
Menurutnya, acara seperti ini dinilai selaras dengan visi-misinya pada Kabupaten Bandung, yakni mewujudkan masyarakat Kabupaten Bandung yang BEDAS (bangkit, edukatif, dinamis, agamis, dan sejahtera). Di samping itu, kegiatan ini dapat dijadikan sebagai bentuk upaya pemerintah dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik.
Acara Hijrah Fest yang bertepatan dengan momentum tahun baru Islam (Muharram) ini, dipandang sebagai momentum yang tepat, di tengah kondisi masyarakat yang saat ini yang sedang tidak baik-baik saja. Kian hari, mereka semakin jauh dari agama mereka sendiri, khususnya umat muslim.
Kerusakan moral pada remaja hingga mengarah pada kriminalitas, semakin mengerikannya bentuk -bentuk kriminalitas yang berbau sadisme, kasus narkoba, hingga korupsi yang semakin merajalela, di tengah kondisi masyarakat yang terpuruk secara ekonomi, menggambarkan betapa rusaknya kondisi saat ini.
Semuanya menjadi masalah yang harus dikritisi dan dicarikan solusi tuntasnya. Oleh karena itu, momentum Muharam yang identik dengan Hijrah, tidak cukup sekadar seremonial atau perayaan (festival) semata. Namun harus dipahami secara hakiki, sebagai momentum perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Dengan harapan tidak berhenti sampai peringatan tahun baru hijriah saja, tetapi dengan terus difasilitasi untuk mengubah masyarakat secara total ke arah Islam, sebagai spirit yang ada dalam peristiwa hijrahnya Rasulullah saw ke Madinah.
Maka berbagai bentuk upaya dilakukan agar masyarakat terbawa ke arah Islam, dalam bentuk syiar-syiar Islam yang mengarah kepada terbentuknya tiga pilar pembentuk masyarakat Islam, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw, yaitu
Pertama, ketakwaan individu, yaitu membentuk individu-individu masyarakat yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam (berkepribadian Islam). Hal ini dilakukan melalui aktivitas pembinaan intensif dan pembinaan jama'ah oleh sebuah jama'ah (kelompok) Islam yang berjuang untuk tegaknya penerapan syariat Islam.
Kedua, kontrol masyarakat yang peduli terhadap tegaknya hukum-hukum Islam, melalui aktivitas amar makruf nahi mungkar. Dilakukan oleh individu -individu masyarakat yang dihidupkan dan dipimpin oleh jama'ah Islam yang aktivitasnya semata-mata untuk dakwah Islam, sebagaimana yang ada dalam QS Ali Imran;104, yang artinya
"Dan hendaklah ada sekelompok orang diantara umat, yang menyeru kepada kebajikan (Islam), yang menyeru kepada kebaikqn dan mencegah kemunkaran. Merekalah orang-orang yang beruntung."
Aktivitas dakwah ini terus berjalan, hingga Islam menjadi kesadaran umum dan pendapat umum di tengah masyarakat. Islam menjadi solusi dari permasalahan masyarakat, sehingga masyarakat rindu akan penerapan Islam kaffah atas kehidupan mereka.
Ketiga, negara yang menerapkan syariat Islam, sebagai wujud ketakwaan individu dan masyarakat. Kekuatan negara menjadi faktor penentu dalam penerapan syariat Islam hingga maqoshid syar'i (target penerapan syariat) dapat tercapai. Itulah negara Islam (Al khilafah), yang berlandaskan akidah Islam, menjalankan politik dalam negeri dan luar negeri Islam, hingga tercapai predikat khoiru (QS Ali Imran;110).
Inilah hijrah yang dicontohkan oleh Rasulullah, hijrah secara total, dari sistem jahiliah (sewaktu di Mekah) kepada sistem Islam yang diterapkannya di Madinah yakni Daulah (khilafah) Islamiyah, yang dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, Khilafah Bani Umayyah, Bani 'Abasiyyah, dan Bani 'Utsmaniyah, selama lebih dari 13 abad.
Islam menjadi rahmatan lil 'alamiin, memberikan kesejahteraan dan kebaikan bagi umat manusia dan dunia. Fakta sejarah ini telah diakui oleh para sejarawan Barat, seperti Will Durant. Mari kita hijrah dari sistem kufur kepada sistem Islam, menuju peradaban Islam yang agung sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-Nur[24]:55.
Spirit Tahun Baru Hijriyah; Saatnya Menuju Penerapan Islam Kaffah
Hijrah Fest 2023 sebagai ajang tahunan, kembali diselenggarakan. Bertempat di kota Bandung, pada hari Jumat tanggal 28 Juli, di Bale Rame Soreang, bersama Bupati Bandung, Dadang Supriatna (DS).
Mengutip dari sebuah berita, Sumber: Ketik.co.id | Media Kolaborasi Indonesia, acara tersebut dihadiri oleh orang-orang yang berasal dari background yang berbeda. Ada ulama, pemerintah, bahkan sampai jajaran para artis dan juga polisi.
Kang DS mengutarakan, bahwa dirinya begitu antusias terhadap acara ini. Dibuktikan dengan dukungannya serta partisipasinya dalam persiapan acara. Menurutnya, acara seperti ini dinilai selaras dengan visi-misinya pada Kabupaten Bandung, yakni mewujudkan masyarakat Kabupaten Bandung yang BEDAS (bangkit, edukatif, dinamis, agamis, dan sejahtera). Di samping itu, kegiatan ini dapat dijadikan sebagai bentuk upaya pemerintah dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik.
Acara Hijrah Fest yang bertepatan dengan momentum tahun baru Islam (Muharram) ini, dipandang sebagai momentum yang tepat, di tengah kondisi masyarakat yang saat ini yang sedang tidak baik-baik saja. Kian hari, mereka semakin jauh dari agama mereka sendiri, khususnya umat muslim.
Kerusakan moral pada remaja hingga mengarah pada kriminalitas, semakin mengerikannya bentuk -bentuk kriminalitas yang berbau sadisme, kasus narkoba, hingga korupsi yang semakin merajalela, di tengah kondisi masyarakat yang terpuruk secara ekonomi, menggambarkan betapa rusaknya kondisi saat ini.
Semuanya menjadi masalah yang harus dikritisi dan dicarikan solusi tuntasnya. Oleh karena itu, momentum Muharam yang identik dengan Hijrah, tidak cukup sekadar seremonial atau perayaan (festival) semata. Namun harus dipahami secara hakiki, sebagai momentum perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Dengan harapan tidak berhenti sampai peringatan tahun baru hijriah saja, tetapi dengan terus difasilitasi untuk mengubah masyarakat secara total ke arah Islam, sebagai spirit yang ada dalam peristiwa hijrahnya Rasulullah saw ke Madinah.
Maka berbagai bentuk upaya dilakukan agar masyarakat terbawa ke arah Islam, dalam bentuk syiar-syiar Islam yang mengarah kepada terbentuknya tiga pilar pembentuk masyarakat Islam, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw, yaitu
Pertama, ketakwaan individu, yaitu membentuk individu-individu masyarakat yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam (berkepribadian Islam). Hal ini dilakukan melalui aktivitas pembinaan intensif dan pembinaan jama'ah oleh sebuah jama'ah (kelompok) Islam yang berjuang untuk tegaknya penerapan syariat Islam.
Kedua, kontrol masyarakat yang peduli terhadap tegaknya hukum-hukum Islam, melalui aktivitas amar makruf nahi mungkar. Dilakukan oleh individu -individu masyarakat yang dihidupkan dan dipimpin oleh jama'ah Islam yang aktivitasnya semata-mata untuk dakwah Islam, sebagaimana yang ada dalam QS Ali Imran;104, yang artinya
" Dan hendaklah ada sekelompok orang diantara umat, yang menyeru kepada kebajikan (Islam), yang menyeru kepada kebaikqn dan mencegah kemunkaran. Merekalah orang-orang yang beruntung."
Aktivitas dakwah ini terus berjalan, hingga Islam menjadi kesadaran umum dan pendapat umum di tengah masyarakat. Islam menjadi solusi dari permasalahan masyarakat, sehingga masyarakat rindu akan penerapan Islam kaffah atas kehidupan mereka.
Ketiga, negara yang menerapkan syariat Islam, sebagai wujud ketakwaan individu dan masyarakat. Kekuatan negara menjadi faktor penentu dalam penerapan syariat Islam hingga maqoshid syar'i (target penerapan syariat) dapat tercapai. Itulah negara Islam (Al khilafah), yang berlandaskan akidah Islam, menjalankan politik dalam negeri dan luar negeri Islam, hingga tercapai predikat khoiru (QS Ali Imran;110).
Inilah hijrah yang dicontohkan oleh Rasulullah, hijrah secara total, dari sistem jahiliah (sewaktu di Mekah) kepada sistem Islam yang diterapkannya di Madinah yakni Daulah (khilafah) Islamiyah, yang dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, Khilafah Bani Umayyah, Bani 'Abasiyyah, dan Bani 'Utsmaniyah, selama lebih dari 13 abad.
Islam menjadi rahmatan lil 'alamiin, memberikan kesejahteraan dan kebaikan bagi umat manusia dan dunia. Fakta sejarah ini telah diakui oleh para sejarawan Barat, seperti Will Durant. Mari kita hijrah dari sistem kufur kepada sistem Islam, menuju peradaban Islam yang agung sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-Nur[24]:55.
Oleh: Isnaeni Nur Azizah
Sahabat Tinta Media
Wallahua'lam bisshawab