Tinta Media: Taat
Tampilkan postingan dengan label Taat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Taat. Tampilkan semua postingan

Selasa, 27 Agustus 2024

Mensyukuri Kemerdekaan dengan Ketaatan


Tinta Media - Kemerdekaan Indonesia merupakan karunia dari Allah Swt. Oleh karenanya, wujud syukur atas nikmat kemerdekaan adalah dengan ketaatan pada-Nya, yakni taat dalam melaksanakan seluruh perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangan-Nya. Caranya, dengan menerapkan hukum syariat yang telah Allah tetapkan, baik yang terkait dengan diri sendiri, sesama manusia, maupun bernegara. 

Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, sudah semestinya menjadikan aturan Allah Swt. sebagai standar hukum. Dengan demikian, keberkahan yang Allah janjikan dapat terwujud berupa baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang baik dan mendapat ampunan dari Allah Swt.)

Oleh karena itu, merayakan hari kemerdekaan tidak cukup dengan seremoni dan aneka perlombaan saja. Namun, mesti dibarengi dengan peningkatan ketaatan individu, masyarakat, hingga level negara. Jika hal ini kita lakukan, niscaya Allah akan menambahkan nikmat-Nya.


Oleh: Ade Farkah
Sahabat Tinta Media

Kamis, 19 Oktober 2023

Taatilah Allah dan Rasul supaya Kamu Diberi Rahmat

Tinta Media - Sobat. Janji Allah itu haq dan Allah tidak akan pernah ingkar janji. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra secara marfu’ bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang yang tidak mau.” Mereka bertanya, “ Wahai Rasulullah, siapa gerangan yang tidak mau?” Beliau menjawab, “ Barangsiapa taat kepadaku, ia masuk surga. Dan, barangsiapa durhaka terhadapku, berarti ia tidak mau ( masuk surga ).”

Allah SWT berfirman :

إِنَّمَا كَانَ قَوۡلَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذَا دُعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَهُمۡ أَن يَقُولُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخۡشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقۡهِ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ  

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. “ ( QS. An-nur (24): 51-52 )

Sobat. Orang-orang yang benar-benar beriman apabila diajak bertahkim kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka tunduk dan patuh menerima putusan, baik putusan itu menguntungkan atau merugikan mereka. Mereka yakin dengan sepenuh hati tidak merasa ragu sedikit pun bahwa putusan itulah yang benar, karena putusan itu adalah putusan Allah dan Rasul-Nya. Tentu putusan siapa lagi yang patut diterima dan dipercayai kebenaran dan keadilannya selain putusan Allah dan Rasul-Nya? Demikianlah sifat-sifat orang-orang yang beriman benar-benar percaya kepada Allah dan Rasul-Nya dan yakin sepenuhnya bahwa Allah Yang Mahabenar dan Mahaadil.

Sobat. Siapa yang menaati semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya karena meyakini bahwa mengerjakan perintah Allah itulah yang akan membawa kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, meninggalkan semua larangan-Nya, akan menjauhkan mereka dari bahaya dan malapetaka di dunia dan di akhirat dan selalu bertakwa kepada-Nya, dan berbuat baik terhadap sesama manusia, maka mereka itu termasuk golongan orang-orang yang mencapai keridaan Ilahi dan bebas dari segala siksaan-Nya di akhirat.

Allah SWT berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ إِنَّآ أَرۡسَلۡنَٰكَ شَٰهِدٗا وَمُبَشِّرٗا وَنَذِيرٗا وَدَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذۡنِهِۦ وَسِرَاجٗا مُّنِيرٗا  

“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” ( QS. Al-Ahzab (33) : 45-46 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad bahwa ia diutus untuk menjadi saksi terhadap orang-orang (umat) yang pernah mendapat risalahnya. Allah mengutusnya sebagai pembawa kabar gembira bagi orang-orang yang membenarkan risalahnya dan mengamalkan petunjuk-petunjuk yang dibawanya bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam surga. Ia juga sebagai pemberi peringatan kepada mereka yang mengingkari risalahnya, bahwa mereka akan diazab dengan siksa api neraka. 
Sehubungan dengan fungsi Nabi sebagai saksi (syahid), dalam ayat lain Allah berfirman:

Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka. (an-Nisa'/4: 41).

Sobat. Nabi juga berperan sebagai juru dakwah agama Allah untuk seluruh umat manusia agar mereka mengakui keesaan dan segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Juga bertujuan agar manusia beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas; memberi penerangan laksana sebuah lampu yang terang benderang yang dapat mengeluarkan mereka dari kegelapan kekafiran kepada cahaya keimanan, dan menyinari jalan yang akan ditempuh oleh orang-orang yang beriman agar mereka berbahagia di dunia dan akhirat. Semua tugas Nabi saw itu dilaksanakannya dengan dan perintah izin Allah.

Allah SWT berfirman :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ  

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” ( QS. Al-Anfal (8) : 29 )

Sobat. Allah menyeru orang-orang yang beriman bahwa apabila mereka bertakwa kepada Allah yaitu memelihara diri mereka dengan melaksanakan apa yang mereka tetapkan berdasar hukum-hukum Allah serta menjauhi segala macam larangan-Nya seperti tidak mau berkhianat, lebih mengutamakan hukum-hukum-Nya, Allah akan memberikan kepada mereka petunjuk yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil, dan petunjuk itu merupakan penolong bagi mereka dikala kesusahan dan sebagai pelita dikala kegelapan.

Allah berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (al-Hadid/57: 28)

Allah menjanjikan kepada mereka itu akan menghapus segala kesalahan mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka lantaran mereka itu bertakwa, dan diberi pula furqan, sehingga mereka dapat mengetahui mana perbuatan yang harus dijauhi, karena dilarang Allah, serta dapat pula memelihara dirinya dari hal-hal yang membawa kepada kerusakan. Orang-orang yang mendapat pengampunan Allah berarti ia hidup bahagia. Hal yang demikian ini dapat mereka capai karena karunia Allah semata.

Allah menegaskan bahwa Allah mempunyai karunia yang besar karena Dialah yang dapat memberikan keutamaan kepada makhluk-Nya, baik keutamaan kepada hamba-Nya di dunia ataupun maghfirah dan surga-Nya yang diberikan kepada hamba-Nya yang dikasihi di akhirat.

Sobat. Maksud dari Furqan dalam ayat di atas adalah kemuliaan, kehormatan, keselamatan, dan cahaya yang membedakan antara yang hak dan yang batil.

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًاۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ  

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” ( QS. Thaha (20) : 132 )

Sobat. Ayat ini menjelaskan amanat berikutnya yang tidak kurang pen-tingnya dari perintah sebelumnya ialah perintah Allah kepada Nabi saw menyuruh untuk keluarganya mengerjakan salat dan sabar dalam melaksanakan salat dengan menjaga waktu dan kesinambungannya. Perintah itu diiringi dengan perintah yang kedua yaitu dengan peringatan bahwa Allah tidak minta rezeki kepada Nabi, sebaliknya Allah yang akan memberi rezeki kepadanya, sehingga Nabi tidak perlu memikirkan soal rezeki keluarganya. 

Oleh sebab itu keluarganya agar jangan terpengaruh atau menjadi silau matanya melihat kekayaan dan kenikmatan yang dimiliki oleh istri-istri orang kafir itu. Demikianlah amanat Allah kepada Rasul-Nya sebagai bekal untuk menghadapi perjuangan berat, yang patut menjadi contoh teladan bagi setiap pejuang yang ingin menegakkan kebenaran di muka bumi. 

Mereka harus lebih dahulu menjalin hubungan yang erat dengan Khaliknya yaitu dengan tetap mengerjakan sholat dan memperkokoh batinnya dengan sifat tabah dan sabar. Di samping itu haruslah seisi rumah tangganya mempunyai sifat seperti yang dimilikinya. Dengan demikian ia akan tabah berjuang tidak diombangambingkan oleh perhiasan kehidupan dunia seperti kekayaan, pangkat dan kedudukan. 

Amanat-amanat inilah yang dipraktekkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya sehingga mereka benar-benar sukses dalam perjuangan mereka sehingga dalam masa kurang lebih 23 tahun saja Islam telah berkembang dengan pesatnya di seluruh jazirah Arab dan jadilah kalimah Allah kalimah yang paling tinggi dan mulia.

Jika Rasul dan keluarganya menghadapi berbagai kesuliltan, beliau mengajak keluarganya untuk sholat, sebagaimana diriwayatkan dari sabit, ia berkata : 

Apabila keluarga Nabi ditimpa kesusahan, beliau memerintahkan mereka, "Ayo shalatlah, shalatlah," sabit berkata, "Para nabi jika tertimpa kesusahan mereka segera menunaikan shalat." (Riwayat Ibnu Abi hatim)
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ  
“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.” ( QS. Ali Imran (3) : 132 )

Sobat. Kemudian perintah tersebut diiringi dengan perintah agar kaum Muslimin selalu taat dan patuh kepada perintah Allah dan Rasul-Nya karena dengan menaati Allah dan Rasul-Nya itulah mereka akan dapat limpahan rahmat-Nya dan dapat hidup berbahagia di dunia dan di akhirat.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Sabtu, 23 September 2023

Keutamaan Taat dan Syukur

Tinta Media - Sobat. Ketaatan kepada Allah SWT merupakan himpunan seluruh kebaikan. Allah SWT menganjurkan di dalam kitabnya dan di dalam beberapa ayat yang berbeda, tentang ketaatan. Dengan ketaatan ini, para rasul diutus untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan jiwa menuju cahaya makrifat suci dan bersenang-senang di negeri kenikmatan yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu kesenangan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas di hati manusia.

إِنَّ ٱلۡأَبۡرَارَ لَفِي نَعِيمٖ وَإِنَّ ٱلۡفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٖ  

“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” ( QS Al-Infitar (82) : 13-14 )

Sobat. Ayat ini menjelaskan hasil atau akibat dari pencatatan amal manusia, yaitu adanya pahala dan surga bagi orang-orang yang berbuat kebajikan, dan azab bagi orang-orang yang berbuat maksiat dan dosa. Surga adalah balasan bagi orang-orang bertakwa dan beramal saleh. Allah berfirman:
 
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya). (an-Nazi'at/79: 40-41)

Sedangkan orang-orang yang durhaka diazab Allah di api neraka. Allah berfirman:
 
Maka adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sungguh, nerakalah tempat tinggalnya. (an-Nazi'at/79: 37-39)

Allah SWT berfirman :

إِنَّمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوۡثَٰنٗا وَتَخۡلُقُونَ إِفۡكًاۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَمۡلِكُونَ لَكُمۡ رِزۡقٗا فَٱبۡتَغُواْ عِندَ ٱللَّهِ ٱلرِّزۡقَ وَٱعۡبُدُوهُ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥٓۖ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ  

“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan.” ( QS. Al-‘Ankabut (29) : 17 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa sesembahan selain Dia sudah jelas merupakan hasil ciptaan tangan manusia sendiri, tetapi mereka berdusta dengan menganggapnya tuhan yang sebenarnya. Mereka menganggap hasil ciptaan mereka yang berbentuk patung dan berhala itu sanggup memberi manfaat atau keuntungan kepada mereka. 

Ibrahim mencela dan mengecam anggapan mereka karena patung-patung itu sedikit pun tidak sanggup memberi rezeki kepada mereka. Rezeki itu adalah wewenang mutlak yang hanya dimiliki oleh Allah. Oleh karena itu, dianjurkan kepada mereka supaya memohon rezeki dan penghasilan hanya kepada Allah, kemudian mensyukuri jika yang diminta itu telah dikabulkan-Nya. Hanya Allah yang mendatangkan rezeki bagi manusia serta semua kenikmatan hamba-Nya. Manusia dianjurkan untuk mencari keridaan-Nya dengan jalan mendekatkan diri kepada-Nya. 

Ayat ini ditutup dengan lafal "kepada-Nyalah kamu dikembalikan" artinya manusia harus bersiap-siap menemui Allah dengan beribadah dan bersyukur. Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala amal perbuatannya dan semua kenikmatan yang mereka terima.

Allah SWT mendampingkan kata syukur dengan dzikir dalam kitab-Nya.

فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ  

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” ( Al-Baqarah (2) : 152 )

Sobat. Maka dengan nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kaum Muslimin, hendaklah mereka selalu ingat kepada-Nya, baik di dalam hati maupun dengan lisan, dengan jalan tahmid (membaca al-hamdulillah), tasbih (membaca Subhanallah), dan membaca Al-Qur'an dengan jalan memikirkan alam ciptaan-Nya untuk mengenal, menyadari dan meresapkan tanda-tanda keagungan, kekuasaan dan keesaan-Nya.

Apabila mereka selalu mengingat Allah, Dia pun akan selalu mengingat mereka pula. hendaklah mereka bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya dengan jalan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya dan dengan jalan memuji serta bertasbih dan mengakui kebaikan-Nya. 

Di samping itu, janganlah mereka mengkufuri nikmat-Nya dengan menyia-nyiakan dan mempergunakannya di luar garis-garis yang telah ditentukan-Nya.

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ  

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". ( QS. Ibrahim (14) : 7 )

Sobat. Dalam ayat ini Allah swt kembali mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Bila mereka melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh-Nya. Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.

Sobat. Mensyukuri rahmat Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan ucapan yang setulus hati; kedua, diiringi dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut untuk tujuan yang diridai-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita lihat bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara. Bahkan, rezekinya senantiasa bertambah, kekayaannya makin meningkat, dan hidupnya bahagia, dicintai serta dihormati dalam pergaulan. 

Sebaliknya, orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak bertambah, bahkan lekas menyusut. Di samping itu, ia senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak, dan di akhirat memperoleh hukuman yang berat.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN

Rabu, 29 Juni 2022

PARA PENGEMBARA

Tinta Media - Kita hidup di dunia ini ibarat pengembara. Dunia bukan rumah kita. Rumah kita di akhirat. Entah, kelak di surga atau neraka, akhirnya semuanya tergantung amal kita. Tergantung investasi kita saat ini

Apa yang dititipkan kepada kita di dunia, pasti akan kita tinggalkan. Isteri, anak, rumah, kendaraan, bahkan jabatan. Semuanya pasti akan kita tinggalkan

Dunia memang bukan milik kita. Apa yang ada pasti akan kita tinggalkan. Maka, ketika Allah mencintai hamba-Nya, Allah akan tanamkan cinta kepada akhirat, dan tidak ada perasaan kepada dunia. Sebaliknya, ketika Allah benci kepada hamba-Nya, maka dia akan gila pada dunia, dan melupakan akhirat

Harta, tahta dan wanita semua dia kumpulkan seolah tak akan pernah mati. Dia melakukan berbagai kezaliman dan penindasan untuk mempertahankan semuanya. Akhirnya, kematian menghentikan dan menyumbat mulut dan menutup matanya. Dia hanya menjadi onggokan bangkai

Simak kata-kata Sayyidina Ali

لا دار للمرء بعد الموت يسكنها 

إلا التي كانت قبل الموت يبنيها 

Tak ada tempat (rumah) bagi seseorang setelah kematiannya yang kelak akan dia tempati, kecuali tempat (rumah) yang dia bangun sebelum kematiannya

Apa yang kita bangun sebelum mati, yaitu amal shalih, itulah satu-satunya yang akan menemani kita setelah kematian kita

اللهم اختم لنا بحسن الخاتمة

Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan akhir yang baik, dalam keadaan melakukan ketaatan kepada-Mu [].

Oleh: KH. Hafidz Abdurrahman  
Khadim Ma'had Syaraful Haramain 

Senin, 20 Juni 2022

Bahagia kan Kudapat karena Taat Kepada-Nya


Tinta Media - Sobat. Allah tak pernah ingkar janji. Janji Allah itu benar. Allah mencintai orang-orang yang taubat dan orang-orang yang menyucikan diri.(2: 222). Allah mencintai orang-orang yang sabar.(3: 146). Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. (3: 148). Allah mencintai orang-orang yang berbuat keadilan. ( 9 : 4 ). Dan pastilah Allah mencintai orang-orang yang bertakwa. ( 5 : 42 ).

قَالَ ٱهۡبِطَا مِنۡهَا جَمِيعَۢاۖ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوّٞۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقَىٰ (١٢٣)
“Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” ( QS. Thaha (20) : 123 )

Bukan saja Adam yang harus turun ke bumi tetapi Iblis musuh yang memperdayakannya harus turun pula ke dunia. Kedua jenis makhluk ini akan menjadi musuh satu sama lain, permusuhan Iblis terhadap manusia adalah permusuhan yang abadi dan berkesinambungan sampai datangnya hari Kiamat. Iblis akan selalu berusaha menyesatkan manusia dari jalan yang benar dengan berbagai macam tipu dayanya. 

Oleh sebab itu Allah mengingatkan kepada anak cucu Adam agar ia selalu waspada terhadap musuh utamanya itu. Apabila telah datang petunjuk dari Tuhan dengan perantaraan nabi dan rasul-Nya maka hendaklah manusia mengikuti petunjuk seperti yang diajarkan rasul. Dengan demikian dia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka. 

Ibnu Abbas berkata mengenai ayat ini bahwa Allah melindungi orang-orang yang mengikuti ajaran Al-Qur'an dari kesesatan di dunia dan dari kecelakaan dan malapetaka di akhirat. 
Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah bersabda, "Siapa yang mengikuti kitabullah, Allah akan memberikan petunjuk kepadanya untuk menghindari kesesatan di dunia dan memeliharanya dari keburukan hisab pada hari Kiamat." (Riwayat Ibnu Abi Syaibah dan ath-thabrani).

Sobat. Yang  menjadi pangkal  keburukan adalah kelemahan pengetahuan dan kelemahan  jiwa. Sebaliknya, yang menjadi  sumber  kebaikan  adalah  kesempurnaan pengetahuan, kekuatan jiwa dan keberanian.

Allah SWT Berfirman :

أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ لَهُمُ ٱلۡبُشۡرَىٰ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۚ لَا تَبۡدِيلَ لِكَلِمَٰتِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ 
(٦٢)-(٦٤)

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” ( QS. Yunus (10) : 62-64 )

Sobat. Di ayat ini, Allah mengarahkan perhatian kaum Muslimin agar mereka mempunyai kesadaran penuh, bahwa sesungguhnya wali-wali Allah, tidak akan merasakan kekhawatiran dan gundah hati.

Wali-wali Allah dalam ayat ini ialah orang-orang yang beriman dan bertakwa, sebagai sebutan bagi orang-orang yang membela agama Allah dan orang-orang yang menegakkan hukum-hukum-Nya di tengah-tengah masyarakat, dan sebagai lawan kata dari orang-orang yang memusuhi agama-Nya, seperti orang-orang musyrik dan orang kafir (lihat tafsir Surah al-Anam/6: 51-55).

Dikatakan tidak ada rasa takut bagi mereka, karena mereka yakin bahwa janji Allah pasti akan datang, dan pertolongan-Nya tentu akan tiba, serta petunjuk-Nya tentu membimbing mereka ke jalan yang lurus. Dan apabila ada bencana menimpa mereka, mereka tetap sabar menghadapi dan mengatasinya dengan penuh ketabahan dan tawakal kepada Allah. (lihat tafsir Surah al-Baqarah/2: 249).

Hati mereka tidak pula gundah, karena mereka telah meyakini dan rela bahwa segala sesuatu yang terjadi di bawah hukum-hukum Allah berada dalam genggaman-Nya. Mereka tidak gundah hati lantaran berpisah dengan dunia, dengan semua kenikmatan yang besar. Mereka tidak takut akan menerima azab Allah di hari pembalasan karena mereka dan seluruh sanubarinya telah dipasrahkan kepada kepentingan agama. Mereka tidak merasa kehilangan sesuatu apapun, karena telah mendapatkan petunjuk yang tak ternilai besarnya (lihat tafsir Surah al-Baqarah/2: 2 dan al-Anfal/8: 29).

Sobat. Allah menjelaskan siapa yang dimaksud dengan wali-wali Allah yang berbahagia itu dan apa sebabnya mereka demikian. Penjelasan yang didapat dalam ayat ini menunjukkan bahwa wali itu ialah orang-orang yang beriman dan bertakwa. 

Dimaksud beriman di sini ialah orang yang beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada rasul-rasul-Nya, kepada hari akhir, segala kejadian yang baik dan yang buruk semuanya dari Allah, serta melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang beriman. 

Sedang yang dimaksud dengan bertakwa ialah memelihara diri dari segala tindakan yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah, baik hukum-hukum Allah yang mengatur tata alam semesta, ataupun hukum syara yang mengatur tata hidup manusia di dunia (lihat tafsir Surah al-Anfal/8: 10).

Sobat. Allah menjelaskan bahwa mereka mendapat kabar gembira, yang mereka rasakan dalam kehidupan mereka di dunia dan di akhirat. Kabar gembira yang mereka dapati ini ialah kabar gembira yang telah dijanjikan Allah melalui Rasul-Nya. Di dunia, kabar gembira itu antara lain berbentuk kemenangan yang mereka peroleh dalam menegakkan kalimah Allah, kesuksesan hidup karena menempuh jalan yang benar, dan harapan yang diperoleh sebagai khalifah di dunia. Selama mereka tetap berpegang kepada hukum Allah dan membela kebenaran agama Allah, mereka akan mendapat husnul khatimah. Adapun kabar gembira yang akan mereka dapati di akhirat yaitu, selamat dari siksa kubur, dari sentuhan api neraka dan kekalnya mereka di dalam surga Adn (lihat tafsir Surah al-Anfal/8: 10).

Allah menegaskan bahwa tidak ada perubahan dari janji-janji Allah. Maksudnya bahwa kabar gembira yang telah dijanjikan Allah di dalam kitab-Nya dan ditetapkan oleh sabda Rasul-Nya, baik janji Allah yang mereka dapati di dunia dan yang akan mereka dapati di akhirat, tidak akan berubah karena hal itu adalah buah dari iman yang benar, yang mereka hayati dan dari takwa yang mereka jalankan.

Di akhir ayat ini Allah menyatakan bahwa apa yang mereka peroleh adalah kemenangan yang gilang gemilang yang tak ada tandingannya di dunia, yaitu kebahagiaan hidup di surga dan terlepas dari siksa neraka.

Sobat. orang  yang beriman kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya adalah  manusia yang paling baik hidupnya, paling nikmat batinnya, paling lapang dadanya, dan paling bahagia hatinya. Ini adalah  surga yang cepat didapat atau yang bersifat segera, sebelum nanti masih mendapatkan surga  abadi.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Goreskan Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Sabtu, 14 Mei 2022

Ustaz ABI Beri Tips Agar Tetap Istiqamah Taat kepada Allah


Tinta Media  - Mudir Ma'had Wakaf Darun Mahdhah al-Islamiyah Bogor Ustaz Arief B. Iskandar (ABI) memberikan tips agar tetap bisa istiqamah dalam ketaatan.

"Lalu bagaimana agar kita bisa tetap istiqamah dalam ketaatan kepada Allah SWT? Beberapa hal mesti dilakukan," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (12/5/2022).

Pertama, beriman secara benar dan lurus. "Menyatu antara keyakinan, ucapan dan tindakan. Lihat Al-Qur'an surah Ibrahim ayat 27," ujarnya.

Kedua, mengkaji, menghayati dan mengamalkan seluruh isi Al Qur'an. "Lihat Al Qur'an surah an-Nahl ayat 102, al-furqan ayat 32," lanjutnya.

Ketiga yakni menjalankan segala amal dengan ikhlas dan selalu berusaha terikat dengan syariah (QS.bAl-Bayyinah: 5).

Keempat, banyak menjalankan amal-amal yang Sunnah seperti shalat malam, shaum sunnah, dan lain-lain. "Selain tentu konsisten dalam menjalankan berbagai kewajiban," paparnya.

Kelima adalah membaca kisah-kisah orang shalih terdahulu sehingga bisa dijadikan teladan dalam beristiqamah. "Dalam Al-Qur'an banyak diceritakan kisah-kisah para nabi, Rasul dan orang-orang yang beriman yang terdahulu. "Kisah-kisah ini Allah jadikan untuk meneguhkan hati Rasulullah Saw. dan tentu orang-orang Mukmin. Lihat Al-Qur'an surah Hud ayat 11," ulasnya.

Keenam adalah bergaul dengan orang-orang shalih. Allah SWT menyatakan dalam Al Qur'an bahwa salah satu sebab utama yang menguatkan para sahabat adalah keberadaan Rasulullah Saw. di tengah-tengah mereka. "Allah SWT juga memerintahkan agar kita selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Lihat Al Qur'an surah at-taubah ayat 119," tukasnya.

Ketujuh, memperbanyak doa kepada Allah SWT agar diberi keistiqamahan. Allah SWT memuji orang-orang yang beriman yang selalu berdoa kepada-Nya  untuk meminta keteguhan iman ketika menghadapi ujian. "Lihat Al Qur'an surah Ali Imran ayat 146-148, surah Al Baqarah ayat 250, surah Ali Imran ayat 8," ungkapnya.

Alhasil, ujar Ustaz ABI, Ramadhan boleh saja tinggal kenangan. "Namun, selayaknya kita tetap menjadi orang-orang yang istiqamah dalam ketaatan kepada Allah SWT, termasuk dalam berdakwah demi memperjuangkan tegaknya syariah secara kaffah," pungkasnya.[] Ajirah

Kamis, 28 April 2022

UIY: Allah Menjadikan Agama Ini Mudah


“Allah SWT menjadikan agama ini mudah. Allah menginginkan kemudahan tidak menginginkan kesulitan. Dan tidaklah Allah menjadikan di dalam agama ini kesulitan,” tutur Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) dalam Tausiyah: Takwa dan Totalitas Perjuangan, Rabu (27/4/2022) melalui Channel Youtube Aspirasi News.

UIY lalu membacakan al-Quran surat al Baqarah ayat 185. Yurîdullahu bikumul yusra walâ yurîdu bikumul ‘usra (Allah menginginkan kemudahan dan tidak menginginkan kesulitan).

Oleh karena itu, menurutnya, secara pasti seluruh perintah Allah SWT di dalam agama ini bisa dilaksanakan oleh hambaNya. "Allah SWT menjamin hal itu di dalam Al-Quran, laa yukallifullahu nafsan illa wus'aha (Allah tidak akan membebani hamba-Nya kecuali sesuai dengan kemampuannya),” simpulnya.

Artinya lanjut UIY,  bahwa seluruh kewajiban itu pada dasarnya bisa dilaksanakan oleh manusia siapa pun. Ketika kemampuan manusia itu menurun, Allah akan memberikan rukhsah.

“Shalat misalnya, pada awalnya harus ditunaikan dengan berdiri. Tetapi ketika kita tidak mampu berdiri, bisa ditunaikan dengan duduk. Kalau duduk pun tidak mampu kita bisa tunaikan sambil berbaring sekedar menggerakkan anggota tubuh kita,” jelas UIY memberikan contoh.

Begitu juga dengan puasa, lanjutnya, puasa pasti bisa dilaksanakan oleh siapa pun karena Allah SWT tidak meminta kita untuk tidak makan dan minum berhari-hari. Rata-ratanya hanya 12 jam. Ketika kemampuan manusia menjalankan puasa menurun, Allah memberikan rukhshah.

“Siapa yang dalam perjalanan atau sakit maka baginya boleh tidak berpuasa dengan syarat mengganti di hari yang lain,” terangnya  mengutip al-Quran Surat al-Baqarah ayat 185 memberikan contoh rukhshah itu.

“Karena itu, maka sesungguhnya yang diperlukan dalam kita melaksanakan kewajiban agama ini adalah kemauan. Karena setiap orang pasti memiliki kemampuan. Tetapi ketika tidak ada kemauan maka perkara yang mudah pun akan tampak menjadi sulit. Perkara yang ringan akan terasa berat ” terangnya.

Menurutnya, itulah yang terjadi pada manusia dewasa ini. Banyak sekali kewajiban agama yang sesungguhnya sangat ringan, seperti   zakat hanya dua setengah persen, shalat lima waktu yang  ditempuh kurang  lebih sekitar 3-4 menit pun ditinggalkan. Apalagi untuk perkara-perkara yang lebih berat dari itu.

Kemauan untuk Taat

UIY menilai bahwa puasa ini sesungguhnya menempa umat Islam untuk memiliki kemauan. Kemauan untuk taat kepada Allah SWT.

“Pada bulan puasa kita diminta untuk meninggalkan yang sejatinya pada bulan biasa itu dihalalkan oleh Allah SWT. Makan di siang hari, berhubungan dengan suami dan istri kita itu halal, tetapi di siang hari bulan Ramadhan, itu semua dilarang oleh Allah SWT. Dan hasilnya ternyata kita bisa,” tukasnya.

Jadi, ketika ada kemauan, umat Islam bisa meninggalkan, jangankan yang haram yang halal sekalipun juga bisa. Intinya adalah kemauan. “Kemauan untuk taat itulah taqwa,” tegasnya.

“Ujung dari puasa ini adalah takwa. Karena itu penting bagi kita untuk menunaikan shaum Ramadhan dengan penuh penghayatan, agar kita bisa memetik hikmah terbesar dari puasa yaitu lahirnya takwa. Yaitu kemampuan untuk taat kepada Allah SWT dengan  taat setaat-taatnya,” nasehatnya memungkasi penuturan. [] Irianti Aminatun

Selasa, 05 April 2022

Ustazah Ratu Erma: Puncak Bahagia Mukmin Itu Kuncinya Iman dan Taat Kepada Allah SWT

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1ky2vmL5_6ZanlOz4DZkrC0XGGxJiAb4C

Tinta Media - Puncak bahagianya Mukmin dalam melaksanakan perintah Allah SWT di bulan Ramadhan, menurut Intelektual Muslimah Ustazah Ratu Erma Rachmayanti, kuncinya adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT.

“Puncak bahagianya Mukmin adalah kuncinya keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT dalam melaksanakan perintah Allah di bulan Ramadhan,” tuturnya dalam Rubrik Live Taman Ibunda: Keluarga Gembira Sambut Ramadhan, Ahad (3/4/2022) di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

Ia mengungkapkan pentingnya pemahaman yang benar dari bahagia. Sebenarnya Islam sudah menetapkan konsep bahagia itu. “Islam sudah menetapkan konsep bahagia itu sebagai panduan agar benar menyikapinya. Tiada lain adalah mendapat ridha Allah dan di dalam hal tersebut tidak ada sama sekali unsur material yang mempengaruhi,” ungkapnya.

Baginya, itulah konsep bahagia umat Islam di masa ketika pemikirannya masih lurus, masih benar sebelum terpapar pemikiran asing, pemikiran aneh yang akhirnya mendefinisikan bahagia dengan ukuran material. “Definisi bahagia dalam ukuran material misalnya gambaran kekayaan termasuk memberikan kenikmatan pada tubuh dengan makan makanan yang enak, pakaiannya bagus-bagus, kemudian refreshing ke sana kemari dan lain-lain,” ujarnya.

Sebab utama orang bahagia itu sebenarnya terdapat pada keimanannya, yakni keyakinan, kepasrahan, dan ketawakkalan. “Yang menjadi sebab utamanya orang bahagia itu sebenarnya di keimanan itu yaitu keyakinan, kepasrahan, dan ketawakalan. Bahagia itu terwujud karena kita mengaktivasi keimanan kita. Kita gunakan akal kita untuk ter tunjuki pada hidayah Allah,” ucapnya.

Selama ini menurutnya, kaum muslim telah disuguhkan berbagai fakta bagaimana kehidupan umat Islam di bulan Ramadhan. “Bagaimana kita merasakannya sendiri, semua nasihat yang didengar, ayat-ayat Allah yang dibacakan, serta hadis tentang keutamaan Ramadhan. Semuanya itu sudah cukup bekal untuk membuat kita ini menyiapkan keimanan kita, kesiapan diri kita untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan itu,” tuturnya.

Dalam satu hadis yang masyhur dari Rasulullah Saw bersabda, artinya: “Barang siapa menjalankan puasa di bulan Ramadhan karena iman yang tulus dan berharap memperoleh pahala Allah maka semua dosa masa lalunya diampuni,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ia memaparkan hadis tersebut memberikan gambaran ketika puasa karena Allah, berdasarkan keimanan kepada Allah dalam rangka melaksanakan kewajiban atas perintah Allah maka akan terbentuk kesadaran.
“Kesadaran akan kewajiban melaksanakan perintah Allah dan mendapatkan kesempatan untuk berbuat amal shaleh dengan ketakwaan dan Allah akan memberikan begitu banyak pahala di dalamnya,” paparnya.

“Dan kita itu benar-benar Lillah, bukan karena siapa-siapa maka salah satu yang dijanjikan adalah diampuni semua dosa-dosanya,” imbuhnya.

Bahagia yang sejati itu, menurutnya, memerlukan pemahaman yang benar. Ia mengatakan kebahagiaan yang dicari oleh siapa pun khususnya umat Islam, kaum muslimin itu ketika seseorang merasa tumani’nah dāimah (ketenangan permanen) dalam setiap kondisi. Dan itu hanya bisa dirasakan oleh Mukmin.

“Bahagia itu tumani’nah dāimah, ketenangan yang permanen dalam setiap kondisi, senang tidak senang, kurang atau berlebih, seperti itu sebenarnya bahagia itu. Ketenangan yang dirasakan pada kondisi ujian apa pun yang diberikan Allah. Ketenangan permanen dalam setiap situasi itu hanya bisa dirasakan oleh Mukmin,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab