Tinta Media: TBC
Tampilkan postingan dengan label TBC. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TBC. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 Maret 2024

Meniti Jalan Menuju Eliminasi TBC


Tinta Media - Tuberkulosis atau TBC masih menjadi kasus yang cukup serius di negeri ini, setidaknya ada 16 orang yang meninggal per jam akibat tuberkulosis. Indonesia menduduki peringkat kedua terbanyak kasus tuberculosis (TB). Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Erlina Burhan dokter spesialis paru dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada Sabtu, 17 Februari 2024. Bahwa tanpa disadari telah terjadi tragedi di depan mata 1.060.00 kasus (TB) per tahun. Dengan tingkat kematian 140.700 jika dibagi maka 16 orang per jam meninggal akibat tuberculosis. Tidak hanya itu, ia juga menambahkan bahwa Indonesia juga tengah dikejar-kejar target eliminasi TB.

“Tahun 2050 jumlah penduduk Indonesia diprediksi 320 juta. Kalau 2050  ada 320 juta penduduk, maka hanya boleh sekitar 320 orang TB yang tinggal di Indonesia, karena itu target eliminasinya. Dan ini merupakan pekerjaan rumah bagi semua pihak.” Kata Erlina. (sumber Liputan 6)

Budi Gusnadi, Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengatakan bahwa ada urgensi untuk mempercepat penyediaan vaksin TBC atau tuberculosis baru. Menurutnya, dengan kehadiran vaksin TBC yang baru dapat menjadi solusi perlindungan yang ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat dalam menghadapi tuberculosis. Termasuk dampak ekonomi akibat dari biaya perawatan kesehatan dan kehilangan produktivitas. Ia juga mengungkapkan bahwa yang ada baru vaksin Bacillus  Calmette-Guerin (BCG) yang dapat memberikan perlindungan secara parsial untuk mencegah TBC berat pada bayi dan anak balita. Namun, vaksin tersebut tidak cukup untuk melindungi anak dan orang dewasa dari TBC. (Sumber liputan 6)

Persoalan TBC merupakan persoalan sistemik bukan hanya sekedar masyarakat yang memiliki daya tahan tubuh yang kuat namun harus dilakukan upaya memutus mata rantai penularan TBC. TBC merupakan penyakit yang ditularkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang bakteri ini dapat dengan mudah ditularkan melalui batuk, ataupun bersin. Kuman TBC hanya mampu bertahan beberapa jam di udara terutama pada udara yang minim dengan cahaya matahari. Oleh karena itu, buruknya tata ruang kota saat ini berdampak pada mudahnya penularan TBC. 

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023 di Indonesia terdapat 7,94% rumah tangga yang menempati rumah kumuh. Maka ini menunjukkan di Indonesia ada 8 dari 100 rumah tangga yang tinggal di rumah kumuh sepanjang tahun lalu. BPS mengategorikan rumah kumuh adalah tempat hunian yang tidak memenuhi komponen ketahanan bangunan, kecukupan luas tempat tinggal, serta kepemilikan akses terhadap layanan sumber air minum dan sanitasi yang layak. (Sumber databoks.katadata.co.id)

Hal demikian menunjukkan kemiskinan yang merupakan akibat dari sistem kapitalisme yang merupakan penyebab utama dari penyebaran TBC. System kapitalisme sekuler yang tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Semua kebutuhan pokok masyarakat dikapitalisasi melalui kebijakan negara sehingga tidak semua rakyat dapat mengaksesnya. Maka terciptalah masyarakat miskin yang rentan penyakit menular salah satunya penyakit TBC. Tidak hanya itu rakyat miskin sulit memenuhi kebutuhan gizi untuk keluarganya yang akan membentuk kekebalan tubuh secara alami. Meskipun obat-obatan anti TBC dapat diperoleh secara gratis, namun nyatanya masyarakat tidak mudah mencapai layanan kesehatan. Adanya sistem BPJS pun nyatanya belum mampu memberikan kualitas pelayanan kesehatan terbaik untuk masyarakat, apalagi dengan adanya komersialisasi layanan kesehatan yang menjadi satu keniscayaan dalam sistem kapitalisme. Oleh karena itu, pemutusan penyakit TBC tidak akan mungkin terwujud dalam sistem kapitalisme sekuler. 

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap upaya eliminasi TBC ini. Tentu saja dibutuhkan solusi mendasar atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap penularan penyakit TBC, diantaranya adalah kemiskinan dengan segala dampaknya (rumah tidak sehat, gizi buruk), hygiene dan sanitasi termasuk riset metode pengobatan dan pencegahan yang efektif. hal ini hanya akan terwujud dalam sistem Islam yang diterapkan secara praktis oleh Khilafah Islamiyah. 

System Islam akan menerapkan kesehatan di bawah paradigma Islam, dalam Islam  konsep kesehatan bertujuan untuk memutus rantai penularan penyakit. Dalam Islam kesehatan merupakan kebutuhan pokok dasar yang harus dijamin negara. Terwujudnya masyarakat yang sehat adalah tanggung jawab negara. Pembangunan kesehatan dalam Islam memperhatikan aspek promotive, preventif, kuratif, dan rehabilitative. (sumber MMC)

Negara Islam akan mengupayakan secara serius pencegahan dan eliminasi TBC secara komprehensif dan efektif. Dalam sistem Islam memberantas kemiskinan dengan melalui penerapan sistem ekonomi Islam, negara Islam akan menjamin masyarakat mampu membangun rumah yang sehat sekaligus mampu memenuhi kebutuhan pangan yang bergizi. Negara wajib mengupayakan berbagai hal untuk mencegah dan memberantas penyakit TBC, termasuk mendukung riset untuk menemukan metode pencegahan dan pengobatan yang efektif termasuk TBC. Negara Islam juga akan membangun sistem pengobatan terbaik dan gratis untuk setiap individu, sehingga setiap individu berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas tanpa memandang latar belakang individu tersebut. Juga mengedukasi masyarakat tentang hidup sehat, bahaya penyakit menular dan upaya mencegahnya. Demikiannya cara negara Islam dalam menjamin kesehatan masyarakatnya. Allahu A’lam Bishawab.[]



Oleh: Haniah
Sahabat Tinta Media 
 

Rabu, 28 Februari 2024

Meniti Jalan Panjang Menuju Eliminasi TBC


Tinta Media - Kasus TBC di Indonesia masih menjadi ancaman serius, ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap upaya eliminasi TBC. Tentu saja dibutuhkan solusi mendasar, atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap penularan penyakit TBC. Di antaranya adalah, pemukiman yang padat dengan segala dampaknya seperti rumah tidak sehat, gizi buruk dan lain-lain. Kemiskinan tentu berpengaruh kepada faktor lingkungan. Juga mahalnya harga tanah dan properti, menjadikan kepadatan penduduk tinggi. Sehingga penularan bakteri pun lebih mudah terjadi.

Ada banyak faktor yang berpengaruh pada upaya eliminasi TBC. Misalnya kesadaran masyarakat, sanitasi lingkungan, gizi, polusi udara, juga rumah yang sehat dengan memperhatikan suhu.

Terwujudnya masyarakat sehat adalah tanggung jawab negara, termasuk eliminasi TBC. Hanya saja karena yang di terapkan bukan aturan Islam, maka segala permasalahan tidak selesai justru bertambah rumit dan beragam.

Dalam sistem Islam, karena kesehatan menjadi salah satu hal yang dijamin oleh negara, maka negara memberikan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat yaitu kecukupan pangan, kecukupan asupan gizi, dan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi rakyatnya. Selain itu karena kesehatan juga sangat terkait dengan kesehatan lingkungan maka negara memberikan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat akan sandang dan juga papannya. Negara akan mencegah terjadinya lingkungan yang kumuh dan rentan penyebaran penyakit. Dengan memberikan dan menyediakan berbagai sarana yang dibutuhkan rakyat untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. 

Negara Islam akan berupaya mencetak para ilmuwan yang handal di bidang kedokteran dan dunia kesehatan secara umum guna bisa mengatasi berbagai permasalahan kesehatan rakyat. Negara Islam juga akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan menjamin tersedianya sarana-sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dengan segala fasilitas yang lengkap dan canggih dalam dunia kedokteran yang dibutuhkan rakyat. Sehingga upaya pencegahan dan eliminasi berbagai penyakit salah satunya TBC cepat terwujud.

Maka upaya pencegahan, pengobatan dan penyelesaian berbagai masalah kesehatan hanya bisa diselesaikan secara tuntas dengan menggunakan aturan Islam saja. Karena begitu lengkap dan sempurnanya Islam mengatur kehidupan dengan seperangkat aturannya. Sehingga tidak ada satu permasalahan pun yang tidak selesai dengan tuntas dalam Islam.

Wallahu a'lam bish  shawwab

Oleh: Bu Atep
Sahabat Tinta Media

Rabu, 08 November 2023

TBC Membubung Tinggi, Begini Cara Islam Memberikan Solusi



Tinta Media - Indonesia saat ini menjadi negara dengan kasus penyakit tuberkulosis tertinggi di dunia. Artinya, penyakit tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat. Meningkatnya kasus TBC di Indonesia benar-benar telah menjadi fenomena gunung es. Jika salah satu anggota keluarga kena TBC, maka kemungkinan keluarga sekitarnya juga terinfeksi. 

Untuk memecahkan kasus gunung es yang tidak terdeteksi itu, pemerintah menerapkan kebijakan untuk melakukan skrining dan pelacakan kasus TBC seperti halnya kasus Covid-19. Kebijakan ini telah diterapkan oleh pihak Pemkot Jogjakarta bekerja sama dengan Zero UGM. Mereka melakukan layanan mobile screening untuk mendeteksi kasus-kasus TBC di Kota Jogjakarta. Sreening keliling dilakukan di wilayah-wilayah kecamatan dengan kasus TBC cukup tinggi. Layanan mobile screening ini menjadi yang pertama di Indonesia.

Mobile screening ini mendapat apresiasi dari pemerintah karena menjadi inovasi terdepan untuk melacak penyakit TBC secara aktif. Pemerintah berharap agar inovasi tersebut bisa mereplikasi dan menjadikan program pengentasan TBC di Indonesia sesuai dengan Perpres No. 67 Tahun 2021, Tentang Penanggulangan Tuberkulosis.

Setelah puluhan tahun berlalu, penanganan tuberkulosis malah semakin krisis dan kritis. Mirisnya, Indonesia saat ini menjadi bagian dari negara dengan penderita TBC tertinggi kedua di dunia. Fakta ini mengindikasikan bahwa kinerja petugas kesehatan di semua lini bekerja dengan "aktif", seolah menjadi "denial" (penolakan) atas kelalaian pemerintah terhadap meningkatnya kasus TBC dari tahun ke tahun. Fenomena TBC sudah menjadi gunung es, hanya sebagian saja yang bisa terdeteksi dari sekian banyaknya kasus yang terjadi. 

Penanganan kesehatan yang dilakukan pemerintah untuk masyarakat semakin jauh dari keberhasilan. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, fisik maupun nonfisik sangat buruk. Akibatnya, kemiskinan dan kesengsaraan melanda masyarakat. Kerusakan lingkungan, krisis air bersih, pencemaran udara, lingkungan kumuh, sanitasi buruk, semua ini menjadi faktor penyebab tingginya kasus TBC di Indonesia. 

Maka dari itu, jika saat ini pemerintah melakukan dan menerapkan kebijakan mobile screening guna mendeteksi gejala tuberkulosis sehingga bisa mengetahui siapa yang terjangkit virus agar segera ditangan. Tentunya, upaya ini hanya sebatas solusi pragmatis bagi masyarakat, yaitu solusi tanpa menyentuh akar permasalahan. 

Jelas bahwa kesehatan masyarakat itu berkolerasi dengan lingkungan itu sendiri. Lingkungan kumuh, sanitasi buruk, udara yang tercemar, dsb. Semua itu berkaitan dengan kemiskinan. Sementara, kemiskinan yang terjadi bukan tanpa sebab, tetapi sistemlah yang memiskinkan rakyat. 

Inilah buah pahit dari penerapan sistem kapitalisme sekularisme yang menjadikan aktivitas manusia berputar di sekitar nilai materi. Kesehatan pun saat ini dikapitalisasi. Pemerintah hanya menjadi regulator bagi oligarki dan rakyatnya sendiri. 

Lain halnya jika yang diterapkan adalah sistem Islam. Peran negara dalam sistem Islam adalah sebagai pelayan untuk mengurusi semua urusan rakyat. Begitupun dengan pengurusan kesehatan yang  merupakan kepentingan publik yang harus dipenuhi oleh negara. Semua dilakukan secara praktis dengan menerapkan sistem kesehatan Islam. Sebagaimana konsep Islam terhadap penanganan penyakit menular pada umumnya, yaitu pemutusan segera rantai penularan secara tuntas agar tidak terjadi penambahan angka kesakitan dan zero kematian 

Jika terjadi kasus baru, maka pemimpin dalam Islam akan melakukan pemutusan penularan secara total dan  terjadinya bahaya bagi pengidap maupun masyarakat luas. Kemudian, dilakukan pemisahan segera terhadap para pengidap TB di tempat-tempat perawatan kesehatan dan mengeluarkan orang yang berada di area terjangkit TB guna mencegah penyebaran virus TB. Jika TB dipandang sebagai perkara darurat kesehatan, khalifah akan menugaskan para pakar dan ahli bagi penanganan intensif, yakni dari segi pembuatan rancangan kekinian serta strategi pelaksanaannya agar persoalan segera teratasi tanpa menjadikan kehidupan masyarakat terhenti.

Sistem kesehatan Islam yang tangguh tentunya didukung oleh prinsip politik Islam yang menjamin akses setiap individu terhadap pelayanan kesehatan yang gratis dan berkualitas tinggi secara medis dan nonmedis. Mempersiapkan SDM yang memiliki kualitas dan kuantitas memadai. 

Begitu juga konsep pembiayaan kesehatan, seluruhnya diambil dari baitul mal dengan anggaran mutlak. Semua ini adalah upaya untuk menangani problem kesehatan yang terjadi di tengah masyarakat. 

Namun, jika menilik dari akar permasalahan kesehatan yang saat ini terjadi, maka jelas sistem Islam terlebih dahulu melakukan pencegahan akan timbulnya permasalahan. Caranya, dengan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, seperti sandang, pangan dan papan. Pembenahan tata kelola kota, sanitasi baik, serta menciptakan iklim cuaca sejuk dilakukan tanpa pencemaran udara 

Oleh sebab itu, satu-satunya paradigma untuk mengatur sistem kesehatan secara sahih adalah Islam. Jadi, sesuai peradaban dan politik kesehatan Islam yang mempunyai visi menyejahterakan seluruh alam. Namun, semua itu hanya ada pada sistem Islam yang berada di bawah satu institusi, yaitu Khilafah 'alaa minhajin annubuwwah. Wallahu'alam bishshawab.

Oleh: Tiktik Maysaroh
Aktivis muslimah Bandung

Senin, 16 Oktober 2023

Sistem Kapitalisme Membuat Kasus TBC Meningkat

Tinta Media - Kasus Tuberkulosis (TBC) di wilayah Kabupaten Bandung meningkat secara signifikan. Sejak bulan Januari  sampai September 2023, sudah ditemukan 117.823 kasus terduga TBC. Ini adalah jumlah yang besar untuk temuan penderita TBC. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung adalah dengan pengobatan berjenjang selama enam bulan secara gratis menggunakan BPJS  atau SKTM. (Galamedianews. Com)

Peningkatan kasus TBC tidak hanya di Kabupaten Bandung. Daerah lain di Indonesia pun terjadi hal yang sama. Penderita Insfeksi Saluran Pernapasan (ISPA) terus bertambah. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan karena secara dunia, Indonesia merupakan negara dengan temuan kasus TBC ke-2  terbanyak, dan Kabupaten  Bandung menduduki peringkat ke-2 di Jawa Barat terkait kasus tersebut. 

TBC adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan yang paling mudah menular melalui percikan air liur saat batuk atau berbicara. Salah satu faktor pencetus penyakit TBC adalah polusi udara dan kondisi sekarang. Saat musim kemarau, banyak terjadi kebakaran hutan, ditambah polusi udara dari industri serta kendaraan, makin menambah resiko meningkatnya kasus TBC. Udara semakin kotor,  sangat sulit mendapatkan udara segar dan bersih di kota-kota Indonesia.

Bila ditelusuri, pangkal masalah polusi udara ini adalah diberlakukannya sistem kapitalisme dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA). Sistem kapitalisme-liberal memberikan kebebasan untuk mengelola SDA kepada swasta/ oligharki dan menjadikan keuntungan sebagai tujuan, sehingga SDA dieksploitasi semaksimal mungkin selama masa konsesi masih berlaku. Akibatnya, terjadi kerusakan di mana-mana. Air, udara, dan tanah, semua terkena polutan beracun yang berbahaya bagi mahluk hidup,  terutama manusia. 

Pemerintah dengan sistem demokrasi, terikat kepada oligharki karena utang budi politik saat pemilu sehingga abai terhadap kepentingan rakyatnya. Akhirnya, rakyat menjadi korban, dicuri haknya sebagai pemilik SDA, kemudian dijadikan konsumen yang dipaksa harus menggunakan produk oligharki dengan harga mahal.

Kesejahteraan semakin jauh dalam angan-angan. Kemiskinan dan kesehatan masyarakat makin buruk. Demikianlah sistem kapitalis merusak alam dan rakyat. Kapitalisme hanya menguntungkan segelintir orang yang mempunyai modal. 

Berbeda dengan sistem Islam dalam naungan Khilafah, landasan pengelolaan SDA adalah Syariat Islam dari Allah Swt. Sang Pemilik dan Pengatur Alam Semesta. Khalifah dan para pejabat yang amanah akan melarang pengelolaan SDA oleh swasta. 

Rasulullah saw. bersabda, 

"Kaum muslimin berserikat dalam air,  api, dan padang rumput."  

Artinya, SDA yang mengalir tak terputus, misalnya barang tambang, minyak bumi, serta hutan, dan sebagainya adalah milik seluruh rakyat. Semua rakyat harus mendapatkan bagiannya untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

Ada batasan yang jelas dalam Islam antara kepemilikan individu, umum, dan negara. Ada pula peraturan yang ketat dari Allah Swt. dalam pengelolaannya sehingga tidak menimbulkan mudarat bagi manusia dan lingkungan. Sehingga, dengan penerapan sistem Islam dalam naungan Khilafah, tidak akan ada polusi udara yang makin buruk maupun penyakit yang makin banyak dan kronis. Wallahu 'alam bish shawwab.

Oleh: Wiwin
Sahabat Tinta Media 

Selasa, 28 Maret 2023

TBC Meningkat, Islam Punya Solusi Tepat

Tinta Media - Kasus TBC di Indonesia semakin marak dan menduduki peringkat kedua di dunia. Peningkatan drastis dari kasus TBC mencapai 200%. Hal tersebut dilaporkan kementerian kesehatan atas kenaikan jumlah kasus yang sangat signifikan (CNNIndonesia.com, 18/3/2023). 

Direktur pencegahan dan pengendalian penyakit menular Kemenkes dr. Imam Pambudi menyampaikan bahwa faktor dari kenaikan kasus tersebut terjadi akibat dari banyaknya orang tua yang tidak menyadari dan tidak segera mengobati, sehingga mudah terjadi penularan pada kelompok yang rentan, terutama anak anak.

Peningkatan kasus TBC tidak hanya berpengaruh pada kesehatan individu, tetapi juga berdampak pada tatanan sosial dan ekonomi masyarakat. Hal tersebut juga diungkapkan dalam acara peringatan hari TBC sedunia yang diselenggarakan di Rumah Sakit Dustira, Cimahi (15/03/2023).

Banyaknya kasus TBC yang terus meningkat tiap tahunnya mencerminkan betapa buruknya upaya pencegahan, buruknya masalah sanitasi, rendahnya daya tahan tubuh masyarakat akibat keseimbangan gizi dan asupan masyarakat yang kurang, lemahnya sistem kesehatan dan pendidikan, serta minimnya pengetahuan. 

Kemiskinan dan stunting juga dapat berpengaruh pada TBC karena tidak tersolusikan dengan baik, sarana kesehatan yang terbatas ditambah pelayanan yang mahal atau kualitas yang lebih baik dari kalangan bawah (miskin). Faktor ini sangat jelas memberikan andil dan kontribusi besar terhadap kasus TBC, sehingga rakyat semakin terpuruk dan kesulitan untuk mendapatkan layanan kesehatan yang optimal. 

Meskipun pemerintah telah menggandeng ormas-ormas, LSM, dan kerja sama dengan negara lain, seperti Amerika bahkan WHO untuk mencegah dan mengatasi TBC, tetapi semua upaya tersebut tak mampu menyelesaikan masalah kesehatan, salah satunya TBC.

Inilah bukti buruk dan lemahnya penerapan sistem sekuler kapitalisme yang menjadikan asas pengaturan kesehatan sebagai objek bisnis, kemudian berbagai kebutuhan dan pelayanan masyarakat dikapitalisasi tanpa mempedulikan kondisi rakyat, sehingga masalah kesehatan bahkan kemiskinan tersistem. 

Akibat sekuler kapitalis, masyarakat semakin kesulitan menerapkan pola dan gaya hidup sehat. Masyarakat sulit mengakses lingkungan dan sanitasi bersih, gizi baik, pemenuhan kebutuhan dasar, kesadaran literasi, pengetahuan, serta edukasi. Semuanya tidak akan tercapai selama menggunakan sistem kapitalisme.

Hal ini sangat berbeda dengan sistem Islam. Islam dapat meriayah dan memberi solusi dalam berbagai masalah, termasuk dalam penanganan kesehatan. Sebagaimana sabda Rasulullah,

"Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya." (HR Al Bukhori). 

Islam mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyat, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan secara kayak. Layanan pendidikan dan kesehatan akan diberikan secara gratis. Negara pun memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat kemudian mengelola SDA dan memberikan hasil pengelolahannya kepada masyarakat.

Sudah pasti Islam begitu sempurna dalam menyelesaikan seluruh problematika kehidupan, termasuk mengentaskan kemiskinan. Semua konsep ini tentunya dapat terwujud dalam naungan khilafah yang menerapkan sistem Islam secara kaffah. Dengan penerapan sistem politik dan ekonomi Islam, negara menjamin dengan menyediakan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan berkualitas kepada masyarakat.

Wallahu a'lam bisshawwab.

Oleh: Avin
Muslimah Jember

Sabtu, 25 Maret 2023

Miris, Penyakit TBC Indonesia Menduduki Peringkat Kedua di Dunia

Tinta Media - Penyakit TBC atau Tuberkulosis menjadikan Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia. Ini bukanlah sebuah prestasi. Namun, kabar ini membuat miris, khususnya kita sebagai rakyat Indonesia. 

Menurut WHO Global TB Report 2022, diperkirakan kasus TBC di Indonesia mencapai 969.000 dengan incidence rate/temuan kasus sebanyak 354 per 100.000 penduduk. Berita ini disampaikan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, dr. Imran Pambudi pada acara konferensi pers daring Hari Tuberkulosis Sedunia 2023 (17/03/2023).

Menurutnya, Penyakit TBC di Indonesia mengalami kenaikan, terutama pada anak-anak, yaitu naik sampai 200%. Dari 42.187 kasus pada 2021, naik lagi menjadi 100.726 kasus pada 2022 dan 18.144 kasus pada 2023. 

Penyakit TBC bukanlah kasus baru atau penyakit baru sebagaimana munculnya Covid-19 dua tahun silam. Kasus ini sebenarnya sudah lama terjadi di Indonesia. Hanya saja, peningkatan kasus TBC akhir-akhir ini sangat mencengangkan. Bayangkan saja, jumlah kematian TBC di Indonesia setara dengan tiga orang meninggal setiap menitnya. 

Banyak faktor yang melatarbelakangi jumlah kasus TBC Indonesia sehingga bisa menduduki peringkat kedua di dunia setelah India, salah satunya adalah faktor lingkungan. Mengutip laman Alodokter (10/6/2022), ada beberapa kelompok berisiko tinggi tertular TBC, salah satunya ialah orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh, orang lanjut usia dan anak-anak orang yang kurang gizi, orang yang kekebalan tubuhnya lemah seperti penderita HIV, kanker, dsb. 

Tempat tinggal dan lingkungan yang bersih sangat penting untuk mencegah penyakit TBC. Bahkan, ada anggapan di masyarakat bahwa penyakit TBC adalah penyakit orang miskin dikarenakan tinggal di lingkungan kumuh dan kotor, walaupun tidak sedikit ada sebagian orang atau kelompok menengah ke atas menjadi penderita TBC.

Ketua UKK Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Rina Triasih mengatakan bahwa kasus TBC berkaitan dengan kondisi kemiskinan di suatu wilayah. Kondisi sosial ekonomi seseorang dapat memengaruhi kesehatannya. Biasanya kualitas penanganan kesehatan orang yang lebih baik, kondisi sosial ekonominya atau kalangan atas lebih baik daripada yang berasal dari kalangan bawah atau miskin. 

Rendahnya pendidikan dan pemahaman masyarakat terkait penyakit TBC juga sangat berpengaruh. Hal ini karena masyarakat miskin tidak bisa mengakses pendidikan secara layak. Karena itu, negara harus menjalankan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan rakyat secara merata. 

Dari berbagai faktor di atas, akar masalah dari meningkatnya penyakit TBC di Indonesia ini adalah penerapan sistem kapitalis di tengah-tengah masyarakat. Sistem kapitalis ini membuat kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, dll dikapitalisasikan. Jadi, masyarakat harus berusaha keras untuk memenuhi semua kebutuhan nya. 

Sangat berbeda tatkala Islam masih diterapkan di tengah-tengah umat. Islam mempunyai solusi bagi setiap masalah, termasuk kasus penyakit TBC ini. 

Negara Islam akan memenuhi kebutuhan pokok rakyat, yaitu sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan secara layak. Negara akan membuka lapangan kerja seluas luasnya agar kepala keluarga dapat memenuhi kebutuhan keluarganya, dan juga dapat meminimalisir pengangguran. Negara juga akan memberikan layangan pendidikan dan kesehatan secara gratis untuk seluruh rakyatnya. 

Negara mengelola SDA dan memberikan hasilnya kepada rakyat. Hasil pengelolaan SDA dapat dipakai untuk membangun sarana dan prasarana, termasuk untuk kesehatan masyarakat secara mudah dan murah. 

Negara akan memberikan pengobatan sampai sembuh terhadap orang-orang yang mempunyai penyakit menular, salah satunya kasus TBC ini. Negara pun akan melakukan deteksi dini agar penyakit menular tersebut tidak menyebar ke daerah yang lain. 
Oleh karena itu, sudah selayaknya kita mempersiapkan diri untuk bersama-sama memperjuangkan Islam secara kaffah, agar diterapkan di tengah-tengah umat. 

Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Oleh: Wanti Ummu Nazba 
Muslimah Peduli Umat 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab