Tinta Media: Syukur
Tampilkan postingan dengan label Syukur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Syukur. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 September 2023

Keutamaan Taat dan Syukur

Tinta Media - Sobat. Ketaatan kepada Allah SWT merupakan himpunan seluruh kebaikan. Allah SWT menganjurkan di dalam kitabnya dan di dalam beberapa ayat yang berbeda, tentang ketaatan. Dengan ketaatan ini, para rasul diutus untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan jiwa menuju cahaya makrifat suci dan bersenang-senang di negeri kenikmatan yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, yaitu kesenangan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas di hati manusia.

إِنَّ ٱلۡأَبۡرَارَ لَفِي نَعِيمٖ وَإِنَّ ٱلۡفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٖ  

“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” ( QS Al-Infitar (82) : 13-14 )

Sobat. Ayat ini menjelaskan hasil atau akibat dari pencatatan amal manusia, yaitu adanya pahala dan surga bagi orang-orang yang berbuat kebajikan, dan azab bagi orang-orang yang berbuat maksiat dan dosa. Surga adalah balasan bagi orang-orang bertakwa dan beramal saleh. Allah berfirman:
 
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya). (an-Nazi'at/79: 40-41)

Sedangkan orang-orang yang durhaka diazab Allah di api neraka. Allah berfirman:
 
Maka adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sungguh, nerakalah tempat tinggalnya. (an-Nazi'at/79: 37-39)

Allah SWT berfirman :

إِنَّمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوۡثَٰنٗا وَتَخۡلُقُونَ إِفۡكًاۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَمۡلِكُونَ لَكُمۡ رِزۡقٗا فَٱبۡتَغُواْ عِندَ ٱللَّهِ ٱلرِّزۡقَ وَٱعۡبُدُوهُ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥٓۖ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ  

“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan.” ( QS. Al-‘Ankabut (29) : 17 )

Sobat. Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa sesembahan selain Dia sudah jelas merupakan hasil ciptaan tangan manusia sendiri, tetapi mereka berdusta dengan menganggapnya tuhan yang sebenarnya. Mereka menganggap hasil ciptaan mereka yang berbentuk patung dan berhala itu sanggup memberi manfaat atau keuntungan kepada mereka. 

Ibrahim mencela dan mengecam anggapan mereka karena patung-patung itu sedikit pun tidak sanggup memberi rezeki kepada mereka. Rezeki itu adalah wewenang mutlak yang hanya dimiliki oleh Allah. Oleh karena itu, dianjurkan kepada mereka supaya memohon rezeki dan penghasilan hanya kepada Allah, kemudian mensyukuri jika yang diminta itu telah dikabulkan-Nya. Hanya Allah yang mendatangkan rezeki bagi manusia serta semua kenikmatan hamba-Nya. Manusia dianjurkan untuk mencari keridaan-Nya dengan jalan mendekatkan diri kepada-Nya. 

Ayat ini ditutup dengan lafal "kepada-Nyalah kamu dikembalikan" artinya manusia harus bersiap-siap menemui Allah dengan beribadah dan bersyukur. Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala amal perbuatannya dan semua kenikmatan yang mereka terima.

Allah SWT mendampingkan kata syukur dengan dzikir dalam kitab-Nya.

فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ  

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” ( Al-Baqarah (2) : 152 )

Sobat. Maka dengan nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kaum Muslimin, hendaklah mereka selalu ingat kepada-Nya, baik di dalam hati maupun dengan lisan, dengan jalan tahmid (membaca al-hamdulillah), tasbih (membaca Subhanallah), dan membaca Al-Qur'an dengan jalan memikirkan alam ciptaan-Nya untuk mengenal, menyadari dan meresapkan tanda-tanda keagungan, kekuasaan dan keesaan-Nya.

Apabila mereka selalu mengingat Allah, Dia pun akan selalu mengingat mereka pula. hendaklah mereka bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya dengan jalan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya dan dengan jalan memuji serta bertasbih dan mengakui kebaikan-Nya. 

Di samping itu, janganlah mereka mengkufuri nikmat-Nya dengan menyia-nyiakan dan mempergunakannya di luar garis-garis yang telah ditentukan-Nya.

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ  

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". ( QS. Ibrahim (14) : 7 )

Sobat. Dalam ayat ini Allah swt kembali mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Bila mereka melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh-Nya. Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.

Sobat. Mensyukuri rahmat Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan ucapan yang setulus hati; kedua, diiringi dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut untuk tujuan yang diridai-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita lihat bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara. Bahkan, rezekinya senantiasa bertambah, kekayaannya makin meningkat, dan hidupnya bahagia, dicintai serta dihormati dalam pergaulan. 

Sebaliknya, orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak bertambah, bahkan lekas menyusut. Di samping itu, ia senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak, dan di akhirat memperoleh hukuman yang berat.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN

Sabtu, 29 April 2023

Dua Sayap Kehidupan, Syukur dan Sabar

Tinta Media - Terbang harus bersayap. Tak ada sayap tak mungkin terbang. Atau sayap hanya sebelah juga tak bisa terbang. Atau ada dua sayap tapi rusak maka sama saja. Tak bisa terbang.

Hidup ini bagaikan terbang mengarungi langit. Menuju bahagia dunia akhirat. Yakni ridha Allah SWT. Sayap kehidupan itu pun ada dua. Dan kita harus pastikan dua-duanya dalam kondisi baik dan sehat sehingga bisa terbang dengan selamat.

Dua sayap itu adalah syukur dan sabar. Syukur saat Allah berikan nikmat. Dan sabar saat Allah berikan kesulitan. 

Pada dasarnya, sayap syukur dan sabar bekerja berdampingan saling mengepakkan diri bergantian. Awalnya sayap syukur yang mengepak maju kemudian mundur bersamaan kepak maju sayap sabar. Begitu seterusnya hingga kita akan terdorong maju terbang di angkasa. Menyambut setiap perintah dan larangan Allah SWT dengan persiapan syukur dan sabar. Kepakan demi kepakan bergantian antara keduanya menjadi harmoni perjalanan kita membelah angkasa.

Itulah mengapa seseorang mukmin itu istimewa. Disebabkan dia terus bisa maju dengan kepakan dua sayapnya yang menerjang Angin dan badai kehidupan.

Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Namun, jika salah satu sayap syukur atau sabar hilang atau rusak maka kehidupan kita akan pincang. Takkan mampu terbang mengarungi angkasa. Mudah terpuruk dalam duka lara nestapa hidup. Menghadapi kenaikan harga-harga paska kenaikan harga bbm, dia akan pusing delapan keliling. Takut tidak bisa mendapatkan kepentingan dunia. Padahal, jika dia bersyukur dan bersabar maka tidak ada bahaya apapun yang akan menimpanya.

Dalam berjuang menegakkan agama Allah juga demikian. Kita mesti memiliki dua sayap itu sehingga bisa terbang dengan gagah perkasa melawan setiap tantangan. Dan hambatan dakwah. Kita akan menjadi pejuang yang ulet dan gigih. Tetap berjalan meski berat. Tetap mengepakkan sayap meski badai menerjang. Hingga kita layak ditolong Allah dengan kemenangan. Allaahu Akbar![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center 

Selasa, 21 Februari 2023

Kaidah yang Menjadi Dasar Syukur

Tinta Media - Sobat. Jika engkau merasa sedih, maka bersyukurlah sebab akan ada kebahagiaan yang kau rasakan! Jika kau disakiti, maka bersabarlah karena di sanalah kau belajar untuk memaafkan! Jika kau didera masalah dan kesulitan, maka bertahanlah sebab akan ada dua kemudahan.

Fainna ma’al ‘usri yusra, inna maál usri yusran. Di balik kesusahan ada kemudahan dan dibalik kesusahan sesungguhnya ada kemudahan. Bertahanlah dengan ujian kecil, karena betapa banyak ujian kecil menjadikan orang-orang besar.

Sobat. “Syukur itu adalah penampakkan bekas nikmat Allah pada lisan hamba-Nya, dengan pujian dan pengakuan, pada hatinya terdapat pengakuan dan cinta, dan pada anggota tubuhnya terdapat keyakinan dan ketaatan.” Demikian kata Ibnu Qayyim.
Syukur lisan adalah membicarakan (tahaddus) akan nikmat Allah SWT yang telah diterimanya. Sebagaimana firman-Nya:

وَأَمَّا بِنِعۡمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثۡ  

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” ( QS. Adh-Dhuha (93) : 11 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menegaskan lagi kepada Nabi Muhammad agar memperbanyak pemberiannya kepada orang-orang fakir dan miskin serta mensyukuri, menyebut, dan mengingat nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya. Menyebut-nyebut nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada kita bukanlah untuk membangga-banggakan diri, tetapi untuk mensyukuri dan mengharapkan orang lain mensyukuri pula nikmat yang telah diperolehnya. Dalam sebuah hadis, Nabi saw mengatakan:
Orang yang tidak berterima kasih kepada manusia tidak mensyukuri Allah. (Riwayat Abu Dawud dan at-Tirmizi dari Abu Hurairah).

Kebiasaan orang-orang kikir sering menyembunyikan harta kekayaannya untuk menjadi alasan tidak bersedekah, dan mereka selalu memperdengarkan kekurangan. Sebaliknya, orang-orang dermawan senantiasa menampakkan pemberian dan pengorbanan mereka dari harta kekayaan yang dianugerahkan kepada mereka dengan menyatakan syukur dan terima kasih kepada Allah atas limpahan karunia-Nya itu.

Sobat. Syukur dengan perbuatan (arkan ) adalah melakukan ketaatan pada Allah. Sebagaimana firman-Nya :
يَعۡمَلُونَ لَهُۥ مَا يَشَآءُ مِن مَّحَٰرِيبَ وَتَمَٰثِيلَ وَجِفَانٖ كَٱلۡجَوَابِ وَقُدُورٖ رَّاسِيَٰتٍۚ ٱعۡمَلُوٓاْ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكۡرٗاۚ وَقَلِيلٞ مِّنۡ عِبَادِيَ ٱلشَّكُورُ  
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.” ( QS. Saba’ (34) : 13 )

Sobat. Oleh sebab itu, mereka dengan giat sekali melaksanakan apa yang diperintahkan Sulaiman, seperti membangun tempat-tempat beribadah, arca-arca yang indah yang terbuat dari kayu, tembaga, kaca, dan batu pualam, serta belanga-belanga besar untuk memasak makanan yang cukup untuk berpuluh-puluh orang. Karena besar dan luasnya, bejana-bejana itu kelihatan seperti kolam-kolam air. Mereka juga membuatkan untuk Sulaiman periuk yang besar pula yang karena besarnya tidak dapat diangkat dan dipindahkan. Karena jin mempunyai kekuatan yang dahsyat, dengan mudah mereka membuat semua yang dikehendaki Sulaiman seperti membangun istana yang megah dan mewah, serta menggali selokan-selokan untuk irigasi sehingga kerajaan Sulaiman menjadi masyhur sebagai suatu kerajaan besar dan paling makmur, tidak ada suatu kerajaan pun di waktu itu yang dapat menandinginya. Hal ini ialah sebagai realisasi dari doanya yang dikabulkan Tuhan seperti tersebut dalam firman-Nya.

Dia berkata, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi." Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan penyelam. (shad/38: 35-37)

Kemudian Allah memerintahkan kepada Sulaiman sebagai keluarga Daud supaya bersyukur atas nikmat yang dilimpahkan Allah kepadanya. Mensyukuri nikmat Allah itu bukanlah sekadar mengucapkan, tetapi harus diiringi dengan amal saleh dan mempergunakan nikmat itu untuk hal-hal yang diridai-Nya.

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa Nabi Muhammad naik ke atas mimbar lalu membaca ayat ini. Lalu beliau bersabda, "Ada tiga sifat bila dipunyai oleh seseorang berarti dia telah diberi karunia seperti karunia yang diberikan kepada keluarga Daud." Kami bertanya kepada beliau, "Sifat-sifat apakah itu?" Rasulullah menjawab, "Pertama: Berlaku adil, baik dalam keadaan marah maupun dalam keadaan senang. Kedua: Selalu hidup sederhana baik di waktu miskin maupun kaya. Ketiga: Selalu takut kepada Allah baik di waktu sendirian maupun di hadapan orang banyak. 

Allah mengiringi perintah-Nya supaya Sulaiman bersyukur atas nikmat yang diterimanya dengan menjelaskan bahwa sedikit sekali di antara hamba-hamba-Nya yang benar-benar bersyukur kepada-Nya. Bagaimana seorang hamba bersyukur kepada Tuhannya dapat dilihat dari cara bersyukur Nabi saw kepada Allah. 
Dari 'aisyah bahwa Rasulullah salat di malam hari sampai kedua telapak kakinya bengkak, maka aku ('Aisyah), berkata kepadanya, "Mengapa engkau berbuat seperti ini padahal Allah telah mengampuni dosamu yang sekarang dan dosamu yang akan datang?" Rasulullah menjawab, "Bukankah aku ini seorang hamba yang bersyukur?" (Riwayat Muslim)

Sobat. Syukur dengan hati yaitu pengakuan bahwa setiap nikmat yang ada pada dirimu atau pada hamba lainnya semata-mata dari Allah. Allah SWT berfirman :
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ  
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl (16) : 53 )

Sobat. Selanjutnya Allah swt menjelaskan mengapa yang wajib ditakuti hanyalah Allah. Hal itu karena semua nikmat yang mereka peroleh, seperti kesehatan dan kebahagiaan, semata-mata dari Allah. Maka kewajiban manusialah untuk mensyukuri nikmat dan memuji kebaikan-Nya yang tiada terputus kepada makhluk-makhluk-Nya.

Sebaliknya, apabila manusia ditimpa oleh kesukaran hidup, kesulitan, penyakit, dan sebagainya, kepada Allahlah mereka mengeluh dan meminta pertolongan. Hal ini merupakan tabiat manusia bahwa apabila mereka berada dalam kesulitan, terbayanglah dalam pikiran kelemahan mereka dan adanya kekuasaan di luar diri mereka yang menguasai mereka.

Sobat. Berikut ini beberapa kaidah syukur yang merupakan fondasi dasar dari syukur :
1. Kaedah Pertama : Tunduknya orang bersyukur kepada Allah. Kau tundukkan dan hinakan dirimu di hadapan Tuhanmu. Tidak ada pemberi rezeki, tiada pengawas urusan makhluk, tiada pencipta, tiada pemberi, tiada pencegah rezeki, tiada pemberi manfaat dan mudharat selain Allah SWT.

2. Kaedah kedua : Cintamu hanya untuk-Nya. Sudah lumrah jika kau mencintai Dzat yang memberimu nikmat dan yang mengulurkan kebaikan padamu. Hati bergejolak untuk mencintai Dzat yang telah berbuat baik padanya. Apakah logis jika ada orang yang tidak mencintai Sang Pemberi Rezeki, yang telah mencukupi keperluannya dan memberkahinya?

3. Kaedah ketiga : Pengakuanmu atas nikmat-nikmat-Nya. Sungguh setiap kemikmatan dan pemberian berasal dari Allah SWT. Temanmu tidak punya kuasa untuk memberimu sesuatu. Direkturmu juga tidak dapat menolak mudharat atasmu. Begitupun gurumu tidak dapat membuatmu naik kelas. Semuanya merupakan karunia Allah SWT.

4. Kaedah keempat : Pujian hanya untuk-Nya. Perbanyaklah pujian pada Allah. Dzikir lisan, dan syukur atas segala nikmat yang telah diberikan padamu. Ingatlah sobat pada saat kau mulai sholat selalu diawali dengan bacaan Alhamdulillahi rabbil ‘alamin kemudian kau mengakhirinya dengan bacaan ‘Innaka hamidun majid . Perbanyaklah pujian pada Tuhanmu Dzat Pemberi nikmat.

5. Kaedah kelima : Jangan gunakan nikmat-nikmat-Nya untuk kemaksiatan. Setelah kau menerima nikmat sedemikian besar yang memenuhi hidupmu, apakah logis jika kau balas semua nikmat itu dengan kekufuran, keingkaran, dan maksiat? 
Sobat. Ingatlah nasihat Rasulullah SAW pada Muadz, “ Wahai Mu’adz, demi Allah sesungguhnya aku mencintaimu, jangan pernah kau tinggalkan doá ini setiap kali selesai sholat : Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatika – Ya Allah tolonglah hamba untuk senantiasa berdzikir dan bersyukur pada-Mu, serta beribadah pada-Mu dengan baik.” Semakin jauh kau mengenal Tuhanmu (Allah) dan merasa berada dalam genggaman-Nya, maka kau akan merasa bahwa syukurmu sangatlah kurang.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Kaidah yang Menjadi Dasar Syukur

Tinta Media - Sobat. Jika engkau merasa sedih, maka bersyukurlah sebab akan ada kebahagiaan yang kau rasakan! Jika kau disakiti, maka bersabarlah karena di sanalah kau belajar untuk memaafkan! Jika kau didera masalah dan kesulitan, maka bertahanlah sebab akan ada dua kemudahan.

Fainna ma’al ‘usri yusra, inna maál usri yusran. Di balik kesusahan ada kemudahan dan dibalik kesusahan sesungguhnya ada kemudahan. Bertahanlah dengan ujian kecil, karena betapa banyak ujian kecil menjadikan orang-orang besar.

Sobat. “Syukur itu adalah penampakkan bekas nikmat Allah pada lisan hamba-Nya, dengan pujian dan pengakuan, pada hatinya terdapat pengakuan dan cinta, dan pada anggota tubuhnya terdapat keyakinan dan ketaatan.” Demikian kata Ibnu Qayyim.
Syukur lisan adalah membicarakan (tahaddus) akan nikmat Allah SWT yang telah diterimanya. Sebagaimana firman-Nya:

وَأَمَّا بِنِعۡمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثۡ  

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” ( QS. Adh-Dhuha (93) : 11 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menegaskan lagi kepada Nabi Muhammad agar memperbanyak pemberiannya kepada orang-orang fakir dan miskin serta mensyukuri, menyebut, dan mengingat nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya. Menyebut-nyebut nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada kita bukanlah untuk membangga-banggakan diri, tetapi untuk mensyukuri dan mengharapkan orang lain mensyukuri pula nikmat yang telah diperolehnya. Dalam sebuah hadis, Nabi saw mengatakan:
Orang yang tidak berterima kasih kepada manusia tidak mensyukuri Allah. (Riwayat Abu Dawud dan at-Tirmizi dari Abu Hurairah).

Kebiasaan orang-orang kikir sering menyembunyikan harta kekayaannya untuk menjadi alasan tidak bersedekah, dan mereka selalu memperdengarkan kekurangan. Sebaliknya, orang-orang dermawan senantiasa menampakkan pemberian dan pengorbanan mereka dari harta kekayaan yang dianugerahkan kepada mereka dengan menyatakan syukur dan terima kasih kepada Allah atas limpahan karunia-Nya itu.

Sobat. Syukur dengan perbuatan (arkan ) adalah melakukan ketaatan pada Allah. Sebagaimana firman-Nya :
يَعۡمَلُونَ لَهُۥ مَا يَشَآءُ مِن مَّحَٰرِيبَ وَتَمَٰثِيلَ وَجِفَانٖ كَٱلۡجَوَابِ وَقُدُورٖ رَّاسِيَٰتٍۚ ٱعۡمَلُوٓاْ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكۡرٗاۚ وَقَلِيلٞ مِّنۡ عِبَادِيَ ٱلشَّكُورُ  
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.” ( QS. Saba’ (34) : 13 )

Sobat. Oleh sebab itu, mereka dengan giat sekali melaksanakan apa yang diperintahkan Sulaiman, seperti membangun tempat-tempat beribadah, arca-arca yang indah yang terbuat dari kayu, tembaga, kaca, dan batu pualam, serta belanga-belanga besar untuk memasak makanan yang cukup untuk berpuluh-puluh orang. Karena besar dan luasnya, bejana-bejana itu kelihatan seperti kolam-kolam air. Mereka juga membuatkan untuk Sulaiman periuk yang besar pula yang karena besarnya tidak dapat diangkat dan dipindahkan. Karena jin mempunyai kekuatan yang dahsyat, dengan mudah mereka membuat semua yang dikehendaki Sulaiman seperti membangun istana yang megah dan mewah, serta menggali selokan-selokan untuk irigasi sehingga kerajaan Sulaiman menjadi masyhur sebagai suatu kerajaan besar dan paling makmur, tidak ada suatu kerajaan pun di waktu itu yang dapat menandinginya. Hal ini ialah sebagai realisasi dari doanya yang dikabulkan Tuhan seperti tersebut dalam firman-Nya.

Dia berkata, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi." Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan penyelam. (shad/38: 35-37)

Kemudian Allah memerintahkan kepada Sulaiman sebagai keluarga Daud supaya bersyukur atas nikmat yang dilimpahkan Allah kepadanya. Mensyukuri nikmat Allah itu bukanlah sekadar mengucapkan, tetapi harus diiringi dengan amal saleh dan mempergunakan nikmat itu untuk hal-hal yang diridai-Nya.

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa Nabi Muhammad naik ke atas mimbar lalu membaca ayat ini. Lalu beliau bersabda, "Ada tiga sifat bila dipunyai oleh seseorang berarti dia telah diberi karunia seperti karunia yang diberikan kepada keluarga Daud." Kami bertanya kepada beliau, "Sifat-sifat apakah itu?" Rasulullah menjawab, "Pertama: Berlaku adil, baik dalam keadaan marah maupun dalam keadaan senang. Kedua: Selalu hidup sederhana baik di waktu miskin maupun kaya. Ketiga: Selalu takut kepada Allah baik di waktu sendirian maupun di hadapan orang banyak. 

Allah mengiringi perintah-Nya supaya Sulaiman bersyukur atas nikmat yang diterimanya dengan menjelaskan bahwa sedikit sekali di antara hamba-hamba-Nya yang benar-benar bersyukur kepada-Nya. Bagaimana seorang hamba bersyukur kepada Tuhannya dapat dilihat dari cara bersyukur Nabi saw kepada Allah. 
Dari 'aisyah bahwa Rasulullah salat di malam hari sampai kedua telapak kakinya bengkak, maka aku ('Aisyah), berkata kepadanya, "Mengapa engkau berbuat seperti ini padahal Allah telah mengampuni dosamu yang sekarang dan dosamu yang akan datang?" Rasulullah menjawab, "Bukankah aku ini seorang hamba yang bersyukur?" (Riwayat Muslim)

Sobat. Syukur dengan hati yaitu pengakuan bahwa setiap nikmat yang ada pada dirimu atau pada hamba lainnya semata-mata dari Allah. Allah SWT berfirman :
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ  
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl (16) : 53 )

Sobat. Selanjutnya Allah swt menjelaskan mengapa yang wajib ditakuti hanyalah Allah. Hal itu karena semua nikmat yang mereka peroleh, seperti kesehatan dan kebahagiaan, semata-mata dari Allah. Maka kewajiban manusialah untuk mensyukuri nikmat dan memuji kebaikan-Nya yang tiada terputus kepada makhluk-makhluk-Nya.

Sebaliknya, apabila manusia ditimpa oleh kesukaran hidup, kesulitan, penyakit, dan sebagainya, kepada Allahlah mereka mengeluh dan meminta pertolongan. Hal ini merupakan tabiat manusia bahwa apabila mereka berada dalam kesulitan, terbayanglah dalam pikiran kelemahan mereka dan adanya kekuasaan di luar diri mereka yang menguasai mereka.

Sobat. Berikut ini beberapa kaidah syukur yang merupakan fondasi dasar dari syukur :
1. Kaedah Pertama : Tunduknya orang bersyukur kepada Allah. Kau tundukkan dan hinakan dirimu di hadapan Tuhanmu. Tidak ada pemberi rezeki, tiada pengawas urusan makhluk, tiada pencipta, tiada pemberi, tiada pencegah rezeki, tiada pemberi manfaat dan mudharat selain Allah SWT.

2. Kaedah kedua : Cintamu hanya untuk-Nya. Sudah lumrah jika kau mencintai Dzat yang memberimu nikmat dan yang mengulurkan kebaikan padamu. Hati bergejolak untuk mencintai Dzat yang telah berbuat baik padanya. Apakah logis jika ada orang yang tidak mencintai Sang Pemberi Rezeki, yang telah mencukupi keperluannya dan memberkahinya?

3. Kaedah ketiga : Pengakuanmu atas nikmat-nikmat-Nya. Sungguh setiap kemikmatan dan pemberian berasal dari Allah SWT. Temanmu tidak punya kuasa untuk memberimu sesuatu. Direkturmu juga tidak dapat menolak mudharat atasmu. Begitupun gurumu tidak dapat membuatmu naik kelas. Semuanya merupakan karunia Allah SWT.

4. Kaedah keempat : Pujian hanya untuk-Nya. Perbanyaklah pujian pada Allah. Dzikir lisan, dan syukur atas segala nikmat yang telah diberikan padamu. Ingatlah sobat pada saat kau mulai sholat selalu diawali dengan bacaan Alhamdulillahi rabbil ‘alamin kemudian kau mengakhirinya dengan bacaan ‘Innaka hamidun majid . Perbanyaklah pujian pada Tuhanmu Dzat Pemberi nikmat.

5. Kaedah kelima : Jangan gunakan nikmat-nikmat-Nya untuk kemaksiatan. Setelah kau menerima nikmat sedemikian besar yang memenuhi hidupmu, apakah logis jika kau balas semua nikmat itu dengan kekufuran, keingkaran, dan maksiat? 
Sobat. Ingatlah nasihat Rasulullah SAW pada Muadz, “ Wahai Mu’adz, demi Allah sesungguhnya aku mencintaimu, jangan pernah kau tinggalkan doá ini setiap kali selesai sholat : Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatika – Ya Allah tolonglah hamba untuk senantiasa berdzikir dan bersyukur pada-Mu, serta beribadah pada-Mu dengan baik.” Semakin jauh kau mengenal Tuhanmu (Allah) dan merasa berada dalam genggaman-Nya, maka kau akan merasa bahwa syukurmu sangatlah kurang.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Sabtu, 07 Januari 2023

Guru Luthfi: Diutusnya Rasulullah adalah Nikmat Besar yang Wajib Disyukuri Umat Islam

Tinta Media - Pengurus Majelis Baitul Qur’an, Tapin, Guru H. Lutfhi Hidayat menjelaskan makna Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 151-152 adalah kewajiban umat Islam untuk mensyukuri nikmat besar dari Allah Swt. dengan diutusnya Rasulullah Saw.

“Meresapi Surat Al-Baqarah ayat 151-152 adalah nikmat besar dari Allah Swt. dengan diutusnya Rasulullah Saw., dan selalu mengingat Allah sebagai wujud syukur nikmat. Allah mengingatkan kita, yakni dengan diutusnya baginda Rasulullah, Muhammad Saw., membacakan Al-Qur’an kepada kita, menyucikan kita dari segala kotoran akhlak buruk, yang mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliah menuju terangnya cahaya Islam. Dan atas segala nikmat tersebut, wajib kita syukuri dengan selalu mengingat-Nya,” tuturnya dalam Kajian Jumat bersama Al-Qur’an, Jumat (30/12/2022), di kanal Youtube Majelis Baitul Qur’an.

Menurutnya, mengingat Allah itu merupakan wujud rasa syukur dan semua itu akan menjadi rahasianya penambahan nikmat Allah.

Firman Allah Swt.:
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ (١٥١) فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ (١٥٢)
“Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kalian, Rasul di antara kalian yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian al-Kitab dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta mengajarkan kepada kalian apa yang belum kalian ketahui (QS. 2:151). Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku (QS. 2:152).”

Guru Luthfi mengatakan penjelasan Imam Ibnu Katsir tentang maksud ayat yang mulia ini bahwa Allah Ta’ala mengingatkan hamba-hamba-Nya (mereka) yang beriman akan nikmat yang telah dikaruniakan.

“Berupa pengutusan Nabi Muhammad Saw. sebagai rasul kepada mereka, yang membacakan ayat-ayat  Allah Ta’ala secara jelas dan menyucikan dari berbagai  keburukan akhlak, kotoran jiwa, segala perbuatan kaum jahiliah, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju dunia yang terang benderang,” katanya.

“Mengajarkan al-Kitab (Al-Qur’an) dan al-Hikmah (as-Sunnah), dan mengajarkan kepada mereka apa yang tidak diketahui,” lanjutnya.

Ia mengungkapkan berkat risalah yang dibawa Rasulullah Saw. mereka (hamba-hamba-Nya) berhasil pindah ke derajat para wali dan tingkat para ulama.

“Dan akhirnya mereka menjadi orang yang berilmu sangat mendalam, memiliki hati amat suci, berpenampilan apa adanya dan berkata paling jujur,” ungkapnya.

Imam Muhammad Ali Ash Shabuni menerangkan dalam Tafsirnya Shafwatu Tafaasir tentang ayat yang mulia ini (ayat 151-152), bahwa ungkapan ayat tersebut berkaitan dengan ayat sebelumnya, yakni Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 105. Ia pun mengatakan maknanya.

“Makna dari Al Baqarah ayat 105 adalah sebagaimana Allah sempurnakan kepada kalian (hamba-hamba-Nya) nikmat-Ku, Allah juga mengutus seorang rasul di antara kalian, kepada kalian,” katanya.

Arti dari makna surat tersebut, yakni rasul yang membacakan kepada umatnya Al-Qur’an, menyucikan umatnya dari perbuatan syirik dan keji, mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah. Dan mengajarkan kepada umatnya hukum-hukum Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.

“Mengajarkan apa-apa yang belum diketahui oleh umatnya dan perkara-perkara mengenai dunia dan agama serta perkara lainnya yang belum diketahui,” bebernya.

Ia menjelaskan, sejatinya seorang mukmin selalu mengingat Allah dab selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh Hasan al-Bashri, Abu al-Aliyah, as-Suddi, dan Rabi’ bin Anas.

“Sesungguhnya Allah Ta’ala akan mengingat orang yang mengingat-Nya, memberikan tambahan nikmat kepada orang yang bersyukur kepada-Nya, dan memberikan siksa kepada orang yang kufur kepada-Nya.” Jelasnya.

Guru Luthfi mengungkapkan penegasan dari Imam Al Qurthubi bahwa sebagaimana ajaran-ajaran yang telah Allah berikan kepada hamba-Nya maka ingatlah Allah dengan cara bersyukur, dan Allah akan mengingat hamba-Nya dengan cara menambah nikmat tersebut.

“Karena dalam peningkatan hamba-Nya, terdapat rasa syukur kepada-Nya dan Allah telah menjanjikan tambahan nikmat tersebut atas rasa syukur hamba-Nya, yaitu dalam Firman Allah Quran Surat Ibrahim ayat 7,” ungkapnya.

Dengan demikian ia mengharapkan semoga umat Islam selalu bersyukur dengan mengingat Allah Swt., dan dijauhkan dari segala lalai kepada-Nya.

“Karena itu merupakan bentuk keingkaran. Naudzubillah min dzalik,” pungkasnya.[] Ageng Kartika

Rabu, 21 Desember 2022

Belajar Syukur dari Rasulullah SAW

Tinta Media - Sobat. Siapa pun yang membaca sejarah hidup Rasulullah SAW akan menemukan bahwa setiap bagian tubuhnya bersyukur kepada Allah SWT beliau memiliki hati yang penuh syukur dan lisan yang basah dengan dzikir. Ruh Nabi Muhammad SAW bertasbih di langit dan bumi. Organ tubuhnya beramal demi meraih keridhaan Allah SWT. Rasulullah adalah hamba yang paling agung dalam bersyukur kepada-Nya. Beliau adalah hamba yang paling mulia dalam memuji-Nya. Semua hamba yang bersyukur sejatinya belajar dari beliau. Hati, lisan, dan anggota tubuh semuanya memuji Allah SWT.

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ  

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” 

Sobat. Pada surat al-fatihah, Allah memulai firman-Nya dengan menyebut "Basmalah" untuk mengajarkan kepada hamba-Nya agar memulai suatu perbuatan yang baik dengan menyebut basmalah, sebagai pernyataan bahwa dia mengerjakan perbuatan itu karena Allah dan kepada-Nyalah dia memohonkan pertolongan dan berkah. Maka, pada ayat ini Allah mengajarkan kepada hamba-Nya agar selalu memuji-Nya.

Al-hamdu artinya pujian, karena kebaikan yang diberikan oleh yang dipuji, atau karena suatu sifat keutamaan yang dimilikinya. Semua nikmat yang telah dirasakan dan didapat di alam ini dari Allah, sebab Dialah yang menjadi sumber bagi semua nikmat. Hanya Allah yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Karena itu Allah sajalah yang berhak dipuji. Orang yang menyebut al-hamdu lillah bukan hanya mengakui bahwa puji itu untuk Allah semata, melainkan dengan ucapannya itu dia memuji Allah.

Rabb artinya pemilik, pengelola dan pemelihara. Di dalamnya terkandung arti mendidik, yaitu menyampaikan sesuatu kepada keadaan yang sempurna dengan berangsur-angsur.

'alamin artinya seluruh alam, yakni semua jenis makhluk. Alam itu berjenis-jenis, yaitu alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang, alam manusia, alam benda, alam makhluk halus, umpamanya malaikat, jin, dan alam yang lain. Ada mufasir mengkhususkan 'alamin pada ayat ini kepada makhluk-makhluk Allah yang berakal yaitu manusia, malaikat dan jin. Tetapi ini mempersempit arti kata yang sebenarnya amat luas.

Dengan demikian, Allah itu Pendidik seluruh alam, tak ada sesuatu pun dari makhluk Allah yang terlepas dari didikan-Nya. Tuhan mendidik makhluk-Nya dengan seluas arti kata itu. Sebagai pendidik, Dia menumbuhkan, menjaga, memberikan daya (tenaga) dan senjata kepada makhluk itu, guna kesempurnaan hidupnya masing-masing.

Siapa yang memperhatikan perjalanan bintang-bintang, menyelidiki kehidupan tumbuh-tumbuhan dan binatang di laut dan di darat, mempelajari pertumbuhan manusia sejak dari rahim ibunya sampai ke masa kanak-kanak, lalu menjadi manusia yang sempurna, tahulah dia bahwa tidak ada sesuatu juga dari makhluk Allah yang terlepas dari penjagaan, pemeliharaan, asuhan dan inayah-Nya.

Sobat. Memuji dan bersyukur Allah SWT akan mendatangkan ridha-Nya serta pemberian tambahan dari-Nya. Allah SWT telah memuji diri-Nya sebelum dipuji oleh para pemuji. Dia telah bersyukur kepada diri-Nya sebelum disyukuri oleh para penyukur. Dia telah memuliakan diri-Nya sebelum dimuliakan oleh para pemulia.

Sobat. Diriwayatkan Rifaáh bin Rafi’ ra berkata, “ Pada suatu hari kami sholat di belakang Nabi SAW. Tatkala mengangkat kepalanya dari ruku’, beliau mengucapkan, “ Sami’ allahu liman hamidah” lalu seseorang laki-laki di belakangnya berkata, “ Rabbanaa walakal hamdu, Hamdaan Katsiiraan Thoyyibaan mubaarokaan fiihi – Wahai Rabb kami, bagimu pujian yang banyak, baik dan berkah. Usai sholat beliau bertanya, “ Siapa yang mengucapkan tadi?” Orang tersebut menjawab, “ Aku” Beliau bersabda, “ Aku melihat sekitar tiga puluh malaikat menuju ke sumber bacaan itu. Masing-masing ingin menjadi yang pertama kali mencatatnya.” ( HR. Al-Bukhari).

Sobat. Berikut ini tips menguatkan rasa syukur :

1. Pikirkan semua yang telah dimiliki, bukan yang diinginkan. Ada sebuah cara yang sangat efektif untuk dapat mengembangkan rasa syukur. Ambil sebuah kertas dan tuliskan semua hal yang anda miliki dalam hidup ini mulailah dari hal-hal yang paling dekat dengan diri Anda yakni tubuh anda sendiri. Seluruh tubuh kita adalah anugerah. Semua tubuh kita adalah bukti betapa dalamnya cinta Allah kepada kita. Allah menciptakan tubuh kita yang rumit dengan ketelitian dan kecanggihan yang luar biasa. BUkan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur, melainkan rasa syukur kitalah yang membuat bahagia.

2. Fokus pada kelebihan, bukan pada kekurangan. Fokuslah pada kelebihan yang anda punya maka Anda akan menjadi orang yang di atas rata-rata. Coba anda tulis 30 hal sesuatu yang Amazing pada diri Anda yang membuat anda layak bersyukur kepada Allah. Ternyata itu akan membuat kita sadar bahwa di dalam kita sendiri ada berbagai kelebihan yang tak pernah kita sadari. Tiap hari, Allah memberikan atau menghadiahkan 86.400 detik kepada kita. Sudahkah kita berterima kasih atau beryukur kepada-Nya?

3. Ketika mendapat rahmat, Tanyakan, “ Mengapa Saya?” Agar bisa menikmati seluruh rahmat yang diberikan Allah kepada kita, cara berpikir kitalah yang harus kita ubah. Mulai sekarang, setiap Anda mengalami sebuah rahmat, tanyakan kepada diri Anda, Why me? Mengapa saya mendapatkan rahmat ini? Mengapa bukan orang lain? Apa maksud Tuhan emberikan hal ini kepada saya dan bukan kepada tetangga saya? Lihatlah semua nikmat yang ada di sekitar Anda. Tanyakan, “ Mengapa saya” dan tiba-tiba kita akan merasakan kebahagiaan yang kata-kata pun tak akan cukup melukiskannya.

4. Ketika mendapat Musibah, tanyakan, “ Pelajaran berharga apa yang bisa saya dapatkan dari peristiwa ini?”. Apabila kita mengalami kekurangberuntungan, jangan sampai kita juga kehilangan pelajarannya. Suatu masalah atau musibah sebenarnya adalah sebuah rahmat yang terselubung. Tugas kita adalah membuka selubung masalah ini dan menemukan rahmat yang terkandung di dalamnya.

5. Bayangkan segala sesuatunya tidak ada. Sebuah rasa sakit, 
betapa pun kecilnya, senantiasa menyadarkan kita akan betapa seringnya kita mengabaikan rahmat-rahmat kecil dalam hidup kita. Sebuah sakit menyadarkan kita bahw kehilangan sesuatu yang kecil sekalipun dapat berarti besar bagi kita. Kita baru merasakan nikmatnya sehat ketika kita sudah terbaring lunglai di rumah sakit. Walaupun untuk hal-hal kecil, bersyukurlah dan kau akan mendapatkan yang lebih besar. Kehilangan akan meningkatkan rasa syukur dan apresiasi kita. Oleh karena itu, kita akan lebih menghargai dan menikmati segala sesuatu justru setelah kita mengalami kehilangan.

6. Masukilah Masa Kini. Salah satu cara yang terbaik untuk bersyukur adalah dengan memasuki masa kini dan merasakan setiap momen yang kita lalui. Ada tiga musuh kedamaian pribadi ; Penyesalan akan kesalahan kemarin, kecemasan akan masalah esok, dan tidak adanya rasa syukur untuk hari ini.

7. Menjelajahi semua potensi Anda. Orang yang bersyukur adalah orang yang mau menjelajahi semua potensi yang diberikan Allah. Yang Pasti, tidak ada orang yang lahir ke dunia tanpa memiliki potensi apa pun. Bahkan seorang anak yang dilahirkan cacat pun membawa potensi yang mengagumkan apabila kita mengetahui dan mengembangkannya.

Sobat. Ketika saat meninggal dunia nanti, inginkah Anda bisa mengatakan, “ Ya Allah, apa pun yang Engkau anugerahkan kepadaku sudah kumanfaatkan semaksimal mungkin. Tidak ada sedikit pun potensi yang Kau berikan sia-sia.” Pernyataan itu adalah sebuah perwujudan rasa syukur yang luar biasa. Salah satu cara bersyukur yang sangat penting adalah memanfaatkan semua potensi, semua kemampuan, semua bakat yang diberikan oleh Allah kepada kita dengan semaksimal mungkin.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa!

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Selasa, 20 Desember 2022

Rasa Syukur Kitalah yang Membuat Kita Bahagia

Tinta Media - Sobat. Kita sering melupakan bahwa kebahagiaan bukanlah berhasil mendapatkan sesuatu yang tidak kita punya, melainkan mengenali dan menghargai apa yang sudah kita miliki. Kita memang cenderung lebih menghargai sesuatu yang kita dapatkan dengan lebih sulit ketimbang sesuatu yang kita dapatkan dengan mudah.

Dengan demikian sobat. Semakin besar usaha atau effort yang kita lakukan, semakin besar pula apresiasi dan rasa syukur yang akan kita dapatkan. Sebaliknya semakin kecil usaha (effort) kita dalam mendapatkan sesuatu, semakinkecil pula kemampuan kita menghargai. Para hamba yang senantiasa bersyukur dan memuji Allah SWT adalah orang yang sukses di dunia dan di akherat. 

Allah SWT berfirman :
وَمَا كَانَ لِنَفۡسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِ كِتَٰبٗا مُّؤَجَّلٗاۗ وَمَن يُرِدۡ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَا وَمَن يُرِدۡ ثَوَابَ ٱلۡأٓخِرَةِ نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَاۚ وَسَنَجۡزِي ٱلشَّٰكِرِينَ  
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran (3) : 145 )

Sobat. Allah menyatakan, "Semua yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin-Nya, tepat pada waktunya sesuai dengan yang telah ditetapkan-Nya." Artinya: persoalan mati itu hanya di tangan Tuhan, bukan di tangan siapa-siapa atau di tangan musuh yang ditakuti. Ini merupakan teguran kepada orang-orang mukmin yang lari dari medan Perang Uhud karena takut mati, dan juga merupakan petunjuk bagi setiap umat Islam yang sedang berjuang di jalan Allah. Seterusnya Allah memberikan bimbingan kepada umat Islam bagaimana seharusnya berjuang di jalan Allah dengan firman-Nya:

... Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu,¦(Ali 'Imran/3:145).

Ini berarti setiap orang Islam harus meluruskan dan membetulkan niatnya dalam melaksanakan setiap perjuangan. Kalau niatnya hanya sekedar untuk memperoleh balasan dunia, maka biar bagaimanapun besar perjuangannya, maka balasannya hanya sekedar yang bersifat dunia saja. 
Dan barang siapa yang niatnya untuk mendapat pahala akhirat, maka Allah akan membalasnya dengan pahala akhirat. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur yaitu orang-orang yang mematuhi perintah-Nya dan selalu mendampingi Nabi-Nya.

Sobat. Nabi Muhammad SAW bersyukur kepada Allah SWT dengan segenap keyakinan hati bahwa setiap nikmat adalah karunia-Nya, baik besar ataupun kecil, lama ataupun baru, dan tampak ataupun tersembunyi. Hati yang bersyukur merupakan rukun ibadah bagi seorang mukmin. Sebab dia berkeyakinan bahwa setiap nikmat yang sampai kepadanya adalah karunia Allah SWT. Diriwayatkan oleh Tsauban bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “ Hendaklah seorang di antara kalian menjadikan hatinya bersyukur dan lisannya berdzikir,” ( HR. at-Tirmidzi )
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبۡدِهِ ٱلۡكِتَٰبَ وَلَمۡ يَجۡعَل لَّهُۥ عِوَجَاۜ  
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya;” ( QS. Al-Kahfi (18) : 1 )

Sobat. Dalam ayat ini Allah swt memuji diri-Nya, sebab Dialah yang menurunkan kitab suci Al-Qur'an kepada Rasul saw sebagai pedoman hidup yang jelas. Melalui Al-Qur'an, Allah memberi petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Ayat Al-Qur'an saling membenarkan dan mengukuh-kan ayat-ayat lainnya, sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan. Nabi Muhammad saw yang menerima amanat-Nya menyampaikan Al-Qur'an kepada umat manusia, disebut dalam ayat ini dengan kata 'hamba-Nya untuk menunjukkan kehormatan yang besar kepadanya, sebesar amanat yang dibebankan ke pundaknya.

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ 

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".( QS. Ibrahim (14) : 7 )

Sobat. Dalam ayat ini Allah swt kembali mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Bila mereka melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh-Nya. Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.

Mensyukuri rahmat Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan ucapan yang setulus hati; kedua, diiringi dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut untuk tujuan yang diridai-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita lihat bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara. Bahkan, rezekinya senantiasa bertambah, kekayaannya makin meningkat, dan hidupnya bahagia, dicintai serta dihormati dalam pergaulan. Sebaliknya, orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak bertambah, bahkan lekas menyusut. Di samping itu, ia senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak, dan di akhirat memperoleh hukuman yang berat.

Sobat. Semakin besar rasa syukur kita, semakin besar pula kenikmatan yang akan kita peroleh.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Sekjen Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Penulis Buku Gizi Spiritual

Selasa, 06 September 2022

SYUKUR ITU BUKAN DENGAN LOMBA, APALAGI BERJOGED

Tinta Media - Dikutip HU Republika.Co.Id, Jakarta, Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) menjelaskan kemerdekaan adalah anugerah besar dari Allah SWT yang wajib disyukuri dan berusaha mengisi kemerdekaan dengan kebajikan, rajin beribadah dan patuh kepada Nya. 

Kemerdekaan sejati dalam Islam adalah ketundukan total kepada kuasa Ilahi dan melepaskan diri dari jeratan nafsu dan mengembalikan seluruhnya kepada aturan Allah, dalam bentuk penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih, menegakkan keadilan,"ujar dia kepada Republika, Senin (15/8/2022). 

Pertanyaannya adalah, apa itu bersyukur dan bagaimana caranya ?. Pengertian syukur dan nikmat berasal dari bahasa Arab. Kata syukur berterima kasih, sedangkan kata nikmat artinya Pemberian, Anugrah, Enak, Lezat. Mensyukuri nikmat Allah SWT, maksudnya berterima kasih kepada-Nya dengan cara mengingat atau menyebut nikmat dan mengagungkanNya. 

Rasa syukur adalah gambaran kenikmatan dan menampakannya di permukaan, ada banyak cara mengucapkan rasa syukur dalam Islami, seperti berdoa, berdzikir, dan selalu berpikir positif pada Allah SWT. Allah SWT sangat menyukai hamba-Nya yang pandai bersyukur.

Syukur menurut istilah syara’ adalah pengakuan terhadap nikmat yang dikaruniakan oleh Allah yang disertakan dengan ketundukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan tuntunan dan kehendak Allah. Nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia sangat banyak dan bentuknya bermacam-macam.

Istilah syukur sendiri menurut agama, sebagaimana yang telah diajabarkan oleh Ibnul Qayyim: “Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dalam ajaran Islam adalah istilah sujud syukur, sebuah sikap merendah dan tunduk patuh sebagai fefleksi rasa terima kasih tertinggi kepada Allah Sang Pemberi Rejeki. 

Namun sungguh-sungguh ironis yang terjadi pada negeri ini, banyak yang belum paham arti mensyukuri kemerdekaan maka dampaknya cara bersyukurpun salah. Alih-alih bersyukur dengan memperbanyak ibadah dan ketuntukan, yang terjadi malah melakukan berbagai bentuk kemungkaran. 

Banyak acara perlombaan yang justru sangat jauh dari kata bersyukur. Banyak perlombaan 17-an yang justru melanggar aturan Allah, seperti berjoged mengumbar aurat dan erotisme, lomba panjat pinang yang merupakan warisan penjajah dimana antar peserta saling menginjak saudaranya lalu ditertawakan, lomba main bola dengan pemain laki-laki berpakaian perempuan. Padahal hal ini diharamkan oleh Allah. 

Rasulullah SAW bersabda, “Allah melaknat para perempuan yang menyerupai laki-laki, dan para lelaki yang menyerupai perempuan.” Dalam hadis lain disebutkan, “Allah melaknat perempuan yang mengenakan pakaian laki-laki dan laki-laki yang mengenakan pakaian perempuan.” Soal lelaki yang berpenampilan dan berperilaku menyerupai wanita dan sebaliknya, ulama sepakat jika hukumnya adalah haram. Imam adz-Dzahabi dalam kitabnya, Al-Kabaair, menggolongkan perkara ini sebagai salah satu dosa besar.

Karena itu, jika benar mereka mengakui negeri ini telah merdeka sebagai anugerah dari Allah dan hendak mensyukurinya, maka semestinya bukan begitu caranya bersyukur. Cara-cara bersyukur yang tidak diajarkan oleh Islam, malah yang yang diajarkan oleh penjajah, bukankah malah mengundang laknat dari Allah. Mengapa meski katanya sudah merdeka, tapi negeri ini tak kunjuk tambah baik dan penuh keberkahan. 

“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'.” (QS. Ibrahim: 7). (UAS)

Dr. Ahmad Sastra 
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB)

Jumat, 01 Juli 2022

Kedahsyatan Rasa Syukur


Tinta Media - Sobat. Rahasia keberkahan hidup  terletak pada kemampuan menjalani kehidupan  dengan penuh kesyukuran, karena di sanalah kita akan memperoleh kelimpahan dan keberkahan. Kebahagiaan , kelimpahan, keberuntungan, kesuksesan dan keberkahan hanya bisa diperoleh dari rasa syukur.

Sobat. Kebahagiaan  tak akan  datang  dari mengeluh. Keberkahan tak akan datang dan muncul dari ketamakan. Kelimpahan tidak bias diharapkan dari sikap mengemis. Keberuntungan tidak berpihak pada kemalasan. Kenikmatan tidak bisa diraih dengan kedengkian. Hanya syukur-lah satu-satunya solusi yang bisa membuat hidup kita berkah dan berkelimpahan.

Sobat. Sudah sepantasnyalah kita berusaha sekuat tenaga menjadi pribadi ahli syukur yang luar biasa. Rasulullah SAW pun mengajarkan resepnya kepada kita. Kata-kata beliau cetar membahana ketika isterinya Siti Aisyah ra, mempertanyakan tentang kegigihan beliau dalam beribadah. Beliau hanya menjawab,” Afalaa akuuna ábdan syakuura. Tidaklah aku ini melainkan hanya ingin menjadi hamba yang bersyukur?”

Sobat. Beliau juga berdoa “ Allahummaj’alni minas sajidin wassyakirin. Ya Allah, jadikanlah aku daripada hamba-hamba-Mu yang bersyukur dan orang-orang yang bersyujud.

Syukur  merupakan  pembangkit  medan  magnet yang paling dahsyat karena syukur bermakna “ Kelimpahan atau keberkahan yang senantiasa bertambah.” Bukankah Allah telah berjanji di dalam Al-Quran :

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ  

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".( QS. Ibrahim (14) : 7 )

Sobat. Dalam ayat ini Allah swt kembali mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Bila mereka melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh-Nya. Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.

Sobat. Mensyukuri rahmat Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan ucapan yang setulus hati; kedua, diiringi dengan perbuatan, yaitu menggunakan rahmat tersebut untuk tujuan yang diridai-Nya.

Sobat. Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita lihat bahwa orang-orang yang dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara. Bahkan, rezekinya senantiasa bertambah, kekayaannya makin meningkat, dan hidupnya bahagia, dicintai serta dihormati dalam pergaulan. 

Sebaliknya, orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak bertambah, bahkan lekas menyusut. Di samping itu, ia senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak, dan di akhirat memperoleh hukuman yang berat.
Sobat. Syukur  merupakan  keterbukaan dan penerimaan hati, tanpa ada beban, tanpa ada tekanan. Ketika hati seseorang dipenuhi rasa syukur , maka pada saat itu, tak ada sedikitpun celah bagi iblis untuk membisikkan kegundahan dan kegelisahan.

Sobat. Sekiranya  Anda memiliki permasalahan dan problematika  hidup maka bersyukurlah ! Sebab anda masih dimampukan menghadapi permasalahan. Permasalahan akan mematangkan kedewasaan berpikir dan menjadikan Anda pribadi yang tangguh.

Jika Anda sakit, maka bersyukurlah ! Sebab Allah ingin mengampuni dan membersihkan dosa-dosa Anda!
Jika anda dirundung kesedihan maka bersyukurlah! Sebab Anda diingatkan kepada pemilik kebahagiaan sejati. Sekiranya  rezeki anda sulit, bisnis Anda terancam gagal, bahkan sudah gagal maka bersyukurlah! Barangkali Allah ingin melihat Anda  bersimpuh  mengadukan  ketidakberdayaan Anda kepada-Nya.

Syukur Nabi Nuh As diabadikan dalam Al-Quran :

فَإِذَا ٱسۡتَوَيۡتَ أَنتَ وَمَن مَّعَكَ عَلَى ٱلۡفُلۡكِ فَقُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي نَجَّىٰنَا مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ
 
Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah: "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim".”( QS. Al-Mu’minun (23) : 28 )

Sobat. Allah memerintahkan kepada Nuh, jika ia bersama orang-orang yang beriman telah berada di atas perahu, maka ia harus mengucapkan pujian kepada Allah sebagai rasa syukur atas keselamatan mereka semuanya yang berada dalam perahu itu, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim." 

Ayat ini memberi petunjuk bahwa kita tidak boleh merasa gembira dengan turunnya azab kepada orang atau golongan lain, kecuali bila di dalamnya mengandung keselamatan bagi kaum mukminin, terhindarnya mereka dari bahaya kemusnahan, dan tersapu bersihnya dunia dari segala bentuk kemusyrikan dan kemaksiatan.

Menurut keterangan Ibnu 'Abbas ra bahwa yang berada dalam perahu Nuh itu selain semua jenis binatang itu ada 80 orang manusia, yaitu Nuh beserta tiga orang putranya beserta istri-istrinya dan 72 orang mukmin umat Nuh yang setia kepadanya.

Sobat. Syukur adalah  ilmu tingkat tinggi, karena latihannya  harus  setiap saat dan belajarnya harus seumur hidup. Bila seseorang  sudah memiliki “Mantra Syukur”, maka ia mampu  menciptakan berbagai  macam keajaiban dan selalu menjadikan dirinya  sebagai magnet rezeki yang menarik berbagai macam kelimpahan bagi dirinya dan orang-orang lain di sekitarnya.

Sobat. Sekali lagi saya mengingatkan  rasa kebahagiaan  bukan  terletak pada seberapa banyaknya nilai kuantitasnya, namun seberapa besar nikmat yang dirasakan dan seberapa banyak rasa syukur yang diucapkan. Di sinilah sobat, letak keberkahannya.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku The Power of Spirituality dan Goreskan Tinta emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Jumat, 06 Mei 2022

Mengingat Nikmat agar Bersyukur


Tinta Media  - Sobat. Mengingat nikmat adalah wasilah untuk mensykurinya. Dan  bersyukur itu diwujudkan dalam ketaatan dengan hati, ucapan  dan perbuatan.
Allah berfirman :

فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ (١٥٢)

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” ( QS. Al-Baqarah (2) : 152 )

Sobat. Maka dengan nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kaum Muslimin, hendaklah mereka selalu ingat kepada-Nya, baik di dalam hati maupun dengan lisan, dengan jalan tahmid (membaca al-hamdulillah), tasbih (membaca Subhanallah), dan membaca Al-Qur'an dengan jalan memikirkan alam ciptaan-Nya untuk mengenal, menyadari dan meresapkan tanda-tanda keagungan, kekuasaan dan keesaan-Nya.

Sobat. Apabila mereka selalu mengingat Allah, Dia pun akan selalu mengingat mereka pula. hendaklah mereka bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya dengan jalan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya dan dengan jalan memuji serta bertasbih dan mengakui kebaikan-Nya. Di samping itu, janganlah mereka mengkufuri nikmat-Nya dengan menyia-nyiakan dan mempergunakannya di luar garis-garis yang telah ditentukan-Nya.

Sobat. Syukur itu berhubungan dengan hati, lidah, dan anggota tubuh. Adapun hubungan sykur dengan hati adalah niat baik dan menyembunyikan niat baik itu untuk seluruh makhluk. Hubungan sykur dengan lidah adalah menampakkan syukur kepada Allah SWT dengan pujian-pujian yang menunjukkan syukur. Adapun hubungan syukur dengan anggota badan adalah menggunakan nikmat-nikmat Allah SWT untuk ketaatan kepada-Nya dan menghindarkan anggota badan dari menggunakannya untuk kedurhakaan.

Allah berfirman :

إِنَّمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوۡثَٰنٗا وَتَخۡلُقُونَ إِفۡكًاۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَمۡلِكُونَ لَكُمۡ رِزۡقٗا فَٱبۡتَغُواْ عِندَ ٱللَّهِ ٱلرِّزۡقَ وَٱعۡبُدُوهُ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥٓۖ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ (١٧)

“ Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan.” ( QS. Al-‘ankabut (29) : 17 )

Sobat.Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa sesembahan selain Dia sudah jelas merupakan hasil ciptaan tangan manusia sendiri, tetapi mereka berdusta dengan menganggapnya tuhan yang sebenarnya. Mereka menganggap hasil ciptaan mereka yang berbentuk patung dan berhala itu sanggup memberi manfaat atau keuntungan kepada mereka. Ibrahim mencela dan mengecam anggapan mereka karena patung-patung itu sedikit pun tidak sanggup memberi rezeki kepada mereka. Rezeki itu adalah wewenang mutlak yang hanya dimiliki oleh Allah. Oleh karena itu, dianjurkan kepada mereka supaya memohon rezeki dan penghasilan hanya kepada Allah, kemudian mensyukuri jika yang diminta itu telah dikabulkan-Nya. Hanya Allah yang mendatangkan rezeki bagi manusia serta semua kenikmatan hamba-Nya. Manusia dianjurkan untuk mencari keridaan-Nya dengan jalan mendekatkan diri kepada-Nya.

Ayat ini ditutup dengan lafal "kepada-Nyalah kamu dikembalikan" artinya manusia harus bersiap-siap menemui Allah dengan beribadah dan bersyukur. Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala amal perbuatannya dan semua kenikmatan yang mereka terima.

Sobat. Mengingat hari kiamat dan akherat adalah wasilah untuk mempersiapkan bekal menghadapi keduanya. Ingat dosa merupakan wasilah  untuk menyesalinya, berhenti melakukannya dan bertekad meninggalkannya.

Allah berfirman :

إِنَّآ أَخۡلَصۡنَٰهُم بِخَالِصَةٖ ذِكۡرَى ٱلدَّارِ (٤٦)

“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.” QS. Shad (38) : 46 )
Sobat. Pada ayat ini, Allah menjelaskan sebab-sebab para nabi tersebut mencapai kemuliaan baik dunia maupun akhirat adalah karena memelihara kebersihan jiwa dan menjauhkan diri dari dosa yang tercela. Karena jiwa mereka bersih dari noda-noda kemusyrikan, maka mereka ikhlas menaati perintah-perintah Allah. Juga karena mereka selalu menjauhi perbuatan-perbuatan tercela, maka mereka gigih dalam memperjuangkan kebenaran dan melenyapkan kebatilan. Dengan demikian, tergambarlah dalam jiwa mereka akhlak yang tinggi, dan sifat yang mulia yang menyebabkan mereka patut diteladani.

Sobat. Seluruh kegiatan mereka baik berupa tenaga, harta, maupun pikiran, semata-mata dipergunakan untuk peribadatan secara murni, dengan tujuan ingin mendapat rida Allah dan menjunjung tinggi kalimat tauhid. Dengan landasan itu, mereka selalu memperingatkan kaumnya pada kehidupan akhirat yang kekal. Kenikmatan di dunia yang hanya sementara itu hendaknya dijadikan sarana untuk berbakti pada Allah, sehingga dengan demikian mereka di akhirat memperoleh kenikmatan yang tiada putus-putusnya, yang disediakan bagi hamba-hamba yang mendapatkan keridaan-Nya. Sedang hamba-hamba yang ingkar dan selalu bergelimang dalam kesesatan hidup, akan merasakan azab yang sangat pedih.

Oleh: DR. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan CEO Educoach. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab