Tinta Media: Syariat
Tampilkan postingan dengan label Syariat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Syariat. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Maret 2024

Bencana Puting Beliung, Syariah Islam Solusinya


Tinta Media - Rabu (21/2/2024) terjadi bencana angin puting beliung yang melanda tiga Kecamatan di Kabupaten Bandung, yaitu Kecamatan Rancaekek, Kecamatan Cileunyi, Kecamatan Cicalengka. Berdasarkan sumber yang dilansir dari REPUBLIKA.CO.ID, Bandung, Kasi Darurat Logistik BPBD Kabupaten Bandung Asep Mahmud mengatakan bahwa angin puting beliung merusak bangunan rumah dan lainnya di tiga kecamatan tersebut, yaitu terdapat 1.308 jiwa yang terdampak, 422 kepala keluarga, 223 bangunan rusak berat, 208 bangunan rusak sedang, dan 66 rusak ringan. 

Berbagai bencana yang terjadi di negeri ini mulai dari gunung meletus, banjir, longsor, gempa bumi, kekeringan, tsunami dan yang baru-baru ini, yaitu angin puting beliung, harus disikapi dengan tepat oleh setiap muslim. 

Sejatinya,  semua itu merupakan bagian dari sunatullah atau merupakan qadha dari Allah Swt. yang tak mungkin ditolak atau dicegah. Yang harus disikapi atas qadha ini adalah sikap rida, juga sabar bagi korban dan keluarganya. 

Bagi kaum muslimin, qadha ini merupakan ujian dari Allah Swt. Selain sebagai ujian bencana, apa pun yang menimpa seorang mukmin, sesungguhnya bisa menjadi wasilah bagi penghapusan dosa-dosanya.

Tentu, dosa-dosa akan terhapus dari orang yang tertimpa musibah jika ia menyikapi musibah itu dengan keridaan dan kesabaran. Namun, faktor penyebab musibah ini bisa pula terjadi di luar qadha yang mungkin saja menjadikan bencana selalu datang dan bahkan menambah bencana baru. Yakni, akibat dosa dan kemaksiatan manusia, akibat mereka tidak mengamalkan dan menerapkan syariah-Nya. 

Sebagaimana Allah Swt. berfirman di dalam QS. Ar Rum ayat 41, yang artinya:

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka  merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

Banjir misalnya. Banjir adalah bencana yang sebagian faktor risikonya bisa dikendalikan oleh manusia. Dalam hal ini, menyangkut kebijakan penguasa terkait pemanfaatan lahan dan perencanaan pembangunan yang dikaitkan dengan pengelolaan tata ruang kawasan. 

Namun, penerapan sekuler kapitalistik yang diadopsi penguasa negeri ini telah melegalkan eksploitasi sumber daya alam secara serakah. Alih fungsi lahan dan pembangunan infrastruktur dilakukan untuk menggenjot investasi dan pertumbuhan ekonomi. 

Begitu pula dengan gempa, harusnya bisa diantisipasi dengan konstruksi bangunan yang tahan gempa dan berbagai riset  geologi. Bahkan, di antara para ahli konstruksi berpendapat bahwa gempa 7 SR sekalipun seharusnya tidak mencelakakan. (Muslimah Media Center).

Begitu pun dengan bencana angin puting beliung, seharusnya penguasa melalui para ahlinya membuat alat untuk memitigasi bencana tersebut. Namun, hal ini diabaikan oleh penguasa. Inilah bentuk kelalaian pemerintah yang seharusnya bertanggung jawab dalam pencegahan dan menanggulangi segala sesuatu yang akan mengakibatkan bahaya bagi masyarakat. Kelalaian ini adalah bagian dari kemaksiatan. Maka, tak heran jika bencana terus menghampiri negeri ini. 

Satu-satunya cara mengakhiri berbagai bencana ini adalah dengan bertaubat kepada Allah Swt. Tobat tersebut harus dilakukan oleh segenap masyarakat, khususnya para penguasa dan pejabat negara. Mereka harus segera bertobat dari dosa dan maksiat serta ragam kezaliman.

Kezaliman terbesar adalah saat manusia tidak berhukum dengan hukum Allah Swt., terutama penguasanya. Sebagaimana firman Allah Swt. yang artinya:

"Siapa saja yang tidak memerintah/berhukum dengan hukum yang telah Allah turunkan, mereka adalah para pelaku kezaliman." (TQS. al-Maidah: 5)

Sebagai muslim yang beriman, sudah seharusnya kita menyadari dan kembali ke jalan yang benar, yaitu dengan menerapkan syariat Islam di dalam kehidupan, baik dalam ranah individu, masyarakat, maupun negara agar terhindar dari azab Allah Swt.  Wallahu'alam bishshawab


Oleh: Sumiati
Sahabat Tinta Media

Rabu, 14 Desember 2022

KITA MASIH PUNYA PILIHAN DAN HARAPAN, SYARIAT ISLAM DAN KHILAFAH

"Kita akan punya presiden Ganjar dan wakil presiden Erick Tohir, bila "proyek" lanjut tiga periode gagal. Bakal tidak ada pilihan untuk rakyat."

[Kutipan Catatan Naniek S Deyang]

Tinta Media - Beredar tulisan Naniek S Deyang, yang menyatakan oligarki telah mengambil keputusan hampir bulat, untuk mengusung Ganjar Pranowo berpasangan dengan Erick Thohir. Indonesia akan punya presiden Ganjar dan wakil presiden Erick Tohir, bila "proyek" lanjut tiga periode gagal. Bakal tidak ada pilihan untuk rakyat. 

Kalau ada pilihan, pasti akan dibuat "repot" untuk bisa menang. Kecuali seperti Sambo, terjadi keajaiban dari Allah SWT, dimana apapun rekayasa Sambo dibabakbelurkan oleh Allah SWT.

Begitu, diantara kutipan tulisan Naniek yang sumbernya dari fb. Lalu, Naniek menghimbau untuk melakukan TAHAJUD MASSAL, agar demokrasi bukan di tangan oligarki tapi di tangan rakyat. 

Tulisan tersebut, seolah memenjara arus perjuangan umat Islam untuk menghalau atau menggagalkan narasi tiga periode, tunda Pemilu, juga melenggangnya Ganjar dan Erik menjadi Presiden. 

Substansi tulisan Naniek, hampir mirip seperti apa yang disampaikan Masinton Pasaribu. Menurut politisi PDIP ini, oligarki sedang bekerja keras untuk tunda pemilu, tiga periode, atau mencari boneka oligarki untuk menjaga kepentingannya.

Namun, sebenarnya bagi umat Islam, masa depan dan harapan umat Islam ada pada syariat Islam dan Khilafah. Umat Islam, tidak juga akan menjadi lebih baik, kalau Ganjar Erik gagal menjadi Presiden, karena siapapun pemenangnya, siapapun Presidennya, sejatinya hanyalah boneka oligarki baru yang dibungkus oleh narasi perubahan semu.

Saat ini, terjadi perpecahan politik yang begitu keras. Kubu-kubu saling serang, saling menantang, saling menjatuhkan.

Bagi umat Islam, amal yang terbaik adalah keluar dari kemelut itu, keluar dari konflik dan pertarungan copras capres, karena siapapun Presidennya, oligarki penguasanya. Umat Islam harus membuat arus perjuangan sendiri, yang benar-benar steril dari pengaruh oligarki.

Sepanjang demokrasi sistem politiknya, pengendalinya adalah oligarki. Seruan yang benar bagi perjuangan umat Islam, adalah perjuangan syariat Islam dan Khilafah.

Sebab, ketika Khilafah tegak, syariat Islam akan memotong tangan oligarki dari penguasaan hukum dan perundangan, juga terhadap sumber ekonomi dan kekayaan alam. Semua tambang, akan diambil alih oleh Khilafah tanpa kompensasi, tanpa konpromi, diambil dari oligarki asing, aseng maupun oligarki domestik, kemudian dikelola untuk kesejahteraan rakyat.

Jadi, masih ada harapan, bahkan kewajiban umat Islam untuk memperjuangkan syariah Islam dan Khilafah. Inilah, solusi sekaligus masa depan yang terbaik bagi negeri ini, juga bagi dunia. [].. 

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Senin, 14 November 2022

Syariat Islam Bukan Nestapa, Generasi Jangan Buta!

Tinta Media - Secara fisik, dunia sedang damai bak air mengalir. Secara berita, bagai luka kena cuka, perih dan kecut dirasa. Bahkan tidak tanggung-tanggung ,seorang muslim lebih senang dipanggil cerdas dari sisi keilmuannya daripada keislamannya. Kaum muslimin lebih takut dipanggil agamis daripada modernis

Benarkah hal itu dipengaruhi oleh faktor kebiasaan? Ataukah karena generasi muslim saat ini sudah mulai buta pada agamanya? 

Keberagaman Stigma 

Tahun 2022 adalah tahun penuh dengan drama dan lika-liku permasalahan yang kadang membuat jenuh. Mulai dari isu lokal sampai nasional, tidak pernah sepi dengan kasus. Salah satu isu yang terus digoreng sampai saat ini adalah terorisme. Terorisme di dalam sejarahnya berawal dari meledaknya gedung WTC di Amerika sehingga membuat wajah mereka menjadi dua, yaitu bebas dan teror.

Berawal dari sana, teror mulai diidentikkan dengan Islam, padahal hakekatnya adalah kebencian Barat untuk membendung kebangkitan Islam. 

Ketika membahas tentang terorisme, di negeri dengan mayoritas muslim terbesar ini tidak pernah kering dan kurus dengan isu ini. Sebut saja di pulau yang banyak pondok pesantrennya, di Jawa timur, pada hari jum’at 28/10/22 tim densus 88 antiteror polri menangkap tiga terduga teroris di Kabupaten Sumenep. 

Anehnya, indikator yang berkaitan dengan teroris tidak pernah disebutkan kejelasannya dan membuat umat memiliki stigma buruk tentang Islam. 
Stigma negatif tentang ajaran Islam kaffah tidak semakin marak karena adanya provokasi. Ini sebagaimana dikutip dari pernyataan Ariel Cohen, P.hD dalam the heritage foundation pada 30 Mei 2003; 

“AS harus membantu media local untuk menayangkan contoh-contoh negatif dari penerapan hukum syari’ah, seperti potong tangan bagi pencuri yang tak seberapa atau hukuman bagi pemilik alkohol di Chechnya, Afganistan di bawah kekuasaan Taliban, Saudi dan ditempat-tempat lain.” 

Sekularisme Sumber Nestapa 

Sekularisme adalah asas dari ideologi kapitalis, yaitu sebuah asas yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya dijadikan sebagai pengatur ibadah manusia dengan Tuhannya. Ketika membahas hubungan seorang dengan dunianya (sosial, ekonomi dan sistem pemerintahan) agama harus ditinggalkan didalam sistem ini. 

Setiap negara yang menerapkan sistem sekularisme, sering gagal dalam melindungi kehormatan manusia, khususnya generasi. Siapa pun yang menginginkan kemuliaan, tidak mungkin bisa lepas dari fitrah untuk terikat pada agamanya. Sehingga, sistem yang memisahkan agama dari kehidupan sejatinya bisa mendatangkan banyak sekali kenestapaan dalam hidup. 

Islam Agama Politik dan Spiritual 

Seringkali kita sangat ngotot mengatakan bahwa Islam itu hanya nilai dan etika, seperti yang pernah dialami oleh penulis saat berdiskusi di sebuah forum. Ada sebagian orang mengatakan “ Islam itu hanyalah nilai dan etika”. 

Bahkan, kita sama sekali tidak menjelaskan Islam itu sebagai sebuah sistem. Dari sisi normatif, Islam memiliki dua elemen yang memperjelas bahwa ia sebagai sistem politik: 

Pertama, akidah Islam, yaitu keimanan kepada Allah Swt. dan rukun iman yang enam. 

Kedua, hukum syara’ yang berkaitan dengan seluruh masalah kehidupan manusia, yaitu hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan sesamanya. 

Sedangkan dari segi elemen, konsep untuk menerapkan Islam yaitu, metode menerapkan akidah dan hukum syara’melalui negara Khilafah Islam dan partai politik Islam. Metode untuk mempertahankan hukum syara’ adalah melalui pengadilan (al-qadla), penerapan sanksi hukum. Selanjutnya, Islam juga memiliki metode untuk mengemban akidah dan hukum syara’ yang dilakukan melalui dakwah dan diemban oleh individu, partai politik dan negara. 

Dari segi historis, kita bisa melihat di kitab-kitab sirah karangan para ulama, seperti Sirah Ibnu Hisyam, Tarikh al-Umam wa al-Mulk dan lainnya. Sejarah telah mencatat betapa Islam dulu pernah gemilang selama 1300 tahun lebih dan pernah diterapkan sebagai sebuah ideologi. 

Ketika kita melihat Islam secara empiris, ulama dan qadli terkemuka, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani telah membagi ke dalam dua aspek, yaitu:

Pertama, derterapkan melalui lembaga pengadilan, yang tugasnya menyelesaikan perselisihan di tengah masyarakat. 

Islam diterapakan melalui institusi pemerintahan (al-hakim) yang bertugas melaksanakan seluruh hukum Islam di tengah masyarakat. 

Begitulah sistem Islam yang wajib dijadikan sebagai ideologi, karena terdiri dari konsep dan metode yang sempurna dan bisa diterapkan di tengah-tengah umat. Sistem Islam tidak memandang muslim atau nonmuslim. Selama ia ingin tunduk pada Islam dan menjadi warga negara, ia tetap dilindungi dan diberikan haknya secara sempurna. 

Sistem Islam Memuliakan Generasi 

Kesempurnaan Islam memang sangat layak diterapkan oleh umat, khususnya generasi muda saat ini. Arus globalisasi memang sangat mudah menjadikan generasi terombang-ambing dengan dunianya. Oleh karena itu, generasi saat ini harus menyadari permasalahan vital umat saat ini, yaitu tidak terterapkan hukum Islam yang sempurna di tengah kaum muslimin. Dengan terterapkannya hukum Islam, maka setiap individu akan dijamin oleh negara, baik sandang, papan, dan pangan. 

Sudah seharusnya sistem Islam inilah yang dirindukan setiap umat. Umat harus menyadari bahwa sesama muslim itu bersaudara. Tidak mungkin umat Islam akan bersatu tanpa adanya satu kesatuan pemikiran, perasaan, dan peraturan yang sama. Kembalinya sistem Islam di tengah umat bagai darah dan air yang akan menghidupkan umat. Karena itu, generasi saat ini memang harus sadar dan tidak buta pada syariat Islam.

Oleh: HusnulKh, S.H 
Pegiat Dakwah dan Intelektual Muslimah

Selasa, 08 November 2022

Ustaz Ade Jelaskan Kategori Orang yang Terkena Taklif Syariat

Tinta Media - Ustaz Ade Sudiana, Lc. menjelaskan kategori orang yang terkena beban hukum syariat.

"Orang yang terkena taklif (beban) hukum syari’at (al mukallaf) adalah semua umat manusia yang sudah aqil balig," tuturnya dalam kajian Kitab Syaksiyah Islam jilid tiga karya Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani, Senin (31/10/2022) melalui kanal Youtube Khilafah Channel.

Ia mengatakan, hukum syariat telah menentukan dua syarat yang menjadi batasan taklif. "Yakni semua umat manusia yang aqil (berakal) dan balig (telah sampai pada kondisi, perempuan sudah haid dan laki-laki sudah mimpi basah atau usianya sudah mencapai 15 tahun),” jelasnya.

Menurutnya, definisi hukum syariat adalah khitob (seruan) Assyari (Allah SWT) sebagai pembuat hukum yang dituangkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw yang berkaitan dengan seluruh perbuatan hamba. "Yang dimaksud hamba dalam hal ini bersifat umum bagi semua manusia,” tegasnya.

"Walaupun khitob (seruan) hukum syariat untuk semua umat manusia, namun pada pelaksanaannya dibagi lagi menjadi beberapa bagian, dimana al mukalaf terikat hukum syariat, “tambahnya.

Ustaz Ade menjabarkan rincian penerapan hukum syariat. “Pelaksanaan hukum syariat yang dilaksanakan oleh negara dari aspek khitob (seruan) yang mencakup semua manusia (muslim dan non muslim), seperti dalam bidang politik, peradilan, ekonomi, bermuamalah dengan aqad islami dan menjauhi riba, hudud atau sanksi sesuai hukum syariat. Hal tersebut berlaku sama bagi semua warga negara Islam,” bebernya.

Pelaksanaan hukum syariat yang dilaksanakan oleh tiap individu, lanjutnya, dibagi menjadi dua, yakni yang mempersyaratkan keislaman (syahadat) dan yang tidak mempersyaratkannya.

“Jika khitobnya mensyaratkan keimanan, maka muslim saja yang wajib melakukannya, sedangkan non muslim tidak dipaksa melakukannya seperti sholat, zakat, menjadi pemimpin atau hakim,” tuturnya.

“Dibiarkan oleh syariat bagi non muslim untuk perkara-perkara yang dilarang bagi muslim karena keharamannya, tetapi non muslim boleh melakukannya, adanya pengecualian (toleransi) bagi kalangan non muslim saja, dengan ketentuan-ketentuan tertentu, dilakukan secara terbatas dan tidak memperjualbelikannya di pasar kaum muslim seperti minum khamar, makan babi, dan sebagainya,” pungkasnya. [] Evi

Dr. Faqih: Umat Rasulullah Harus Bangga dan Cinta Syariat

Tinta Media - Coach Dr. N. Faqih Syarif H, M.Si.mengatakan, umat Rasulullah SAW harus bangga dan cinta syariat.

“Sudah seharusnyalah kita sebagai umatnya tidak hanya bangga, tetapi kita harus mencintai Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dan cinta terhadap syariatnya,” tuturnya di Inspirasi Pagi: Inspirasi Leadership Rasulullah Sabtu (5/11/2022) melalui kanal Youtube Kaffah Channel.

Hal itu, jelas Faqih, lantaran seluruh teori leadership dan manajemen yang dikemukakan oleh para pakar leadership manajemen dunia hari ini, ternyata semuanya itu ada pada diri Baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Sebagai contoh, Ia menyampaikan pendapat salah satu tokoh sastrawan dunia Leo Tolstoy. “Cukuplah menjadi kebanggaan bagi Muhammad ketika dia berhasil menyelamatkan umatnya yang hina dari cengkraman adat yang tercela. Lalu dia bukakan di hadapan mereka jalan kemajuan.  Dan syariat Muhammad akan memimpin dunia karena selaras dengan akal dan kebijaksanaan,” tuturnya menirukan ucapan Leo. [] Irianti Aminatun
 

Jumat, 04 November 2022

Rayakan Halloween yang Tak Dicontohkan Nabi, Gus Uwik: Saudi Labrak Syariat dan Istinbat Hukum yang Diyakini

Tinta Media - Perayaan Halloween yang dirayakan di Saudi dinilai Peneliti Pusat Kajian Peradaban Islam Gus Uwik telah melabrak syariat dan Istinbat hukum yang diyakini.

"Jelas Hallowen itu tidak ada dicontohkan oleh Nabi. Apalagi jelas itu budaya asing. Harusnya haram murokkab. Lha, kenapa ini malah dilaksanakan bahkan didukung oleh negara? Aneh. Melabrak syariat dan istinbat hukum yang diyakini," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (2/11/2022).

Pemahaman Saudi yang ketat, katanya, jangankan melakukan hal yang tasyabuh, hal yang tidak ada tuntunannya dalam syariah (tidak dicontohkan nabi) saja diharamkan. "Dianggap bid'ah. Dan semua yang bid'ah adalah sesat dan masuk neraka," ungkapnya. 

Gus Uwik, sapaan akrabnya merasa terkejut dengan informasi tersebut. "Saya pribadi sangat kaget. Kok bisa terlaksana? Bukankah itu budaya asing? Dan sudah mafhum bahwa tasyabuh ke budaya asing adalah sebuah keharaman yang tidak boleh dilakukan," ujarnya.

Menurutnya, fenomena Halloween di Saudi terjadi karena tidak lepas dari penguasanya yang berpikiran liberal.

"Kalau saya melihat, ini semua karena mindset penguasa Saudi yang liberal. Tidak totalitas dalam menjalankan syariat. Islam ditempatkan pada ranah ibadah saja. Sedangkan ranah umum dibuat bebas bahkan cenderung membebek barat," tegasnya.

Selanjutnya ia juga memberikan contoh fakta terkait sikap-sikap liberal di Saudi Arab, yang dianggap gerakan keterbukaan.

"Misal, sekarang dibolehkan konser musik, wanita boleh pakai pakaian di luar hijab ketika di ruang publik, dan lain-lain. Ini menunjukkan pergeseran ke arah liberalisasi. Walau diklaim, itu semua untuk gerakan keterbukaan. Apanya yang terbuka? Terbuka dalam melanggar syariat Islam," cecarnya.

Saudi jelas menunjukkan sikap semakin liberal, imbuhnya, Walau ada perbedaan pendapat terkait perayaan Maulid, namun perayaan Maulid itu adalah masuk dalam wilayah pendapat Islami. Karena di dukung oleh dalil-dalil nash Al-Qur'an maupun Hadist.

Sebagai peneliti, ia juga mengatakan jika Saudi konsisten dengan segala sesuatu yang tidak dicontohkan oleh Nabi seharusnya menolak Halloween. "Jika Saudi konsisten, tatkala melarang Maulid maka seharusnya lebih keras melarang perayaan Hallowen. Ini kan kebalik. Maulid dilarang, yang jelas-jelas ada dalilnya. Hallowen yang jelas-jelas tidak ada dalilnya dan jelas-jelas dari budaya barat malah diterima dan dirayakan. Jelas liberalnya," terangnya.

Terakhir, ia menegaskan bahwa Halloween adalah budaya Barat yang harus ditolak dan dilarang.

"Hallowen jelas budaya barat. Harus ditolak dan dilarang. Hal tersebut juga menjadi sikap negara. Negara yang seharusnya melarang keras. Sebab, sesuatu yang dilarang oleh Allah, pasti mengandung kerusakan dan tanpa faedah. Jadi jelas, harus ditolak dan dilarang," pungkasnya. [] Nur Salamah

Sabtu, 22 Oktober 2022

Ustaz Adi: Pilihlah Pemimpin yang Bertakwa dan Menerapkan Syariat Islam!

Tinta Media - Guru dan Motivator Ustaz Adi S. Soeswadi mengajak umat agar memilih pemimpin yang bertakwa dan mau menerapkan syariat Islam.

“Memilih pemimpin itu tidak hanya yang bertakwa dalam arti hanya urusan ibadahnya sendiri tapi harus mau menerapkan syariat Islam,” tuturnya dalam Kajian Spesial Maulid: Siapa Pemimpin Seperti Rasulullah SAW? Kamis (13/10/2022), di kanal YouTube At Tafkir Channel. 

Menurutnya, seseorang dapat dipilih menjadi pemimpin ketika memenuhi dua hal, yakni:
Pertama, pemimpin yang kita pilih itu, dia memang benar-benar harus laki-laki yang bertakwa dan seorang muslim. 
“Bertakwa artinya dia menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan dari Allah,” ujarnya. 

Kedua, seorang pemimpin dalam Islam harus melaksanakan syariat Islam. 
“Tidak hanya bertakwa untuk urusan pribadi tetapi ketika dia menjadi pemimpin masyarakat banyak harus dengan Islam. Itu syaratnya,” ucapnya. 

Karena penerapan syariat Islam merupakan jaminan akan adanya keadilan, kesejahteraan hidup, keberkahan hidup, dan kebahagiaan. 
“Itu jaminan sebab aturan yang ditetapkan oleh Islam itu adalah aturan dari Allah yang menciptakan manusia, “ bebernya. 

Islam itu diturunkan Allah dengan sempurna untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah dan mengatur hubungan antara manusia satu dengan yang lain.

“Tidak hanya mengatur bagaimana kita salat, puasa, dan seterusnya atau mengatur hanya untuk diri sendiri (makan, minum, pakaian, mana yang halal, mana yang haram). Tapi bagaimana hubungan manusia satu dengan lain, dalam dimensi pendidikan, hukum, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya,”  urainya. 

Ia mengungkapkan bahwa Islam itu mengatur sedemikian rupa dalam mengatur semua kebutuhan negara. Dengan tujuan agar manusia bisa hidup lebih baik, sejahtera, bahagia, dan adil karena aturannya dari Allah yang menciptakan manusia. 

“Karena semua aturan yang meliputi hubungan manusia satu dengan lain itu akan bisa diimplementasikan dalam kebutuhan negara,” ungkapnya. 

Hal ini seperti Rasulullah Saw. ketika memimpin di Madinah dengan menerapkan Islam sebagai aturan yang mengatur kehidupan masyarakat. 
“Ketika itu Islam menjadi aturan yang mengatur seluruh kehidupan yang ada di Madinah, kita bisa lihat bagaimana hukum-hukum yang terkait dengan muamalah, hukum potong tangan. Lalu Rasulullah melakukan hubungan diplomatik ke luar daerah,” jelasnya. 

Ia menegaskan pentingnya ketika memilih pemimpin tidak Asal kelihatan orangnya bagus saja, namun dilihat dulu apa yang mau diterapkan. 

“Pemimpin itu dilihat bagaimana ketika dia memimpin masyarakat. Apakah dengan Islam, itu yang harus diperhatikan. Kalau dia tetap memimpin pakai UU yang dibuat manusia, bisa dipastikan nanti ada kezaliman, ada ketidakadilan,” tegasnya. 

Maka jangan heran sekarang ini terjadi seperti itu (ada kezaliman dan ketidakadilan). “Karena pemimpinnya belum mau menerapkan syariat Islam. Nah itulah yang harus kita perjuangkan, “ pungkasnya. [] Ageng Kartika

Rabu, 06 Juli 2022

SPIRIT 1 JUNI PEMAKSAAN, 18 AGUSTUS PENGKHIANATAN, KESEPAKATAN UMAT ISLAM ADALAH SYARIAT ISLAM DALAM PIAGAM JAKARTA 22 JUNI 1945



Tinta Media - "Agar penjabaran terhadap seluruh falsafah dalam perikehidupan berbangsa dan bernegara itu kita tidak dikooptasi oleh kepentingan kepentingan politik tertentu maka mau tak mau kita kita mempelajari spirit kelahiran Pancasila 1 Juni,"
[Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, 4/7]

Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengingatkan bahwa masyarakat harus mempelajari spirit kelahiran Pancasila berdasarkan pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 agar tak salah tafsir. 

Dalam Seminar Nasional bertema "Meneguhkan Pancasila sebagai Falsafah Bangsa dan Dasar NKRI" yang digelar Majelis Kridatama Pancasila di Yogyakarta, Senin lalu (4/7), Hasto yang juga Pembina Majelis Kridatama Pancasila menjadi pembicara kunci bersama Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi. Ketua Umum Majelis Kridatama Hanief S. Ghafur dan Wakil Kepala BPIP Dr. Karjono pun ikut menjadi pembicara.

Hasto menyoroti bagaimana sekarang sesama anak bangsa mudah saling berantem dan mencela. Menurutnya, kemunduran dari spirit kebangsaan karena dulu Indonesia telah outward looking, melihat keluar dan tidak hanya jago kandang, begitu katanya.

Hasto tak perlu bicara tentang spirit 1 Juni, karena hal itu merupakan pemaksaan tafsir dasar bernegara, yang bisa diperas menjadi Trisila hingga Ekasila, sebagaimana tertuang dalam visi misi PDIP. 

Spirit 1 Juni adalah pemaksaan tafsir sepihak yang menegasikan kesepakatan atas penerapan syariat Islam yang disepakati dalam Piagam Jakarta, 22 Juni 1945.

Hasto juga tak perlu mengajak kembali ke tanggal 18 Agustus, karena 18 Agustus adalah tafsir sepihak yang merupakan pengkhianatan terhadap kesepakatan atas penerapan syariat Islam yang disepakati dalam Piagam Jakarta, 22 Juni 1945.

Hasto tak perlu mengajari bagaimana menjaga persatuan dan spirit membangun bangsa, apalagi bicara dengan kaca mata global untuk melihat dunia secara utuh. Kami umat Islam telah memiliki pengalaman 13 Abad mengatur dunia dengan syariat Islam dan memimpin peradaban manusia.

Pembelahan, saling tikai dan mencela itu akibat adanya kezaliman dan pengkhianatan. Hasto harusnya bicara, agar tak ada lagi kezaliman di negeri ini. Atau memohon dengan berderai air mata, agar Harun Masiku segera menyerahkan diri ke KPK.

Hasto juga bisa mengingatkan kadernya Joko Widodo, yang membuat malu bangsa Indonesia dalam kancah pergaulan dunia, karena kebohongannya soal pesan Ukraina terhadap Rusia. Tak perlu berlindung dibalik tafsir Pancasila yang tak jelas rujukannya, kemudian memaksa segenap elemen umat Islam mengikuti tafsir 1 Juni dan meninggalkan syariat Islam.

Kami telah komitmen, untuk mengikuti jejak perjuangan kakek buyut kami yang berjuang memerdekakan bangsa ini dengan spirit Jihad dan visi menegakkan syariat Islam. Kami teguh mengikuti kesepakatan kakek buyut kami, yang menandatangani kesepakatan penerapan syariat Islam pada 22 Juni 1945. Kami juga tak terikat, dengan pengkhianatan syariat Islam 18 Agustus 1945.

Sudahlah, ambil jalan masing-masing. Kami Umat Islam memiliki landasan perjuangan sendiri, yakni syariat Islam. Karena itu, Hasto tak perlu bersilat lidah untuk menutupi berbagai masalah yang mendera bangsa Indonesia dengan dalih rujukan tafsir sepihak dan memaksa pada fatwa 1 Juni 1945.[]
.
Follow Us Ahmad Khozinudin Channel
https://heylink.me/AK_Channel/

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab