Tinta Media: Surga
Tampilkan postingan dengan label Surga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Surga. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Februari 2024

Lelah Menulis Dapat Surga?



Tinta Media - Lelah adalah aktivitas dunia yang pasti akan dialami manusia saat ini. Apa pun aktivitas manusia pasti akan lelah, kerja lelah, pengangguran lelah, tidak menulis lelah, menulis lelah, tidur lelah, duduk  lelah, bahkan tidak melakukan apa pun lelah. Karena karakter dunia adalah berisi tentang kelelahan tiada henti sampai nanti masuk ke Alam keabadian. Berbeda dengan surga yang semuanya serba mudah tanpa merasa lelah bisa mendapatkan sesuatu tanpa susah payah. 

Menulis adalah aktivitas melelahkan yang mencurahkan segala problematika pemikiran yang kelak akan menjadi tonggak peradaban baru, yang kelak akan menjadi tunas bagi institusi sebuah ideologi, dan yang akan menjadi mercusuar lintas peradaban. Maka pemikiran yang benar hanya akan menjudi ilusi pepesan kosong ketika tidak disampaikan dan ditulis. Maka aktivitas menulis menjadi kewajiban bagi yang ingin mendobrak peradaban kufur dan menyesatkan, karena seorang pengemban pemikiran itu pasti akan mati, sementara tulisan itu abadi sampai hari kiamat nanti jika Allah Swt menghendaki. 

Maka pemikiran memiliki dampak yang signifikan bagi perubahan besar yang terjadi didunia ini. Mengembangkan pemikiran adalah bagian dari pengembangkan diri (self development) yang menjadi turunan (terintergral). Maka harapannya pengembangkan diri (Self development) yang akan menjadi fokus menulis. Pengembangan diri  (self development) diri seseorang akan mengubah pola pikir dan pola sikap terhadap sesuatu. Apabila pola pikir itu diarahkan dengan benar,  dipastikan akan mampu merobohkan benteng kokoh  kesesatan (kekufuran) sistem,  yang insya Allah akan hancur sampai ke akar-akarnya. Maka pengembangan diri (self devolopment) yang dimaksud adalah akidah Islam yang akan ditanamkan secara permanen dalam otak manusia sebagai proccesor otak manusia, yang kedepannya agar terinstal secara utuh dan kuat. Sehingga seorang manusia memiliki sikap yang islami dalam level kehidupan sebagai pribadi, masyarakat maupun negara. 

Maka menulis yang benar, pasti merepotkan, melelahkan, tapi lelah yang didapat akan mengantarkan ke tempat yang jauh melebihi langit angkasa. Karena lelah menulis pemikiran yang benar akan mengantarkan ke tempat keabadian yang tidak mampu dibayangkan oleh pemikiran manusia itu sendiri. Karena surga adalah tempat di mana lelah sudah hilang. Sebuah kenikmatan yang tidak akan sanggup digambarkan oleh kejeniusan pemikiran itu sendiri. Sebuah kenikmatan abadi yang dijanjikan oleh penguasa langit dan bumi Ilahi Robbi. Maka, menulislah jika merasa amalmu saat ini tidak cukup untuk mendapatkan surga yang abadi. 

Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu KELELAHAN, atau penyakit, atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573) 

Oleh : Aris Mayhendra
Sahabat Tinta Media

Selasa, 05 Desember 2023

Booking Kamar di Surga



Tinta Media - Tirai yang ku tunggu
Ujung yang berkilau emas berpadu
Semilir angin yang menerka wajahku
Arahnya dari permadani hijau, berbunyi
Setiap ruang disinggahi penghuni 

Aku mencoba mencari
Dimana tempat akan aku singgahi
Hanya engkau Sang pemilik hidup ini
Yang mengerti tempat terbaik
Ku kira, bisa ku buka lewat hartaku
Ternyata kuncinya bukan itu... 
Sebuah pengorbanan dan kesetiaan
Yang bisa membuka pintu itu

Sulit diterka akankah aku bisa masuk
Jika janji-Nya itu adalah benar
Sudahkah samina wa athona, ada padaku

Karya : Warjianah

Kamis, 05 Oktober 2023

Surga, Kenikmatan yang Sempurna



Tinta Media - Setiap kita pasti mendamba surga. Karena surga merupakan tempat yang Allah siapkan untuk hamba hamba yang terpilih. Hamba yang dirihoi Allah. 

Kehidupan surga begitu sempurna. Muda terus tak pernah tua. Sehat terus tak pernah sakit. Seneng terus tak pernah susah. Benar-benar sempurna bukan?

Di antara kenikmatan di surga yang Alloh dan Rosul-Nya telah perkenalkan pada kita adalah :

[1]. Merasakan nikmatnya sungai susu, arak, dan madu, sebagaimana Alloh Taala berfirman yang artinya, (Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamer (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring. (Muhammad : 15).

[2]. Mendapatkan istri yang masih belia dan berumur sebaya, sebagaimana firman Alloh yang artinya, ”Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya. (An Naba : 31-33).

[3]. Hidup kekal dengan nikmat lahir dan batin, sebagaimana Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Siapa yang masuk surga selalu merasa nikmat, tidak pernah susah, pakaiannya tidak pernah cacat, dan kepemudaannya tidak pernah sirna. (HR. Muslim).

[4]. Diberi umur muda, sebagaimana Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Ahli surga, berbadan indah tanpa bulu, matanya indah bercelak, umurnya 30 atau 33 tahun. (Shohihul Jaami).

[5]. Memandang wajah Alloh yang mulia, sebagaimana diriwayatkan dari Shuhaib, bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda, Jika surga telah dimasuki oleh para penghuninya, ada yang menyeru : Wahai penduduk surga, sesungguhnya Alloh mempunyai suatu janji untuk kalian yang janji tersebut berada di sisi Alloh, di mana Dia ingin menunaikannya. 

Mereka berkata : Apakah itu? Bukankah Dia telah memberatkan timbangan-timbangan kami, memasukkan kami ke surga, dan menyelamatkan kami dari neraka? Beliau melanjutkan : Maka Alloh menyingkapkan hijabnya (tabirnya), sehingga mereka melihat-Nya (wajah Alloh). Demi Alloh, Alloh belum pernah memberikan sesuatu pun yang lebih mereka cintai dan menyejukkan pandangan mereka daripada melihat-Nya. (HR. Muslim).

Demikianlah sebagian apa yang Allah janjikan berupa kenikmatan surga. Satu saja nikmat itu sudah jauh lebih berharga daripada dunia seisinya. Maka sangat sangat dan sangat layak jika kita mengorbankan dunia untuk surga.

Masih banyak aneka macam nikmat surga yang Allah jelaskan dalam Al Quran dan as Sunnah. Bisa kita pelajari lebih lanjut dalam berbagai kitab yang sudah disiapkan oleh para ulama.

Selamat berjuang Sobat. Semoga jannatul firdaus untukmu.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Minggu, 24 September 2023

Lelah Ahli Surga dalam Menggapai Surga

Tinta Media - Tak ada cita-cita tanpa berkorban. Tak mungkin lulus sekolah apalagi kuliah tanpa berjuang. Dan berjuang pastinya berkorban. Takkan diraih gaji tanpa bekerja. Bahkan pencuri pun berjuang untuk meraih barang curian. Apalagi cita-cita meraih surga, pastinya harus berjuang dan berkorban sehingga muncul lelah yang tak pernah cukup hingga husnul khatimah.

Meraih surga, bukan hal mudah, yang cukup diraih dengan angan-angan dan malas-malasan. Penduduk surga adalah orang-orang yang diuji dengan berbagai perjuangan dan pengorbanan, yang mencapekkan jiwa, raga dan pikiran, lalu mereka lulus ujian. Penduduk surga adalah, pejuang tangguh, orang-orang rela berkorban tanpa pamrih kecuali cinta Robb mereka.

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?
Sungguh! Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut, 2-3)"

Oleh karena itu, dalam banyak ayat, Allah menceritakan apa sebabnya mereka bisa masuk surga. Yaitu karena kesabaran mereka menahan lelah demi memperjuangkan surga.

أُوْلَٰٓئِكَ يُجۡزَوۡنَ ٱلۡغُرۡفَةَ بِمَا صَبَرُواْ وَيُلَقَّوۡنَ فِيهَا تَحِيَّةٗ وَسَلَٰمًا

"Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka, dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam." (QS. Al-Furqan : 75)

وَجَزَىٰهُم بِمَا صَبَرُواْ جَنَّةٗ وَحَرِيرٗا * مُّتَّكِـِٔينَ فِيهَا عَلَى ٱلۡأَرَآئِكِۖ لَا يَرَوۡنَ فِيهَا شَمۡسٗا وَلَا زَمۡهَرِيرٗا

"Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabarannya (berupa) surga dan (pakaian) sutera. Di sana mereka duduk bersandar di atas dipan, di sana mereka tidak melihat (merasakan teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang berlebihan." (QS. Al-Insan : 12 – 13)

Berjuang untuk surga dengan lelah dalam konsistensi diatas aqidah dan mengamalkan syariah. Hanya dengan beriman dan beramal Sholih maka kita berpeluang masuk surga.

Salah satu amal Sholih yang sangat besar keutamaan nya adalah dakwah. Dakwah bukan sembarang dakwah tapi dakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan terlaksananya syariat Islam secara kaffah. 

Moga kita Istiqomah ya Sobat! []

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center 

Kamis, 22 Desember 2022

Ustadzah Dra. Adro Irma Jelaskan Makna Wanita Berkarir Surga

Tinta Media - Praktisi pendidikan sekaligus pemateri pada kajian bulanan Majelis Mutiara Umat Ustadzah Dra. Adro Irma memberikan penjelasan mengenai wanita berkarir surga.

"Wanita Berkarir Surga adalah wanita yang memiliki kepribadian atau sakhsiyah Islamiyah sebagaimana Ummul Mukminin Siti Khodijah ra., Siti Aisyah ra., Siti Fatimah ra., Maryam binti Imran ra. dan Siti Asyiah ra.," terangnya pada kajian bulanan di Masjid Jabal Arofah, Nagoya Batam, Ahad (18/12/2022).

Wanita yang berkarir dan berharap masuk surga, lanjutnya, tentu harus sami'na wa 'ato'na terhadap apa-apa yang diperintahkan oleh Allah Swt, dan menjadikan Rasulullah Saw sebagai suri teladan dalam segala aspek kehidupan. "Tidak hanya mengambil mana aturan yang disukai saja, yang tidak disukai ditinggalkan," tegasnya. 

Buk Adro, sapaan akrabnya juga menjelaskan perbedaan wanita karir dalam Islam dan versi kapitalisme.

"Tidak hanya itu, wanita karir tidaklah seperti yang terlihat saat ini. Sibuk bekerja di luar dan mengabaikan kewajiban utama sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Hal ini terjadi disebabkan ideologi kapitalis sekuler yang menyerang kaum hawa mengusung gaya feminisme, dan ingin menyaingi kaum pria", bebernya.

Terakhir, ia menegaskan bahwa ilmu adalah wasilah yang mengantarkan manusia bisa dikategorikan berkarir surga.

"Bagaimana mungkin seorang wanita yang bekerja sibuk dari pagi hingga petang bahkan sampai malam mencari cuan, hingga tidak ada waktu untuk menuntut ilmu bisa dikatakan wanita berkarir surga? Hal tersebut adalah mustahil. Ilmu adalah jalan untuk memilih karir yang menjanjikan surga," pungkasnya.[] Sunaini

Kamis, 08 Desember 2022

Sobat Lelah? Pasti Hilang Selamanya Saat Menginjak Surga

Tinta Media - Lelah merupakan sifat Fitri manusia. Lelah fisik maupun psikis. Tahukan Sobat, bahwa lelah itu hanyalah dialami manusia di dunia saja? Betul sekali. Bagi hamba Allah yang dirahmatiNya (semoga saya dan sobat semua termasuk di dalamnya), maka saat menginjak surga tidak akan lagi pernah merasa lelah.

Karena itu, selama kita masih hidup di dunia ini lelah itu biasa. Sehingga mesti kita nikmati saja. Kalo lelah ya istirahat. Kalo dah seger ya lanjut lagi. Bahkan sering lelah itu harus kita abaikan karena kewajiban masih menuntut kita jalan. Kalo masih kuat ya harus jalan terus sampai waktunya bisa rehat bentar.

Allah Ta’ala berfirman,

لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ

“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.” (QS. Al-Hijr: 48). Ibnu Katsir rahimahullah ketika menerangkan ayat ini mengatakan, “Mereka tidak ada kesulitan dan gangguan.”

Dijelaskqn pula dalam hadits yang membicarakan tentang keutamaan Ummul Mukminin Khadijah radhiyallahu ‘anha dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَتَى جِبْرِيلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْكَ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا عَزَّ وَجَلَّ وَمِنِّي وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لَا صَخَبَ فِيهِ وَلَا نَصَبَ

“Pada suatu ketika Jibril pernah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata, ‘Wahai Rasulullah, ini dia Khadijah. Ia datang kepada engkau dengan membawa wadah berisi lauk pauk, atau makanan atau minuman.’ ‘Apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam dari Allah dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya.’” (HR. Bukhari, no. 3820 dan Muslim, no. 2432)

Sobat, di surga lah kita benar benar bisa hidup nyaman. Nyaman karena aman dari segala hal yang bisa mengancam. Kita kan diberi Allah kondisi sempurna untuk menikmati segala fasilitas surga semaksimal mungkin. Karena kita sehat ga pernah sakit, muda tak pernah tua, seneng tak pernah susah selama lamanya. Tak pernah berubah dan tak pernah keluar dari surga selama lamanya. 

Maka segala susah payah dunia ini tak ada artinya sama sekali. Moga Allah jadikan kita ahli surga. Allaahu Akbar![]

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Rabu, 10 Agustus 2022

Inilah Upaya untuk Melahirkan Ahlu Jannah

Tinta Media - Ustazah Dedeh Wahidah mengungkapkan beberapa upaya yang bisa dilakukan keluarga Muslim agar menjadi ahlul jannah.

“Bagaimana upaya yang harus kita lakukan untuk melahirkan ahlul Jannah? Keluarga kita menjadi penduduk surga, apa yang harus kita lakukan?” tuturnya pada rubrik Fiqih Rumah Tangga: Melahirkan Karakter Ahli Surga dalam Keluarga, Sabtu (6/8/2022) di kanal YouTube MMC.

Pertama, harus meyakini bahwa surga itu sesuatu yang pasti ada. “Bahkan kalau di dalam keyakinan kita, umat Islam itu termasuk rukun iman. Bahwa kita mengimani hal-hal yang gaib mengimani apa yang ada di dalam kitab Allah, di dalam Al-Qur’an,” jelasnya. 

Ustazah Dedeh mengungkapkan bahwa nanti ketika manusia sudah dimatikan semuanya, maka nanti akan dibangkitkan, kemudian manusia dikumpulkan, kemudian nanti akan dibalas. “Apakah dia banyak melakukan kemaksiatan atau melakukan ketaatan. Bagi yang taat maka balasannya surga, bagi yang maksiat balasannya adalah neraka,” ungkapnya.

Menurutnya, ini adalah poin penting bagi manusia yang mengimani bahwa surga itu ada. “Bahwa surga itu memang hakiki, bukan khayalan, bukan juga rekaan. Nah, tentu saja ini juga harus kita tularkan, harus kita transfer, keyakinan ini kepada anak-anak kita, kepada keluarga kita, bahwa surga itu sesuatu yang pasti,” paparnya. 

Kedua, Allah memberitahu bagaimana karakter atau sifat-sifat penduduk surga. “Apakah cukup hanya dengan mengimani atau ada sifat yang lain? Ini tentu saja ketika kita sudah mengetahui sifat-sifat ini, maka kita akan memiliki dorongan untuk mewujudkan sifat itu pada kita juga pada anak-anak kita, pada keluarga,” tegasnya.

Ia menyampaikan adanya banyak nash, baik di dalam Al-Qur’an, maupun hadis Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang karakter ahlul Jannah (karakter penduduk surga). 
“Diantaranya yang akan kita kupas adalah Al-Qur'an surat Al-Insan (surat 76, ayat 6 sampai ayat 12),” ucapnya.
 
“Di situ Allah menyebutkan mereka itu penduduk surga, memenuhi, melaksanakan nazar,” lanjutnya.

Ia menjelaskan, nazar menurut banyak ulama yang diantaranya Imam Syaukani. “Bahwa nazar adalah melaksanakan apa-apa yang menjadi taklif, apa-apa yang menjadi kewajiban dari Allah. Sholat, shaum, zakat juga perintah-perintah Allah yang lainnya, menutup aurat, tidak berkholwat dan lain sebagainya,” jelasnya.

“Tentu saja tercakup di dalam aturan syariat Islam yang kaffah tentunya,” tambahnya.

Ketiga adalah menumbuhkan rasa takut. “Yaitu takut kepada hari dimana pada saat itu keburukannya, azabnya itu merata di mana-mana. Hari apakah itu?” tanyanya.

“Hari dimana pada saat itu tidak ada orang yang bisa lari dari azabnya, tidak ada orang, tidak ada makhluk Allah yang bisa Selamat dari keburukannya. karena keburukannya itu merata di mana-mana (di barat, di timur, di selatan, di utara, di atas, di bawah), yaumul kiyamah (pada hari kiamat),” bebernya. 

Ustazah Dedeh menilai karakter pertama itu menjadi pondasi. “Yaitu keimanan tadi,” tegasnya.

Keempat, memberikan makanan, atau menginfakkan sesuatu. “Memberikan makanan. Makanan itu yang mereka sukai, yang mereka cintai, sabar memberikan sesuatu, menghadiahkan sesuatu, bukan hal yang sulit,” jelasnya.

Ia melihat sekarang banyak terjadi, bukan hanya orang muslim yang saling memberi hadiah bahkan mungkin dari rakyat kepada pejabat. “Ketika pejabat datang ke lapangan, turun ke daerah, biasanya pulangnya dengan membawa berbagai hadiah,” ungkapnya.

Tetapi ia menilai bahwa pemberian pejabat, rakyat atau bawahan itu ternyata bukan karena kecintaan, bukan karena berharap kepada pahala dari Allah. “Tapi karena apa ada udang di balik batu. Lagi-lagi karena dipengaruhi kapitalisme,” tuturnya.

“Bagi kapitalisme, tidak ada makan siang yang gratis. Mereka memberi karena mereka berharap kalau dekat dengan pejabat, kalau menghadiahi pejabat, nanti pejabat akan memberikan kemudahan-kemudahan,” jelasnya lebih lanjut.
 
Ia menyontohkan mungkin dengan dimuluskan tendernya, atau mungkin ketika berkasus, harusnya dipidanakan, karena dekat dengan pejabat maka menjadi bebas. “Nah bagi orang atau penduduk surga ternyata memberi hadiahnya itu bukan karena apa pertimbangan dunia, tetapi semata-mata karena berharap kerindhoan dari Allah,” bebernya.

"Mereka itu terdorong untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dari Allah," imbuhnya. 

Tentu saja tidak cukup keimanan, kata Ustazah Dedeh, harus dipadukan dengan apa saja kewajiban dari Allah. "Kesimpulannya, harus terikat dengan hukum syara secara kaffah,” pungkasnya.[] Raras

Mayoritas Bangsa Indonesia Masuk Surga?

Tinta Media - Lucu dan terkesan asal bunyi. Beberapa waktu yang lalu, Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan bahwa kebanyakan bangsa Indonesia nantinya akan menjadi penghuni surga, karena merupakan pemeluk Islam terbanyak di dunia.

Hal itu didasarkan pada hadis Nabi yang berbunyi Man qala la illaha illallah dakhala jannah yang artinya,"Barang siapa mengucapkan la illaha illallah maka dia pasti masuk surga".

Tidak salah mengenai hadis yang disampaikan. Namun, ada hal yang sepertinya perlu untuk ditanggapi. 

Pertama, sebagai hamba yang lemah dan terbatas, sudah seharusnya kita memiliki sikap Ar-Roja yakni berbaik sangka kepada Allah Swt. Di antara tanda sikap berbaik sangka kepada Allah adalah dengan mengharapkan rahmat, jalan keluar, ampunan, dan pertolongan dari-Nya, termasuk mendambakan surga Allah yang seluas langit dan bumi. 

Kedua, di samping Ar-Roja, kita juga harus memiliki sikap Al-Khauf, yakni rasa takut kepada Allah Swt. Al-Khauf atau rasa takut ini ada yang mengatakan bagian dari cambuk Allah untuk menggiring hamba-Nya menuju pengetahuan dan amal. 

Rasa takut yang dimiliki manusia ini berfungsi sebagai rem atau pengendali manusia dalam bersikap dan bertingkah laku. Jika rasa takut ini tidak hadir dalam diri manusia, maka akan cenderung sembrono, tidak menggunakan akal sehatnya. Dalam situasi dan kondisi apa pun, ia akan terlena, tidak pernah peduli dengan amalannya. 

Ketiga, antara Ar-Roja dan Al-Khauf ini harus ada dalam diri manusia secara seimbang, jangan berat sebelah. Mengapa? Karena jika Ar-Roja nya terlalu dominan, maka akan menjadi manusia yang terlalu percaya diri, sudah merasa cukup dengan amalan yang dimiliki, dan merasa sudah layak masuk surga. 

Orang yang seperti ini akan dengan mudah melakukan berbagai kemaksiatan. Banyak syariat yang diabaikan karena terlalu yakin bahwa Allah Maha Pengampun dan dosanya pasti diampuni. Apakah semudah itu? Astaghfirullahalazim.

Selanjutnya, jika rasa takut itu lebih dominan, maka kita akan menjadi manusia yang putus asa. Mengapa? Karena merasa sudah banyak berbuat dosa dan maksiat, merasa dirinya tak lagi berarti, merasa tidak layak mendapatkan ampunan, akhirnya terperosok ke dalam lubang yang lebih dalam lagi. Nah ini akan sangat berbahaya. Padahal, rahmat dan ampunan Allah itu sangat luas dan kita tidak boleh berputus asa dari rahmat-Nya.

Kembali kepada pernyataan Wapres di atas. Benarkah kita akan masuk surga hanya dengan menyandang status muslim terbesar di dunia? Tidakkah kita melihat bagaimana situasi dan kondisi umat saat ini? 

Kondisi umat tidak sedang baik-baik saja. Baru saja kita mendengarkan berita tentang bocah SMP yang tega menghilangkan nyawa rekan sekelasnya hanya karena sakit hati. Beberapa waktu lalu, kita juga dikejutkan dengan berita wanita yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri karena tidak tahan dengan penyakit yang dideritanya. Di satu sisi, keluarganya tidak mampu untuk membawa berobat. 

Kemudian fenomena SCBD atau CFW beberapa waktu lalu sempat viral. Di sana, anak-anak remaja atau generasi muda kehilangan rasa malu, harga diri tidak lagi berarti demi mengejar eksistensi dan materi. Belum lagi pergaulan dan sex bebas merajalela. 

Meskipun dinyatakan sebagai umat Islam terbesar di dunia, tetapi pada kenyataannya, dalam menjalani kehidupan sangat jauh dari nilai-nilai Islam, sebagaimana yang disebutkan di atas. Islam hanya sebagai ibadah ritual semata. Cara pandang dan sikapnya justru sangat sekuler. Islamofobia tumbuh subur di negeri ini, LGeBT dan pergaulan bebas seakan dipelihara. Di lain sisi, para ulama dan pengemban dakwah dikriminalisasi dan diperskusi. Penghinaan dan penistaan terhadap Islam juga terus terjadi. Tak ada proses hukum yang membuat efek jera. Apakah demikian, karakter penghuni surga?

Jika kita lihat firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an surat Ali 'Imran ayat 102, yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan berislam".

Dari ayat di atas, jelas bahwa kita diperintahkan untuk menjadi muslim yang bertakwa, dengan menjalankan segala apa yang Allah perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah larang tanpa tapi tanpa nanti, termasuk dalam penerapan hukum.

Jika kita perhatikan, negeri kita ini masih menerapkan aturan dan hukum warisan kolonial yang notabene tidak bersumber dari Islam. Wajar jika banyak terjadi berbagai kezaliman, ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan keterpurukan. Apakah yang seperti itu layak menjadi penghuni surga? Jelas untuk masuk surga tidak semudah dan sesederhana sebagaimana yang disampaikan oleh Wapres Ma'ruf Amin. 

Siapa yang tidak ingin masuk surga? Semua pasti mendambakan masuk surga Allah. Oleh karena itu, untuk menggapai apa yang diharapkan, tentu ada upaya yang mesti ditempuh. Semua itu jelas butuh perjuangan dan pengorbanan, yaitu sebuah perjuangan untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam, menyadarkan umat agar kembali kepada Islam, mewujudkan kembali Institusi yang akan menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan, agar tercipta keamanan, kesejahteraan, kedamaian dan keberkahan. Semoga dengan begitu, kita layak untuk mendapatkan rida Allah dan layak menjadi penghuni surga-Nya.

Allahu'alam Bishawab.

Oleh: L. Nur Salamah
Sahabat Tinta Media


Sabtu, 28 Mei 2022

Ustazah Noval Ungkap Cara Meraih Surga Allah


Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Noval Tawang mengungkap cara meraih surga Allah.

"Surga Allah tidaklah diraih melainkan dengan pengorbanan," tuturnya dalam One Minute Booster: Layakkah Kita Masuk Surga? Selasa (24/5/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

“Bahkan surga juga tidak akan diraih dengan hanya diam berpangku tangan,” tambahnya.

Ia mengutip sebuah ayat di dalam Qur'an surat al-Baqarah ayat 214 yang artinya “Apakah kalian mengira akan masuk surga padahal belum datang kepada kalian cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian. Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dirinya ‘Kapankah Pertolongan Allah datang? Ingatlah sungguh Pertolongan Allah itu amatlah dekat.’

“Seorang mujtahid besar besar abad ini yaitu Syeikh Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah menguraikan ayat ini bahwa ‘tidaklah seorang masuk ke surganya melainkan ia akan diuji Allah dengan ujian-ujian di dalam kehidupannya’,” jelasnya.

Ia juga mengutip pendapat Al-Hafiz Ibnu Katsir di dalam tafsir Al-Qur'an yang mengungkapkan bahwa yang dimaksud cobaan dalam ayat tersebut adalah berbagai jenis penyakit demam, rasa sakit dan berbagi jenis musibah lainnya.
"Kemudian diperjelas lagi dengan isyarat bahwa akan tiba masa dimana mereka yang beriman akan diuji sebagaimana orang-orang beriman sebelumnya diuji dan seberat-berat Ujian adalah ujian yang menimpa para rasul dan orang-orang beriman yang mempersamai para rasul tersebut," terangnya.

Kesulitan yang dialami Rasul dan pengikutnya, menurutnya, teramat besar dan dalam waktu yang tidak sebentar. "Sehingga mereka dengan penuh pengharapan senantiasa menantikan tibanya masa pertolongan Allah dengan bertanya, di mana pertolongan Allah? Hal itu terbukti secara tersurat dan tersirat dari apa yang dialami para nabi dan rasul. Apa yang mereka hadapi adalah seberat-beratnya ujian,” ungkapnya.

"Mus’ab bin  Saad ra. dari bapaknya berkata saya bertanya: Siapakah diantara manusia yang paling berat ujiannya? Rasulullah SAW menjawab: Orang yang paling keras ujiannya adalah para Nabi kemudian yang misalnya dan yang diuji seseorang yang sesuai dengan kadar agamanya. Jika kuat agamanya maka semakin keras ujiannya, jika lemah agamanya maka diuji sesuai dengan kadar agamanya. Seorang hamba akan senantiasa diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di atas permukaan bumi tanpa memiliki dosa. (Terjemahan hadits riwayat at-tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah)," paparnya.

Ia mengungkapkan bahwa di dalam perjalanan sejarah Islam, telah mendapati besarnya pengorbanan Rasulullah Saw dan para sahabat pada masa lalu. “Mereka mendakwahkan Islam ke tengah-tengah masyarakat yang tenggelam dalam kubangan jahiliyah dan mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang menegakkan aqidah dan syariat Islam,” ungkapnya.

Dilihatnya, semua itu dilakukan semata-mata karena Allah dan tanpa mengenal lelah. “Dengan ujian ini akan nampak perbedaan antara mutiara dan benda imitasi belaka. Para pengemban dakwah harus memahami hakikat pengorbanan ini dan dakwah akan senantiasa diikuti oleh pengorbanan,” terangnya.

Maka, ia meminta seorang pengemban dakwah jangan pernah bermimpi bahwa tidak akan pernah diuji, karena semakin besar amal, maka ujian juga semakin besar. “Bahwa jika cobaan itu menghampiri para aktivis dakwah, maka bisa dipastikan bahwa ujian itu semakin besar. Itu mengharuskan para pengemban dakwah memperbesar kesabaran dan memperbesar ikhtiar mereka di dalam melakukan amal-amal dakwah,” tegasnya.

“Semoga para pengemban dakwah mampu beramal besar hingga ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa dan kembali kepada Allah dalam keadaan bersih,”pungkasnya.[] Raras
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab