‘Strawberry Parents’ Pemicu Lahirnya ‘Strawberry Generations’
Tinta Media - Buah jatuh tentu tak jauh dari pohonnya. Rasanya peribahasa ini cocok disematkan pada generasi strawberry yang pasti lahir dari pola asuh ‘strawberry parents’. Tidak mungkin kan generasi strawberry dilahirkan dari ‘mango parents’? Generasi strawberry sendiri adalah istilah yang mengacu pada fenomena generasi muda saat ini yang mereka biasanya memiliki kreatifitas tinggi dan memiliki banyak ide. Namun sayangnya saat mendapat tekanan sedikit saja, mereka mudah galau, sakit hati, bahkan hancur. Hal ini seperti gambaran buah strawberry yang cantik bentuk dan warnanya namun lembek di dalamnya.
Pola asuh orangtua kepada anaknya akan sangat berpengaruh pada karakter dan kualitas generasi yang dididiknya. Seperti pola asuh ‘strawberry parents’ yang ternyata sadar tidak sadar banyak diterapkan oleh orangtua di jaman milenial yang serba instan namun persaingan cukup ketat. Ciri pertama dari ‘strawberry parents’ adalah selalu mengabulkan permintaan anak. Para orangtua dengan mengatasnamakan kasih dan sayang akan memberikan apapun yang diinginkan anak. Tidak melihat kaya atau miskin keadaan si orangtua. Tak jarang orangtua sampai berhutang hanya untuk memenuhi kemauan anak. Yang lebih parah, hingga berbuat kriminal untuk mendapatkan uang secara cepat. Uang ini lalu digunakan untuk membeli barang yang diinginkan anaknya.
Selain selalu memberikan apa yang diinginkan anak, ciri kedua adalah ‘over protective’ atau terlalu melindungi anak. Tanpa melihat realita, terkadang orangtua dengan karakter ini akan membela apapun yang dilakukan oleh si anak. Dengan frasa ‘wajar masih anak-anak’ menjadi argumen atas pembelaan orangtua terhadap anaknya. Anak merasa tidak perlu melakukan atau menerima konsekuensi apapun walau telah melakukan kesalahan. Anak-anak pun cenderung menjadi tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah.
Ciri ketiga, selalu membantu. ‘Strawberry parents’ akan selalu turun tangan untuk membantu anak menyelesaikan kewajibannya. Mereka tidak akan membiarkan anaknya mengalami kesulitan. Contohnya saat anak mendapat tugas dari sekolah atau membereskan kamar dan mainannya. Orangtua akan turun tangan penuh untuk membantu menyelesaikannya. Akibatnya anak tidak akan mempunyai kemampuan dasar dalam hidup. Selain itu, anak-anak juga akan selalu bergantung pada orang di sekitarnya, khususnya orangtua.
Ciri keempat, tidak memberikan hukuman. Sekali lagi atas nama kasihan dan sayang, orangtua tidak memberikan hukuman ketika anak melakukan kesalahan. Mereka cenderung akan membiarkan polah tingkah anaknya. Efeknya adalah anak akan semakin tidak bisa mengontrol tingkah lakunya dan tidak mempunyai standar perilaku yang benar.
Keempat ciri pola asuh ‘strawberry parents’ di atas jika semakin lama diterapkan akan memicu lahirnya ‘strawberry generations’. Agar tidak melahirkan generasi strawberry maka sudah seharusnya menghindari dan tidak menerapkan pola asuh ‘strawberry parents’ ini.
Sebagai orangtua juga harus menyadari bahwa tidak selamanya bisa mendampingi anak dalam seluruh proses kehidupannya. Menjadi kewajiban orangtua untuk mendidik dan mengasuh anaknya dengan baik agar menjadi kuat dan tidak mudah rapuh saat menghadapi permasalahan. Didiklah anak menjadi pribadi mandiri agar dia mampu bertahan saat tak ada orangtua di sampingnya.
Lihatlah generasi sahabat Rasulullah Saw. sebagai contoh terbaik generasi muslim. Mereka menjadi pribadi dan generasi gemilang karena didikan tsaqafah Islam. Maka sepatutnya para orangtua muslim membekali anak-anaknya dengan aqidah dan tsaqofah Islam. Dampingi, asuh, dan didik anak dengan al quran dan sunah Rasul sedari dini. Harapannya, saat baligh anak telah siap melaksanakan seluruh taklif syara. Jangan lupa doakan anak dalam setiap doa kita agar kelak menjadi anak taat syariat. Terakhir, kenalkan anak pada pribadi terbaik dari manusia terbaik yaitu Rasulullah Saw. Buatlah anak mencintai dan selalu ingin meniru apa yang telah Rasulullah ajarkan dan contohkan. Allah Swt. berfirman : “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu.” (QS Al Ahzab ayat 21).
Oleh: Erlina YD
Sahabat Tinta Media