Tinta Media: Stop
Tampilkan postingan dengan label Stop. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Stop. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Maret 2024

Stop Bullying, Selamatkan Generasi


Tinta Media - Asas pendidikan yang di terapkan oleh pemerintah saat ini adalah sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan. Alhasil anak hanya menerima maklumat tentang materi pelajaran. Anak-anak hanya dijejali aneka materi pelajaran tanpa di bentuk menjadi orang yang bertakwa dan juga tidak mendapatkan pendidikan terkait baik dan buruk dalam bertingkah laku. 

Dan buah dari rusaknya sistem sekularisme ini adalah semua bisa menjadi pelaku kejahatan tidak terkecuali orang yang berstatus pelajar baik itu pelajar laki-laki maupun pelajar perempuan. Seperti kasus perundungan yang baru baru ini terjadi di Kota Batam Kepulauan Riau. Viralnya video yang menunjukkan aksi bullying pada dua orang remaja perempuan dan ternyata ke empat  pelaku perundungannya adalah remaja perempuan dan merupakan teman korban. Sungguh sangat miris karena di sistem sekarang anak merasa bebas untuk berbuat sesukanya tanpa ada rasa takut terhadap dosa dan azab neraka. 

Anak adalah anugerah dan anak merupakan amanah dari Allah SWT yang seharusnya kita jaga dan kita didik serta di bekali dengan ilmu-ilmu agama. Tapi pada saat ini sulitnya ekonomi menjadi beban bagi para orang tua. Tidak sedikit ibu pun ikut andil dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan demikian para orang tua tidak bisa menjalankan fungsi pengasuhan secara optimal . 

Dengan para orang tua yang sibuk bekerja sehingga pendidikan hanya di serahkan saja kepada pihak sekolah tanpa ada lagi  pendampingan itu sudah menjadi salah satu faktor penyebab anak-anak melakukan tindakan kejahatan. Di tambah lagi faktor lingkungan/masyarakat yang tidak adanya pembiasaan menyerukan kebaikan dan mencegah kerusakan serta cenderung individualis. Dan Negara juga termasuk faktor utama dalam kerusakan generasi sekarang ini. Komitmen negara yang tampak masih kurang dalam memberantas segala hal yang merusak generasi bahkan perangkat hukum di negeri ini yang belum memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan. 

Berbeda hal jika sistem yang dipakai adalah sistem Islam. Di dalam Islam peran orang tua yang harus mendidik anak-anaknya menjadi hamba Allah yang taat dan berperilaku yang baik. Juga peran lingkungan / masyarakat yang mau peduli pada sekitar dengan terbiasa melakukan amar makruf nahi munkar. Serta yang terpenting adalah adanya peran negara yang mau menerapkan sistem pendidikan Islam yang berbasis akidah Islam yang akan membentuk anak sesuai dengan arahan Islam. Negara akan memberi sanksi yang bisa memberikan efek jera bagi setiap pelaku kejahatan. Dan negara pun akan memberi kemudahan baik itu mudah dalam harga, mudah dalam mencari nafkah serta mudah dalam mendapatkan pendidikan yang berkualitas. 

Yuk kita selamatkan anak-anak kita dari rusaknya sistem sekarang dengan terus ber-amar makruf nahi munkar dan memahamkan umat untuk mau menerapkan Islam secara Kaffah. Karena hanya dengan menerapkan sistem Islam kita bisa mencetak anak-anak / generasi yang berkepribadian Islam.


Wallahu a'lam bish shawwab


Oleh: Ummu Arkaan 
Sahabat Tinta Media 

Minggu, 03 Maret 2024

Stop Bullying (Perundungan)


Tinta Media - Beberapa hari terakhir kasus tentang perundungan marak hadir di depan mata, baik itu di media sosial, atau bahkan di lingkungan yang dekat dengan kita. Perundungan yang dilakukan bukan hanya tindakan verbal seperti menghina, mencemooh secara berulang, bahkan disertai dengan pemukulan secara pengeroyokan yang mengakibatkan meninggalnya korban.  

Perundungan yang dilakukan oleh para pelajar menjadi beban berat para orang tua dan para pendidik hari ini. Berdasarkan data serikat guru pada 2023, sebanyak 25 persen kasus perundungan dilakukan oleh pelajar usia dini, yakni SD dan SMP, dan 18 persen perundungan dilakukan pelajar SMA/SMK, bahkan perundungan juga terjadi di madrasah dan pesantren walaupun jumlahnya kecil. 

Kasus perundungan yang tengah viral kali ini dari Kediri, Jawa timur. Polisi telah mengamankan 4 santri sebuah Pondok Pesantren di Kecamatan Mojo, karena melakukan penganiayaan terhadap santri lain hingga berujung meninggal dunia. Di lokasi lain polisi juga telah menetapkan 12 tersangka perundungan terhadap siswa di Binus School Serpong, Tangerang. 

Mengapa kasus perundungan tersebut selalu berulang, dan bahkan sering terdengar di sekitar kita. Perundungan tersebut dikarenakan belum optimal peran pengawasan sebagai orang tua Peran orang tua punya andil besar, para orang tua harus memperhatikan perilaku anak dan memilihkan lingkungan pertemanan. Lingkungan sangat berpengaruh dalam perilaku anak. Anak yang baik bisa berubah menjadi buruk akibat lingkungan yang buruk. Para orang tua harus membekali anak-anaknya dengan suasana keimanan dan ketakwaan. Sehingga memudahkan orang tua jika ada ketimpangan dari segi perilaku anak.  

Begitu pula dengan sistem pendidikan yang diberikan. Tujuan pendidikan harus jelas dan gamblang. Sistem pendidikan kerap menyelesaikan problem pendidikan dengan bergonta-ganti kurikulum. Namun setelah belasan kali berganti kurikulum apakah berdampak pada perubahan karakter dan perilaku.  

Paradigma sekularisme menjadikan pelajaran agama, atau pengenalan Aqidah Islam bukan menjadi pelajaran prioritas, melainkan sebagai ajaran pelengkap. Mereka beranggapan bahwa, banyaknya porsi pelajaran agama yang diajarkan seperti sekolah yang basisnya agama juga tidak menjamin perundungan tidak akan terjadi. Hal tersebut terjadi karena hanya doktrin agama yang tidak membekas dan tanpa mengetahui esensi makna takwa terhadap Tuhannya. Jika sudah demikian marak, jangan biarkan perundungan menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. 

Sayangnya, sistem sekuler mengikis itu semua. Penyebab tersebut hanya dampak diterapkannya sistem sekularisme sebagai asas dalam pendidikan. Alhasil agen-agen terdidik tidak begitu mengenal Tuhannya yang tumbuh tidak mengerti dengan tugas menjadi seorang hamba. Bermudah-mudahan melakukan maksiat, mudah melakukan perundungan, karena mereka tidak memahami konsekuensinya atas hal yang telah dilakukan. 

Lalu bagaimanakah solusi penyelesaian yang bisa optimal untuk dilakukan. Penyelesaian masalah perundungan memerlukan berbagai pihak yang saling bersinergi untuk menyelesaikan persoalan ini. Menjadikan sistem pendidikan berbasis Aqidah Islam, itu menjadi pion utama, sehingga anak-anak didik mengenal konsep sebagai seorang hamba, yang taat atas perintah Tuhannya, serta menjauhi segala larangannya. 

Perlunya pengawasan dari orang tua dan bahkan masyarakat lain  dengan tujuan amar ma'ruf nahi mungkar. Maka jika melihat perundungan atau kemaksiatan tidak kemudian didiamkan, tetapi ada peran menasihati untuk tidak melakukan tindakan perundungan. Kemudian pentingnya penjagaan negara sebagai pelindung generasi. Negara harus melarang segala sesuatu yang merusak seperti tontonan yang merusak akal, aktivitas berbau sekularisme, dan memberlakukan sanksi tegas berdasarkan syariat Islam. Jika masih meragukan Islam, lihatlah betapa heroiknya sejarah Islam selama 1400 tahun lamanya dengan menerapkan sistem Islam dalam aspek Pendidikan.


Oleh: Bunda Esthree
Sahabat Tinta Media 

Senin, 22 Januari 2024

IJM: Stop Berharap kepada Lembaga Internasional



Tinta Media - Untuk bisa membebaskan Palestina, Luthfi Affandi, S.H., M.H dari Indonesia Justice Monitor (IJM) mengatakan, stop berharap kepada lembaga internasional. 

“Stop  berharap kepada lembaga apa pun di dunia internasional. Mereka itu dihiasi oleh negara-negara yang mempunyai ideologi kapitalisme. Sedangkan umat Islam memiliki kekuatan ideologis dan juga memiliki kekuatan persatuan kaum muslimin yang sangat luar biasa,” ungkapnya di Kabar Petang: PBB & ICC Payah! Di kanal Youtube Khilafah News,  Senin (15/1/24). 

Oleh karena itu, lanjutnya, yang harus dilakukan oleh kaum Muslimin adalah bagaimana memberikan kesadaran pada publik atau masyarakat agar umat Islam ini bersatu. 

“Selama ini yang dilakukan umat Islam tidak pernah menyelesaikan masalah-masalah dunia Islam, karena orang Islam terpecah belah menjadi negara-negara bangsa yang lemah,” sedihnya. 

Sehingga ia mengajak agar kaum Muslimin  fokus melakukan penyadaran dunia internasional dan  kepada seluruh kepala negara Islam, agar bersatu dalam satu kekuatan politik yakni Khilafah Islamiyah. [] Setiyawan Dwi

Rabu, 01 Juni 2022

DAMPAKNYA MENGERIKAN: STOP RENCANA KENAIKAN HARGA BBM (SOLAR, PERTALITE), GAS LPG 3 KG DAN TARIF DASAR LISTRIK


Tinta Media - Selasa 26/4, alhamdulillah penulis berkesempatan bersama ulama, tokoh dan advokat Jabodetabek menyampaikan Petisi Bersama Tolak Rencana Kenaikan BBM (Solar, Pertalite), Gas Elpiji 3 kg dan Tarif Dasar Listrik (TDL) di depan Gedung Kementerian ESDM.

Rencana kenaikan empat komoditas ini jelas akan semakin membebani rakyat, di tengah rakyat sudah penuh tekanan dengan kondisi dampak pandemi covid-19 yang belum tuntas, kenaikan PPN menjadi 11%, langka dan mahalnya minyak goreng, dampak kenaikan harga Pertamax, harga bahan-bahan pokok yang naik terus sejak sebelum Ramadhan, dan tentu rencana biaya yang harus dikeluarkan jelang tahun ajaran baru Juli 2022. Rakyat dalam kondisi seperti jatuh ketimpa tangga.

Penulis mengambil pandangan Saudara Bhima Yudhistira (Direktur Eksekutif Center of Law and Economic Studies - Celios), bila rezim Jokowi benar-benar menaikkan harga empat komoditas tersebut (solar, pertalite, gas melon dan TDL) maka akan menimbulkan dampak yang besar, Indonesia terancam krisis.

Kenaikan harga empat komoditas ini akan menurunkan daya beli rakyat. Apalagi bagi 40%  rakyat dengan pengeluaran terbawah akan terdampak besar.

Karena kebutuhan dasar, maka mau gak mau masyarakat akan tetap membelinya walaupun naik harga nya. Hal ini akan berimbas pada naiknya angka kemiskinan.

Dampak buruk lainnya adalah UMKM berisiko tutup karena naiknya biaya produksi yang tak sanggup ditanggung. Hal ini akan berimbas pada pemberhentian karyawan dan akan meningkatkan jumlah pengangguran. Dan perlu kita catat bahwa 97% serapan tenaga kerja selama ini ada di UMKM. Ini sangat berbahaya.

Disamping itu kenaikan gas LPG 3 kg akan memicu panic buying yang ujungnya akan memicu penimbunan dan kelangkaan di lapangan.

Dampak yang sangat mengerikan adalah akan memantik gejolak sosial yang memicu konflik di tengah masyarakat. Ketimpangan sosial akan semakin nyata yang mengarah pada krisis multidimensi.

Bila hal ini terus terjadi maka kejadian seperti di Srilanka diduga dapat terjadi di Indonesia. Ujungnya rakyatlah yang akan dirugikan dan sengsara

Oleh karena itu penulis sampaikan kepada Rezim Jokowi, stop rencana kenaikan harga solar, pertalite, gas LPG 3 kg dan tarif dasar listrik.

Oleh: Agung Wisnuwardana
Aktivis 98
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab