Tinta Media: Solusi
Tampilkan postingan dengan label Solusi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Solusi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 Desember 2023

Pelecehan Marak di Dunia Pendidikan, Islam Solusi Tuntas



Tinta Media - Dunia pendidikan kembali gempar dengan ditangkapnya seorang Kepala Sekolah (KepSek) SMP di Deli Serdang, Sumatera Utara  berinisial JR yang diduga telah melakukan tindakan pelecehan pada siswanya ketika berada di sekolah. 

Hal ini terungkap setelah belasan siswinya tersebut mendatangi Satreskrim Polrestabes Medan pada Rabu (22/11/2023). Para siswi yang menjadi korban JR didampingi oleh orang tua masing-masing melaporkan kelakukan bejat kepala sekolah tersebut. Terungkap modus pelaku dalam melakukan pencabulan terhadap sejumlah siswinya, adalah dengan mencari kesalahan para siswinya kemudian memanggil satu per satu korban untuk masuk ke ruangannya. Diketahui di dalam ruangan tersebut pelaku melancarkan aksinya untuk mencabuli siswinya. Pelaku pun mengancam korban agar tidak melaporkan aksi bejatnya tersebut. (TribunJateng.com, 30 November 2023)

Pelaku pun dijerat dengan UU Perlindungan Anak. Fathir juga menyebutkan ke depan pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya untuk memberikan trauma healing kepada korban. Sehingga korban masih tetap bisa bersekolah. (detiksumut.com, 29 November 2023)

Kasus pelecehan yang terjadi di dunia pendidikan bukan sekali ini terjadi. Kasus ini berulang-ulang terjadi dan semakin merajalela. Tidak hanya terjadi di sekolah-sekolah umum tapi juga terjadi di pesantren-pesantren yang seharusnya menjadi tempat menimba ilmu agama. selain itu, di Perguruan Tinggi tempat para intelektual pun tidak absent dengan kasus pelecehan ini. Dosen melecehkan mahasiswinya juga banyak terjadi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah cukup dengan menjerat pelaku dengan UU Perlindungan Anak dapat mengatasi terjadinya kembali kasus serupa? Apakah dengan trauma healing saja sudah bisa membuat anak-anak yang menjadi korban merasakan aman untuk kembali bersekolah?

Sistem Kapitalisme-Sekuler Rusak dan Merusak

Sistem yang diterapkan saat ini di tengah-tengah kehidupan masyarakat kita adalah sistem kapitalisme-Sekuler. Sistem ini berdiri atas dasar pemisahan agama dengan kehidupan (negara). Sehingga, seluruh lini kehidupan tidak boleh bawa-bawa agama. Salah satunya dalam hal pembuatan hukum (aturan). Yang berhak membuat hukum (aturan) adalah manusia. Manusia yang lemah dan serba terbatas yang akan menyebabkan pertentangan dan perselisihan satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena belum tentu hukum (aturan) yang dibuat sesuai dengan yang diinginkan semua orang. 

Di sisi pendidikan, kurikulum yang diterapkan pastinya kurikulum yang sesuai dengan sistem yang diterapkan saat ini. Kurikulum pendidikan sudah pasti berdasarkan sekularisme yang diterapkan saat ini. Sehingga pendidikan jauh dari nilai spiritual dan moral. Sistem kapitalisme-sekuler pendidikan pun menjadi industri komoditi (bisnis/materialistis) sehingga pendidikan pun menjadi ladang bisnis yang berstandar untung rugi sehingga pendidik maupun output dari sistem pendidikan saat ini menjadi generasi yang instant. Pergaulan yang dibangun juga berdasarkan kebebasan sehingga wajar saja interaksi yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini adalah interaksi dengan pandangan seksualitas. Wajar pelecehan terjadi. Sudah saatnya kita mencampakkan sistem kapitalis-sekuler ini karena sistem ini rusak dan merusak. Menggantinya dengan sistem yang sesuai dengan fitrah manusia yakni Sistem Islam. 

Sistem Islam Mengatasi Pelecehan

Sistem Islam yang memiliki sistem pendidikan paripurna yang menghasilkan generasi cemerlang dan gemilang. Di sokong dengan sistem-sistem yang lain, sistem ekonomi dan sistem pergaulan yang memandang bahwa interaksi laki-laki dan perempuan adalah interaksi tolong-menolong yang dibatasi oleh hukum syara’. Kurikulum pendidikan berdasarkan aqidah islam yang akan membentuk generasi yang cemerlang dan berkepribadian Islam yang akan menjauhkan dirinya dari perbuatan maksiat salah satunya pelecehan seksual. 

Islam memandang bahwa pelecehan seksual ini bisa terjadi karena faktor internal dan eksternal. Dua faktor yang tidak bisa dipisahkan karena terkait antara satu dengan yang lain. Sehingga untuk menyelesaikan kejahatan/pelecehan seksual, semua faktor tersebut harus diselesaikan. Faktor internal bisa jadi karena lemahnya pondasi agama, khususnya ketakwaan pada Allah Swt. sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang menstimulasi dari luar yang sangat kuat memicu terjadinya kejahatan/pelecehan seksual tersebut. Hal ini bisa berupa tontonan yang tak seronok, pergaulan yang serba bebas antara pria dan wanita, lingkungan masyarakat yang kurang rasa kepedulian dan tidak ada standar kontrol ditengah-tengah masyarakat, serta sistem yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat tersebut juga merupakan sistem yang rusak. 

Jika semua faktor tadi telah ditutup rapat dan ternyata tetap terjadi pelanggaran maka di sini khalifah akan menetapkan sanksi yang keras dan tegas. Khalifah tidak akan mentolerir hal tersebut sedikit pun. Begitulah, cara khilafah mengatasi kejahatan seksual. Dengan cara seperti ini, kejahatan seksual ini bisa diatasi dari pangkal hingga daunnya. Inilah sistem khilafah, sistem satu-satunya yang bisa menyelesaikan kejahatan seksual ini dengan sempurna. 


Oleh : Ria Nurvika Ginting, S.H., M.H.
Dosen FH-UMA

Selasa, 05 Desember 2023

Khilafah, Solusi Tuntas Pembebasan Palestina



Tinta Media - Penjajahan entitas Yahudi atas Palestina masih berlangsung hingga menimbulkan banyak korban terutama dari warga Palestina. Apalagi, mereka juga menyerang hingga menghancurkan rumah penduduk, rumah sakit, sekolah, juga lahan pertanian. Disebutkan oleh Hamas, bahwa jumlah korban tewas di wilayah Palestina hampir 15 ribu, yakni mencapai 14.854 sejak perang dimulai pada 7 Oktober. Hamas mengatakan korban tewas terdiri dari 6.150 anak-anak dan 4.000 wanita, sedangkan 36.000 orang lainnya terluka.

Kementerian kesehatan mengatakan bahwa pihaknya tidak dapat memberikan data jumlah korban secara pasti, karena peperangan sengit yang menghambat pemulihan jenazah. (detikNews.com, 24/11/23)

Entitas Yahudi adalah Penjajah

Bentuk hipokrit Barat yaitu satu sisi mengancam segala bentuk penjajahan dan penindasan, di sisi lain membiarkan Palestina terjajah melalui legitimasi PBB yang mengakui zionis Yahudi sebagai “Negara Yahudi” di atas tanah Palestina.

Setidaknya ada tiga alasan kenapa entitas Yahudi layak disebut sebagai penjajah dan Palestina adalah milik kaum muslimin, yakni:

Pertama, Palestina adalah tanah kharajiyah yang didapatkan kaum muslimin dengan jiwa dan darah mereka.

Kedua, entitas Yahudi itu ibarat tamu tidak diundang dan hidup menumpang. Namun, setelah diberi tumpangan mereka justru ngelunjak dengan meminta tanah kepada Palestina sebagai pemilik tanah.

Ketiga, Palestina adalah milik kaum muslimin di seluruh dunia, bukan hanya milik bangsa Palestina. Di tanah yang diberkahi itu terdapat kiblat pertama kaum muslimin, tempat Rasul Isra' Mi'raj, ada makam para sahabat dan syuhada’, juga tempat tinggal para nabi. Maka layak jika Palestina disebut sebagai "Bumi para nabi".

Oleh karena itu, tidak layak bagi kaum muslimin meminta pertolongan kepada negara barat dan sekutunya. Apalagi mengharapkan pertolongan dari PBB. Sebab, meminta bantuan kepada negara barat dan PBB merupakan kesia-siaan, karena pada dasarnya mereka  tidak akan pernah berpihak pada Palestina dan kepentingan kaum muslimin. Barat selalu menampakkan standar ganda. Tidak satu pun negara barat yang berani menyebut entitas Yahudi sebagai teroris atau menyeret mereka ke pengadilan internasional.

Khilafah, Solusi Tunggal untuk Pembebasan Palestina

Solusi dua negara dan diplomasi sudah pasti bukan solusi hakiki. Membagi dua tanah untuk Palestina dan entitas Yahudi adalah bentuk pengkhianatan. Sebab, Palestina adalah tanah kharajiyah yang diperoleh dengan damai karena dengan sukarela bergabung ke dalam daulah Khilafah. Kemudian direbut oleh bangsa Romawi dan kembali direbut oleh kaum muslimin dengan darah dan jihad. Maka selamanya Palestina akan mejadi milik kaum muslimin.

Masalah Palestina adalah masalah kaum muslimin. Tidak ada seorang pun yang berhak menyerahkan tanah kharajiyah kepada pihak lain. Apalagi kepada penjajah dan zionis bengis seperti entitas Yahudi. Maka, yang harus dilakukan oleh kaum muslimin adalah memerangi kaum penjajah tersebut. 

Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Perangi mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantara) tangan-tangan kalian, menghinakan mereka, serta akan menolong kalian atas mereka sekaligus melegakan hati kaum mukmin.” (TQS At-Taubah (9):14)

Walhasil, harus ada kekuasaan Islam yang menyerukan jihad fi sabilillah. Tidak ada solusi lain bagi Palestina selain Khilafah. Dengan Khilafah, sekat bangsa akan terurai, persatuan kaum muslim akan terwujud, akidah Islam menjadi pondasi kekuatan Islam.

Khilafah juga akan menyerukan jihad memerangi musuh-musuh Islam. Hanya jihad dan Khilafah solusi tunggal dan fundamental untuk Palestina dan negeri muslim lainnya yang masih terjajah.

Hanya Khilafah, rumah dan tempat aman bagi kaum muslim meminta perlindugan. Dengan Khilafah, maka kehormatan, nyawa, dan harta kaum muslimin bisa terjaga. Oleh karena itu, umat Islam tak boleh lengah dari perjuangan tegaknya bisyarah Rasulullah, yakni Khilafah ala minhajin nubuwwah. Wallahu a'lam!

Oleh: Titik Suyanti 
Pemerhati Masalah Global

Selasa, 28 November 2023

Solusi Palestina, Tak Cukup Hanya Boikot Produk, Boikot juga Akarnya



Tinta Media - Palestina masih membara,  mengorbankan banyak nyawa dan menyisakan luka yang menganga. Boikot produk masih menjadi pokok bahasan utama. Cukupkah hanya dengan boikot produk yang terafiliasi Zionis Yahudi menjadi solusi Palestina? 

Boikot Akar Masalah Utama

Z1onis Yahudi makin menampakkan kekejiannya. Lebih dari 11.000 warga Palestina terbunuh. Begitu banyak warga sipil kehilangan anggota keluarga, tempat tinggal, dan beberapa tempat vital lainnya, sama sekali tidak ada tempat aman. Bahkan dikatakan, sekolah dan rumah sakit  pun tidak menjanjikan keamanan bagi warga Palestina. 

Menanggapi peperangan yang terjadi antara entitas Yahudi dan Palestina, MUI menetapkan fatwa terkait pemboikotan barang-barang produk Zionis Yahudi dan pihak yang terafiliasi dengannya (kompas.com, 10/11/2023). Fatwa terkait pemboikotan ditujukan agar mampu mengerem aliran dana dari muslim melalui perdagangan produk Yahudi dan afiliasinya. Tidak hanya itu, MUI pun mengimbau agar rakyat secara massif mendukung perjuangan dan pembebasan Palestina. 

Berbagai platform media sosial ramai dengan info tentang produk yang diboikot dan barang-barang substitusinya. Banyak rakyat memboikot secara massif. Namun sayang, masih banyak juga yang belum paham tentang masalah ini.

Pemboikotan massif yang dilakukan berbagai kalangan masyarakat patut diacungi jempol. Masyarakat mulai menyadari bahwa kita harus sama-sama berjuang membela sesama saudara muslim. Namun sayang, di tengah aksi pemboikotan ini, justru negara bungkam, tak berkutik sama sekali. Kebijakan boikot sebetulnya akan efektif jika ditetapkan sebagai regulasi oleh negara. Ini karena negara memiliki kekuasaan politik penuh atas aktivitas yang dilakukan rakyatnya. 

Di sisi lain, sebetulnya boikot produk ini tidak berpengaruh besar terhadap kekuatan perdagangan dan ekonomi Zionis Yahudi dan entitasnya karena ekonomi negara penjajah ini sangat bergantung pada negara-negara nonmuslim di dunia. Namun, ada satu kelemahan mereka, yakni ketergantungan sumber daya energi pada mayoritas negeri-negeri muslim dunia.

Semestinya, para penguasa jeli dalam menetapkan kebijakan. Blokade suplai energi seharusnya mampu kompak dilakukan oleh seluruh negeri muslim dunia. Dari satu sisi ini saja, negeri penjajah ini telah mati kutu. Sayangnya, kebijakan ini mustahil ditetapkan. Parahnya lagi, dalam keadaan urgent, justru para penguasa kian mesra membuka hubungan dengan negara-negara kapitalis penjajah yang menjadi donatur penyerangan Palestina. Miris. 

Semua ini terjadi karena sistem kapitalisme. Sistem ini menjadikan materi sebagai tujuan hidup, tidak peduli dengan nasib saudara sendiri. Sistem ini pun diperparah dengan penerapan nasionalisme yang terus meracuni pemikiran umat dan para penguasa. 

Nasionalisme yang digadang-gadang mampu menyatukan umat dunia ternyata gagal total. Bahkan, negara terdekat Palestina pun tidak mampu mengirimkan pasukan militer yang nyata-nyata mampu membela. Ini karena nasionalismelah yang membatasi kebijakan setiap negara. Bahkan, lembaga dunia yang katanya menyerukan perdamaian, hanya mampu bungkam seribu bahasa. PBB dan OKI terbukti gagal mewujudkan perdamaian, tidak mampu menghentikan peperangan dan berbagai penderitaan. 

Sistem destruktif inilah yang semestinya diboikot secara totalitas. Karena sistem rusak tersebut melemahkan ukhuwah muslim dunia. Paham nasionalisme menciptakan konsep berpikir yang keliru. Nasionalisme memberikan batasan bahwa masalah Palestina bukanlah masalah muslim dunia dan jihad hanya wajib bagi warga Palestina. Tentu saja konsep ini keliru dan melemahkan fungsi jihad. 

Islam, Solusi Paripurna

Sistem Islam menetapkan akidah Islam sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan. Palestina sangat membutuhkan pembelaan dari seluruh kaum muslim dunia. Hanya akidah Islam-lah yang mampu menyatukan seluruh kaum muslim dunia, tidak ada pilihan lain.  Hanya dengannya pula, umat Islam mampu bersatu karena memiliki satu aturan dan perasaan yang sama. Akidah Islam hanya mampu diterapkan dalam sistem Islam berinstitusikan khilafah. Hanya dengannya, nasionalisme kapitalistik akan luluh lantak.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai saat orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan adil, maka dengannya dia akan mendapatkan pahala. Namun, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Imam (khalifah) adalah penjaga dan perisai bagi kaum muslimin dunia. Dalam sistem Islam, jihad bergelora dalam semangat penjagaan seluruh kaum muslim. Bahkan, kegemilangan Khilafah telah terbukti secara empiris dalam setiap lembaran sejarah dunia. 

Khilafah-lah satu-satunya institusi yang mampu menyatukan semua wilayah kaum muslimin dalam satu kepemimpinan dan pengaturan amanah. Hanya dengannya pula, ukhuwah (persaudaraan) kaum muslim dunia terbentuk sempurna dan senantiasa terjaga.

Jelas, boikot suatu produk hanyalah solusi parsial yang tidak efektif untuk menyelesaikan masalah Palestina. Pembebasan Palestina hanya bisa diwujudkan dengan jihad dan penerapan Khilafah. Inilah satu-satunya solusi paripurna, ridak ada yang lain. 
Wallahu a'lam bisshawwab.

Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor

Boikot Bukan Solusi Hakiki Masalah Palestina




Tinta Media - Persoalan boikot sebenarnya sudah sering terjadi. Hal itu dilakukan untuk merespon aksi pelecehan atau islamofobia di berbagai negara ataupun dalam negeri. Di satu sisi, ini menjadi bukti bahwa umat Islam mempunyai keterikatan dengan aturan agamanya. Ditambah dengan fatwa MUI yang serasa angin segar yang mendukung aksi ini. 

Sebagaimana pernyataan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Miftahul Huda bahwa suatu produk itu tetap halal selama masih memenuhi kriteria kehalalan. Akan tetapi. yang diharamkan itu aktivitasnya, perbuatannya. (Detik News, 11/11/23)

Terkait dengan boikot, terjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Hal ini wajar karena produk-produk yang dominan digunakan di negeri ini adalah buatan negeri seberang, meski tak diakui legalitasnya. Akhirnya jadi serba salah, mau memboikot, tetapi kita tetap butuh produknya, meski sudah ada klarifikasi terkait fatwa MUI mengenai haram beli produk Yahudi.

Boikot Apakah Solusi?

Ibarat semut yang membawa setetes air untuk memadamkan kobaran api yang membakar diri nabi Ibrahim a.s, seperti itulah yang dilakukan kaum muslimin dari boikot terhadap produk-produk Yahudi. Namun sepanjang perjalanan boikot, yang terlihat hanya euforianya di awal-awal saja. Setelah itu, seakan ditelan bumi, hilang dengan sendirinya. 

Sesungguhnya, yang membatasi kita dengan Palestina adalah sekat nasionalisme. Karena nasionalisme inilah kita tak bisa berkontribusi besar menolong saudara kita yang sudah terjajah selama 75 tahun lamanya. Tak terhitung, berapa banyak nyawa yang menjadi korban kebiadaban zionis. 

Lihatlah penguasa negeri-negeri muslim, mereka hanya bisa mengutuk. Padahal dari sisi militer, Zionis bisa saja dikalahkan. Mereka mau menolong, tetapi terikat perjanjian global dengan PBB. Hilanglah sudah kedaulatan negeri mereka. Jelas saja, hal ini karena AS selalu ikut campur dengan urusan kaum muslimin. 

Utang luar negeri juga tak kalah mencengangkan. Akibatnya, penguasa muslim enggan, bahkan takut mengirimkan pasukan menolong saudara muslim di negeri mana pun. 

Harusnya, yang melakukan boikot  terhadap produk-produk Yahudi dan negara pendukungnya bukan hanya tataran individu atau masyarakat saja. Boikot akan lebih efektif jika dilakukan oleh negara dengan menghentikan impor produk yang masuk ke negeri-negeri kaum muslimin. Itu pun masih belum cukup, karena sekadar boikot tidak akan mampu mengusir para Zionis dari tanah Palestina. Harusnya, senjata dilawan dengan senjata

Ini semua karena denganekat nasionalisme sudah mengakar di benak kaum muslimin sejak masa penjajahan dan hilangnya perisai umat Islam. 

Belum lagi penguasa-penguasa boneka yang haus kekuasaan semakin menambah derita umat. 

Solusi Hakiki islam 

Palestina adalah tanah kharijiyah sejak masa Umar bin Khattab, dan status tanah kharijiyah tak akan pernah berubah hingga hari kiamat. 

Maka, Palestina tidaklah mungkin bisa dibebaskan, kecuali dengan jihad. Kita melihat kebiadaban Zionis yang tak memandang bulu dan melihat Palestina layaknya binatang. Sungguh, orang-orang ini tak bisa lagi menggunakan bahasa kemanusiaan. Karena itu, solusi dua negara yang diopinikan hanya bersifat pragmatis karena membiarkan Palestina tetap terjajah dalam sistem kapitalisme. 

Saat ini, kaum muslimin belum bersatu. Sekat-sekat nasionalisme dan pemikiran kapitalisme masih bercokol. Karena itu, harus segera dicabut hingga ke akar-akarnya kemudian diganti dengan sistem Islam. Mengapa? Agar kaum muslimin bisa bersatu dalam satu komando, satu bendera, satu negara, yaitu khilafah 'ala minhaj nubuwwah. Inilah satu-satunya solusi terhadap seluruh persoalan umat manusia secara global.

Sepanjang sejarah perjalanan sistem kapitalisme, tak ada celah perubahan hakiki, justru moral manusia semakin rusak. Islam pun membuktikan, selama khilafah memimpin peradaban, kedamaian danpersatuan bisa terjadi. Tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam. Sedangkan hari ini, hilangnya nyawa layaknya membunuh nyamuk. 

Maka, umat Islam wajib bersatu dalam naungan khilafah islamiyah yang akan menjaga dari penjajahan orang kafir dan menghilangkan segala kemaksiatan. Wallahu 'alam bissawab.

Oleh: Nurjannah
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 25 November 2023

Islam Solusi atas Kasus Korupsi



Tinta Media - Budaya korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara kian menjamur, dan berbagai upaya untuk menekan dan membasmi budaya korupsi terus di lakukan, dari mulai komisi pemberantasan korupsi (KPK) dari sejak berdirinya hingga hari ini belum mampu untuk mengatasi masalah korupsi. 

Mimpi menggenjot budaya antikorupsi di masyarakat dan birokrasi pemerintah terbukti masih perlu upaya ekstra. Berdasarkan rilis terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), nilai Indeks Perilaku Antikorupsi (IPAK) Indonesia 2023, mengalami penurunan dibandingkan dengan IPAK tahun 2022, menjadi sebesar 3,92. Tahun lalu, nilai IPAK yang dirilis BPS mencatat angka 3,93. 

IPAK merupakan indeks yang mengukur tingkat perilaku antikorupsi masyarakat dengan skala 0-5 pada level nasional. Semakin tinggi nilai IPAK atau mendekati 5, maka semakin tinggi budaya antikorupsi. Sebaliknya, semakin rendah nilai IPAK, maka semakin menunjukkan budaya permisif korupsi di masyarakat. (www.tirto.id. 08/11/2023)

Berdasarkan pernyataan dari Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI Firli Bahuri menyatakan bahwa lembaga antirasuah itu sudah menangkap sebanyak 1.600 koruptor dalam kurun waktu 20 tahun terakhir yakni sejak 2003-2023. (antaranews.com. 9/11/2023)

Banyaknya koruptor yang ditangkap menggambarkan betapa sedang tidak baik-baik saja kondisi negara ini. Bahkan dengan adanya pembentukan lembaga anti korupsi pun tidak mampu mencegahnya.

Hal ini dapat terlihat dari IPAK 2023 menunjukkan bahwa semakin tahun terjadi penurunan, maka menunjukkan secara keseluruhan perilaku anti korupsi mengalami penurunan, artinya upaya mewujudkan Indonesia yang semakin bersih dari korupsi belum menunjukkan hasil. Budaya anti korupsi di Indonesia semakin hari bukan semakin baik, tetapi justru mengalami perburukkan.

Tidak dapat terelakkan budaya korupsi akan tetap langgeng karena mendapat dukungan dari sistem pemerintahan saat ini. Bagaimana tidak, dalam sistem kapitalis ini yang menjadi acuan adalah materi atau harta. Kesuksesan dan kebahagiaan seseorang dapat dilihat dari berapa banyak harta yang telah dikumpulkan. Maka semakin banyak hartanya maka kedudukannya semakin mulia dihadapan manusia. Tanpa harus mempertanyaan harta yang didapat apakah perolehannya sesuai dengan nilai-nilai agama dan aturan negara.

Di sisi lain praktek korupsi ini berkaitan erat dengan kekuasaan. Yang mana jika ingin menduduki kursi kekuasaan, maka dapat dilalui dengan "jalur uang". Pada saat membawa gerbong partai politik harus ada timbal balik yang diberikan, baik berupa uang, janji-janji bahkan sampai pada kepentingan tertentu yang bersifat mutualisme yaitu pihak pemegang kebijakan dan pemilik modal.

Begitu pun menjadi hal yang lumrah jika uang dijadikan untuk menaikkan posisi jabatan dalam kekuasaan. Jadi sangat wajar korupsi tumbuh subur dalam sistem demokrasi. Adanya peluang penyelewengan kekuasaan membuka ruang untuk kasus suap, terutama kaitannya dengan membuat kebijakan, pengurusan, pembahasan dan pengesahan kebijakan.

Sudah menjadi rahasia umum, jika nanti berhasil menduduki jabatan yang diinginkan, maka para pejabat harus memutar otak agar uang yang telah dikeluarkan untuk modal meraih kekuasaa  dapat kembali selama menjabat, minimal lima tahun, dan yang menjadi solusi praktis  adalah melakukan korupsi untuk mengeruk pendapatan yang fantastis. 

Sifat manusia dalam sistem ini menjadi aspek pendukung menjadikan praktek korupsi tambah subur. Adanya sifat keserakahan, rusaknya integritas pejabat dan penguasa, adanya toleransi atas keburukan dan yang sangat fatal adalah lemahnya iman yang dimiliki oleh manusia saat ini karena senantiasa dijejali terus menerus faham sekuler, sehingga makin memudahkan untuk melakukan korupsi.

Menjadi sebuah ilusi untuk memberantas korupsi jika akar permasalahannya tidak diberantas, serta aspek-aspek yang mendukungnya tidak segara diperbaiki. 

Secara tegas, Islam memandang bahwa korupsi adalah suatu tindakan yang diharamkan. Maka solusi untuk mencegah tindakan korupsi adalah menanamkan nilai-nilai Islam dalam setiap jiwa-jiwa manusia sejak dini.

Adanya ketakwaan yang kuat sejak dini, menjadikan adanya ketakutan kepada Allah SWT, dan merasa selalu diawasi sehingga pada saat akan berbuat maksiat akan mengurungkannya.

Individu-individu yang sudah mempunyai ketakwaan yang kuat maka melihat kepemimpinan dan kekuasaan itu adalah amanah. Tanggung jawab itu tidak hanya dihadapan manusia di dunia tetapi juga di hadapan Allah di akhirat kelak. Maka akan menjadi pejabat yang benar-benar amanah. Bukan dunia tujuannya tetapi ridha Allah dan pahala menjadi standarnya. Amanah yang diembannya bukan untuk kepentingan materi atau untuk memperkaya diri dan kelompoknya.

Dalam Islam, para pejabat akan bekerja dengan hati yang ikhlas, akan mengurusi rakyat dengan sepenuh hati, tidak akan tunduk kepada pemilik modal. 

Upaya dalam Islam untuk mencegah hingga mengatasi munculnya korupsi, yaitu dengan memberikan sistem penggajian yang layak, larangan menerima suap dan hadiah, perhitungan kekayaan, adanya pengawasan masyarakat  dan adanya pemberian sanksi tegas jika ada yang melanggar.

Oleh karena itu, Islam sebagai agama yang sempurna, akan memberikan setiap solusi dalam semua permasalahan, termasuk solusi untuk memberantas kasus korupsi. Diperlukan komitmen dan keseriusan dari semua pihak agar aturan-aturan Islam dapat ditegakkan. Maka membabat korupsi dengan Islam tidak akan menjadi ilusi.

Wallahu a'lam bishowab.


Oleh : Ummu Ameera
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 18 November 2023

Harga Beras Tinggi, Rakyat Butuh Solusi



Tinta Media - Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi beras terbesar di dunia. Sebagian besar masyarakatnya menjadikan beras sebagai makanan pokok. Oleh karena itu, beras memiliki peranan penting dalam komoditas pangan di Indonesia. 

Namun, di tengah impitan ekonomi yang kian mencekik, harga beras kian melejit. Sehingga, masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah semakin kesulitan untuk mendapatkan makanan pokok ini. Di Kabupaten Bandung misalnya, Harga rata-rata beras ada di kisaran Rp13.000 - Rp14.500/ kilogramnya. Itu pun tidak menutup kemungkinan akan naik lagi. 

Upaya untuk menekan harga beras pun dilakukan. Melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin), Pemkab Bandung menggelar operasi pasar beras murah di 31 kecamatan se - Kabupaten Bandung untuk Keluarga Penerima Manfaat (KPM), khususnya masyarakat yang tidak mampu. Dengan harga  Rp51.000/5 kg, diharapkan masyarakat dapat membeli beras berkualitas di bawah harga pasar. Dengan begitu, akan meringankan beban ekonomi masyarakat. (dara.co.id) 

Indonesia sejatinya merupakan negara agraris dengan hasil pangan yang melimpah. Jika dikelola dengan baik, maka Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan pangan warganya secara mandiri tanpa harus impor bahan pangan atau mengalami kekurangan bahan pangan. Namun, karena sistem pengelolaan yang salah, hal itu pun tidak dapat terelakkan.

Ada beberapa kemungkinan penyebab tingginya harga beras ini, di antaranya menurunnya pasokan beras dalam negeri akibat musim kemarau panjang yang ekstrem, sehingga sawah-sawah mengalami kekeringan karena kekurangan pasokan air untuk mengaliri sawah. Akibatnya, tanaman padi mengalami kekeringan dan gagal panen. 

Selain itu, adanya persaingan pasar yang terjadi antara para pengusaha atau pedagang besar, yang hanya mencari keuntungan semata dengan mengendalikan harga. Faktor lainnya, adanya kapitalisasi lahan yang semakin meluas, sehingga lahan pertanian semakin menyempit dan produksi pertanian semakin berkurang, akibat adanya alih fungsi lahan menjadi kawasan industri, perumahan, jalan tol, dan lain-lain.

Faktor biaya yang mahal untuk sektor pertanian pun bisa jadi penyebab. Mulai dari pengadaan benih, pupuk serta upah tenaga kerja, sehingga ketika panen tiba, harga beras yang dihasilkan tidak mampu menutupi biaya produksi, yang menjadikan petani merugi.

Beberapa kebijakan pun diambil oleh pemerintah untuk menurunkan harga beras, yaitu dengan melakukan impor dengan dalih menambah stok beras nasional. Padahal, beberapa waktu sebelumnya, Presiden Jokowi menyatakan bahwa stok beras dalam kondisi aman karena sejumlah daerah tengah menghadapi panen raya. Namun demikian, kebijakan impor yang dilakukan semenjak beberapa waktu lalu pun bukanlah solusi yang tepat untuk menurunkan harga beras yang semakin melambung. Malah kebiasaan pemerintah yang doyan impor beras ini dampaknya dapat merugikan petani. Sehingga, banyak petani yang akhirnya tidak mau lagi menanam padi karena harga gabah jatuh akibat adanya impor.

Operasi pasar yang dilakukan pun tidak membawa dampak yang berarti bagi masyarakat, melainkan hanya solusi sesaat. Pasalnya, alokasi subsidi beras murah tidak merata ke lapisan masyarakat yang membutuhkan, bahkan tidak tepat sasaran, sehingga masih banyak warga yang tidak mendapatkan beras tersebut, padahal ia tergolong layak mendapatkannya.

Di tengah kenaikan harga beras pun, pemerintah memiliki wacana untuk membagikan rice cooker secara gratis. Hal ini tentu tidak nyambung dengan persoalan tingginya harga beras yang sedang terjadi. Dalam kondisi saat ini, yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah beras, bukan rice cooker. Jika beras ada, masyarakat bisa memasaknya menggunakan kompor atau kayu bakar. Selain itu, penggunaan rice cooker juga akan menambah beban biaya listrik yang digunakan. Justru ini menambah beban baru bagi rakyat. 

Kebijakan pemerintah yang terkesan nyeleneh ini merupakan bukti bahwa pemerintah tidak serius dalam mengurusi kebutuhan pangan rakyat. Solusi yang diberikan juga malah menimbulkan persoalan baru yang lebih rumit. 

Alih-alih berusaha mencari akar permasalahan dan menurunkan harga pangan, mereka malah menyarankan agar rakyat beralih mengonsumsi makanan karbohidrat lain, seperti jagung, ubi, sagu, pisang dan semisalnya untuk mengurangi konsumsi beras. Tentu saja saran ini tidaklah etis mengingat  pernyataan itu keluar dari pemikiran selevel pemerintah yang tugasnya adalah menyejahterakan rakyat.

Islam adalah agama yang mampu menyelesaikan seluruh masalah kehidupan. Dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan, Islam telah menjamin  kebutuhan rakyat, orang per orang. Hal tersebut dilakukan melalui kebijakan negara sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pemenuhan hak rakyat, apalagi pangan merupakan kebutuhan pokok yang paling mendasar. 

Negara akan memberikan bantuan subsidi berupa benih berkualitas tinggi, pupuk dan pengadaan alat-alat berteknologi mutakhir untuk membantu mengelola pertanian, membangun infrastruktur untuk mendukung penyediaan irigasi.

Negara juga akan membatasi alih fungsi lahan guna mengoptimalkan lahan pertanian, menghidupkan tanah mati untuk membuka lahan pertanian. Dengan begitu, ketahanan pangan akan terjaga dan stok pangan dalam negeri juga aman tanpa harus impor. 

Pengaturan serta pengawasan juga dilakukan negara dalam proses distribusi pangan agar tidak terjadi kecurangan yang dapat menimbulkan tingginya harga bahan pangan ketika sampai ke penjual. Sehingga, masyarakat bisa memperolehnya dengan harga yang terjangkau. Adapun bagi masyarakat yang tidak mampu, maka negara akan menyalurkan bantuan secara merata dan tepat sasaran.   

Negara juga tidak boleh mematok harga kebutuhan pokok. Ini karena harga kebutuhan pokok mengikuti harga pasar.

Kemudian negara akan melarang dan mencegah pihak asing untuk ikut campur dalam masalah pengaturan pangan dalam negeri, serta melarang penimbunan, penipuan, serta praktik monopoli.

Semua hal tersebut dilakukan oleh negara untuk mengurus seluruh kebutuhan agar dapat mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat.

Rasulullah saw bersabda,
"Imam itu adalah laksana penggembala, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya)." 
HR. Imam Bukhari dan Imam Ahmad

Tentunya dengan hanya berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt., bukan untuk mencari keuntungan. Insyaallah, keberkahan hidup akan didapatkan, sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Al-'Araf;96, yang artinya:

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." Wallahu alam bi shawab.

Oleh: Dini A Supriyatin
Sahabat Tinta Media

Rabu, 15 November 2023

Solusi Mengatasi Kebodohan



Tinta Media - Sobat. Kebodohan adalah salah satu permasalahan terbesar di muka bumi. Kebodohan adalah ketidakmampuan seseorang untuk memvisualisasikan realitas yang terjadi. Dengan kebodohan, seseorang bisa terjerumus dalam kesalahan, dosa, dan kekufuran, serta menentang ketuhanan, melanggar hak-hak manusia, dan tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban yang harus ia lakukan.

Sobat. Kebodohan membawa pemiliknya untuk melihat sesuatu yang tidak sesuai kenyataan, meletakkan sesuatu tidak pada tempat yang tepat, serta terjatuh dalam kerendahan dan ketidakbergunaan. Kebodohan menyebabkan kerusakan, kerugian, dan bahaya. Nabi Musa as selalu berlindung dari kebodohan dengan doa

وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوۡمِهِۦٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تَذۡبَحُواْ بَقَرَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَتَّخِذُنَا هُزُوٗاۖ قَالَ أَعُوذُ بِٱللَّهِ أَنۡ أَكُونَ مِنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ  

“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina". Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil". ( QS. Al-Baqarah (2): 67 )

Sobat. Ketika Nabi Musa memerintahkan Bani Israil untuk menyembelih sapi, mereka berkata kepada Nabi Musa, "Apakah kamu mempermainkan kami? Kami bertanya kepadamu tentang perkara pembunuhan, lalu kamu menyuruh kami menyembelih seekor sapi. Ini ganjil sekali dan jauh daripada yang kami maksudkan." Seharusnya Bani Israil menjalankan perintah Nabi Musa itu dan menyambutnya dengan patuh dan taat, kemudian mereka menunggu apa yang akan terjadi sesudah itu, tetapi mereka berbuat sebaliknya. 

Perkataan mereka itu sebagai bukti bahwa mereka sangat kasar tabiatnya dan tidak mengakui kekuasaan Allah. Nabi Musa menjawab, "Saya berlindung kepada Allah dari memperolok-olokkan manusia karena perbuatan itu termasuk perbuatan orang jahil, lebih-lebih bagi seorang rasul yang akan menyampaikan risalah dan hukum-hukum Allah kepada manusia."

Bagaimana solusi untuk mengatasi kebodohan? Hal-hal berikut ini :

1. Langkah pertama untuk mengentaskan kebodohan adalah mengakui  kebodohan itu lalu memiliki keinginan yang kuat dan tekad penuh untuk menuntut ilmu, serta keluar dari zona kebodohan. Allah SWT telah memerintahkan Nabi-Nya, Nabi Muhammad SAW dengan doa berikut  karena  keutamaan ilmu dan keburukan kebodohan.
Allah SWT berfirman :

فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡحَقُّۗ وَلَا تَعۡجَلۡ بِٱلۡقُرۡءَانِ مِن قَبۡلِ أَن يُقۡضَىٰٓ إِلَيۡكَ وَحۡيُهُۥۖ وَقُل رَّبِّ زِدۡنِي عِلۡمٗا  

“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan". ( QS. Thaha (20) : 114 ).

Sobar. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw ketika Jibril membacakan kepadanya beberapa ayat yang diturunkan, dia cepat-cepat membacanya kembali padahal Jibril belum selesai membacakan seluruh ayat yang akan disampaikan pada Nabi. Hal ini karena Nabi takut kalau dia tidak cepat-cepat mengulanginya, mungkin dia lupa dan tidak dapat mengingat kembali. Oleh sebab itu Allah melarangnya bertindak seperti itu, karena tindakan seperti itu mungkin akan lebih mengacaukan hafalannya sebab di waktu dia mengulangi membaca apa yang telah dibacakan kepadanya perhatiannya tertuju kepada pengulangan bacaan itu tidak kepada ayat-ayat selanjutnya yang akan dibacakan jibril padahal Allah menjamin akan memelihara Al-Qur'an dengan sebaik-baiknya, jadi tidak mungkin Nabi Muhammad lupa atau dijadikan Allah lupa kalau dia mendengarkan baik-baik lebih dahulu semua ayat-ayat yang dibacakan Jibril kemudian bila Jibril telah selesai membacakan seluruhnya, barulah Nabi membacanya kembali.

Ayat ini menegaskan bahwa Allah Yang Mahatinggi, Mahabesar amat Luas Ilmu-Nya yang dengan Ilmu-Nya itu Dia mengatur segala sesuatu dan membuat peraturan-peraturan yang sesuai dengan kepentingan makhluk-Nya, tidak terkecuali peraturan-peraturan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia. 

Dialah yang mengutus para nabi dan para rasul dan menurunkan kitab-kitab suci seperti Zabur, Taurat dan Injil serta Dia pulalah yang menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad saw. Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan berangsur-angsur bukan sekaligus sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya. Kadang-kadang diturunkan hanya beberapa ayat pendek saja atau surah yang pendek pula dan kadang-kadang diturunkan ayat-ayat yang panjang sesuai dengan keperluan dan kebutuhan pada waktu itu.

Mengenai hal ini Allah berfirman:
Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya.Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya. (al-Qiyamah/75: 16-19)

Mengenai jaminan Allah dan terpeliharanya Al-Qur'an tersebut dalam ayat:

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. (al-hijr/15: 9)
Kemudian Allah menyuruh Nabi Muhammad saw agar berdoa supaya Dia memberikan kepadanya tambahan ilmu. Diriwayatkan oleh at-Tirmizi dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah berdoa seperti berikut:

Ya Allah. Jadikanlah ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku bermanfaat bagiku, ajarkanlah kepadaku ilmu yang berguna untukku dan berikanlah kepadaku tambahan ilmu. Segala puji bagi Allah atas segala hal, aku berlindung kepada Allah dari keadaan dan segala hal yang dilakukan oleh penghuni neraka. (at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Bazzar)

2. Melanjutkan aktivitas ilmiah, pendidikan, serta penegtahuan untuk menggugah jiwa dan membangun  kesadaran umat. Peringatkanlah mereka tentang bahaya kebodohan bagi diri sendiri dan masyarakat serta hindarkanlah mereka dari pengaruh kebodohan. Umat tidak akan pernah maju tanpa ilmu dan tidak akan mundur, kecuali karena kebodohan.

3. Memenuhi segenap sarana pendidikan dan penyebaran pendidikan secara merata.Jadikanlah pendidikan umat sebagai program prioritas bagi individu, pemerintahan, dan masyarakat. Panglima para penyair, Ahmad Syauqi  berkata, “ Dengan ilmu dan harta, manusia membangun kerajaa. Namun, seorang raja tidak akan bisa dibangun dengan kebodohan dan ketakutan.

4. Meyakini bahwa kebodohan adalah penyakit besar di tengah masyarakat, serta bahayanya menimpa pribadi dan umat secara umum. Umat yang bodoh tidak akan bisa membangun kemuliaan, menciptakan peradaban, menjaga nilai-nilai keluhuran, dan menjaga kota.

5. Memperhatikan bakat-bakat pembelajar dengan pengajaran, pendidikan, dan penghormatan agar kelak memiliki pengaruh dalam kebangkitan, kemuliaan, serta kemajuan umat karena orang yang menonjol dalam ilmu dan pengetahuan berhak mendapatkan penghargaan serta apresiasi.

6. Memberikan apresiasi dan hadiah, serta kompetisi untuk kenaikan peringkat pembelajaran dari perorangan, keluarga, atau masyarakat.

7. Mengajak para pekerja dan orang-orang kaya  untuk berpartisipasi  membuka sekolah dan universitas. Ini adalah kewajiban Negara untuk menggapai kemaslahatan umum.

8. Meletakkan hadits berikut di pelupuk, “ Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menimba ilmu, niscaya Allah akan mudahkan baginya, berkat amalan ini, jalan menuju ke surga.” (HR. Muslim )

9. Membuka kursus-kursus keahlian serta mempermudah metode pembelajaran dan praktek agar pendidikan sampai ke segenap penjuru negeri.

10. Memperingatkan orang-orang tentang keutamaan ilmu dalam Al-Qur’an dan Sunnah, serta nash-nash ulama dan cendekiawan. Berilah peringatan seperti itu secara terus-menerus.

11. Memenuhi perangkat-perangkat dalam keluarga untuk mengajarkan nilai-nilai keluhuran kepada anak-anak, serta mengangkat cita-cita untuk mencapai derajat keilmuan tertinggi.

12. Menasehati anak-anak secara terus-menerus, mendorong mereka untuk belajar, serta menunjukkan nilai-nilai luhur dan keutamaan ilmu. Selain itu, laranglah serta tekankanlah untuk menghindari kebodohan, dampak dari kebodohan berupa kerusakan dunia dan akherat, serta bahaya yang ditimbulkan karena kebodohan dalam waktu dekat dan lambat.

Sobat. Bergaullah dengan para ahli ilmu, ahli Fiqih, dan orang-orang yang memahami  agama dengan baik, serta mengambil faedah dari keilmuan mereka, begitu juga dengan bergaul bersama ahli makrifat dan menjauhi kebodohan.
Rasulullah SAW bersabda, “ Sesungguhnya para ulama adalah ahli waris para Nabi. Sesungguhnya, para Nabi tidak mewarisi dinar atau dirham, tetapi mereka mewarisi pengetahuan. Barangsiapa mereka yang mengambilnya sungguh ia telah mengambil kebahagiaan.”

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Tantangan Kesehatan Mental, Butuh Solusi Islam



Tinta Media - Dalam kurun waktu sepekan di bulan Oktober 2023 ini terdapat dua kasus dugaan bunuh diri di lingkungan mahasiswa yang cukup menyita perhatian. 

Pertama, kasus dugaan bunuh diri seorang mahasiswi berinisial NJW (20) yang ditemukan tewas di Mall Paragon Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa (10/10/2023). Mahasiswi tersebut diduga kuat mengalami depresi sehingga nekat melompat dari lantai 4 Mall Paragon Semarang. 

Kedua, kasus dugaan bunuh diri seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Semarang berinisial EN (24) yang ditemukan tewas di kamar indekos di wilayah Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah pada Rabu (11/10/2023). 

Menurut data dari Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI kasus bunuh diri sejak Januari hingga Oktober 2023 nyaris menyentuh angka 1000 kasus, tepatnya 971 kasus. Jumlah ini sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang tahun 2022 yang jumlahnya 900 kasus. 

Sangat disesalkan, bunuh diri sebagai tindakan yang dilarang agama kasusnya kian bertambah. Bahkan pelakunya adalah mahasiswa. Apa yang terjadi pada generasi kita?

Kesehatan Mental dan Penyebabnya

Banyaknya kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa menyisakan tanya pada kita semua. Mahasiswa sebagai generasi yang mengenyam strata pendidikan paling tinggi ternyata belum mampu menyelesaikan persoalan dirinya sendiri. Mempunyai mental yang rapuh dan mudah menyerah. 

Banyak faktor yang turut memberikan pengaruh besar terhadap rapuhnya mental generasi. Keluarga menjadi faktor yang cukup dominan dalam membentuk karakter generasi. Keluarga yang rapuh, kurang harmonis, di penuhi pertengkaran, kurang perhatian dengan perkembangan anak dan pola asuh yang salah akan melahirkan generasi lemah dan bermasalah. Apalagi keluarga yang abai terhadap nilai-nilai agama, tentu generasi yang dihasilkan adalah generasi sekuler yang liberal. Lekat dengan budaya bebas dan hedonis. 

Ditambah dengan lingkungan yang tidak kondusif. Mempunyai crinkle sahabat yang tidak care bahkan cenderung toxic menyebabkan mahasiswa berada dalam pengaruh negatif. Mudah berbuat semaunya tanpa peduli kesalahannya bahkan nekat melakukan apa saja tanpa berpikir resikonya. 

Belum lagi perkembangan dunia digital yang  menjadikan mereka mudah mengakses informasi dari dunia luar serta penggunaan media sosial juga memberikan pengaruh besar pada perilaku mereka. Tanpa filter agama yang bagus tentulah akan mudah sekali mereka meniru gaya hidup para publik figur, mulai dari fashion yang mengikuti trend, barang branded, hobi shopping, dll. Apalah daya, jika tuntutan hidup yang tinggi tidak diimbangi dengan  pemasukan. Mudah mereka mengambil jalan instan meskipun dengan cara yang tidak benar. 

Lembaga pendidikan yang diharapkan mampu membangun karakter generasi dan mengounter hal-hal negatif ternyata masih lemah. Bahkan masih menyisakan beragam masalah. Biaya pendidikan yang mahal, tuntutan kampus yang tinggi, output yang kalah saing di dunia kerja masih menjadi masalah lapuk yang belum terselesaikan. Capaian pembelajaran lebih mengacu pada nilai akademik sedangkan nilai religius penanaman mindset hidup terkesan diabaikan. 

Gaung moderasi pada kurikulum terbaru di setiap jenjang pendidikan yang dianggap sebagai salah satu solusi persoalan negeri menjadikan pelajaran agama hanya sebagai pelengkap saja. Agama tidak perlu dibawa-bawa dalam setiap ranah. Penyelesaian masalah akan menjadi perkara yang orang boleh suka-suka. Mungkin, termasuk bunuh diri yang dianggap solusi keluar dari masalah yang dihadapi. 

Belum lagi beban hidup yang makin berat dan tuntutan hidup yang tinggi menjadikan orang semakin terkuras mentalnya. Tanpa ada penyelesaian yang pasti, tanpa hadirnya orang-orang yang peduli dan tanpa hadirnya negara, apakah kita. Manusia dengan segudang masalah. Apalagi tanpa di imbangi dengan nilai religi, tentulah akan mudah frustasi dan depresi.

Bunuh diri, bukan masalah yang berdiri sendiri. Banyak aspek yang berkaitan satu sama lain. Penyelesaiannya tidak cukup hanya mendatangi psikolog dan recovery mental. Lebih dari itu harus juga menyelesaikan problem ekonomi, sosial, pendidikan bahkan pemerintahan. Artinya, masalah bunuh diri butuh solusi yang kompleks dan sistemik. 

Solusi

Islam adalah agama yang sempurna. Mempunyai aturan yang lengkap dan mampu memberikan solusi atas setiap persoalan yang dihadapi oleh manusia. Ketika Islam dijauhkan dalam mengatur kehidupan, tentulah kerusakan yang akan didapatkan. Sudah selayaknya mengembalikan segala urusan hanya kepada Islam.

Islam menempatkan tanggung jawab pendidikan kepada negara. Dengan mengadakan pendidikan yang bisa diikuti semua kalangan. Karena pendidikan adalah hak setiap warga dan diselenggarakan negara tanpa dipungut biaya. 

Pendidikan yang berpijak pada pembentukan kepribadian yang Islami. Menanamkan aqidah Islam, dan mencetak individu yang beriman dan bertakwa. Dengan aqidah yang kuat  setiap muslim akan senantiasa berusaha dalam ketaatan. Akan senantiasa ada dalam kesabaran. Selalu berusaha menyelesaikan masalah sesuai dengan Syariat Islam. 

Muslim yang sudah terdidik akan membangun keluarganya dengan landasan aqidah. Menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Keluarga menjadi sekolah pertama, orang tua menjadi guru dan memberi teladan yang baik. Orang tua tidak hanya disibukkan dengan mencari nafkah dan harta. Tentulah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik dengan mental yang sehat. 

Pendidikan yang berhasil akan menciptakan lingkungan sosial yang care. Menumbuhkan rasa persaudaraan yang semakin erat. Kita tidak hidup sendiri. Satu dengan yang lainya adalah saudara. Saling membantu, saling mengasihi, berlomba dalam kebaikan dan selalu beramar ma'ruf nahi munkar. Tentu seberat apapun beban hidup akan terasa ringan. 

Kaitannya dalam masalah ekonomi, Islam akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan pokok warganya dengan harga terjangkau dan mudah dicari. Menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi para laki-laki. Sehingga tidak ada perempuan yang harus meninggalkan anaknya karena membantu mencari nafkah. Peran yang seimbang akan menjadikan kesehatan mental anak dan orang tua selalu terjaga.

Negara yang selalu hadir dalam memberikan riayah kepada warganya. Tanggap dengan segala macam permasalahannya akan menjadikan masalah menjadi ringan. Hidup penuh dengan kesejahteraan. Semoga suatu saat nanti Islam akan bisa diterapkan dalam kehidupan. Wallahu Alam Bishowab.

Oleh : Ummu Fatimah, S. Pd.
Sahabat Tinta Media

Minggu, 12 November 2023

Wacana Mitigasi Bully, Akankah Menjadi Solusi?



Tinta Media - Dunia pendidikan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Setiap hari selalu ada berbagai isu. Salah satunya adalah isu bullying. Isu bully yang sering terjadi ini membuat Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Bandung merasa khawatir jika kejadian tersebut sampai terjadi di Kabupaten Bandung. Karena itu, ini menjadi PR besar bagi Pemerintah Kabupaten Bandung dan Dinas Pendidikan, sehingga pihaknya harus bersama-sama membenahi komunikasi antara orang tua dan sekolah. Selain masalah bullying, masih banyak lagi yang menjadi PR di dunia pendidikan untuk dibenahi dan diperbaiki, di antaranya kurikulum, kualitas lulusan dan tenaga pengajarnya, fasilitas, infrastruktur, kemudian administrasinya. 

Fenomena bully terhadap guru oleh anak didik yang tidak terima saat diberikan sanksi, sesama anak didik yang saling mem-bully hingga melakukan kekerasan, merupakan fakta yang memprihatinkan bagi dinas pendidikan saat ini. Maka dari itu, ketua komisi D DPRD Kabupaten Bandung berencana melakukan mitigasi bullying dengan konsep bagaimana mencegah bully, bagaimana ketika terjadi, bagaimana menolak bully, dan bagaimana memberikan saran kepada siswa dan juga orang tua siswa agar peristiwa itu tidak terulang kembali. Hal itu bisa terkonversi dan diimplementasikan melalui pelatihan-pelatihan, sosialisasi. Harus ada visualisasi antara guru dan orang tua siswa. Mindset dan tujuan harus disamakan.

Pemerintah pun menyadari bahwa kurikulum sekolah yang kerap mengalami perubahan menjadikan pro dan kontra di masyarakat. Namun, semua itu tidak dianggap lebih. Pemerintah lebih memfokuskan diri tentang bagaimana memiliki lulusan pendidikan yang berkualitas dan bisa berdaya saing dengan daerah lain.

Jika kita cermati, maraknya bullying dan bentuknya  yang semakin sadis bisa terjadi karena 3 faktor,  yaitu: 

(1) Faktor internal. Ini disebabkan karena toxic parents (kurang perhatian, korban KDRT), mental illness (stress, depresi, tidak bisa mengendalikan emosi, dll). 

(2) Faktor eksternal, yaitu sistem yang menjadikan masyarakat mengalami berbagai tekanan, seperti tekanan ekonomi akibat  penerapan sistem ekonomi kapitalistik, tekanan sosial materialistis dan individualis, hukum yang tidak adil dan tidak tegas kepada pelaku, sistem pendidikan sekuler yang hanya bertujuan pada materi, tetapi minim adab, dll. 

(3). Faktor media yang menjadi corong Barat untuk merusak pemikiran kaum muslimin khususnya, dengan menyuguhkan berbagai tontonan yang tak patut dijadikan tuntunan.

Adapun wacana mitigasi bullying yang dijadikan sebagai solusi, tentu ini tidak cukup, sebab mitigasi sehebat apa pun tidak akan bisa menyelesaikan masalah selama sistemnya belum diganti. Karena itu, dibutuhkan solusi komprehensif (solusi sistem) karena sesungguhnya persoalan bullying adalah persoalan sistem, bukan individual. 

Bisa kita lihat, akar permasalahan makin masifnya kasus bullying adalah pemahaman sekuler liberal yang tertancap sangat kuat di segala sektor. Pemahaman sekuler liberal menjadikan umat jauh dari ajaran agama. Rutinitas sehari-hari hanya fokus terhadap dunia. Aktivitasnya tak mengenal halal dan haram, baik ataupun buruk. Umat lebih suka mengedepankan hawa nafsu dalam berbuat dan bertindak. Alhasil, pola sikapnya tak terikat dengan hukum syariat. Umat lupa bahwa sejatinya mereka diciptakan oleh Allah Swt hanya untuk beribadah kepada-Nya.

Jika pola pikir seseorang dilandasi paham sekularisme dan liberalisme, maka dia akan menjalani kehidupannya tanpa arah dan tujuan yang pasti. Dunia dia genggam erat, sementara akhirat tak dihiraukan. Lain halnya jika kita memiliki pola pikir berlandaskan Islam, tentu fenomena bullying tidak akan muncul dalam keseharian. Sebab, yang diterapkan dalam setiap aspek kehidupan adalah aturan Islam, di baik ranah keluarga, sekolah, hingga negara. Sistem Islam memiliki aturan hukum guna mencegah ataupun memberantas bullying di antaranya:

Pertama, Islam mengajarkan agar umatnya berlaku baik kepada sesama. Umat akan mampu mengontrol diri agar tidak mencelakai orang. Sebaliknya, mereka akan menjadi sebaik-baik manusia, yaitu yang bermanfaat bagi manusia lainnya dengan meneladani akhlak Rasulullah saw.

Kedua, membentengi keluarga dengan akidah Islam hingga sampai kepada derajat sakinah mawadah dan rahmah, dan saling menguatkan dalam keimanan. 

Ketiga, sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang mampu mencetak generasi yang bersyahksiyah Islam, pola pikir dan pola sikapnya berlandaskan Islam. Maka, akan tercipta interaksi antar-siswa yang senantiasa diliputi kebaikan akhlak mereka. 

Keempat, negara akan menjaga kondisi ketakwaan masyarakat dan melakukan kontrol terhadap media sosial agar tidak terjadi hal-hak yang bertentangan dengan syariat Islam. Adapun jika terjadi perundungan ataupun hal-hal yang bisa merusak moral masyarakat, maka negara akan secara langsung memberikan sanksi keras sesuai dengan aturan syariat. Maka dari itu, hanya sistem Islamlah yang mampu memberikan solusi bagi seluruh problematika kehidupan.
Wallahu'alam bishshawab.

Oleh: Tiktik Maysaroh
Aktivis Muslimah Bandung

Sabtu, 11 November 2023

Nasib Buruh dalam Cengkeraman Sistem Kapitalisme



Tinta Media - Permasalahan antara para pengusaha dengan buruh senantiasa tidak pernah selesai dalam sistem kapitalisme. Setiap tahun kita dipertontonkan aksi para buruh yang menggaungkan tuntutan demi tuntutan, berharap mendapatkan kesejahteraan, tetapi hanya kecewa yang didapatkan.

Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Partai Buruh menggelar aksi demonstrasi di kawasan patung kuda, Jakarta Pusat.
Aksi demontrasi tersebut digelar untuk menuntut kenaikan upah minimun 15% pada tahun 2024. Para buruh pun mengancam akan melakukan aksi mogok bila keinginannya tidak dipenuhi. (CNBC Jumat 27/10/23).

Berbagai aspirasi melalui demo-demo yang dilakukan setiap tahun menunjukan bahwa para buruh di negeri ini masih sangat jauh dari kata sejahtera. Hal ini akan terus berlangsung selama sistem kapitalisme yang menjadi pijakan. Sebab, para kapitalis akan terus mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan memanfaatkan para buruh. 

Dalam sistem kapitalisme, buruh diekploitasi tenaganya dan dianggap sebagai salah satu faktor produksi. Karenanya, untuk mendapatkan keuntungan yang besar, maka salah satu faktor produksi harus ditekan sebesar-besarnya kemudian ditetapkan batasan minimum upah. Karena itu, upah buruh tidak dapat dinaikkan atau diturunkan.

Tingginya biaya hidup dalam sistem kapitalis saat ini menjadikan para buruh semakin sulit untuk memenuhi kabutuhannya dan keluarga. Ini karena semakin mahalnya harga kebutuhan bahan pokok, transportasi, kesehatan, pendidikan, dan lainnya. 

Para penguasa dan pengusaha saling mencari keuntungan dari masyarakat. Ini membuktikan bahwa sistem ekonomi kapitalisme tidak mampu menyejahterakan rakyat.  

Berbeda dengan sistem Islam. Islam memiliki mekanisme yang mampu menyelesaikan permasalahan buruh dan menciptakan kesejahteraan di tengah-tengah rakyat.
Dalam sistem Islam, upah ditentukan berdasarkan jasa yang diberikan pekerja. Oleh karenanya, pekerja pun wajib memenuhi kewajibannya, yakni mengerjakan hal-hal yang menjadi pekerjaannya sesuai dengan akad yang telah disepakati. Dalam hal ini, haram hukumnya bagi perusahaan mengurangi hak pekerja, mengubah kontrak secara sepihak, atau menunda pembayaran, karena semua itu termasuk kezaliman.

Sistem Islam pun memenuhi kebutuhan rakyat, yaitu sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Pendidikan akan diberikan secara gratis untuk semua kalangan masyarakat, bukan hanya keluarga tidak mampu saja. Keluarga kaya pun akan diberikan secara gratis sehingga para orang tua tidak terbebani dengan biaya pendidikan. Begitu pun dengan kesehatan, akan diberikan secara gratis, baik yang miskin maupun yang kaya dengan fasilitas terbaik. 

Negara akan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, kemudian hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan rakyat, sehingga para pekerja tidak terbebani dan tidak menggantungkan kebutuhan tersebut dari upah yang didapatkan. Mekanisme ini tidak akan bisa diterapkan pada sistem kapitalisme saat ini, karena sistem saat ini idenya rusak, sehingga tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Hanya sistem Islam yang mampu menyelesaiakan permasalahan negeri ini secara keseluruhan dengan penerapan syariat Islam.

Oleh : Nasiroh
Aktivis Muslimah

Solusi Tambal Sulam UMKM ala Kapitalis



Tinta Media - Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan UMKM di Soreang, Kabupaten Bandung diresmikan oleh Mentri Koperasi dan UKM Teten Masduki pada Senin (23/10/2023). Hadiri pula Bupati Bandung Dadang Supriatna dalam acara tersebut. Teten mengharapkan bahwa PLUT-KUMKM nantinya akan meningkatkan kualitas produk para pelaku UMKM sehingga bisa bersaing di pasar global. Ini karena produk yang dihasilkan bisa naik kelas usaha dan tidak terjebak dalam skala usaha mikro. 

Menurut Teten, gedung PLUT ini adalah salah satu fasilitas bagi para pelaku UMKM, yaitu sebagai sarana untuk mendapatkan konsultasi usaha. Para pelaku UMKM nantinya akan diarahkan, sehingga kompetisinya tidak terlalu tajam. Menurut Teten juga, bahwa agar usaha para pelaku UMKM menjadi berkembang, mereka bisa mengakses pembiayaan, mengembangkan produk, juga packaging yang bagus dibantu dengan adanya gedung PLUT ini. 

Pendampingan akan dilakukan terus-menerus, karena tempat ini seperti inkubator, sampai para pelaku UMKM bisa tumbuh dan berkembang dengan produk yang unggul. Menurut Teten,  bahwa kementerian telah  membangun 87 gedung PLUT di semua daerah di Indonesia. 

Menurut Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin di tempat yang sama, beliau mengatakan bahwa hadirnya PLUT-KUMKM menjadi langkah nyata untuk memajukan UMKM di Kabupaten Bandung dan umumnya di Jawa Barat. Sementara Bupati Bandung mengatakan bahwa dengan memiliki sumber daya alam yang besar, sumber daya manusia potensial, serta UMKM yang senantiasa memperkuat perekonomian, menjadikan pertumbuhan ekonomi Bandung semakin meningkat pada 2022 dan mencapai 5,22 persen. 

Bahkan, menurut Bupati Bandung, daya beli masyarakat meningkat. Salah satunya dengan mempermudah perizinan , bahkan sudah 70 ribu NIB yang sudah diterbitkan. Menurut Bupati Bandung,  perputaran ekonomi yang semakin dinamis. Produk UMKM Kabupaten Bandung saat ini sudah mencapai 16.800 jenis. Saat ini, telah tumbuh 25 ribu nasabah baru yang mendapat pinjaman bergulir tanpa agunan.

Pada faktanya, kucuran dana yang dilakukan pemerintah hanyalah solusi pragmatis. Tidak  selamanya kita bisa bersandar pada UMKM, karena UMKM bukan sektor strategis. Akan tetapi, seharusnya pemerintah fokus pada usaha strategis. 

Sangat ironi, faktanya industri besarlah yang terlihat lebih diperhatikan dalam masalah pendanaan usaha. Jumlah dana yang dikucurkan pemerintah untuk rakyat kecil tidak sebanding dengan industri besar. Ini terbukti ketika Sri Mulyani mengucurkan dana sebesar Rp106,8 triliun kepada empat BUMN pada awal 2023. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kepemilikan BUMN besar ada di tangan swasta. 

Sementara, rencana kucuran dana untuk UMKM hanya Rp75 triliun untuk 16 juta nasabah. Jika dibagi rata, tiap orang hanya mendapatkan tidak lebih dari Rp5juta. Belum lagi dikurangi potensi adanya korupsi. Apalagi ditambah dengan hitungan bisnis, modal sebesar Rp5 juta, tidak akan berdampak besar, hanya sekadar untuk bertahan hidup. 

Berbagai kisah sukses UMKM hingga go internasional adalah satu dari sekian juta UMKM yang mangkrak, sebab ekosistemnya tidak mendukung untuk tumbuh dan berkembang. Terlebih bahwa pinjaman tersebut  memberatkan karena adanya unsur riba. Selain itu, banyak UMKM yang gulung tikar karena ongkos produksi mahal melebihi harga jual produk perusahaan besar. 

Pada faktanya, pemerintah disetir oleh para pemilik modal. Ini karena penerapan sistem ekonomi kapitalis. Negara berperan hanya sebagai regulator dan fasilitator saja. Kucuran modal hanyalah solusi tambal sulam atas ketidakberdayaan UMKM.

Mirisnya, kemiskinan malah semakin bertambah dan bersifat sistemis, mulai dari ekosistem usaha yang buruk (akses modal dan bahan baku), hingga kebijakan yang tidak prorakyat miskin. Seperti kebijakan subsidi yang makin dikurangi, bahkan dicabut, seperti kebijakan subsidi air, listrik, BBM, maupun sarana produksi yang diperuntukan bagi rakyat kecil.

Sistem ekonomi Islam berbasis pada kemaslahatan umat dan tidak keluar dari syariat. Di sistem ini, tidak akan pernah ditemui persoalan ekosistem usaha yang buruk dan kebijakan yang tidak pro-rakyat. Islam memiliki cara untuk memudahkan UMKM agar bisa mengakses modal. Negara akan memberikan bantuan dana untuk usaha atau memberikan pinjaman tanpa menggunakan mekanisme riba. Dana tersebut diambil dari Baitul Mal yang mempunyai kebijakan secara independen dan menjadikan kemaslahatan sebagai fokus utama pemerintah. 

Dalam sistem Islam, hak kepemilikan umum akan dikelola oleh negara tanpa intervensi pihak swasta ataupun individu dan hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. 

Islam juga memiliki mekanisme nonekonomi dalam mengatasi kemiskinan, yaitu salah satunya dengan zakat. Mekanisme ini terbukti efektif untuk mendistribusikan harta dari hartawan kepada rakyat miskin. Negara menjamin atas kebutuhan pokok rakyat dan iklim usaha yang berkeadilan, sehingga umat mudah bangkit dari  kemiskinan. 

UMKM bukan hanya butuh modal usaha, tetapi juga kebijakan pemerintah yang prorakyat. Hanya saja, semua itu tidak akan bisa diterapkan dalam sistem ekonomi kapitalisme. Inilah salah satu urgensi penerapan syariat Islam secara kaffah, agar bisa memberikan solusi dari setiap permasalahan umat. Wallahu'alam bishawaab.

Oleh: Enung Sopiah
Sahabat Tinta Media

Kamis, 09 November 2023

Ironis, Nasib Buruh dalam Sistem Kapitalisme




Tinta Media - Belum usai permasalahan buruh hingga detik ini, baru saja kasus PHK massal mengorbankan puluhan hingga ratusan ribu buruh. Kini buruh masih harus terus berjuang untuk mendapatkan kenaikan upah minimum. 

Seperti yang dilansir CNBC Indonesia, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Partai Buruh menggelar aksi demonstrasi di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Jumat (27/10/2023). Demonstrasi digelar untuk menuntut kenaikan upah minimum sebesar 15% di tahun 2024.

Buruh menuntut kenaikan upah minimum tentu bukan tanpa sebab. Indonesia sebagai kelompok negara berpenghasilan menengah atas atau _upper middle income country_  dengan penghasilan nasional bruto per kapita di kisaran 4.500 dolar AS atau setara Rp5,6 juta per bulan. Sedang UMP buruh DKI Jakarta hanya Rp4,9 juta, maka masih kurang Rp700 ribu, setara 15%.

Selain itu, Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Sabilar Rosyad mengungkapkan bahwa menagih hak buruh atas upah yang diberikan perusahaan di 2024 mendatang harus memenuhi 3 aspek berdasarkan apa yang disampaikan Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah, di antaranya yaitu daya beli buruh, memgatasi inflasi, dan mengatasi disparitas upah antar wilayah. 

Tuntutan Buruh Realistis

Tuntutan buruh atas kenaikan upah minimum adalah hal yang wajar. Pasalnya, kebutuhan hidup semakin tinggi seiring naiknya harga bahan pangan, seperti beras yang naik hingga 40% dan bahan makanan lainnya yang naik hingga 15%. Bukan hanya kebutuhan bahan pokok, biaya pendidikan dan kesehatan juga menjadi beban masyarakat, terkhusus buruh yang justru menghabiskan hampir seluruh gaji mereka. 

Beda halnya dengan para PNS, TNI/POLRI yang justru mendapatkan kenaikan gaji sebesar 8% dan pensiunan 12%. Padahal, mereka dibayar dari pajak rakyat, sedangkan para buruh yang membayar pajak tak mendapatkan kenaikan yang layak.

Selain itu, berkaca pada rencana Indonesia menuju negara maju 2045, sepertinya semua itu hanya isapan jempol semata. Sebab, untuk merealisasikannya, pendapatan per kapita Indonesia harus berada di atas 10.000 dolar AS atau Rp150 juta per bulan selepas 2030 hingga 2045. (tirto.id, 23/11/23) 

Pendapatan per kapita Indonesia ditargetkan naik 5.500 dolar AS atau Rp86 juta di 2024 dan ditargetkan 10 ribu dolar AS hingga 2045. Maka _income_ rakyat Indonesia terkhusus buruh minimal Rp10 juta per bulan. 

Sedangkan realitanya, pendapatan per kapita Indonesia baru mencapai 4.500 dolar AS dengan pendapatan tersebut seharusnya gaji buruh Rp5,6 juta per bulan atau mendapatkan kenaikan 15% dari gaji sebelumnya. Namun, aspirasi kaum buruh belum jua direalisasikan dan target menuju Indonesia maju pun hanya angan semata. 

Kapitalisme Sumber Kesengsaraan

Kondisi seperti ini tak lepas dari sistem aturan yang diterapkan pemerintah, yaitu kapitalisme. Dalam sistem Kapitalisme, tenaga buruh dieksploitasi habis-habisan, bahkan didukung dengan regulasi kebijakan yang semakin mencekik dan menguntungkan para kapitalis, seperti UU CIPTA KERJA yang tak ada satu pasal pun menguntungkan kaum buruh. Yang ada justru kaum buruh semakin terenggut hak-haknya. 

Dalam sistem kapitalisme, buruh atau pekerja termasuk bagian dari faktor produksi, dengan prinsip yang dianut kapitalisme bahwa produksi harus mengeluarkan modal sekecil-kecilnya dan mendapatkan untung yang sebesar-besarnya. 

Maka, para kapitalis atau pengusaha berusaha mengeluarkan _budget_ produksi seminimal mungkin. Salah satu imbasnya adalah gaji buruh semakin diminimalisir dengan sedikit memberikan kenaikan gaji atau bahkan tidak sama sekali. 

Maka, wajar jika ada perusahaan yang tidak memberikan hak uang pensiun, sebagaimana yang terjadi di pabrik minyak goreng di kawasan Tanjung Perak, Surabaya. Di sana, para karyawan usia pensiun tidak diberikan hak uang pensiun sesuai perjanjian kerja yang disepakati bersama.

Sistem kapitalisme selamanya tak akan mampu memenuhi hak-hak buruh dan menyejahterakannya karena bertentangan dengan prinsip sistem tersebut. Maka, yang terjadi justru kesengsaraan dan eksploitasi. Inilah realita yang harus diterima negara pengusungnya. 

Islam Sistem yang Menyejahterakan

Beda halnya dengan sistem IsIam. Aturan yang diterapkan bersumber dari Al-Khaliq, Pencipta manusia, alam semesta, dan kehidupan Yang Mahaadil. 

Maka, Islam memiliki aturan pengupahan pekerja yang baik dengan standar gaji ditentukan oleh _khubara_, seorang pakar yang mengetahui setiap pekerjaan sesuai dengan keahliannya.

Selain itu, Islam menjamin terpenuhinya hak pokok rakyat, seperti sandang, pangan, dan papan dengan berbagai mekanisme, juga hak pokok komunal seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara cuma-cuma atau gratis. 

Sehingga, para pekerja tak pusing dengan beban biaya pendidikan dan kesehatan yang bisa menghabiskan hampir semua gaji mereka. Para pekerja cukup memikirkan kebutuhan pokok keluarga sehari-hari. 

Maka dengan aturan tersebut, para buruh akan mendapatkan standar hidup yang layak dan kesejahteraan pun akan nampak. Inilah kesempurnaan sistem IsIam yang telah terbukti belasan abad menyejahterakan umat tanpa memandang kaya, miskin, ras, bahkan agama. Semua hidup berdampingan dengan keteraturan sistem IsIam yang paripurna. Wallahu a'lam ....

Oleh: Heti Suhesti
Aktivis Dakwah
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab