Suara Cerdas Menuntut Perubahan Hakiki dengan Islam
Tinta Media - Semua partai politik dalam sistem demokrasi akan berhitung dan akan menggunakan segala cara agar mendapatkan suara rakyat untuk meraih kekuasaan. Segala cara dilakukan, halal maupun haram, untuk meraih kemenangan, kursi kekuasaan. Bahkan, koalisi antar partai dilakukan meskipun harus mengorbankan idealisme demi bisa merasakan kue kekuasaan. Rakyat didatangi dan menunjukkan perhatian dengan membawa sesuatu agar pilihan jatuh pada mereka.
Rakyat butuh diperhatikan dan dibela, bukan hanya menjelang pemilu, tetapi lima tahun ke depan saat mereka berkuasa memimpin negeri ini.
Demi rakyat, demi keutuhan negeri, kalimat itu sangat mudah diucapkan, tetapi tidak untuk diwujudkan. Atas nama rakyat, sumber daya alam tergadaikan, sementara utang luar negeri yang membumbung tinggi menjadi beban generasi dan menjadi ancaman kedaulatan negara.
Tidakkah mereka berpikir bahwa semua itu akan dimintai pertanggungjawaban, baik yang terpilih maupun yang memilih. Sejarah akan mencatat perilaku buruk mereka terhadap rakyat. Sementara, tidak lama lagi mereka harus pergi dengan meninggalkan berbagai masalah. Mereka lupa ada pengadilan akhirat yang akan meminta pertanggungjawaban saat diberi kekuasaan, tetapi tidak amanah dan berbuat zalim pada rakyat.
Menjelang pemilu 2024, janji-janji manis ditebar agar rakyat mau menentukan pilihannya. Namun, semua tinggal janji yang tidak pernah ditepati selama sistem kapitalisme yang tidak ramah pada rakyat kelas bawah masih diterapkan.
Meskipun berganti rezim, kepentingan rakyat selalu terpinggirkan dan dikalahkan oleh kepentingan elit politik yang ingin meraih kekuasaan. Bahkan, mereka rela berpihak pada oligarki dan kepentingan asing aseng demi kue kekuasaan. Suara rakyat tidak lagi dianggap penting setelah kekuasaan dalam genggaman. Rakyat dijadikan tumbal politik untuk meraih kekuasaan.
Rakyat yang cerdas pastinya akan menuntut perubahan sistem yang terbukti tidak ramah terhadap umat manusia. Kapitalisme berpihak pada pemilik modal, tidak pada rakyat kelas bawah. Rakyat butuh perubahan sistem yang mengurusi rakyat, bukan sistem pencitraan dengan menebar kebaikan yang semu dan menipu. Kebusukan yang dibalut citra dengan janji-janji manis bukan untuk diwujudkan, tetapi hanya untuk mendapatkan simpati agar rakyat menjatuhkan pilihannya.
Rakyat cerdas harus mulai berpikir perubahan hakiki yang membawa kebaikan pada semua rakyat. Negara yang mengurusi rakyat, bukan lepas tangan dari tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan, rasa aman, dan kebutuhan dasar lainnya, termasuk menyediakan pendidikan berkualitas dan murah, bahkan bila perlu gratis.
Rakyat tidak boleh tertipu oleh pencitraan dengan slogan demokrasi demi rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Semua hanya terucap dalam bibir, tidak untuk diwujudkan. Atas nama rakyat, mereka bisa melakukan apa saja yang menguntungkan elit politik, tetapi merugikan rakyat. Bagi-bagi kue kekuasaan untuk menikmati uang rakyat, tetapi enggan memikirkan rakyat.
Rakyat berdaya dan cerdas tidak akan mau jadi tumbal politik untuk meraih kekuasaan dalam sistem demokrasi. Rakyat cerdas akan berpikir sebuah perubahan hakiki, bukan semu dan menipu. Sistem demokrasi membentuk pemimpin rakus yang haus kekuasaan, karena dalam pemahaman mereka kekuasaan adalah tujuan, bukan mengurusi rakyat. Cara halal atau haram dilakukan untuk meraih kekuasaan.
Sementara, Islam memandang bahwa berpolitik adalah aktivitas untuk mengurusi urusan umat. Kekuasaan bukan tujuan, tetapi cara agar bisa mengurusi rakyat dengan maksimal.
Hanya negara yang bisa mengurusi rakyat, menjamin kebutuhan dasar mereka. Negara juga menjamin tersedianya lapangan pekerjaan sehingga mereka bisa berdaya dan hidup sejahtera.
Dalam sistem Islam, keberpihakan ada pada rakyat, bukan pada para pemilik modal. Harta milik umat tidak boleh diserahkan pada swasta, apalagi asing yang mengeruk kekayaan negeri yang harusnya diperuntukkan sebesar-besarnya untuk rakyat.
Belum lagi korupsi yang menjamur karena pejabat yang berpikir hanya membangun citra dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pejabat blusukan bukan untuk memahami masalah rakyat untuk diselesaikan, tetapi semua itu hanya untuk pencitraan.
Saatnya kembali pada sistem Islam yang berpihak pada rakyat. Pejabat amanah, berpikir dan berpihak pada rakyat karena takut kepada Sang Pemilik hidup. Pejabat sibuk mengurusi rakyat, bukan sekadar pencitraan.
Blusukan dilakukan agar bisa memahami masalah yang dihadapi rakyat agar bisa menemukan solusi tepat. Solusi fundamental yang bersumber dari Islam mampu menyelesaikan semua permasalahan secara tuntas tanpa menimbulkan masalah baru yang lebih sulit.
Sistem khilafah adalah pilihan cerdas untuk diperjuangkan agar kehidupan Islam membentuk rakyat beriman dan bertakwa, sehingga pintu berkah dari langit dan bumi terbuka untuk penduduk suatu negeri, bukan azab pedih berupa bencana bertubi-rubi dan masalah yang membelit negeri.
Oleh: Mochamad Efendi
Sahabat Tinta Media