Tinta Media: Sistem Pergaulan
Tampilkan postingan dengan label Sistem Pergaulan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sistem Pergaulan. Tampilkan semua postingan

Senin, 20 Maret 2023

Maraknya Siswi SMP-SMA Meminta Dispensasi Nikah Bersifat Sistemik

Tinta Media - Menanggapi maraknya siswi SMP-SMA meminta dispensasi nikah karena mayoritas hamil duluan, Penulis Buku The Model For Smart Parents Nopriadi Hermani menyatakan bahwa persoalan ini bersifat sistemik bukan persoalan individual.

“Persoalan ini adalah persoalan yang bersifat sistemik. Bila ada satu,  dua yang berzina maka ini individual. Tapi kalau banyak yang melakukan, terus berulang, maka ini persoalan sistemik,” tuturnya kepada Media Umat pada rubrik wawancara edisi 3-16 Februari 2023.

Menurutnya, disebut sistemik karena banyak bagian dalam kehidupan ini yang bekerja menghasilkan kerusakan moral pada remaja.
“Disebut sistemik karena ada banyak bagian-bagian dalam kehidupan kita yang saling terhubung dan bekerja menghasilkan kerusakan moral para remaja ini,” tambahnya.
Ia menilai, kerusakan moral ini bermula dari keluarga yang tidak kompeten dalam mendidik anak-anak mereka menjadi pribadi yang bertakwa.

“Harus diakui kerusakan remaja ini bisa bermula dari keluarga yang tidak kompeten dalam mendidik anak-anak menjadi pribadi yang bertaqwa,” ujarnya.

Ia juga berujar, orang tua harus membekali diri dengan ilmu mendidik anak. “Orang tua harus membekali diri dengan ilmu yang memadai dalam mendidik anak,” pungkasnya.[] Kays

Minggu, 19 Maret 2023

Heboh! Konser Blackpink Menggiur Pemuda, Naas Hidup Hedonisme

Tinta Media - Konser “Blackpink World Tour” (Born Pink), yang dimulai di KSP Dome Olympic Park, Korea Selatan setahun silam kini berlanjut ke berbagai negara hingga ke Indonesia. Konser ini benar-benar menjadi atensi para pemuda Indonesia. Berbondong-bondong para pemujanya berhamburan membeli tiket dengan nilai rupiah yang tak sedikit. Berjuta budget hanya untuk sebuah hiburan saja. Inilah fenomena hiburan yang makin menggigit. Kapitalisasi hiburan pun tak bisa dibendung.

Menurut catatan Kompas.com lagu-lagu Blackpink telah didengar sebanyak 8,88 miliar per 3 Maret 2023. Angka itu mengalahkan rekor sebelumnya sebanyak 8,4 miliar kali yang dipegang girl group asal Inggris, Little Mix. 

Bertepatan meroketnya grup vocal Blackpink, konser tersebut digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Sabtu (11/3/2023) malam berhasil memukau para fansnya.

CNBC Indonesia pun tak ketinggalan mewartakan bahwa penelusuran Tim CNBC di akun Twitter @nctzenbase, beberapa netizen sempat bercerita tentang jumlah pengeluaran untuk menonton konser k-pop. Ada yang tembus Rp 4 juta, Rp 5 juta, hingga Rp 9 juta pun ada. Namun besarnya kocek yang harus dikeluarkan tidak menyurutkan niat mereka untuk menonton konser. Terbukti jumlah penonton dari 21 kota yang dikunjungi tersebut sekitar 1.085.024 orang. Bangkok, Thailand, menjadi tempat yang paling banyak penontonnya, yaitu 85.000 orang. Sedangkan, Indonesia berada di urutan kedua dengan jumlah penonton sekitar 70.000 orang.

Miris rasanya para penonton yang mayoritas pemuda ini  gencar untuk menonton konser dengan tiket puluhan juta demi pemenuhan kebahagiaan dan hiburan saja. Para idola yang mereka banggakan membuat ribuan generasi terhipnotis bahkan rela untuk mengeluarkan dana nonton konser tembus puluhan juta. Padahal dengan uang jutaan tersebut dapat digunakan untuk biaya kebutuhan yang lain. 

Konser Blackpink yang terfasilitasi oleh negara sungguh luar biasa. Tiket nonton konser meski tergolong mahal pun ludes terjual. Pengerahan keamanan dari Ditlantas dan dibantu dengan aparat TNI pun dikerahkan untuk mengamankan dan mengawal konser tersebut. Kepolisian Daerah Metro Jaya mengerahkan hingga 1.022 personel untuk mengamankan konser saja. Ribuan personel tersebut merupakan gabungan dari berbagai unsur yang terdri dari 932 personel Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Pusat, 30 personel Tentara Nasional Indonesia (TNI), serta 60 personel dari pemerintahan daerah (pemda).(Kompas.com)

Di tengah persoalan bobroknya generasi, dalam segala aspeknya, negara justru memfasilitasi konser yang berpondasi dari budaya luar. Menambah potensi kerusakan generasi yang mengukur kebahagiaan dengan materi. Semisal membeli tiket konser yang sedang viral. Inilah fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Gaya hidup ini merupakan bagian dari hedonisme yang meracuni pemuda ditengah kemiskinan yang masih ada ditengah masyarakat. 

Sangat jauh sikap yang ditunjukkan negara terkait dengan  tontonan dari penampilan pemuda yang mengarah pada kebaikan seperti membaca Al-Qur’an di sepanjang Malioboro, mereka tidak diapresiasi bahkan aktivis rohis pun dicap teroris.
Sungguh tragis, bukan?

Terlihat nyata wajah negara tanpa tujuan yang jelas terhadap generasi, inilah dampak dari pemisahan agama (sekularisme) dan penekanan peran kapital dari modal kekayaan produksi barang yang digunakan (kapitalisme) di negara ini, berujung salah kaprah menempatkan prioritas dan menimbulkan budaya hedonisme. 
lantas, bagaimana menuntaskan persoalan pemuda yang kian hari kian terkikis jati dirinya? 

Umat Islam harus menyadari bahwa dunia hari ini, termasuk Indonesia berada dalam genggaman kapitalisme global. Hedonisme dan nilai-nilai liberal (kebebasan) merupakan proyek Barat untuk menjaga kepentingan mereka agar tetap menguasai dunia dengan Ideologi Kapitalisme seperti menyuguhkan konser, tontonan, hiburan, yang mengarah ke generasi saat ini.

Pihak yang berkuasa mengatakan bahwa peran pemuda adalah sebagai agen perubahan. Artinya pemuda menganalisis perubahan zaman sehingga mereka dapat memilih mana yang perlu untuk dipertahankan. Namun, berbanding terbalik dengan yang saat ini terjadi, konsekuensi logis dari penerapan sistem Kapitalisme berdampak pada krisis moral generasi, kebebasan serta sikap individualisme yang tinggi.

Kita patut prihatin atas kondisi generasi hari ini. Mereka antusias menghadiri konser dan rela berjuang demi sebuah idolanya. Bagaimana kita tidak peduli? pemuda butuh lingkungan yang mendukung, pembinaan yang terarah, dan pengawasan dari negara dan di antara mereka, banyak pemuda muslim yang menjadi korban. Bila yang berperan hanya segelintir saja, maka akar masalah ini tak bisa tuntas dengan sempurna, hanya beberapa saja yang terealisasikan, malah tidak ada kemungkinan untuk mengubah budaya yang digemari pemuda saat ini.

Maka solusi tuntasnya adalah dengan taat kepada Allah, Islam dengan aturan yang sempurna dan menyeluruh memiliki tujuan jelas terhadap generasi masa kini yakni mencetak generasi hebat berkepribadian Islam yang kelak akan  membangun peradaban yang mulia. Seperti yang terkandung dalam surah Al-Insan ayat 19, 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan mereka dikelilingi oleh para pemuda yang tetap muda. Apabila kamu melihatnya, akan kamu kira mereka, mutiara yang bertaburan”.

Islam menjadikan negara sebagai pihak yang akan mewujudkannya, mengintegrasikan misi mencetak generasi bersyakhshiyah Islam dalam aspek lini kehidupan. Sebagaimana kisah gambaran sosok pemuda yang memiliki jiwa kuat, tangguh, dan harta berlimpah diberikan untuk peradaban Islam yaitu Mush’ab bin Umair dan Sa’ad bin Muadz. Mereka contoh penyadaran bagi pemuda islam untuk dicontoh dan diaplikasikan dalam kehidupan. 

Untuk itu, butuh terobosan strategi yang handal untuk menghadapi racun pemikiran barat yang semakin mulus mengelabui hingga pemuda hari ini seolah tak sadarkan diri. Dengan upaya generasi yang memimpin kader dakwah Islam serta ikhlas dalam menapaki perjuangan untuk mengembalikan kejayaan dan kemuliaan Islam. InsyaAllah peradaban Islam dalam naungan Khilafah akan terwujud.

Oleh: Elisa Nurahma
Sahabat Tinta Media 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab