Tinta Media: Sistem Kapitalis
Tampilkan postingan dengan label Sistem Kapitalis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sistem Kapitalis. Tampilkan semua postingan

Kamis, 28 September 2023

Buah Sistem Kapitalis, Kepedulian terhadap Tetangga Makin Terkikis

Tinta Media - Beredar berita kasus penemuan dua jasad di Perumahan Bukit Cinere Depok pada hari kamis (07/09/2023). Dua jasad tersebut adalah seorang ibu bernama Grace Arijani Harahapan 65 tahun dan David Ariyanto 38 tahun. Mayat keduanya diduga sudah lama membusuk di dalam kamar mandi.

 

Penemuan jasad tersebut bermula saat warga ingin mengajak acara jalan santai yang diselenggarakan oleh RT setempat. Namun, rumah korban dalam keadaan digembok. Berdasarkan keterangan tetangganya, korban adalah penghuni pertama di perumahan tersebut, tetapi tidak pernah ‎bersosialisasi dengan warga sekitar (Kompas.com). 

 

Kasus tersebut menggambarkan bahwa sistem sekularisme kapitalisme menumbuhkan sikap individualisme yang menjadikan kurangnya sosialisasi terhadap tetangga. Kesibukan mencari duniawi menjadikan hilangnya rasa kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama. 

 

Bahkan, dalam sistem sekuler saat ini, kepedulian terhadap sesama dianggap sebagai bentuk ikut campur urusan orang lain sehingga menjadikan masyarakat merasa nyaman dengan kehidupan individualisnya. 

 

Sistem sekuler kapitalis menjadikan masyarakat fokus pada kepentingan individu-individu saja. Artinya, masyarakat sudah cukup mendapatkan kesejahteraan, ditambah negara membiarkan pembangunan perumahan ala kapitalis yang berdampak pada semakin terkikisnya rasa kepedulian terhadap tetangga.

 

Rusaknya sistem sekuler kapitalisme saat ini memengaruhi pola pikir dan pola sikap pada masyarakat karena tidak adanya ikatan akidah. Yang ada hanya ikatan kepentingan. 

 

Sekularisme memisahkan kehidupan bermasyarakat dengan aturan agama. Padahal, dalam Islam, kehidupan bermasyarakat diatur oleh aturan Islam, termasuk perintah berbuat baik kepada tetangga.

 

Ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat annisa ayat 36 yang artinya:

 

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.“

 

Begitu juga ada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari mengatakan,

 

"Tidak akan masuk ke dalam surga siapa saja yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.”

 

Pada riwayat lain Rasullullah saw. mengatakan: 

 

"Jika engkau memasak, perbanyaklah kuahnya, lalu perhatikan penghuni rumah dari tetanggamu, dan berikanlah kepadanya dengan cara yang baik.” (HR. Imam Bukhari).

 

Dari ayat dan hadis di atas diketahui bahwa berbuat baik, menjaga hak-haknya, memuliakan tetangga, peduli terhadap tetangga hukumnya adalah wajib. Ini karena tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kita. Tetangga adalah orang yang terlibat dalam kehidupan sehari-hari kita, maka bisa menjadi sebuah kebahagiaan ketika memiliki tetangga yang saling peduli antar satu sama lain.

 

Rasulullah saw. mengatakan bahwa di antara kebahagiaan seorang muslim adalah memiliki rumah yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman (HR.Bukhari)

 

Rasulullah saw. telah memberikan teladan bagaimana memperlakukan tetangga dengan baik sehingga

mampu menciptakan kerukunan antartetangga. Saat ini yang bisa kita lakukan adalah melakukan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.  manakala sistem yang diterapkan adalah sistem yang aturannya dari Islam dan negara yang menerapkan aturan-Nya.  Wallahua'lam.

Oleh: Nasiroh (Aktivis Muslimah)

Jumat, 02 Juni 2023

FKU Aswaja Kediri: Yang Merusak Negeri Ini Sistem Kapitalis

Tinta Media - Kyai Agus Novi dari FKU Aswaja Kabupaten Kediri menyampaikan bahwa yang merusak negeri ini bukan Islam tetapi sistem kapitalis.

“Maka dalam kesempatan ini, mudah-mudahan kita menjadi sadar bahwa yang merusak negeri dan bangsa ini bukan Islam tetapi sistem kapitalis,” ungkapnya dalam acara Multaqo Ulama Aswaja: Pajak adalah Instrumen Sistem Ekonomi Kapitalis untuk Memalak dan Menyengsarakan Rakya, Rabu (24/05/2023) di Kediri.


Menurutnya, definisi sederhana kapitalis ialah para pemilik modal dan para pengusaha dijadikan pelaku utama dalam kegiatan ekonomi sedangkan negara tidak boleh ikut didalamanya, negara itu hanya sebagai watch dog (anjing pengawas).

“Hanya boleh melihat, mengatur, dan menarik pajak,” jelasnya

Ia menerangkan bahwa benar sangat ironis sekali dalam sistem kapitalis ini, jika tidak bayar pajak negara tidak bisa berkembang. Tapi, bayar pajak malah di korupsi.

“Betul berbahaya, jika tidak bayar pajak sedangkan 80% pendapatan negara kita itu dari pajak, tapi Bukankah ini lebih berbahaya lagi kalau kemudian pajaknya itu di korupsi, itu betul-betul menyakitkan bagi rakyat negeri ini,” terangnya.

Kyai Novi pun menanyakan kepada para peserta yang hadir dalam acara multaqo dengan mengutip ayat suci Al-qur’an. “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Ini pertanyaan kagem panjenengan Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki dan hukum Siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin,” tutupnya [] Abi Nayara

Selasa, 18 April 2023

ABI: Maraknya Perdagangan Manusia karena Ekonomi Kapitalis?

Tinta Media - Sekjen Aliansi Buruh Indonesia (ABI) Imam Ghazali menduga maraknya perdagangan manusia disebabkan karena penerapan sistem ekonomi kapitalis.

”Banyaknya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang menjadi pekerja migran dan diduga telah menjadi korban perdagangan manusia mayoritas disebabkan hasil dari pelaksanaan sistem ekonomi kapitalis," ujarnya dalam program Kabar Petang: Tangis Pilu Dede Asiah Diduga Dijual di Suriah, di kanal YouTube Khilafah News, Selasa (11/4/2023).

Imam mengungkapkan, pelaksanaan sistem ekonomi kapitalis telah membuat biaya kebutuhan menjadi tinggi. "Harga-harga yang mahal dan sulitnya mencari kerja di negeri ini menyebabkan banyak sebagian masyarakat tidak bisa memenuhi biaya kehidupannya, sehingga mereka harus mencari cara  keluar negeri agar bisa bekerja untuk mendapatkan penghasilan," ungkapnya.

Imam juga menjelaskan, penyebab lainnya yang semakin menambah persoalan adalah karena kesalahan sistem ekonomi kapitalis dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang tidak berpihak kepada rakyat.

“Indonesia merupakan negara kaya raya yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) melimpah, tetapi aneh penduduknya malah mencari makan di negeri orang. Kalau kaya mestinya kan tidak perlu banyak yang bekerja keluar negeri," jelasnya.

“Para investor kapitalis yang diharapkan menciptakan peluang kerja tetapi nyatanya malah tidak terlalu signifikan, karena banyak investor yang masuk ke Indonesia tetapi juga membawa sekalian tenaga kerjanya dari negeri mereka,” imbuhnya.

Ia mencontohkan, tenaga kerja asing seperti yang berasal dari Cina kini dimana-mana banyak terlihat. 

“Kalau jalan-jalan ke bandara, itu sudah banyak orang berbahasa Cina. Di Jepara, ada investasi Cina di kawasan industri yang disitu juga ada tenaga kerja asing sebagai teknisi mesin yang juga mereka ambil dari Cina. Dan ini kenyataan,” tandasnya. 

Imam pun menegaskan penyebab yang terakhir, bahwa kebanyakan TKI yang menjadi pekerja migran adalah mereka yang tidak punya keahlian. Tingkat pendidikan pekerja migran yang rendah sehingga tidak memahami hukum dan birokrasi menimbulkan potensi terjadinya masalah yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk perdagangan manusia.

“Inilah kurang lebih penyebab utama maraknya pekerja migran yang menjadi korban perdagangan manusia karena hasil dari pelaksanaan sistem ekonomi kapitalis yang memandang manusia sebagai sebuah dagangan yang bisa menghasilkan uang,” pungkasnya. [] Muhar
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab