Dari Bekasi hingga Kamboja: Sindikat Penjualan Organ Ginjal Merajalela
Tinta Media - Adanya ketimpangan kekayaan dan kesenjangan antara kaya dan miskin di masa kini memang jamak kita temukan, ketidaksetaraan pendapatan dan kekayaan juga seolah sudah menjadi lazim kita temui di tengah masyarakat, tentu saja ini akibat dari beberapa faktor produksi yang hanya dimiliki secara privat oleh segelintir orang saja, buntut dari sistem ekonomi kapitalis.
Padahal sistem ekonomi kapitalisme sangat rentan terhadap krisis ekonomi, seperti resesi atau depresi. Tatkala pasar mengalami ketidakstabilan, maka akan mengakibatkan pengangguran, kebangkrutan, dan penurunan ekonomi meningkat tajam. Contohnya, pada masa pandemi Covid-19 beberapa tahun yang lalu.
Kesempatan emas ini dimanfaatkan oleh para sindikat perdagangan ginjal, sehingga dengan mudah dapat menjerat 102 korbannya yang bersedia menjual organ ginjalnya. Hal itu diketahui dari hasil pemeriksaan, sebagaimana disampaikan oleh Direktur Reserse Umum Polda Metro Jaya, Hengki Haryadi. Bahwa motif para korban adalah ekonomi, dari berbagai latar belakang seperti pedagang, guru privat, bahkan lulusan S2 dari universitas terkemuka di Indonesia, yang saat ini tidak lagi memiliki pekerjaan akibat dampak pandemi Covid-19.
Para korban tersebut sempat diinapkan selama seminggu di Cibinong untuk kemudian diterbangkan ke Kamboja sebagai tempat transplantasi sekaligus transaksi jual beli ginjal. Aksi mereka semakin mulus karena dibantu oleh 2 oknum di luar sindikat, yang berasal dari instansi Polri dan Imigrasi.
Dampak Penerapan Sekularisme
Sekularisme atau pemisahan agama dari kehidupan, yang menjadi asas sistem kapitalisme telah berhasil menjadikan keimanan seseorang rentan, sehingga sangat mudah diperbudak oleh materi dan lebih mementingkan nafsu jasmani semata.
Dan tanpa adanya pondasi keimanan yang kokoh, dampak nyatanya, ketika dihadapkan pada tekanan ekonomi, membuat manusia begitu mudah merasa putus asa, gelap mata, bahkan rela menukarkan sebagian tubuhnya untuk dijual dengan sejumlah uang demi bertahan hidup tanpa memikirkan dampak dan risiko kesehatan jangka panjangnya.
Sementara para kapitalis yang menjadikan profit sebagai tujuan kehidupan melihat peluang bisnis dari tingginya permintaan organ tubuh manusia. Oleh karena itu, dengan mudahnya para pemilik modal merubah praktek medis sebagai sebuah pasar baru, di mana organ-organ tubuh manusia menjadi sebuah komoditas bernilai tinggi.
Demikianlah fakta yang terjadi hari ini, akibat salahnya sistem yang di terapkan. Membuat kerusakan merajalela di tiap elemen kehidupan, bukan saja dari sisi individunya, perilakunya, pemikirannya, bahkan ekonominya.
Begitulah penerapan sistem ekonomi kapitalisme saat ini, tiap individu bebas membuat keputusan ekonomi sendiri tanpa tunduk kepada nilai apapun, termasuk negara hanya sebagai fasilitator dalam memudahkan para kapitalis untuk meloloskan kepentingannya.
Sempurnanya Sistem Islam
Dengan Islam yang bersumber dari wahyu dari Allah SWT. Maka, dengan aturan itulah manusia diminta menjalankan kehidupannya. Dengan petunjuk prinsip-prinsip syariah dan panduan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist, manusia perlu untuk memahaminya dan kemudian melaksanakannya.
Sistem ekonomi sekalipun diatur dalam Islam. Termasuk mekanisme pembagian hak kepemilikan dan distribusi kekayaan yang jelas dan adil.
Selain itu, dalam paradigma Islam, tiap amalan wajib dikaitkan dengan kepentingan dunia dan akhirat, termasuk dalam ekonomi Islam. Oleh karena itu, ketakwaan individu menjadi asas yang paling kuat guna menghalangi terjadinya berbagai pelanggaran peraturan. Hal ini pula yang meniscayakan ekonomi Islam berhasil dalam membantu masyarakat memenuhi kebutuhannya, mampu menjalankan kewajibannya memberi nafkah bagi para suami karena lapangan pekerjaan tersedia, hingga tercapainya kesejahteraan.
Oleh karenanya kebutuhan memiliki negara yang berasas aqidah Islam yang hukum aturannya bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah, sangatlah penting saat ini, guna menyingkirkan sistem rusak seperti kapitalisme.
Sebab, sistem ekonomi Islam ini bukan sebatas teori namun telah teruji dan terbukti berhasil mewujudkan kesejahteraan rakyatnya, sebagaimana dulu di kala negara Islam memimpin dunia. Dengan penerapan syariah secara kaffah, negara islam berhasil memberikan kesejahteraan pada rakyatnya.
Dan kemudian berhasil melahirkan individu-individu berkepribadian Islam, kokoh dalam aqidahnya serta berpemikiran cemerlang hingga membawa Islam menjadi satu- satunya peradaban yang gemilang hingga 1400 tahun lamanya.
Wallahu'alam bissawab.
Oleh: Indri Wulan Pertiwi
Aktivis Muslimah Semarang