Tinta Media: Sholat
Tampilkan postingan dengan label Sholat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sholat. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 April 2024

Bolehkah Sholat dan Berkhutbah Idul Fitri pada Tanggal 2 Syawal?

Tanya :

Tinta Media - Ustadz, bolehkah seseorang yang sudah sholat Idul Fitri tanggal 1 Syawal, lalu sholat lagi, atau berkhutbah Idul Fitri pada tanggal 2 Syawal?

Jawab :

Tidak boleh hukumnya sholat atau berkhutbah Idul Fitri pada tanggal 2 Syawal, karena batas akhir sholat dan khutbah Idul Fitri adalah waktu zawal (awal waktu Zhuhur) pada tanggal 1 Syawal itu.

Dalil bahwa batas akhir sholat Idul Fitri adalah waktu zawal, ditunjukkan oleh hadits berikut ini :

عن أبي عُميرِ بنِ أنسِ بنِ مالكٍ، قال: حدَّثني عُمومتي، من الأنصارِ من أصحابِ رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم قالوا: أُغْمَي علينا هلالُ شوال، فأصبحنا صيامًا، فجاءَ ركبٌ من آخِر النهار، فشهِدوا عندَ النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم أنَّهم رأوُا الهلالَ بالأمس، فأمَرَهم رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم أن يُفطِروا، وأنْ يَخرُجوا إلى عيدِهم من الغدِ

Dari Abu 'Umair bin Anas bin Malik RA, dia berkara,"Telah meriwayatkan kepadaku paman-pamanku dari golongan Anshar dari para shahabat Rasulullah SAW, bahwa mereka berkata,'Telah tertutup awan bagi kami hilal Syawal, maka pada pagi harinya kami tetap berpuasa. Datanglah kemudian satu rombongan pada sore hari, dan mereka pun bersaksi kepada Nabi SAW bahwa mereka telah melihat hilal kemarin. Maka Rasulullah SAW memerintahkan mereka untuk berbuka, dan juga memerintahkan untuk sholat Idul Fitri pada keesokan harinya." (HR Ahmad, no. 20.603; Al Baihaqi, dalam _As-Sunan Al-Kubra_, 3/316; hadits ini dinilai shahih oleh Imam Syaukani dalam _As-Sailul Jarrar_, 1/291; dan oleh Syekh Al-Albani dalam _Shahih Sunan Ibnu Majah_, no. 1348).

Lihat : https://dorar.net/feqhia/1716/

Hadits tersebut menunjukkan bahwa jika informasi rukyatul hilal datangnya pada waktu sore hari _(akhir an nahar),_ yakni berarti sudah melampaui waktu zawal (awal waktu Zhuhur), maka sholat Idul Fitrinya tidak dapat lagi dilaksanakan pada hari itu (tanggal 1 Syawal), melainkan dilaksanakan pada keesokan harinya (tanggal 2 Syawal).

Ini berarti batas akhir sholat Idul Fitri adalah tibanya waktu zawal (waktu awal Zhuhur) pada tanggal 1 Syawal.

Demikianlah menurut kesepakatan (ijma') para ulama, yakni tak ada khilafiyah di antara mereka dalam masalah ini.

Imam Ibnu Hazm berkata :

واتَّفقوا أنَّ من صفاء الشمس إلى زوالها وقتٌ لصلاة العيدين على أهل الأمصار ((مراتب الإجماع)) (ص: 32).

"Para ulama sepakat bahwa sejak matahari bersinar terang hingga zawal-nya matahari (awal waktu Zhuhur) adalah waktu untuk sholat Idul Fitri dan Idul Adha bagi penduduk kota." (Ibnu Hazm, _Maratibul Ijma',_ hlm. 32).

Ibnu Rusyd berkata :

واتَّفقوا على أنَّ وقتها... إلى الزوال . ((بداية المجتهد)) (1/229).

"Para ulama sepakat bahwa waktu sholat Idul Fitri dan Idul Adha...adalah hingga waktu zawal (awal waktu Zhuhur)." (Ibnu Rusyd, _Bidayatul Mujtahid,_ 1/229).

Imam Syarbaini Khathib berkata :

وأمَّا كون آخر وقتها- أي: صلاة العيد- الزوال، فمُتَّفق عليه ((مغني المحتاج)) (1/310).

"Adapun bahwa batas akhir sholat Idul Fitri dan Idul Adha itu adalah waktu zawal (waktu awal Zhuhur), maka itu sudah disepakati ulama." (Syarbaini Khathib, __Mughni al-Muhtaj,_ 1/310).

Imam Syaukani berkata :

وقال بعضُ العلماء: وهي من بعد انبساطِ الشَّمس إلى الزوال، ولا أعرِف فيه خلافًا ((الدَّراري المضية)) (1/118).

"Sebagian ulama berkata,'[waktu sholat Idul Fitri dan Idul Adha] adalah sejak terangnya sinar matahari hingga zawal (awal waktu Zhuhur), dan saya tidak melihat ada khilafiyah dalam masalah ini." ( _Ad-Darari al-Mudhi'ah,_ 1/118).

(Lihat : https://dorar.net/feqhia/1716/).

Dari kutipan-kutipan tersebut, jelaslah bahwa batas akhir waktu sholat Idul Fitri adalah tibanya waktu zawal (waktu awal Zhuhur) pada tanggal 1 Syawal.

Jadi, kalau seseorang meyakini hari Ahad kemarin adalah tanggal 1 Syawal, maka tidak boleh pada hari Senin ini, yakni tanggal 2 Syawal, dia sholat atau berkhutbah Iedul Fitri. Yang demikian itu karena berarti dia telah sholat atau berkhutbah Idul Fitri pada waktu yang telah melampaui waktu yang disyariatkan, yaitu sejak matahari bersinar terang (waktu Dhuha) hingga waktu zawal (awal waktu Zhuhur) pada tanggal 1 Syawal.

Kecuali jika dia memperoleh info rukyatul hilal yang datang terlambat melampaui waktu zawal (waktu awal Zhuhur) tanggal 1 Syawal, misal pukul 14.00 WIB atau pukul 17.00 WIB tanggal 1 Syawal, maka dia boleh sholat dan berkhutbah Idul Fitri pada tanggal 2 Syawal.

Dalil kebolehannya adalah hadits dari Abu 'Umair bin Anas bin Malik RA yang sudah kami kutip di atas, bahwa Nabi SAW memperoleh kesaksian rukyatul hilal baru pada sore hari tanggal 1 Syawal. Maka kemudian Nabi SAW lalu memerintahkan untuk berbuka saat itu juga, dan juga memerintahkan untuk sholat Idul Fitri pada keesokan harinya (tanggal 2 Syawal). (https://dorar.net/feqhia/1716/).

Kesimpulannya, tidak boleh hukumnya sholat atau berkhutbah Idul Fitri pada tanggal 2 Syawal, karena batas akhir sholat dan khutbah Idul Fitri adalah waktu zawal (awal waktu Zhuhur) pada tanggal 1 Syawal.

Memang ada sebagian ulama yang membolehkan sholat dan berkhutbah Idul Fitri pada tanggal 2 Syawal, dengan alasan ada hadits-hadits yang menunjukkan bolehnya melaksanakan shalat yang sama dua kali.

Di antara dalil-dalil tersebut adalah sebagai berikut:

Dalil pertama, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, dia berkata, telah menceritakan kepada kami Ghundar berkata, dia telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari ‘Amru berkata, Aku mendengar Jabir bin ‘Abdullah berkata, "Mu’adz bin Jabal pernah shalat bersama Nabi SAW dia lalu kembali pulang dan mengimami kaumnya shalat ‘Isya “ (HR Bukhari, no. 660).

Dalil kedua, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ibnu ‘Ajlan, dia telah menceritakan kepadaku ‘Ubaidullah Bin Muqsim dari Jabir bin Abdullah, "Sesungguhnya Muadz bin Jabal sholat Isya’ bersama Rasulullah SAW, kemudian mendatangi kaumnya lalu sholat menjadi imam mereka sholat Isya’ juga”. (HR Ahmad, no. 13723)

Dalil ketiga, telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Ma’n bin Isa dari Sa’id bin As-Sa`ib dari Nuh bin Sha’sha’ah dari Yazid bin Amir dia berkata,"Saya pernah datang ke Masjid sementara Nabi SAW dalam keadaan shalat. Saya lalu duduk dan tidak shalat bersama mereka. Lalu Rasulullah SAW pergi dan melihat Yazid sedang duduk. Beliau bersabda: “Apakah kamu belum masuk Islam wahai Yazid?” Dia menjawab,"Tentu wahai Rasulullah, saya telah masuk Islam." Rasulullah SAW bersabda,“Lalu apa yang menghalangimu untuk shalat bersama jama’ah?” Dia menjawab,"Saya telah shalat di rumahku dan saya menyangka kalian telah selesai shalat. Maka beliau bersabda: “Apabila kamu datang ke shalat jama’ah, lalu kamu mendapati orang-orang sedang shalat, maka shalatlah bersama mereka, meskipun kamu telah shalat, shalatmu itu sebagai nafilah (shalat sunnah) bagimu, dan yang ini (yang sebelumnya) menjadi yang wajib.” (HR Abu Daud, no. 489; Ahmad, no. 18209).

Demikianlah sebagian dalil yang dikemukakan ulama yang membolehkan sholat dan berkhutbah Idul Fitri pada tanggal 2 Syawal, dengan alasan dari hadits-hadits itu dapat diistinbath hukum syara' umum, yaitu boleh hukumnya melaksanakan shalat yang sama dua kali.

Jawaban kami adalah, dalil-dalil tersebut tidak dapat menjadi dalil bolehnya sholat Idul Fitri pada tanggal 2 Syawal, karena hadits-hadits tersebut topiknya (maudhu'-nya) khusus berkaitan dengan *sholat wajib lima waktu*, bukan berkaitan dengan sholat Idul Fitri atau sholat Idul Adha.

Tidak dapat diistinbath dari hadits-hadits tersebut suatu hukum umum bahwa boleh hukumnya sholat yang sama dilakukan dua kali, kecuali sholat lima waktu, karena maudhu' (topik) hadits-hadits tersebut berkaitan dengan *sholat wajib lima waktu*, seperti sholat Isya', sebagaimana nampak jelas pada _sababul wurud_ untuk hadits pertama dan hadits kedua.

Adapun generalisasi hadits-hadits tersebut dari lafal-lafal umumnya hingga mencakup sholat di luar sholat waktu, seperti sholat Idul Fitri dan Idul Adha, tidak dapat diterima.

Kaidah ushul fiqih dalam masalah ini menyebutkan :

عموم اللفظ في خصوص السبب هو عموم في موضوع الحادثة و السؤال وليس عموما في كل شيء

"Keumuman kata (lafal) berdasarkan sebab yang khusus, hanyalah berlaku umum untuk topik (maudhu') dalam peristiwa dan pertanyaan (yang menjadi sababul nuzul ayat atau sababul wurud hadits), tidak dapat diambil kesimpulan hukum umum untuk segala sesuatu." (Taqiyuddin An-Nabhani, _al-Syakhshiyah Al-Islamiyah,_ 3/243).

Dengan demikian, hadits-hadits di atas hanya dapat diberlakukan untuk sholat wajib yang lima waktu, tidak dapat diberlakukan untuk sholat Idul Fitri atau Idul Adha.

Maka dari itu, kalau seseorang meyakini hari Ahad kemarin adalah 1 Syawal, tidak boleh pada hari Senin ini yakni 2 Syawal, dia sholat atau berkhutbah Iedul Fitri.

Kecuali jika dia memperoleh info rukyatul hilalnya terlambat melampaui waktu zawal (awal waktu Zhuhur) tanggal 1 Syawal, misal pukul 14.00 atau 17.00 tanggal 1 Syawal, maka dia boleh sholat dan berkhutbah Idul Fitri pada tanggal 2 Syawal. Wallahu a'lam.

Yogyakarta, 2 Syawal 1443 / 2 Mei 2022

M. Shiddiq Al Jawi

Oleh : KH. M. Shiddiq Al Jawi (Pakar Fikih Muamalah)

Minggu, 04 Februari 2024

Jangan Tinggalkan Sholat! Menjaga Harmonisasi Langit dan Bumi



Tinta Media - Sobat. Ketahuilah bahwa menyia-nyiakan sholat itu lebih besar kerugiannya daripada  menyia-nyiakan banyak harta dan seluruh kekayaan dunia. Sebuah syair bijak bestari ,” Setiap yang pecah maka sesungguhnya Allah akan menambalnya, namun kalau pecahnya pipa saluran agama tak bisa ditambal.” 

Sobat. Ketahuilah bahwa tujuan sholat adalah mengagungkan  Dzat yang disembah, yaitu Allah Jalla Jalaluhu. Dan pengagungan-Nya tak dapat diwujudkan selain dengan menghadirkan hati. 

Sobat. Seorang muslim harus mampu menciptakan hubungan harmonis antara dirinya dengan Allah dan dirinya dengan manusia sekitarnya. 

Allah SWT Berfirman : 

۞وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًاۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا  

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” ( QS. An-Nisa’ (4) : 36 ) 

Sobat. Mengabdi dan menyembah kepada Allah dinamakan ibadah. Beribadah dengan penuh keikhlasan hati, mengakui keesaan-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu, itulah kewajiban seseorang kepada Allah. Dalam kata lain, ibadah dan mengesakan Allah merupakan hak-hak Allah yang menjadi kewajiban manusia untuk menunaikannya. 

Sobat. Melakukan ibadah kepada Allah tampak dalam amal perbuatan setiap hari, seperti mengerjakan apa yang telah ditetapkan oleh Rasulullah dan telah dicontohkannya, seperti salat, puasa, zakat, haji dan lain-lainnya, dinamakan ibadah khusus. 

Kemudian ibadah umum, yaitu semua pekerjaan yang baik yang dikerjakan dalam rangka patuh dan taat kepada Allah saja, bukan karena yang lainnya, seperti membantu fakir miskin, menolong dan memelihara anak yatim, mengajar orang, menunjukkan jalan kepada orang yang sesat dalam perjalanan, menyingkirkan hal-hal yang dapat mengganggu orang di tengah jalan dan sebagainya. 

Ibadah harus dikerjakan dengan ikhlas, memurnikan ketaatan kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain. 

Sobat. Ada bermacam-macam pekerjaan manusia yang menyebabkan dia bisa menjadi musyrik, di antaranya menyembah berhala sebagai perantara agar permohonannya disampaikan kepada Allah. Mereka bersembah sujud di hadapan berhala untuk menyampaikan hajat dan maksud mereka. Perbuatan manusia yang seperti itu banyak disebutkan Allah dalam Al-Qur'an. Allah berfirman: 

Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka dan tidak (pula) memberi manfaat, dan mereka berkata, "Mereka itu adalah pemberi syafaat kami di hadapan Allah." Katakanlah, "Apakah kamu akan memberitahu kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-Nya apa yang di langit dan tidak (pula) yang di bumi?" Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan itu. (Yunus/10:18). 

Sobat. Ada pula golongan lain yang termasuk musyrik, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam Al-Qur'an, yaitu orang Nasrani yang menuhankan Nabi Isa, putra Maryam. Di samping mereka menyembah Allah, juga mereka mengakui Isa a.s. sebagai Tuhan mereka. Allah berfirman: 

Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (at-Taubah/9:31). 

Sobat. Orang musyrik semacam ini banyak terdapat pada masa sekarang, yaitu orang yang memohon dan meminta syafaat dengan perantaraan orang-orang yang dianggapnya suci dan keramat, baik orang-orang yang dianggapnya suci itu masih hidup maupun sudah mati. Mereka mendatangi kuburannya, di sanalah mereka menyampaikan hajat dan doa, bahkan mereka sampai bermalam di sana. Mereka berwasilah kepadanya dan dengan berwasilah itu, maksudnya akan berhasil dan doanya akan makbul. Tidak jarang terjadi manusia berdoa meminta kepada batu, pohon kayu, roh nenek moyang, jin, hantu dan sebagainya. Semua ini digolongkan perbuatan syirik. 

Kewajiban seseorang kepada Allah ialah menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain. Rasulullah saw bersabda: 

"Dari Mu'az bin Jabal, Rasulullah Saw. bersabda, "Ya Muaz, tahukah engkau apakah hak Allah atas hamba-Nya, dan apa pula hak hamba atas Allah?" Saya menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Rasulullah berkata, "Hak Allah atas hamba-Nya ialah agar hamba-Nya menyembah-Nya dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu. Hak hamba atas Allah ialah bahwa Allah tidak akan mengazab hamba-Nya yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim). 

Sobat. Dalam ayat ini Allah mengatur kewajiban terhadap sesama manusia. Sesudah Allah memerintahkan agar menyembah dan beribadah kepada-Nya dengan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain, selanjutnya Allah memerintahkan agar berbuat baik kepada ibu-bapak. Berbuat baik kepada ibu-bapak adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. 

Perintah mengabdi kepada Allah diiringi perintah berbuat baik kepada ibu-bapak adalah suatu peringatan bahwa jasa ibu bapak itu sungguh besar dan tidak dapat dinilai harganya dengan apa pun. Selain ayat ini ada lagi beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang memerintahkan agar berbuat baik kepada ibu-bapak seperti firman Allah: 

Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. (Luqman/31:14). 

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (al-Isra'/17:23). 

Sobat. Berbuat baik kepada ibu-bapak mencakup segala-galanya, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan yang dapat menyenangkan hati mereka keduanya. Berlaku lemah lembut dan sopan santun kepada keduanya termasuk berbuat baik kepadanya. 

Mengikuti nasihatnya, selama tidak bertentangan dengan ajaran Allah juga termasuk berbuat baik. Andai kata keduanya memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Allah, perintahnya boleh tidak dipatuhi, tetapi terhadap keduanya tetap dijaga hubungan yang baik. Allah berfirman: 

"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka jangan engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (Luqman/31:15). 

Termasuk pula berbuat baik mendoakan keduanya agar Allah mengampuni dosanya, sebab keduanya telah berjasa banyak, mendidik, memelihara dan mengasuh semenjak kecil. 

Sobat. Perintah agar selalu berbuat baik kepada ibu bapak selama hayat masih dikandung badan, karena ibu bapak adalah manusia yang paling berjasa, diperintahkan pula agar berbuat baik kepada karib kerabat. Karib kerabat adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan seseorang sesudah ibu bapak, baik karena ada hubungan darah maupun karena yang lainnya. 

Kalau seseorang telah dapat menunaikan kewajibannya kepada Allah dengan sebaik-baiknya, maka dengan sendirinya akidah orang itu akan bertambah kuat dan amal perbuatannya akan bertambah baik. Kemudian bila dia telah menunaikan kewajibannya kepada kedua ibu bapaknya dengan ikhlas dan setia, akan terwujudlah rumah tangga yang aman dan damai dan akan berbahagialah seluruh rumah tangga itu. 

Sobat. Rumah tangga yang aman dan damai akan mempunyai kekuatan untuk berbuat baik kepada karib kerabat dan sanak famili. Maka akan terhimpunlah suatu kekuatan besar dalam masyarakat. Dari masyarakat yang seperti ini akan mudah terwujud sifat tolong-menolong dan bantu-membantu, berbuat baik kepada anak-anak yatim dan orang miskin. 

Sobat. Berbuat baik kepada anak yatim dan orang miskin, bukan hanya didorong oleh hubungan darah dan famili, tetapi semata-mata karena dorongan perikemanusiaan yang ditumbuhkan oleh rasa iman kepada Allah. 

Iman kepada Allah yang menumbuhkan kasih sayang untuk menyantuni anak-anak yatim dan orang-orang miskin, sebab banyak terdapat perintah Allah di dalam Al-Qur'an yang menyuruh berbuat baik kepada anak yatim dan orang miskin itu. Tangan siapa lagi yang dapat diharapkan oleh mereka itu untuk menolongnya, selain dari orang yang dadanya penuh dengan sifat kasih sayang, yaitu orang yang beriman yang mempunyai rasa perikemanusiaan. 

Sobat. Anak yatim itu tidak mempunyai bapak yang mengurus dan membelanjainya dan orang miskin itu tidak mempunyai daya untuk membiayai hidupnya sehari-hari. Mungkin karena lemah badannya atau oleh karena tidak cukup pendapatannya dari sehari ke sehari. Agar mereka tetap menjadi anggota masyarakat yang baik jangan sampai terjerumus ke lembah kehinaan dan nista, setiap manusia yang mempunyai rasa perikemanusiaan dan mempunyai rasa kasih sayang, haruslah bersedia turun tangan membantu dan menolong mereka, sehingga lambat laun derajat hidup mereka dapat ditingkatkan. 

Sobat. Allah juga menyuruh berbuat baik kepada tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, kepada teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Tetangga dekat dan yang jauh ialah orang-orang yang berdekatan rumahnya, sering berjumpa setiap hari, bergaul setiap hari, dan tampak setiap hari keluar-masuk rumahnya. Tetapi ada pula yang mengartikan dengan hubungan kekeluargaan, dan ada pula yang mengartikan antara yang muslim dan yang bukan muslim. 

Berbuat baik kepada tetangga adalah penting. karena pada hakikatnya tetangga itulah yang menjadi saudara dan famili. Kalau terjadi sesuatu, tetanggalah yang paling dahulu datang memberikan pertolongan, baik siang maupun malam. 

Saudara dan sanak famili yang berjauhan tempat tinggalnya, belum tentu dapat diharapkan dengan cepat memberikan pertolongan pada waktu diperlukan, seperti halnya tetangga. Oleh karena itu, hubungan yang baik dengan tetangga harus dijaga, jangan sampai terjadi perselisihan dan pertengkaran, walaupun tetangga itu beragama lain. Nabi Muhammad saw pernah melayat anak tetangganya yang beragama Yahudi. 

Ibnu Umar pernah menyembelih seekor kambing, lalu dia berkata kepada pembantunya, "Sudahkah engkau berikan hadiah kepada tetangga kita orang Yahudi itu?" Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: 

"Malaikat Jibril tidak henti-henti menasihati aku, (agar berbuat baik) kepada tetangga, sehingga aku menyangka bahwa Jibril akan memberikan hak waris kepada tetangga." (Riwayat al-Bukhari dari Ibnu Umar). 

Banyak hadis yang menerangkan kewajiban bertetangga secara baik di antaranya: 

"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya" (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). 

Sobat. Dari Jabir bin Abdullah dia berkata, Rasulullah Saw bersabda, "Tetangga itu ada tiga macam, tetangga yang mempunyai satu hak saja, dan ia merupakan tetangga yang haknya paling ringan. Ada tetangga yang mempunyai dua hak dan ada tetangga yang mempunyai tiga hak, inilah tetangga yang paling utama haknya. Adapun tetangga yang hanya mempunyai satu hak saja, ialah tetangga musyrik, tidak ada hubungan darah dengan dia, dia mempunyai hak bertetangga. Adapun tetangga yang mempunyai dua hak, ialah tetangga Muslim, baginya ada hak sebagai Muslim dan hak sebagai tetangga. Tetangga yang mempunyai tiga hak ialah tetangga Muslim yang ada hubungan darahnya. Baginya ada hak sebagai tetangga, hak sebagai Muslim dan hak sebagai famili." (Riwayat Abu Bakar al-Bazzar). 

"Demi Allah, tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah, tidak beriman." Rasulullah ditanya orang, "siapa ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Ialah orang yang kejahatannya tidak membuat aman tetangganya." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). 

Rasulullah Saw bersabda:
"Ya Abu Zar, kalau engkau membuat maraq (sop) banyakkanlah kuahnya, kemudian berilah tetanggamu." (Riwayat Muslim dari Abu dzarr). 

Sobat. Yang dimaksud berbuat baik kepada teman sejawat, ialah teman dalam perjalanan, atau dalam belajar, atau dalam pekerjaan yang dapat diharapkan pertolongannya dan memerlukan pertolongan, sehingga hubungan berkawan dan berteman tetap terpelihara. Setia-kawan adalah lambang ukhuwah Islamiyah, lambang persaudaraan dalam Islam. 

Berbuat baik kepada ibnu sabil, ialah menolong orang yang sedang dalam perjalanan bukan untuk tujuan maksiat, atau dalam perantauan yang jauh dari sanak famili dan memerlukan pertolongan, pada saat dia ingin kembali ke negerinya. Termasuk ibnu sabil ialah anak yang diketemukan yang tidak diketahui ibu bapaknya. Orang yang beriman wajib menolong anak tersebut, memeliharanya atau menemukan orang tuanya atau familinya, agar anak itu jangan terlunta-lunta hidupnya yang akibatnya akan menjadi anak yang rusak rohani dan jasmaninya. 

Berbuat baik kepada hamba sahaya, ialah dengan jalan memerdekakan budak. Apakah tuannya sendiri yang memerdekakannya atau orang lain dengan membelinya dari tuannya, kemudian dimerdekakannya. Pada zaman sekarang ini tidak terdapat lagi hamba sahaya, sebab perbudakan bertentangan dengan hak asasi manusia. Agama Islam pun tidak menginginkan adanya perbudakan. Karena itu semua hamba sahaya yang ditemui sebelum Islam datang, berangsur-angsur dimerdekakan dari tuannya, sehingga akhirnya habislah perbudakan itu. 

Yang dimaksud dengan orang yang sombong dan membanggakan diri dalam ayat ini, ialah orang yang takabur yang dalam gerak-geriknya memperlihatkan kebesaran dirinya, begitu juga dalam pembicaraannya tampak kesombongannya melebihi orang lain, dialah yang tinggi dan mulia, orang lain rendah dan hina. Orang yang sombong dan membanggakan diri tidak disukai Allah. Sebab orang-orang yang seperti itu termasuk manusia yang tak tahu diri, lupa daratan dan akhirnya akan menyesal. 

Sifat takabur itu adalah hak Allah, bukan hak manusia. Siapa yang mempunyai sifat sombong dan takabur berarti menantang Allah. Biasanya orang yang sombong dan takabur itu kasar budi pekertinya dan busuk hatinya. Dia tidak dapat menunaikan kewajiban dengan baik dan ikhlas, baik kewajiban kepada Allah maupun kewajiban terhadap sesama manusia. 

Banyak hadis yang mencela orang-orang yang sombong dan takabur, di antaranya, Rasulullah Saw bersabda: 

"Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat takabur walaupun sedikit." Berkata seorang sabahat, "Seseorang itu ingin memakai pakaian yang bagus dan sandal yang bagus." Berkata Rasulullah Saw, "Sesungguhnya Allah itu indah dan senang kepada keindahan. Sifat takabur itu ialah menolak yang benar dan memandang rendah kepada orang lain." (Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi dari Ibnu Mas'ud). 

Sobat. Apakah yang akan disombongkan manusia, padahal semua yang ada padanya adalah kepunyaan Allah yang dititipkan kepadanya buat sementara. Lambat laun semuanya akan diambil Allah kembali, berikut nyawa dan tubuhnya yang kasar dan semuanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah nantinya. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Kamis, 02 Februari 2023

Mintalah Tolong kepada Allah dengan Sabar dan Sholat

Tinta Media - Sobat. Ringan dalam berbuat taat merupakan salah satu tanda cinta kepada Yang Ditaati dan tanda memuliakan-Nya. Sebab kesejukan air mata seorang pecinta ada dalam ketaatan kepada Yang Dicintai. Karena itu Rasulullah SAW bersabda, “Dan dijadikan sejuk mataku (kenikmatanku) dalam sholat.” Karena di dalamnya ada percakapan dan mahabbah serta lezatnya kedekatan dan intimnya munajat.

وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ 

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',” ( QS. Al-Baqarah (2) : 45 )

Sobat. Setelah menjelaskan betapa jeleknya keadaan dan sifat-sifat Bani Israil pada ayat sebelumnya , sehingga akal mereka tidak bermanfaat bagi diri mereka dan kitab suci yang ada di tangan mereka pun tidak mendatangkan faedah apa pun bagi mereka, maka Allah memberikan bimbingan kepada mereka menuju jalan yang paling baik, yaitu agar mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan kesabaran dan salat.

Yang dimaksud dengan "sabar" di sini ialah sikap dan perilaku sebagai berikut:
1. Tabah menghadapi kenyataan yang terjadi, tidak panik, tetapi tetap mampu mengendalikan emosi.
2. Dengan tenang menerima kenyataan dan memikirkan mengapa hal itu terjadi, apa sebabnya dan bagaimana cara mengatasinya dengan sebaik-baiknya.
3. Dengan tenang dan penuh perhitungan serta tawakal melakukan perbaikan dengan menghindari sebab-sebab kegagalan dan melakukan antisipasi secara lebih tepat berdasar pengalaman.

Bersikap sabar berarti mengikuti perintah-perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan-larangan-Nya, dengan cara mengekang syahwat dan hawa nafsu dari semua perbuatan yang terlarang. Melakukan sholat dapat mencegah kita dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, dan dengan salat itu pula kita selalu ingat kepada Allah, sehingga hal itu akan menghalangi kita dari perbuatan-perbuatan yang jelek, baik diketahui orang lain, maupun tidak. Sholat adalah ibadah yang sangat utama di mana kita dapat bermunajat kepada Allah lima kali setiap hari. 

"Rasulullah saw, apabila menghadapi masalah berat, beliau salat". (Riwayat Ahmad). 

Melakukan sholat dirasakan berat dan sukar, kecuali oleh orang-orang yang khusyuk, yaitu orang yang benar-benar beriman dan taat kepada Allah, dan melakukan perintah-perintah-Nya dengan ikhlas karena mengharapkan rida-Nya semata, serta memelihara diri dari azab-Nya. Bagi orang yang khusyuk, melaksanakan salat tidaklah dirasakan berat, sebab pada saat-saat tersebut mereka tekun dan tenggelam dalam bermunajat kepada Allah sehingga mereka tidak lagi merasakan dan mengingat sesuatu yang lain, baik berupa kesukaran maupun penderitaan yang mereka alami sebelumnya. Mengenai hal ini, Rasulullah saw bersabda:
 "Dan dijadikan ketenangan hatiku di dalam sholat" (Riwayat Ahmad dan an-Nasa'i)

Ini disebabkan karena ketekunannya dalam melakukan sholat merupakan sesuatu yang amat menyenangkan baginya, sedang urusan-urusan duniawi dianggap melelahkan.
Di samping itu mereka penuh pengharapan menanti-nanti pahala dari Allah atas ibadah tersebut sehingga berbagai kesukaran dalam melaksanakannya dapat diatasi dengan mudah. Hal ini tidak mengherankan, sebab orang yang mengetahui hakikat dari apa yang dicarinya niscaya ringan baginya untuk mengorbankan apa saja untuk memperolehnya. Orang yang yakin bahwa Allah akan memberikan ganti yang lebih besar dari apa yang telah diberikannya niscaya ia merasa ringan untuk memberikan kepada orang lain apa saja yang dimilikinya.

Sobat. Rasulullah SAW hidup bersama Al-Qurán dengan kekhusyuán, ketundukan, taqarrub, ketaatan, rasa takut dan rasa berharap, kecintaan, pengagungan, dan penyucian sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam al-Qurán :

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحۡسَنَ ٱلۡحَدِيثِ كِتَٰبٗا مُّتَشَٰبِهٗا مَّثَانِيَ تَقۡشَعِرُّ مِنۡهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمۡ وَقُلُوبُهُمۡ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهۡدِي بِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنۡ هَادٍ 

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” ( QS. Az-zumar (39) : 23 )

Sobat. Allah menerangkan bahwa Dia menurunkan perkataan yang paling baik, yaitu Al-Qur'an yang mulia, sebahagian ayat-ayatnya mempunyai kemiripan baik dalam menjelaskan hukum-hukum, kebenaran, pelajaran, mengemukakan hujah, hikmah-hikmah, dan sebagainya, sebagaimana beberapa bagian air menyerupai beberapa bagian udara, beberapa bagian suatu negeri menyerupai beberapa bagian negeri yang lain. Karena ada suatu kisah diulang-ulang menyebutnya di beberapa tempat, demikian pula perintah-perintah, larangan-larangan, dan sebagainya. Orang-orang yang beriman, bila mereka mendengar bacaan Al-Qur'an meremang bulu romanya, dan bergoncang hatinya karena takut kepada Allah. Hal itu mendorong hati mereka mengikuti semua perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Jiwa mereka menjadi hidup, semangat mereka bertambah untuk melaksanakan amal-amal yang saleh dan berjihad di jalan-Nya.

Dengan Al-Qur'an, Allah memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, membimbing orang-orang yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus serta mempertebal iman di dalam hatinya. Tetapi orang yang disesatkan hatinya, mereka hampa dan kosong, mereka tidak akan memperoleh manfaat sedikit pun dari Al-Qur'an itu.

Sobat. Al-Qurán adalah teman akrab beliau, penyejuk hati beliau, hidangan beliau, dan penghias pandangan mata beliau. Beliau selalu membersamainya malam dan siang,ketika bermukim dan bepergian. Beliau pernah membaca Al-Qurán ketika mengendarai unta. Abdullah bin Mughaffal ra berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah SAW pada peristiwa Fathu Makkah, beliau mengendarai unta sambil membaca surat al-Fath.” ( HR Muttafaq álaih )

Sobat. Nabi Muhammad SAW adalah pedzikir terbaik hingga hari kiamat. Dialah manusia yang paling arif dan paling mengetahui tentang Tuhannya. Dzikir beliau kepada-Nya dzikir sang pecinta yang arif, khusyu’ dan pasrah kepada-Nya. Nabi mengenalkan dan mengajarkan dzikir kepada umat. Beliau mengajarkan bagaimana berdzikir mengingat Tuhan dengan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan doá. Beliaulah penghulu para pedzikir sampai hari kiamat nanti, Sang Pembawa Petunjuk Ilahi.

Sobat. Rasulullah SAW juga menyampaikan bahwasanya semua makhluk bertasbih dan setiap makhluk memiliki cara ibadahnya masing-masing yang hanya diketahui oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya :

أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلطَّيۡرُ صَٰٓفَّٰتٖۖ كُلّٞ قَدۡ عَلِمَ صَلَاتَهُۥ وَتَسۡبِيحَهُۥۗ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِمَا يَفۡعَلُونَ 

“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nur (24) : 41)

Sobat. Pada ayat ini Allah mengarahkan pikiran Nabi Muhammad pada khususnya dan pikiran manusia pada umumnya untuk memperhatikan alam, baik di langit maupun di bumi agar dia menyadari bahwa di samping manusia sebagai makhluk Allah, ada bermacam-macam makhluk-Nya di alam ini. Bila diperhatikan pasti akan membawa kepada keyakinan akan kekuasaan Khaliknya dan kebijaksanaan-Nya mengatur segala sesuatu dengan rapi dan seimbang. Semua makhluk itu, walaupun tidak disadari oleh manusia tunduk patuh dan bertasbih menyucikan-Nya menurut segala ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Kalaulah ada sebuah bintang saja keluar dari garis edarnya dan tidak mematuhi tata tertib yang telah ditetapkan Allah, tentu akan terjadi benturan di antara bintang-bintang yang mengakibatkan rusaknya susunan alam atau tata surya yang harmonis dan hancurlah sebagian dari bintang-bintang itu dan tidak mustahil bumi kita akan terkena malapetaka besar sebagai dampaknya. Akan tetapi, ternyata tidak pernah ada kejadian seperti itu dan semua makhluk yakin bahwa Allah senantiasa menjaga semua tata tertib yang telah ditetapkan-Nya. 

Allah menyuruh manusia memperhatikan setiap makhluk-Nya yang kecil lagi lemah, yaitu burung yang dapat terbang melayang di udara dan kadang-kadang kelihatan seakan-akan dia berhenti sejenak di awang-awang tidak terpengaruh oleh gravitasi bumi. 

Firman Allah:
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dapat terbang di angkasa dengan mudah. Tidak ada yang menahannya selain Allah. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang beriman. (an-Nahl/16: 79)

Setiap barang yang mempunyai berat pasti akan jatuh ke bumi. Tetapi burung-burung itu sekalipun demikian tetap bermain-main di udara dengan aman tanpa ada sedikit pun kekhawatiran akan jatuh ke bumi. Hal ini karena Allah telah mengatur bentuk burung-burung itu yang dilengkapi dengan sayap yang dapat dikembangkan dan dikatupkan. Dengan bentuk dan susunan seperti itu, burung dapat mengatasi gravitasi bumi terhadap sesuatu yang berbobot dan mempunyai berat. Kita tak dapat melihat bahwa burung-burung itu sedang menikmati karunia Allah baginya, bersyukur, dan bertasbih kepada Allah Penciptanya. 

Bertasbih bagi makhluk selain manusia bukanlah seperti manusia bertasbih yaitu berzikir dengan menyebut nama Allah tetapi makhluk-makhluk itu ada cara-cara tertentu yang tidak dapat kita ketahui. Allah-lah Yang Maha Mengetahui bagaimana cara mereka bertasbih dan salat. Bila kita sadari bahwa semua makhluk Allah mulai dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya bertasbih menyucikan nama-Nya dan mensyukuri nikmat dan karunia-Nya, sungguh amat mengherankan mengapa di antara manusia yang telah dianugerahi akal pikiran dan perasaan, masih ingkar dan durhaka kepada-Nya. Masih ada di antara mereka yang menyembah selain-Nya dan menyekutukan-Nya dengan berhala atau benda-benda ciptaan-Nya. Mereka tidak pernah bertasbih kepada-Nya, menyucikan-Nya dan mensyukuri nikmat-Nya.

Alangkah bodohnya orang-orang seperti itu padahal makhluk yang tidak berakal selalu bertasbih menyucikan nama Allah. Pada suatu ketika Nabi muhammad saw dengan rahmat Tuhannya mendengar batu kerikil di bawah telapak kakinya bertasbih kepada Allah. Pernah pula ketika Nabi Daud membaca Kitab Zabur dengan suara yang merdu Allah memerintahkan kepada gunung-gunung dan burung-burung supaya bertasbih bersama Nabi Dawud menyucikan nama-Nya seperti tersebut dalam firman-Nya:
Dan sungguh, Telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), 

"Wahai gunung-gunung dan burung-burung! Bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud," dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (Saba`/34: 10)

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Mintalah Tolong kepada Allah dengan Sabar dan Sholat

Tinta Media - Sobat. Ringan dalam berbuat taat merupakan salah satu tanda cinta kepada Yang Ditaati dan tanda memuliakan-Nya. Sebab kesejukan air mata seorang pecinta ada dalam ketaatan kepada Yang Dicintai. Karena itu Rasulullah SAW bersabda, “Dan dijadikan sejuk mataku (kenikmatanku) dalam sholat.” Karena di dalamnya ada percakapan dan mahabbah serta lezatnya kedekatan dan intimnya munajat.

وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ 

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',” ( QS. Al-Baqarah (2) : 45 )

Sobat. Setelah menjelaskan betapa jeleknya keadaan dan sifat-sifat Bani Israil pada ayat sebelumnya , sehingga akal mereka tidak bermanfaat bagi diri mereka dan kitab suci yang ada di tangan mereka pun tidak mendatangkan faedah apa pun bagi mereka, maka Allah memberikan bimbingan kepada mereka menuju jalan yang paling baik, yaitu agar mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan kesabaran dan salat.

Yang dimaksud dengan "sabar" di sini ialah sikap dan perilaku sebagai berikut:
1. Tabah menghadapi kenyataan yang terjadi, tidak panik, tetapi tetap mampu mengendalikan emosi.
2. Dengan tenang menerima kenyataan dan memikirkan mengapa hal itu terjadi, apa sebabnya dan bagaimana cara mengatasinya dengan sebaik-baiknya.
3. Dengan tenang dan penuh perhitungan serta tawakal melakukan perbaikan dengan menghindari sebab-sebab kegagalan dan melakukan antisipasi secara lebih tepat berdasar pengalaman.

Bersikap sabar berarti mengikuti perintah-perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan-larangan-Nya, dengan cara mengekang syahwat dan hawa nafsu dari semua perbuatan yang terlarang. Melakukan sholat dapat mencegah kita dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, dan dengan salat itu pula kita selalu ingat kepada Allah, sehingga hal itu akan menghalangi kita dari perbuatan-perbuatan yang jelek, baik diketahui orang lain, maupun tidak. Sholat adalah ibadah yang sangat utama di mana kita dapat bermunajat kepada Allah lima kali setiap hari. 

"Rasulullah saw, apabila menghadapi masalah berat, beliau salat". (Riwayat Ahmad). 

Melakukan sholat dirasakan berat dan sukar, kecuali oleh orang-orang yang khusyuk, yaitu orang yang benar-benar beriman dan taat kepada Allah, dan melakukan perintah-perintah-Nya dengan ikhlas karena mengharapkan rida-Nya semata, serta memelihara diri dari azab-Nya. Bagi orang yang khusyuk, melaksanakan salat tidaklah dirasakan berat, sebab pada saat-saat tersebut mereka tekun dan tenggelam dalam bermunajat kepada Allah sehingga mereka tidak lagi merasakan dan mengingat sesuatu yang lain, baik berupa kesukaran maupun penderitaan yang mereka alami sebelumnya. Mengenai hal ini, Rasulullah saw bersabda:
 "Dan dijadikan ketenangan hatiku di dalam sholat" (Riwayat Ahmad dan an-Nasa'i)

Ini disebabkan karena ketekunannya dalam melakukan sholat merupakan sesuatu yang amat menyenangkan baginya, sedang urusan-urusan duniawi dianggap melelahkan.
Di samping itu mereka penuh pengharapan menanti-nanti pahala dari Allah atas ibadah tersebut sehingga berbagai kesukaran dalam melaksanakannya dapat diatasi dengan mudah. Hal ini tidak mengherankan, sebab orang yang mengetahui hakikat dari apa yang dicarinya niscaya ringan baginya untuk mengorbankan apa saja untuk memperolehnya. Orang yang yakin bahwa Allah akan memberikan ganti yang lebih besar dari apa yang telah diberikannya niscaya ia merasa ringan untuk memberikan kepada orang lain apa saja yang dimilikinya.

Sobat. Rasulullah SAW hidup bersama Al-Qurán dengan kekhusyuán, ketundukan, taqarrub, ketaatan, rasa takut dan rasa berharap, kecintaan, pengagungan, dan penyucian sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam al-Qurán :

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحۡسَنَ ٱلۡحَدِيثِ كِتَٰبٗا مُّتَشَٰبِهٗا مَّثَانِيَ تَقۡشَعِرُّ مِنۡهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمۡ وَقُلُوبُهُمۡ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهۡدِي بِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنۡ هَادٍ 

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” ( QS. Az-zumar (39) : 23 )

Sobat. Allah menerangkan bahwa Dia menurunkan perkataan yang paling baik, yaitu Al-Qur'an yang mulia, sebahagian ayat-ayatnya mempunyai kemiripan baik dalam menjelaskan hukum-hukum, kebenaran, pelajaran, mengemukakan hujah, hikmah-hikmah, dan sebagainya, sebagaimana beberapa bagian air menyerupai beberapa bagian udara, beberapa bagian suatu negeri menyerupai beberapa bagian negeri yang lain. Karena ada suatu kisah diulang-ulang menyebutnya di beberapa tempat, demikian pula perintah-perintah, larangan-larangan, dan sebagainya. Orang-orang yang beriman, bila mereka mendengar bacaan Al-Qur'an meremang bulu romanya, dan bergoncang hatinya karena takut kepada Allah. Hal itu mendorong hati mereka mengikuti semua perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Jiwa mereka menjadi hidup, semangat mereka bertambah untuk melaksanakan amal-amal yang saleh dan berjihad di jalan-Nya.

Dengan Al-Qur'an, Allah memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, membimbing orang-orang yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus serta mempertebal iman di dalam hatinya. Tetapi orang yang disesatkan hatinya, mereka hampa dan kosong, mereka tidak akan memperoleh manfaat sedikit pun dari Al-Qur'an itu.

Sobat. Al-Qurán adalah teman akrab beliau, penyejuk hati beliau, hidangan beliau, dan penghias pandangan mata beliau. Beliau selalu membersamainya malam dan siang,ketika bermukim dan bepergian. Beliau pernah membaca Al-Qurán ketika mengendarai unta. Abdullah bin Mughaffal ra berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah SAW pada peristiwa Fathu Makkah, beliau mengendarai unta sambil membaca surat al-Fath.” ( HR Muttafaq álaih )

Sobat. Nabi Muhammad SAW adalah pedzikir terbaik hingga hari kiamat. Dialah manusia yang paling arif dan paling mengetahui tentang Tuhannya. Dzikir beliau kepada-Nya dzikir sang pecinta yang arif, khusyu’ dan pasrah kepada-Nya. Nabi mengenalkan dan mengajarkan dzikir kepada umat. Beliau mengajarkan bagaimana berdzikir mengingat Tuhan dengan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan doá. Beliaulah penghulu para pedzikir sampai hari kiamat nanti, Sang Pembawa Petunjuk Ilahi.

Sobat. Rasulullah SAW juga menyampaikan bahwasanya semua makhluk bertasbih dan setiap makhluk memiliki cara ibadahnya masing-masing yang hanya diketahui oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya :

أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلطَّيۡرُ صَٰٓفَّٰتٖۖ كُلّٞ قَدۡ عَلِمَ صَلَاتَهُۥ وَتَسۡبِيحَهُۥۗ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِمَا يَفۡعَلُونَ 

“Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nur (24) : 41)

Sobat. Pada ayat ini Allah mengarahkan pikiran Nabi Muhammad pada khususnya dan pikiran manusia pada umumnya untuk memperhatikan alam, baik di langit maupun di bumi agar dia menyadari bahwa di samping manusia sebagai makhluk Allah, ada bermacam-macam makhluk-Nya di alam ini. Bila diperhatikan pasti akan membawa kepada keyakinan akan kekuasaan Khaliknya dan kebijaksanaan-Nya mengatur segala sesuatu dengan rapi dan seimbang. Semua makhluk itu, walaupun tidak disadari oleh manusia tunduk patuh dan bertasbih menyucikan-Nya menurut segala ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Kalaulah ada sebuah bintang saja keluar dari garis edarnya dan tidak mematuhi tata tertib yang telah ditetapkan Allah, tentu akan terjadi benturan di antara bintang-bintang yang mengakibatkan rusaknya susunan alam atau tata surya yang harmonis dan hancurlah sebagian dari bintang-bintang itu dan tidak mustahil bumi kita akan terkena malapetaka besar sebagai dampaknya. Akan tetapi, ternyata tidak pernah ada kejadian seperti itu dan semua makhluk yakin bahwa Allah senantiasa menjaga semua tata tertib yang telah ditetapkan-Nya. 

Allah menyuruh manusia memperhatikan setiap makhluk-Nya yang kecil lagi lemah, yaitu burung yang dapat terbang melayang di udara dan kadang-kadang kelihatan seakan-akan dia berhenti sejenak di awang-awang tidak terpengaruh oleh gravitasi bumi. 

Firman Allah:
Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dapat terbang di angkasa dengan mudah. Tidak ada yang menahannya selain Allah. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang beriman. (an-Nahl/16: 79)

Setiap barang yang mempunyai berat pasti akan jatuh ke bumi. Tetapi burung-burung itu sekalipun demikian tetap bermain-main di udara dengan aman tanpa ada sedikit pun kekhawatiran akan jatuh ke bumi. Hal ini karena Allah telah mengatur bentuk burung-burung itu yang dilengkapi dengan sayap yang dapat dikembangkan dan dikatupkan. Dengan bentuk dan susunan seperti itu, burung dapat mengatasi gravitasi bumi terhadap sesuatu yang berbobot dan mempunyai berat. Kita tak dapat melihat bahwa burung-burung itu sedang menikmati karunia Allah baginya, bersyukur, dan bertasbih kepada Allah Penciptanya. 

Bertasbih bagi makhluk selain manusia bukanlah seperti manusia bertasbih yaitu berzikir dengan menyebut nama Allah tetapi makhluk-makhluk itu ada cara-cara tertentu yang tidak dapat kita ketahui. Allah-lah Yang Maha Mengetahui bagaimana cara mereka bertasbih dan salat. Bila kita sadari bahwa semua makhluk Allah mulai dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-besarnya bertasbih menyucikan nama-Nya dan mensyukuri nikmat dan karunia-Nya, sungguh amat mengherankan mengapa di antara manusia yang telah dianugerahi akal pikiran dan perasaan, masih ingkar dan durhaka kepada-Nya. Masih ada di antara mereka yang menyembah selain-Nya dan menyekutukan-Nya dengan berhala atau benda-benda ciptaan-Nya. Mereka tidak pernah bertasbih kepada-Nya, menyucikan-Nya dan mensyukuri nikmat-Nya.

Alangkah bodohnya orang-orang seperti itu padahal makhluk yang tidak berakal selalu bertasbih menyucikan nama Allah. Pada suatu ketika Nabi muhammad saw dengan rahmat Tuhannya mendengar batu kerikil di bawah telapak kakinya bertasbih kepada Allah. Pernah pula ketika Nabi Daud membaca Kitab Zabur dengan suara yang merdu Allah memerintahkan kepada gunung-gunung dan burung-burung supaya bertasbih bersama Nabi Dawud menyucikan nama-Nya seperti tersebut dalam firman-Nya:
Dan sungguh, Telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), 

"Wahai gunung-gunung dan burung-burung! Bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud," dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (Saba`/34: 10)

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Jumat, 09 Desember 2022

Ajarilah Anakmu Sholat dan Jangan Sepelekan Sholat

Tinta Media - Sobat. Sholat adalah rukun kedua dari rukun Islam. Sholat adalah amal pertama yang akan dihisab kelak pada hari kiamat sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Amal pertama kali yang akan diperhitungkan dari seorang hamba adalah sholat. Jika sholatnya benar, niscaya ia akan sukses dan berhasil menjalani perhitungan Allah SWT, tetapi jika sholatnya rusak, sungguh ia telah merugi.” ( HR. al-Bukhari )

Sobat. Suri teladan yang baik memiliki dampak yang besar pada kepribadian anak. Sebab mayoritas yang ditiru anak berasal dari kedua orang tuanya, bahkan dipastikan pengaruh paling dominan berasal dari kedua orang tuanya. “ Kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Majusi atau Nasrani.” Sesungguhnya kesalehan orang tua termasuk factor pendukung terbesar dan berpengaruh untuk perkembangan anak-anak.

Sobat. Ada beberapa tips untuk mengatasi perilaku menyepelekan sholat :

1. Mendidik anak dengan bertahap untuk melaksanakan sholat. Gunakanlah ucapan-ucapan motivasi, seperti hadiah, doa dan pujian. Jika tidak berpengaruh, gunakanlah perintah dan pukullah sekadarnya sehingga terjadi suasana saling mengingatkan dan saling memotivasi. Rasulullah SAW bersabda, “ Ajarilah anak-anak kalian sholat ketika ia berumur tujuh tahun dan pukullah mereka ( jika tidak mau sholat ) jika telah berumur 10 Tahun” ( HR. Ahmad )

2. Menyebut berulang-ulang nash-nash yang menganjurkan untuk melaksanakan sholat, serta keutamaan-keutamaan sholat kepada putra-putri kita. Allah SWT berfirman :
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًاۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ 
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. “ ( QS. Thaha (20) : 132 )

Sobat. Ayat ini menjelaskan amanat berikutnya yang tidak kurang pen-tingnya dari perintah sebelumnya ialah perintah Allah kepada Nabi saw menyuruh untuk keluarganya mengerjakan salat dan sabar dalam melaksanakan salat dengan menjaga waktu dan kesinambungannya. Perintah itu diiringi dengan perintah yang kedua yaitu dengan peringatan bahwa Allah tidak minta rezeki kepada Nabi, sebaliknya Allah yang akan memberi rezeki kepadanya, sehingga Nabi tidak perlu memikirkan soal rezeki keluarganya. Oleh sebab itu keluarganya agar jangan terpengaruh atau menjadi silau matanya melihat kekayaan dan kenikmatan yang dimiliki oleh istri-istri orang kafir itu. Demikianlah amanat Allah kepada Rasul-Nya sebagai bekal untuk menghadapi perjuangan berat, yang patut menjadi contoh teladan bagi setiap pejuang yang ingin menegakkan kebenaran di muka bumi.

Mereka harus lebih dahulu menjalin hubungan yang erat dengan Khaliknya yaitu dengan tetap mengerjakan salat dan memperkokoh batinnya dengan sifat tabah dan sabar. Di samping itu haruslah seisi rumah tangganya mempunyai sifat seperti yang dimilikinya. Dengan demikian ia akan tabah berjuang tidak diombang-ambingkan oleh perhiasan kehidupan dunia seperti kekayaan, pangkat dan kedudukan. 

Amanat-amanat inilah yang dipraktekkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya sehingga mereka benar-benar sukses dalam perjuangan mereka sehingga dalam masa kurang lebih 23 tahun saja Islam telah berkembang dengan pesatnya di seluruh jazirah Arab dan jadilah kalimah Allah kalimah yang paling tinggi dan mulia.

Jika Rasul dan keluarganya menghadapi berbagai kesuliltan, beliau mengajak keluarganya untuk salat, sebagaimana diriwayatkan dari sabit, ia berkata : 

Apabila keluarga Nabi ditimpa kesusahan, beliau memerintahkan mereka, "Ayo salatlah, salatlah," sabit berkata, "Para nabi jika tertimpa kesusahan mereka segera menunaikan salat." (Riwayat Ibnu Abi hatim)

3. Mengingat pengaruh sholat dalam kehidupan dunia sebelum akherat berupa kelapangan dada, kebahagiaan, keberhasilan, taufik, dan kepercayaan diri serta ketenangan jiwa. Allah SWT berfirman dalam Ibrahim ayat 40 mengajarkan doa yang hendaklah dibaca berulang-ulang :
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ  
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” ( QS. Ibrahim (14) : 40)

Sobat. Pada ayat ini dilukiskan lagi pernyataan syukur Ibrahim pada Allah atas segala rahmat-Nya. Ia bertambah tunduk dan patuh kepada Allah, dan berdoa agar Allah menjadikan keturunannya selalu mengerjakan salat, tidak pernah lalai mengerjakannya sedikit pun, sempurna rukun-rukun dan syarat-syaratnya, dan sempurna pula hendaknya mengerjakan sunah-sunahnya dengan penuh ketundukan dan kekhusyukan.

Ibrahim a.s. berdoa agar keturunannya selalu mengerjakan salat, karena salat itu adalah pembeda antara mukmin dan kafir dan merupakan pokok ibadah yang diperintahkan Allah. Orang yang selalu mengerjakan salat, akan mudah baginya mengerjakan ibadah-ibadah lain dan amal-amal saleh. Salat dapat mensucikan jiwa dan raga karena salat dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana firman Allah swt:
¦dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Ankabut/29: 45) 

Ibrahim a.s. memohon kepada Allah swt agar menerima ibadah-ibadahnya. Keinginan beribadah kepada Tuhan ini lebih diutamakannya dari keinginan mengikuti kehendak bapaknya, sebagaimana firman Allah swt:
Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang engkau sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku." (Maryam/19: 48)

Yang dimaksud dengan doa dalam ayat ini adalah ibadah. Rasulullah saw menyatakan bahwa doa itu adalah ibadah. Kemudian beliau membaca firman Allah swt:
Sesungguhnya orang-orang yang ada di sisi Tuhanmu tidak merasa enggan untuk menyembah Allah dan mereka menyucikan-Nya dan hanya kepada-Nya mereka bersujud. (al-Araf/7: 206)

4. Memahami dan mengerti konsekuensi hukuman bagi orang yang meninggalkan sholat, baik hukuman agama maupun hukuman duniawi, berupa terhalang pintu rezeki, kesempitan dada, rasa malu, kekhawatiran, tersandung permasalahan rumit dan frustasi, serta adzab yang ditimpakan kepada orang yang meninggalkan sholat di dalam kubur dan pada hari kiamat kelak. Orang yang meninggalkan sholat telah meninggalkan hubungan antara ia dan Tuhannya, ia menutup pintu doa dikabulkan, pintu rezeki, pintu kesuksesan, dan pintunya dalam mendapatkan taufik antara ia dan Tuhannya.

5. Membiasakan dirimu ketika mendengar adzan untuk berhenti dari aktivitas apa pun, baik rapat, muktamar, menelephon, riset,menulis, maupun membaca. Cukup lakukanlah sholat karena kehidupanmu tidak akan sukses dan bertambah menjadi lebih baik tanpa melaksanakan sholat.

6. Menjaga sholatmu karena menjadikan dosa-dosamu diampuni sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,” Barangsiapa yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya lalu berjalan menuju sholat fardhu, lalu ia sholat bersama manusia atau sholat berjamaáh di dalam masjid, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya.”

7. Jika kamu bersujud kepada Allah SWT dan menjaga sholatmu, kamu akan mengalahkan keraguan, kegelisahanmu dan kesedihan-kesedihanmu, serta mengalahkan syetan yang terkutuk. Allah SWT berfirman :

وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ السَّاجِدِينَ  
“Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat),( QS. Al-Hijr (15) : 97-98 )

Sobat. Ayat ini memberi jaminan kepada Nabi Muhammad bahwa Allah swt memeliharanya dari tindakan orang-orang musyrik Mekah yang memperolok-olok dan menyakitinya serta memelihara Al-Qur'an dari usaha-usaha orang-orang yang ingin mengotorinya.

Ath-thabari menyampaikan riwayat dari Sa'id bin Jubair bahwa orang-orang musyrik Mekah yang memperolok-olok Al-Qur'an dan Nabi Muhammad ialah al-Walid bin Mugirah, al-'As bin Wa'il, Al-'Adi bin Qais, Aswad bin Abdu Yaguts, dan Aswad bin Muththalib. Mereka semua terkenal dalam sejarah, dan sebab-sebab kematian mereka adalah akibat tindakan mereka sendiri.

Menurut suatu riwayat diterangkan bahwa suatu ketika Nabi saw berada di hadapan orang-orang kafir Mekah, mereka saling mengedipkan mata tanpa setahu Nabi Muhammad saw, dan berkata sesamanya dengan maksud mengejek Nabi, "Inikah orang yang mendakwakan dirinya nabi?" Pada waktu itu, Jibril a.s. menyertai Nabi, lalu Jibril menusuk punggung orang-orang yang memperolok-olokkan itu dengan jarinya, sehingga menimbulkan bekas, luka, dan borok yang busuk baunya. Tiada seorang pun yang mendekati mereka karena baunya itu. Maka turunlah ayat ini yang menegaskan bahwa Nabi saw dilindungi Allah swt dari gangguan orang-orang kafir.

Allah mengetahui bahwa Nabi saw merasa sedih karena olok-olokan dan tindakan orang-orang kafir. Untuk mengobati kesedihannya itu, Allah memerintahkan Nabi saw untuk bertasbih, mensucikan Allah dari segala sesuatu yang menyekutukan-Nya, salat, rukuk, sujud, banyak melakukan ibadah, berbuat baik, dan mengekang hawa nafsu. Hal ini berlaku pula bagi kaum Muslimin sampai akhir hayat mereka.

Sobat. Telah diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang shahih sebagai berikut : “ Barangsiapa yang menjaga sholat maka sholat itu akan menjadi cahaya baginya serta bukti dan penyelamat pada hari kiamat. Barangsiapa yang tidak menjaga sholat, tiadalah mendapat cahaya, bukti, dan keselamatan baginya pada hari kiamat. Justru, pada hari itu, ia akan dibangkitkan bersama-sama dengan Firáun, Qarun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” ( HR. Ahmad )

( DR Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )

Selasa, 06 September 2022

Ustaz Abu Zaid: Shalat Malam Bentuk Ideal Hubungan Dekat Hamba dengan Tuhannya

Tinta Media - Ustaz Abu Zaid dari Tabayyun Center mengatakan bahwa shalat malam merupakan bentuk ideal hubungan dekat hamba dengan Tuhannya.

"Bagi pengemban dakwah maka bekal shalat malam itu sangat penting. Shalat malam merupakan bentuk ideal hubungan dekat hamba dengan Tuhannya," tuturnya kepada Tinta Media, Ahad (4/9/2022).

Ia mengingatkan bahwa rehat saat capek itu penting. Biar segera segar dan fokus lagi. Setelah jalan beberapa jam, penat rasa badan. Mampir ngopi, mata ngantuk jadi terang lagi. " Dalam kesibukan berjuang, rehat juga perlu. Ngecas baterai biar ga lowbat. Ngecas yang istimewa adalah qiyamul lail. Shalat malam," ujarnya.

Ia menyatakan bahwa shalat malam memberikan kesempatan kepada pengemban dakwah untuk berasyik Masyuk dengan Rabb-Nya. Dikeheningan malam itulah segala keluh kesah ditumpahkan. Segala kesulitan diadukan. Segala kelemahan dimintakan bantuan. "Dengan khusyuk hamba yang sadar sesadar-sadarnya penuh kelemahan, kekurangan dan dosa. Mengadu dengan air mata berderai kepada Sang Khaliq. Pemilik semesta alam," tukasnya.

Ia menambahkan bahwa pada saat sepi dengan Rabb itulah seorang hamba mengadukan kelemahannya dan mohon kemenangan. Agar Allah melindungi dan mengalahkan musuh-musuhnya. Agar Allah menghancurkan para penjajah kafir dan para penguasa antek. "Agar Allah menolong kita dengan tegaknya khilafah," ungkapnya.

Ustadz Abu Zaid melanjutkan bahwa selain shalat malam maka shalat berjamaah di masjid atau mushalla bersama kaum muslimin jangan sampai ditinggalkan kecuali ada udzur. "Kemudian ditambah dengan amalan nafilah yang lain seperti tilawah Al Quran, puasa sunnah, memperbanyak dzikir dan doa dan lain-lain," tambahnya.

Menurutnya, pengemban dakwah adalah orang yang mestinya sudah beres Ibadah wajibnya dan disibukkan diri dengan menambah yang nafilah. "Sehingga dia akan menjadi kekasih Allah, karena membiasakan diri dengan yang wajib dan menambah dengan yang sunnah," terangnya.

"Jika sudah menjadi wali Allah maka akan menjadi hamba yang selalu dibimbing Allah. Ditolong oleh Allah dan dimenangkan oleh Allah," tegasnya.

Maka siapakah yang bisa mencelakai kekasih Allah? Siapakah yang bisa mengalahkan wali Allah? "Maka sesungguhnya mereka, musuh kekasih Allah, itulah yang pasti celaka dan kalah!" tandasnya.[] Ajira

Kamis, 11 Agustus 2022

Mengapa di Turki Sholat Subuhnya Hampir Siang? Ini Penjelasannya...

Tinta Media - Mudir Ma’had Darul Ma’arif Banjarmasin Guru Wahyudi Ibnu Yusuf M.Pd.  (WIY) menjelaskan mengapa di Turki sholat subuhnya hampir siang.

“Menurut saya lebih pada faktor alasan fikih, yaitu pendapat yang diadopsi mazhab Hanafi,” ungkapnya kepada Tinta Media, Rabu (10/8/2022).

Pasalnya, kata WIY,  mazhab Hanafi lebih utama mengakhirkan sholat subuh ke waktu Ishfar (telah nampak warna kuning di langit).

Ulama madzhab Hanafi, lanjutnya, sebenarnya menolak hal ini dikatakan mengakhirkan waktu sholat. Menurut Imam Zaila'i al-Hanafi hal ini sebenarnya bukan termasuk mengakhirkan waktu sholat subuh, karena waktu sholat subuh terbentang dari terbit fajar (thulu' fajr) hingga terbit matahari (thulu' syams),” jelasnya.

“Dalil madzhab Hanafi mengenai hal ini, adalah sejumlah hadis Nabi antara lain  riwayat Imam Bukhari,

مَن أَدركَ من الصُّبحِ ركعةً قبل أن تَطلُعَ الشمسُ، فقدْ أَدركَ الصُّبحَ

Siapa saja yang mendapati satu rakaat sebelum terbit matahari berarti mendapati sholat subuh,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun 

Sabtu, 14 Mei 2022

TIPS AGAR RAJIN SHALAT LIMA WAKTU


Tinta Media  - Kita semua tahu shalat lima waktu merupakan kewajiban yang sama sekali tidak boleh ditinggalkan meskipun dalam perjalanan panjang atau pun sedang sakit. Bila tidak mampu shalat sambil berdiri dibolehkan duduk atau berbaring. Namun ada saja di antara kita yang shalat lima waktunya masih bolong-bolong. Berikut tips agar shalat Shubuh, Zuhur, Ashar, Magrib dan Isya kita tetap istiqamah. Semoga bermanfaat.

Pertama, ingatlah, ibarat matematika, shalat itu angka satu dan amal shalih yang lainnya adalah angka nol. Angka nol di belakang angka satu sangat berarti alias baik, mulai dari puluhan, ratusan, ribuan, jutaan, miliaran dan seterusnya. Namun angka nol tersebut tidak akan ada nilainya sama sekali alias jelek bila angka satu itu hilang.

Rasulullah SAW bersabda, “Amalan hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat nanti adalah shalat. Apabila shalatnya baik tentu seluruh amalannya yang lain pun baik. Tetapi bila shalatnya jelek maka seluruh amalannya pun tentu jelek” (HR ath-Thabarani).

Kedua, ingatlah, ibarat bangunan, shalat itu adalah tiang-tiang penyangganya sedangkan amal shalih lainnya yang menjadi tembok dan juga atapnya. Rasulullah SAW bersabda, “Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama (Islam) itu dan barangsiapa merobohkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu” (HR Baihaqi).

Ketiga, jangan menunda shalat. Saat mendengar suara azan, berhentilah melakukan sesuatu dan bersiaplah untuk melaksanakan shalat. Jika ditunda-tunda, Anda mungkin lupa karena kesibukan yang tidak ada habisnya dan umumnya akan terasa lebih berat untuk ditunaikan. Selain itu, tidak ada jaminan Anda masih hidup saat menunda-nunda shalat tersebut. Bagi Anda yang laki-laki lebih diutamakan shalat berjamaah di masjid.

Ketiga, berniat dengan tulus (ikhlas). Saat akan melaksanakan shalat, berniatlah dengan tulus karena Allah SWT. Jangan berniat karena ingin mendapatkan perhatian lawan jenis, ingin disayang mertua, ingin disayang atasan, ingin terlihat sebagai orang yang takwa, dan sebagainya. Karena bila tidak ikhlas, amalan shalat kita rusak.
.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amal yang dilaksanakan dengan ikhlas dan dilakukan karena mengharap ridha Allah semata” (HR Abu Dawud dan An Nasai).
.
Demikian beberapa hal yang harus diingat bila rasa malas untuk shalat itu datang, tetaplah bersabar dengan memaksakan diri menegakkannya bila waktu shalat sudah tiba. Sesungguhnya Allah SWT bersama orang-orang yang sabar. Semoga kita termasuk di dalamnya. Aamiin.[]


Oleh: Joko Prasetyo
Jurnalis

Dimuat pada rubrik Tips newsletter Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) edisi 62 (Februari 2017).

Selasa, 03 Mei 2022

KH M. Shiddiq Al-Jawi: Khutbah dan Sholat Idul Fitri Itu Satu Rangkaian Hukum


Tinta Media - Founder Institut Muamalah Indonesia KH. M. Shiddiq Al-Jawi, M.Si menjelaskan bahwa khutbah dan sholat Idul Fitri itu satu rangkaian hukum.

"Titik tolaknya, khutbah Idul Fitri itu merupakan satu cabang hukum atau satu rangkaian hukum dari sholat Idul Fitrinya itu sendiri," jelasnya pada Tinta Media, Selasa (3/4/2022).

Maka dari itu, waktu khutbah Idul Fitri itu tidaklah terpisah dari waktu Sholat Idul Fitri, melainkan mengikuti waktu sholat Idul Fitrinya itu sendiri. "Bukan bebas dilakukan kapan saja," tegasnya.

Memang para ulama tidak merinci secara eksplisit bahwa batas akhir untuk waktu khutbah Idul Fitri adalah waktu zawal (awal waktu Zhuhur). Yang mereka jelaskan, memang hanya batas akhir untuk waktu Sholat Idul Fitri (dan Idul Adha), seperti misalnya yang diterangkan oleh Imam Syarbaini Khathib:

وأمَّا كون آخر وقتها- أي: صلاة العيد- الزوال، فمُتَّفق عليه ((مغني المحتاج)) (1/310).

Artinya: "Adapun batas akhir untuk waktu sholat Idul Fitri dan Idul Adha itu adalah waktu zawal (waktu awal Zhuhur), maka itu sudah disepakati ulama." (Syarbaini Khathib, _Mughni al-Muhtaj,_ 1/310). "Tetapi apakah, dari penjelasan para ulama itu, kita kemudian bebas berkhutbah Idul Fitri kapan saja?" Tanya Ustaz Shiddiq.

Kiai menjawabnya dengan memberi contoh, misalnya sholat Idul Fitrinya tanggal 1 Syawal, tapi kemudian berkhutbah Idul Fitri tanpa sholat tanggal pada 2 Syawal. Menurutnya, khutbah Idul Fitri tidak bisa bebas dilakukan kapan saja seperti itu, terlepas dari waktu sholat Idul Fitrinya. “Sesungguhnya khutbah Idul Fitri itu dari segi waktu, mengikuti waktu Sholat Idul Fitri, bukan bebas dilakukan kapan saja, misalnya tanggal 2 Syawal, atau tanggal 3 Syawal, atau tanggal 4 Syawal, atau tanggal 5 Syawal, dan seterusnya,” paparnya.

Dasar waktu khutbah Idul Fitri itu mengikuti waktu sholat Idul Fitri adalah kaidah fiqih yang berbunyi: At taabi’u taabi’un (perkara cabang itu hukumnya mengikuti perkara pokoknya). (M. Shidqi Al Burnu, Mausu’ah Al Qawa’id Al Fiqhiyah, 2/158).

Dengan demikian, jika sudah sholat Idul Fitri pada tanggal 1 Syawal, tidak boleh hukumnya berkhutbah Idul Fitri pada tanggal 2 Syawal, meski hanya khutbah dan tidak mengulangi sholat Idul Fitrinya. Hal ini dikarenakan waktu Khutbah Idul Fitrinya sudah lewat, yakni paling lambat tanggal 1 Syawal pada waktu zawal, mengikuti waktu sholat Idul Fitrinya itu sendiri.

Jelaslah bahwa waktu khutbah Idul Fitri itu dari segi waktunya, mengikuti waktu Sholat Idul Fitri itu sendiri, bukan bebas dilakukan kapan saja. Maka, pendapat yang membolehkan berkhutbah Idul Fitri tanggal 2 Syawal, dengan dalih para ulama hanya menentukan batas akhir waktu untuk sholat Idul Fitri, tidak menentukan batas akhir untuk waktu khutbah Idul Fitri itu tidak benar.

“Pendapat tersebut sungguh tidak benar, karena pendapat itu telah memisahkan khutbah Idul Fitri dengan sholat Idul Fitrinya. Padahal khutbah Idul Fitri itu merupakan satu rangkaian hukum atau cabang hukum yang tidak terpisahkan dari pokok hukumnya, yaitu sholat Idul Fitrinya itu sendiri,” jelasnya.

Menurut Ustaz Shiddiq, pendapat tersebut juga berbahaya. Karena akan muncul konsekuensi logis ( muqtadha al qaul) berupa pendapat bolehnya khutbah Idul Fitri kapan saja, tidak hanya boleh pada tanggal 2 Syawal, tapi juga boleh pada tanggal 3, 4, atau 5 Syawal. Hal ini juga berlawanan dengan Sabda Rasulullah SAW: “Man ‘amila ‘amalan  laysa ‘alaihi amruna fahuwroddu.” Artinya, "Barangsiapa melakukan suatu perbuatan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka perbuatan itu tertolak." (HR Bukhari no. 2697; Muslim no. 1718).

“Tentu pendapat seperti ini adalah pendapat yang batil dan tidak ada nilainya menurut hukum syara',” tandasnya.[] Raras

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab