Tinta Media - Aktivis Muslimah dan Pengamat Generasi Faizah Rasyidah mengatakan, serangan akidah menjadi awal rapuhnya bangunan kepribadian pemuda Muslim.
“Serangan akidah menjadi awal rapuhnya bangunan pohon kepribadian pemuda muslim,” ungkapnya dalam podcast pribadinya: Stop Perusakan dan Pelemahan Profil Generasi Muslim, Sabtu (23/7/2022).
Faizah mengatakan, akidah generasi Muslim sedang dilemahkan dengan ide sinkretisme yang menyamakan semua agama. “Semua agama benar. Jika ada yang menganggap agama saya yang benar dia akan dikatakan intoleran,” terangnya.
Selain akidah, kata Faizah, syariah juga diserang dengan sekularisasi. Glorifikasi (meluhurkan) kebebasan, hak asasi manusia, menjadikan akidah terpisah dari syariah.
“Setiap generasi muda yang mau mendekat atau terlihat dekat pada syariah, dibully, diintimidasi, dicap radikal. Syariahnya sendiri diserang, diinterpretasi, akhirnya syariah hilang aslinya bukan lagi syariah. Kurikulum yang mengajarkan syariah yang menjadikan taat beragama itu sebagai output dari pendidikan juga mulai dihilangkan,” ungkapnya kesal.
Akibatnya, lanjut Faizah, masyarakat yang kondusif menjadi tidak ada lagi, sekolah besar masyarakat dirusak. “Ide rusak apa pun boleh ada di sana, tidak ada halal haram, materi menjadi standar penilaian, sehingga generasi ini belajar rusak dari sana,” jelasnya.
Tidak Berfungsi
Dari sisi pelaku pendidik generasi, Faizah menilai, seluruh pelaku pendidik generasi yang punya tanggung jawab untuk melahirkan generasi kuat, diawali dari rumah yaitu keluarga Muslim yang kuat, lalu diikuti dengan pendidikan formal, struktur yang sesuai dengan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga tadi, hingga negara, semuanya dibuat tidak berfungsi, semuanya dibuat tidak bisa melakukan tugasnya.
“Segala ide yang bertujuan untuk membuat para ibu tidak merasa butuh melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik anaknya itu adalah serangan untuk keluarga,” tutur Faizah memberikan contoh.
Ia menambahkan, semua ide yang mengajari para pemuda kita untuk tidak perlu menikah, tidak perlu punya anak, mempertanyakan kepemimpinan suami, mempromosikan kesetaraan gender, tidak boleh ada pengaturan syariah di dalam keluarga maka itu adalah hal-hal yang akan melemahkan keluarga.
“Sekolah juga dibuat menjadi tempat yang malah menghasilkan profil-profil yang justru rusak. Sekularisasi kurikulumhanya menjadikan mereka sebagai sekrup-sekrup industri, mengkoneksikannya dengan dunia industri, dunia usaha. Itu semua adalah usaha-usaha untuk melemahkan sekolah, pesantren maupun pendidikan tinggi yang mencetak anak didik dengan karakter kepribadian Islam yang kuat,”
Begitupun masyarakat, terang Faizah, semua ide dan nilai dirusak atas nama kebebasan, atas nama modernitas, atas nama kearifan lokal.
Karakter Kuat
Melihat kerusakan diatas, Faizah lalu memberikan lima tips bagaimana membangun generasi Muslim yang berkarakter kuat.
“Pertama, akidah Islam. Akidah Islam ini yang membuat muslim itu bisa memahami bahwa yang mematikan dan menghidupkan adalah Allah. Dengan akidah ini generasi muda akan tampil sebagai orang-orang yang tidak takut mati, tidak takut dipersekusi,” terangnya.
Kedua, lanjutnya, yang akan mengokohkan kepribadian dan profil mereka itu adalah keterkaitan akidah tadi dengan pilihan jalan hidup yang dia ambil. “Akidah sebagai benih akan menumbuhkan pohon. Pohon itu adalah bagaimana dia menjalani setiap episode berikutnya sesuai dengan syariah yang ditetapkan Allah al-Khaliq, al- Mudabbir,” jelas Faizah.
Ketiga, kata Faizah, dia akan semakin kokoh tidak akan kesasar, kalau dia melengkapi dirinya dengan kelengkapan tsaqofah Islam, hukum-hukum Islam, pemahaman-pemahaman Islam yang dia butuhkan, ditambah dengan kondisi nafsiyah yang senantiasa terkoneksi dengan Tuhannya (idrak silah billahnya) kuat.
“Keempat pohon ini akan tumbuh subur tanpa ada yang merusak kalau dia tinggal, dia hidup di tengah-tengah tanah, udara, air, yang tidak ada polusinya. Ini adalah masyarakat yang kondusif untuk tumbuh kembangnya pribadi-pribadi kuat ini,” bebernya.
Kelima, terang Faizah, keberadaan negara yang berkarakter ra’in, memelihara urusan rakyatnya termasuk para pemuda dan anak-anak, dan juga junnah (tameng) yang akan melindungi seluruh warga negara dari kerusakan.
Terakhir Faizah menegaskan, untuk menciptakan profil generasi muslim yang mulia dan tangguh, membutuhkan penerapan Islam kafah, membutuhkan berfungsinya seluruh pelaku pendidikan generasi secara harmonis, secara sinergis.
“Dan itu merupakan tugas kita untuk mewujudkannya,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun