Tinta Media: Serangan
Tampilkan postingan dengan label Serangan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Serangan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 November 2023

Sejarawan Ungkap Alasan Serangan Brigade Al-Qassam 7 Oktober Lalu


 
Tinta Media - Pakar Filolog sekaligus Sejarawan Salman Iskandar mengungkap alasan serangan Badai Al Aqsha yang dilancarkan sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam pada 7 Oktober lalu.
 
“Ini karena orang-orang Yahudi telah membuat kerusakan dan menajisi keberadaan Masjid Al-Aqsha sejak 13 hari sebelumnya,” ungkapnya dalam Bincang Hangat: Kupas Tuntas Krisis Palestina di kanal Youtube UIY Official, Ahad (12/11/2023).
 
Ia menjabarkan, pada akhir September, orang-orang Yahudi menutup akses untuk memasuki Baitul Maqdis atau Masjid Al-Aqsha. Tentara IDF (tentara Zionis Yahudi –red.) membuka gerbang-gerbang Masjid Al-Aqsha untuk dimasuki ribuan umat Yahudi.
 
“Mereka melakukan perayaan dengan meniup terompet dari tanduk binatang, sekaligus sebagai pernyataan bahwa Masjid Al-Aqsha telah mereka kuasai. Selama 13 hari, Masjid Al-Aqsha tidak diperkenankan untuk dimasuki peziarah ataupun umat muslim untuk menunaikan shalat di sana,” paparnya.
 
Ia melanjutkan, kaum Zionis menyatakan bahwa empat bulan setelah menguasai ini, Haikal Sulaiman the Temple of Solomon akan berdiri.
 
“Hal ini pun disikapi oleh para pejuang Hamas dengan serangan Badai Al-Aqsha untuk membersihkan dan menjawab kesewenang-wenangan Zionis yang mengotori kesucian Al-Aqsha. Apalagi, Yahudi merencanakan pada 8 Oktober mereka akan mengadakan perayaan terkait upaya meruntuhkan Al-Aqsha dan mencanangkan pembangunan The Temple of Solomon yang ketiga,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Kamis, 04 Agustus 2022

Serangan Akidah Menjadi Awal Rapuhnya Bangunan Kepribadian Pemuda Muslim

Tinta Media - Aktivis Muslimah dan Pengamat Generasi Faizah Rasyidah mengatakan, serangan akidah menjadi awal rapuhnya bangunan kepribadian pemuda Muslim.

“Serangan akidah menjadi awal rapuhnya bangunan pohon kepribadian pemuda muslim,” ungkapnya dalam podcast pribadinya: Stop Perusakan dan Pelemahan Profil Generasi Muslim, Sabtu (23/7/2022).

Faizah mengatakan, akidah generasi Muslim sedang dilemahkan dengan ide sinkretisme yang menyamakan semua agama. “Semua agama benar. Jika ada yang menganggap agama saya yang benar dia akan dikatakan intoleran,” terangnya.

Selain akidah, kata Faizah, syariah juga diserang dengan sekularisasi. Glorifikasi (meluhurkan) kebebasan, hak asasi manusia, menjadikan akidah terpisah dari syariah.

“Setiap generasi muda yang mau mendekat atau terlihat dekat pada syariah, dibully, diintimidasi, dicap radikal. Syariahnya sendiri diserang, diinterpretasi, akhirnya syariah hilang aslinya bukan lagi syariah. Kurikulum yang mengajarkan syariah yang menjadikan taat beragama itu sebagai output dari pendidikan juga mulai dihilangkan,” ungkapnya kesal.

Akibatnya, lanjut Faizah, masyarakat yang kondusif menjadi tidak ada lagi, sekolah besar masyarakat dirusak. “Ide rusak apa pun boleh ada di sana, tidak ada halal haram, materi menjadi standar penilaian, sehingga generasi ini belajar rusak dari sana,” jelasnya.

Tidak Berfungsi

Dari sisi pelaku pendidik generasi, Faizah menilai,  seluruh pelaku pendidik generasi yang punya tanggung jawab untuk melahirkan generasi kuat, diawali dari rumah yaitu keluarga Muslim yang kuat, lalu diikuti dengan pendidikan formal, struktur yang sesuai  dengan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga tadi, hingga negara, semuanya dibuat tidak berfungsi, semuanya dibuat tidak bisa melakukan tugasnya.

“Segala ide yang bertujuan untuk membuat para ibu tidak merasa butuh melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik anaknya itu adalah serangan untuk keluarga,” tutur Faizah memberikan contoh.

Ia menambahkan, semua ide yang mengajari para pemuda kita untuk tidak perlu menikah, tidak perlu punya anak, mempertanyakan kepemimpinan suami, mempromosikan kesetaraan gender, tidak boleh ada pengaturan syariah di dalam keluarga maka itu adalah hal-hal yang akan melemahkan keluarga.

“Sekolah juga dibuat menjadi tempat yang malah menghasilkan profil-profil yang justru rusak. Sekularisasi kurikulumhanya menjadikan mereka sebagai sekrup-sekrup industri, mengkoneksikannya dengan dunia industri, dunia usaha. Itu semua adalah usaha-usaha untuk melemahkan sekolah, pesantren maupun pendidikan tinggi yang mencetak anak didik dengan karakter kepribadian Islam yang kuat,”
Begitupun masyarakat, terang Faizah, semua ide dan nilai dirusak  atas nama kebebasan, atas nama modernitas, atas nama  kearifan lokal.

Karakter Kuat

Melihat kerusakan diatas, Faizah lalu memberikan  lima tips bagaimana membangun generasi Muslim yang berkarakter kuat.

“Pertama, akidah Islam. Akidah Islam ini yang membuat muslim itu bisa memahami bahwa yang mematikan dan menghidupkan adalah Allah. Dengan akidah ini generasi muda akan tampil sebagai orang-orang yang tidak takut mati, tidak takut dipersekusi,” terangnya. 

Kedua, lanjutnya,  yang akan mengokohkan kepribadian dan profil mereka itu adalah keterkaitan akidah tadi dengan pilihan jalan hidup yang dia ambil. “Akidah sebagai benih akan menumbuhkan pohon. Pohon itu  adalah bagaimana dia menjalani setiap episode berikutnya sesuai dengan syariah yang ditetapkan Allah al-Khaliq, al- Mudabbir,” jelas Faizah.

Ketiga, kata Faizah, dia akan semakin kokoh tidak akan kesasar, kalau  dia melengkapi dirinya dengan kelengkapan tsaqofah Islam, hukum-hukum Islam, pemahaman-pemahaman Islam yang dia butuhkan, ditambah dengan kondisi nafsiyah yang senantiasa terkoneksi dengan Tuhannya (idrak silah billahnya) kuat.

“Keempat pohon ini akan tumbuh subur tanpa ada yang merusak kalau dia tinggal, dia hidup di tengah-tengah tanah, udara, air, yang tidak ada polusinya. Ini adalah masyarakat yang kondusif untuk tumbuh kembangnya pribadi-pribadi kuat ini,” bebernya.

Kelima, terang Faizah, keberadaan negara yang  berkarakter ra’in,  memelihara urusan rakyatnya termasuk para pemuda dan anak-anak, dan juga junnah (tameng)  yang akan melindungi seluruh warga negara dari kerusakan.

Terakhir Faizah menegaskan, untuk menciptakan profil generasi muslim yang mulia dan tangguh, membutuhkan penerapan Islam kafah, membutuhkan berfungsinya seluruh pelaku pendidikan generasi secara harmonis, secara sinergis.

“Dan itu merupakan tugas kita untuk mewujudkannya,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab