Tinta Media: Serakah
Tampilkan postingan dengan label Serakah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Serakah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 03 November 2023

PEMIMPIN SERAKAH, RAKUS, DAN KEMARUK

Tinta Media - Bumi menyediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap orang, tetapi tidak untuk keserakahan setiap orang (Mahatma Gandhi)

Harta dan tahta bisa menjadikan orang serakah, rakus dan kemaruk. Orang rakus bersifat materialistis dan mereka mendambakan uang dan kekuasaan. Mereka gagal memahami perbedaan antara kebutuhan dan keserakahan. Menjadi serakah adalah menjadi egois. Orang rakus kurang empati dan peduli dengan perasaan orang lain bukanlah bagian dari kamus mereka. Benarlah apa yang dikatakan Horace bahwa orang yang tamak selalu kekurangan. Bahkan Joe Meno menyindir bahwa bagaimanapun juga, manusia hanyalah hewan yang tamak.

Dalam sejarah kekuasaan fir’aun, saking rakus dan kemaruknya, dia tak ingin melepaskan kekuasaannya hingga puncaknya mengaku sebagai tuhan dan menolak semua bentuk kebaikan yang didakwahkan oleh Nabi Musa. Rakus, serakah dan kemaruk atas kekuasaan akan menjadikan seorang pemimpin buta hati. Dikatakan bahwa manusia tidak pernah puas, bahwa kamu memberi mereka satu hal dan mereka menginginkan sesuatu yang lebih, kata John Steinbeck. Orang serakah tidak dapat berbuat apa-apa, hanya dapat meningkatkan keserakahan mereka, tegas Mehak Mahajan.

Pemimpin yang serakah, rakus dan kemaruk seringkali tidak pernah merasa puas dengan apa yang mereka miliki dari harta dan kekuasaan. Mereka selalu ingin lebih banyak, terlepas dari sejauh mana keberhasilan atau kepemilikan yang mereka miliki. Pemimpin serakah tak peduli dari mana dia mendapatkan harta, tak peduli halal haram. Mereka juga tak peduli dan membabi buta mempertahankan kekuasaan, hingga diwariskan ke anak cucu. Pemimpin serakah, rakus dan kemaruk bernafsu menambah waktu kekuasaannya hingga seumur hidup jika perlu.

Jika kepemimpinan telah dihinggapi sifat rakus, serakah dan rakus, maka dirinya akan menjadi pemimpin yang kikir. Mereka sulit berbagi kekayaan atau pengetahuan mereka dengan orang lain karena takut kehilangan apa yang mereka miliki. Penguasa yang kemaruk sering kali menunjukkan perilaku kikir, seperti menolak untuk membayar bagi layanan yang mereka nikmati atau enggan memberikan tip kepada orang yang memberikan pelayanan. Mereka selalu berbicara tentang uang, harta, atau kepemilikan material lainnya, dan seringkali mengukur nilai seseorang berdasarkan kekayaan materi.

Pemimpin yang kemaruk mungkin mengambil risiko finansial yang tidak sehat dalam upaya untuk mendapatkan lebih banyak uang atau harta. Mereka sulit bersyukur atas apa yang mereka miliki dan selalu merasa tidak puas meskipun memiliki banyak hal. Pemimpin kemaruk mungkin tidak peduli dengan kebutuhan atau keinginan orang lain dan cenderung egois. Mereka mungkin mencoba menipu atau menyembunyikan informasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi, meskipun hal itu bisa merugikan orang lain. Dia tidak rela jika orang lain mendapatkan kebahagiaan dan kesenangan.

Tidak ada malapetaka yang lebih besar daripada keinginan yang berlebihan. Tidak ada rasa bersalah yang lebih besar daripada ketidakpuasan Dan tidak ada bencana yang lebih besar daripada keserakahan, begitu penegasan Lao Tzu. Perkataan ini benar, sebab jika kekuasaan telah dihinggapi rasa rakus dan serakah serta kemaruk maka akan menjadi malapetaka bagi rakyatnya. Dibawah kepemimpinan yang serakah, maka rakyat akan hidup dalam kesengsaraan, ketersiksaan dan kebinasaan.

Keserakahan manusia tidak akan pernah hilang kecuali setelah kematian menjemputnya. Dalam bahasa Arab, serakah disebut tamak yang artinya sikap tak pernah merasa puas dengan yang sudah dicapai. Karena ketidakpuasannya itu, segala cara pun ditempuh. Serakah adalah salah satu dari penyakit hati. Mereka selalu menginginkan lebih banyak, tidak peduli apakah cara yang ditempuh itu dibenarkan oleh syariah atau tidak. Tak berpikir apakah harus mengorbankan kehormatan orang lain atau tidak. Yang penting, apa yang menjadi kebutuhan nafsu syahwatnya terpenuhi.

Jangan serakah sebagai seorang pemimpin, dan jangan mencoba mengambil kekayaan semua orang untuk diri sendiri. Sebab dirinya  tidak akan dapat memiliki semuanya ketika tiba waktu kematian. Sebab kematian akan mendatangi setiap diri manusia, sekaya apapun tidak akan dibawa mati. Andai semua harta dikubur bersama mayatnya, maka dia tinggal seonggok bangkai yang tak berkuasa apapun. Allah telah menegaskan bahwa ketamakan dilarang dalam ajaran Islam.

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu) (QS At Takatsur : 1-7)

Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)nya di pagi hari, dan mereka tidak menyisihkan (hak fakir miskin) (QS Al Qalam : 17-18).

Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048).

Jika ada seorang pemimpin selalu menunpuk harta tanpa henti, bersifat kikir, ingin berkuasa selama mungkin, ingin mewariskan kekuasaan kepada anggota keluarganya, tidak mau mendengarkan nasihat kebaikan, berbuat curang demi kepentingannya, memusuhi orang-orang yang mengkritiknya, maka itulah para pemimpin yang telah terserang penyakit serakah, rakus dan kemaruk. Adakah pemimpin seperti itu di negeri ini ?.

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 23/10/23 : 21.33 WIB)

* Oleh: Dr. Ahmad Sastra*
_Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa_
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab